Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan saat ini tidak hanya dituntut mencari keuntungan saja tetapi

juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial di masyarakat. Pada segi

ekonomi, memang perusahaan diharapkan mendapatkan keuntungan yang

setinggi-tingginya. Tetapi dari aspek sosial, maka perusahaan harus memberikan

kontribusi secara langsung kepada masyarakat yaitu meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat dan lingkungan (Sunaryo, 2016).

Isu lingkungan di Indonesia sedang hangat dibicarakan masyarakat saat

ini, khususnya pada dampak yang disebabkan kegiatan dari perusahaan.

Pertumbuhan perusahaan dengan berbagai latar belakang industri mulai

memberikan masalah-masalah lingkungan dan sosial saat mengembangkan bisnis

perusahaan, seperti aksi yang dilakukan petani dari kawasan Pegunungan

Kendeng, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah pada Maret 2017 di Jakarta. Aksi

yang dilakukan dengan mengecor kaki mereka sebagai bentuk protes terhadap izin

lingkungan baru bagi PT Semen Indonesia, tragisnya aksi ini sampai menelan

korban jiwa. Mereka yang menggantungkan hidup sebagaian besar pada sektor

pertanian menuntut untuk penghentian pembangunan PT Semen Indonesia di

Rembang yang berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan terutama pada

sumber mata air pegunungan dan hilangnya mata pencaharian utama mereka

(http://antaranews.com).

1
2

Selain itu, menurut Roy Lumbangaol staf dari Wahana Lingkungan Hidup

(Walhi) Sumatera Utara, menyebutkan kerusakan alam Indonesia pada tahun 2017

sangat tinggi akibat aktivitas manusia tidak memiliki kontrol dalam pemanfaatan

alam dan sumber daya alam itu sendiri, serta aktivitas korporasi penyumbang

kerusakan alam paling besar di Indonesia seperti pertambangan, perkebunan, dan

pembangunan pengembangan property (http://news.metro24jam.com). Kasus lain

terjadi pada April 2017, sekitar 5000 liter oli dari mesin steam boiler (ketel uap)

pabrik milik PT Central Georgette Nusantara Printing yang pecah tumpah

mencemari Sungai Saguling di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang

sebelumnya telah mencemari dua hektar lahan pertanian warga (www.pikiran-

rakyat.com).

Menanggapi isu tersebut perusahaan melakukan tanggung jawab sosial

perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR).

Tanggung jawab sosial dari perusahaan muncul dengan menyadari bahwa

keputusan bisnis mereka dapat mempengaruhi masyarakat sekitar. Masyarakat

mulai menaruh perhatian yang besar terhadap masalah sosial dan lingkungan

sekitar mereka. Hal ini yang membuat organisasi memberi perhatian yang lebih

pada dampak dari usaha mereka itu (Madura, 2009 dalam Pratama, 2016).

Oleh karena itu, Corporate Social Responsibility (CSR) sangat erat

kaitannya dengan Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)

dimana suatu perusahaan dalam melakukan kegiatannya harus berdasar pada

keputusan yang tidak semata-mata terorientasi pada aspek ