Anda di halaman 1dari 7

IS-5202 - SISTEM PENGELOLAAN DAN

PENGOLAHAN AIR LIMBAH

REVIEW

NATIONAL WORKSHOP

Disusun oleh:

Hana Fauziyyah Amini 25718008

PROGRAM MAGISTER
PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR AIR DAN SANITASI

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2019
#1 Business Models for Septage Collection and Treatment in Indonesia
Case Study in Bandung and Denpasar City

Saat ini pembangunan dalam sektor sanitasi sedang gencar dilakukan. Beberapa target telah
dirancang untuk dalam pemenuhan akses sanitasi. Salah satunya adalah target universal access pada tahun
2019 pada sektor sanitasi yaitu 100% pelayanan air besih, 0% wilayah kumuh dan 100% peningkatan akses
sanitasi termasuk pelayanan lumpur tinja. Sementara itu target rencana jangkah menengah nasional ( 2015-
2019) 15% sistem limbah terpusat dan 85% lainnya dengan sistem limbah on-site. Pada kenyataannya
kondisi pelayanan limbah perkotaan di Indonesia belum dapat mencapai target tersebut. Hal ini berdampak
pada kualitas sungai di Indonesia pada tahun 2012-2016 yang semakin memburuk dimana kontribusi
terbesar pencemaran berasal dari air limbah domestik,. Untuk mencegah penurunan kualitas yang terus
memburuk, pemerintah memperketat standar untuk air limbah domestik. Hal tersebut diatur pada Permen
LH No.68 tahun 2016
Dalam pengelolaan pengolahan lumpur tinja diperlukan sistem yang terintegrasi dengan
mempertimbangkan keseluruhan rantai pelayanan dan menggabungkan teknologi, manajemen ( institusi,
kapasitas teknik, kerangka hukum dan manajemen cost recovery) serta aspek perencanaan.
Fokus penelitian yang dilakukan adalah untuk mengembangkan model bisnis untuk ketentuan
pelayanan untuk manajemen pengolahan lumpur tinja, termasuk penyedotan, pengumpulan dan
pemindahan, pengolahan dan/atau reuse. Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung dan Denpasar. Adapun
metodologi penelitian yang dilakukan berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif yaitu antara lain studi
literatur, survei lapangan, pengambilan sampel dan analisis karakteristik lumpur tinja.
Berdasarkan hasil survei lapangan diketahui bahwa timbulan lumpur tinja di Bandung dan Denpasar
akan terus meningkat. Estimasi timbulan lumpur tinja dapat dihitung dengan beberapa cara yaitu sebagai
berikut:
a. Penyedotan keseluruhan isi dari tangki septik
b. Penyedotan tangki septik sebanyak 60% dari total kapasitas tangki septik
c. Timbulan lumpur tinja disedot dengan volume tetap, berapa pun ukuran tangki septik.

Adapun kondisi eksisting pengolahan lumur tinja di Kota Bandung diolah oleh Instalasi Pengolahan Air
Limbah Bojongsoang. IPAL Bojongsoang beroperasi dari tahun 1992 dengan luas daerah 85 Ha. Kapasitas
pengolahan IPAL Bojongsoang sebesar 80.885 m3/hari atau dapat melayani 400.000 penduduk. Unit
pengolahan terdiri dari kolam anaerob- kolam fakultatif-kolam maturase dan di alirkan menuju Sungai
Citarum. Dari data PDAM Tirtawening pada tahun 2017, cakupan pelayan air limbah sudah sebesar 74%
atau 166.607 KK (kepala keluarga). Selain itu, pengolahan lumpur tinja diolah di Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) di Stasiun Pompa Gumuruh namun masih dalam skala kecil. IPLT Gumuruh ini
berkapasitas 20 m3.
Sedangkan kondisi eksisting pengolahan lumpur tinja di Kota Denpasar yaitu pengolahan limbah
dilakukan dengan UPT PAL Suwung. Unit pengolahan yang UPT PAL Suwung dibedakan menjadi dua
yatu untuk pengolahan lumpur dan efluen. Lumpur tinja akan di pisah dengan unit separator dan masuk
kedalam unit thickening. Lumpur diolah menggunakan unit pengolahan Anaerobic Baffle Reactor (ABR),
Aerobic Biofilter ( ABF). Sedangkan untuk air efluen dengan mixing tank, belft filter press dan masuk ke
unit Sludge Drying Bed (SDB).
Berdasarkan hasil diagram alir pengelolaan lumpur tinja di Bandung diketahui bahwa sebanyak
21% dari total populasi masyarakat Kota Bandung, lumpur tinja yang berasal dari WC ke sistem sewer,
terolah dengan baik. Pada pengolahan lumpur tinja secara on-site terdapat kemungkinan pengolahan lumpur
tinja yaitu dilakukan pengolahan lumpur tinja dengan baik atau tidak dilakukan pengurasan. Nyatanya,
hanya sebesar 37,47% lumpur tinja terolah dengan baik dan sebesar 1% tidak dilakukan pengurasan pada
tangki septik. Selain itu, aktivitas sebesar 40,13% masih melakukan BABS. Lumpur tinja yang telah terolah
dengan baik akan dibuang ke tempat pembuangan akhir dengan kualitas yang telah memenuhi persyaratan.
Sedangkan lumpur tinja yang tanpa dilakukan pengolahan akan sampai pada air permukaan maupun air
tanah dan sistem drainase lokal dengan kualitas yang dapat mencemari lingkungan.
Terdapat perbedaan pada pengelolaan lumpur tinja di Kota Denpasar. Lumpur tinja yang berasal
dari WC ke sistem sewer terolah dengan baik sebesar 3%. Sedangkan pada sistem on-site, hampir
keseluruhan lumpur tinja terolah dengan baik yaitu sebesar 96,8%. Aktivitas BABs di Kota Denpasar sangat
lebih rendah di banding Kota Bandung yaitu hanya sebesar 0,25%.
Adapun permasalahan yang dihadapi pada pengelolaan lumpur tinja yaitu
 Kurang tegasnya peraturan mengenai pengelolaan air limbah
 Kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah dan sesuai standar.
 Kurangnya dukungan manajemen, bantuan teknis dan prioritas terhadap sanitasi rendah

Untuk mengatasi permasalah tersebut salah satu upaya yang dilakukan adalah pemerintah daerah dapat
mengembangkan model bisnis yang tepat untuk pengelolaan lumpur tinja, dan membuat peraturan yang
sesuai, pengaturan kelembagaan, dan mekanisme pembebanan/ pajak dan insentif yang sesuai dengan
daerah masing-masing.
Berdasarkan data kesediaan dan kemampuan masyarakat , dirancang sebuah model finansial dan
pelayanan dalam pengelolaan lumpur tinja yang tepat untuk Kota Bandung dan Kota Denpasar. Kedua
model pengelolaan lumpur tinja yang dilakukan yaitu penyedotan tidak ditarik retribusi namun penyedotan
dilakukan secara terjadwal. Pengosongan dan pengangkutan dan operasional STP dilakukan oleh penyedia
layanan penyedotan swasta dan pengolahan di lakukan pihak swasta. Di Kota Bandung tarif retribusi untuk
air bersih dan air limbah dipisah dan dibayarkan ke PDAM. Sedangkan di Kota Denpasar tarif retribusi
untuk sanitasi di gabung dan dibayarkan ke Pemerintah Provinsi Bali. Keterlibatan pihak swasta dapat
membantu pemerintah dalam melayani pengelolaan lumpur tinja. Adapun kunci kesuksesan dalam menarik
pihak swasta dalam kerjasama atau Public Private Partnerships (PPP) adalah adanya peratuan yang jelas
mengenai PPP.

#2 Layanan Lumpur Tinja (LLTT/LLTTT)

Program LLTT bertujuan untuk memastikan layanan sanitasi aman mulai dari penampungan,
pengangkutan dan pengolahan. Dalam memulai program LLTT ini terdapat persyaratan utama yang harus
dipenuhi yaitu memiliki operator, memiliki regulasi ( ALD dan Retribusi), memiliki data pelanggan dan
memiliki IPLT. Kepemilikan toilet merupakan pertimbangan dalam program LLTT. Berdasarkan data
masih hanya 13% toilet yang dilakukan penyedotan baik swasta maupun pemerintah, 23% tidak memiliki
toilet, 12% toilet tanpa penampungan da 52% toilet dengan tangki septik tidak kedap air. Hal ini berpotensi
terjadi pencemaran badan air dan lingkungan sekitar.
Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam program LLTT ini yaitu pada
 Penampungan,
Penampungan lumpur tinja yang tidak sesuai dengan standar seperti bak tidak kedap air sehingga
menyebabkan kebocoran, penempatan bak penampungan yang salah sehingga menyulitkan akses sedot
dll
 Penyedotan
Penyedotan tidak dilakukan secara berkala dan dilakukan atas dasar panggilan saja. Selain itu,
penyedotan dilakukan tanpa prosedur kesehatan dan keselamatan yang sesuai. Hal ini dapat disebabkan
karena tidak ada SOP yang jelas dan juga dilakukan oleh pekerja tanpa surat izin serta tidak adanya
pengawasan kendaraan pengangkutan. Untuk pembayaran penyedotan ini biasanya dilakukan langsung
kepada supir truk penyedotan. Seringkali juga ditemukan lumpur tinja dari penyedotan dibuang ke
tempat pembuangan secara illegal.
 Pengolahan
Pemilihan lokasi pengolahan lumpur tinja pada umumnya berada di lokasi yang jauh dari aera layanan
atau rumah penduduk. Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak terganggu dari proses pengolahan
misalnya seperti dampak bau yang ditimbulkan. Permasalahan pengolahan lumpur tinja yaitu jarang
mekanis dan kurangnya operasional dan maintenance sehingga pengolahan kurang terawatt dan tidak
optimal bahkan tidak digunakan.
Dalam menjalankan program LLTT ini dibutuhkan persetujuan dan kerjasama dari beberapa stakeholder
dan pemerintah. Karena program LLTT seebagai salah satu upaya dalam mengurangi pencemaran
lingkungan dan pada saatnya dapat memberikan keuntungan finansial yang dapat digunakan untuk
peningkatan mutu layanan.

#3 Septage Treatment in Western Australia- A review

Lumpur tinja atau lumpur dari septik tank merupakan hasil dari bak penyimpanan air limbah dari rumah
tangga. Komposisi air limbah sangat berbeda dari lumpur dari septik tank dimana konsentrasi BOD antara
2000 dan 20.000 mg/l dan konsentrasi TSS lebih dari 50.000 mg/l. Selain itu efluen dari tangki septik
memiliki rata-rata konsentrasi BOD sebesar 200 mg/l dan TSS sebesar 300 mg/l. Konsentrasi tersebut
mengharuskan adanya pengolahan lumpur tinja. Praktek saat ini yang dilakukan pada projek PAD, CEPT
University India adalah mengubah lumpur tinja menjadi kompos. Beberapa unit pengolahan yang
digunakan yaitu
 Sludge drying beds  Bio Methanation/ Anaerobic biogas reactor
 Kolam sedimentasi  Incineration
 Sistem wetlands  Gasification
 Co-composting  Pyrolisis
 Kolam stabilisasi  Mechanical Dewatering System
 Advanced Nutrient Recovery

Adapun praktik dalam pengolahan lumpur tinja yang dilakukan di Perth, Western Australia (1989) adalah
screening-grit removal-scum removal-lime stabilisasi-sludge dewatering-final effluent clarification-
discharge/reuse. Selain itu adapula pengolahan dengan menggunakan kolam evaporasi, dan septage plant.
Dari beberapa unit pengolahan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pemilihan
teknologi harus berdasarkan beberapa pertimbangan seperti lahan, finansial dan ekonomi, iklim, efisiensi
dll dan yang terpenting sesuai dengan karakteristik air limbah yang akan diolah.
Terdapat beberapa peraturan dan regulasi yang mengatur pengelolaan dan pengolahan lumpur tinja
di negara Australia. Peraturan tersebut menjelaskan salah satunya terkait standar sarana dan prasarana
pengelolaan lumpur tinja. Kemudian pelarangan penggunaan lumpur dari limbah domestik pada suatu lahan
untuk pertumbuhan holtikultur/perkebunan yang digunakan untuk memproduksi makanan. Pengolahan air
limbah di negara Australia Barat dijalankan oleh Perusahaan air dan diatur oleh Departemen Regulasi
Lingkungan dan Departemen Kesehatan dengan pelaporan setiap tahunnya.
#4 Wastewater Management Policy and Strategy

Untuk memenuhi target pemerintah dan standar pelayanan minimum dan memecahkan isu dan tantangan
dalam sektor sanitasi maka terbentuklan suatu konsep management air limbah di Indonesia berdasarkan
MoOWH Regulation No.4 tahun 2017 yaitu terdiri dari sistem on-site dan off-site yang dilengkapi sistem
pelayanan, pengumpulan, pengangkutan dan unit pengolahan yaitu IPLT atau IPAL. Selain itu, rencana
nasional dalam pengelolaan air limbah terdiri dari
1. Optimasi sistem on-site yaitu dengan meningkatkan kepemilikan tangki septik, mendorong
pembangunan tangki septik dari sumber pendanaan lain, optimasi dan pengembangan IPLT (
diharapkan meningkatkan akses yang aman untuk tangki septik)
2. Pengembangan sistem off-site secara selektif, yaitu pengembangan pada skala kota baru, kota
kecil dan kota spesifik serta pengembangan atau rehabilitasi kapasitas sistem off-site.
3. Pengembangan sistem off-site secara agresif, yaitu pengembangan sistem off-site skala kota dan
peningkatan cakupan sistem off-site
4. Peningkatan teknologi, yaitu dengan mengimplementasikan teknologi canggih pada
pembangunan sistem off-site dan meningkatkan sistem on-site termasuk didalamnnya penyedotan
lumpur tinja.

Rencana pemerintah tersebut akan berjalan jika diimbangi dengan adanya tanggung jawab dari pemerintah
pusat maupun daerah dalam sektor air limbah. Masing-masing stakeholder memiliki peran masing-masing
yang harus dijalankan. Pemerintah pusat harus mendukung pemerintah daerah dalam menjalankan program
pengelolaan air limbah contohnya dalam pendanaan, pembangunan dan fasilitator serta tidak terlepas
dalam peran monitoring.
Salah satu program pengembangan pengelolaan air limbah yaitu pengelolaan lumpur tinja. Pengelolaan
lumpur tinja berkontribusi dalam upaya mencapai universal acces yaitu untuk meningkatkan kualiras dan
kelebihan on-site sistem, mendorong sistem on-site yang sesuai standard an mendukung target 100% akses
air besih dan 0% permukiman kumuh dengan meningkatkan kualitas air baku dan memenuhi akses dasar
sanitasi. Implementasi pengelolaan lumpur tinja membutuhkan kolaborasi dari seluruh stakeholder pada
tingkat nasional, kota dan masyarakat untuk meningkatkan aspek terkait; regulasi, institusi, pendanaan,
perilaku masyarakat, dsb.
#5 Development of Testing Standard for Prefabricated Wastewater Treatment

Banyak sekali unit pengolahan limbah paket di pasaran namun kualitanya berbeda dan berkapasitas
rendah. Selain itu tidak semua sistem terpusat memenuhi standar efluen yang diatur oleh KLHK dan
kualitas lumpur tinja dari sistem on-site bervariasi ( high solid content, high organic). Untuk
menyeragamkan hasil pengolahan dari unit pengolahan buatan pabrik diharuskan adanya standarisasi.
Standarisasi ini juga diperlukan untuk mengecek kualitas dari produk dan sistem pengelolaan terpusat.
Semua produk dari pabrik harus mendapatkan sertifikat berdasarkan hasil uji kinerja. Implementasi dari uji
kinerja tersebut dilakukan dengan testing body, inpection body, atau penilaian dari pemerintah terhadap
instalasi pengolahan air limbah.

Anda mungkin juga menyukai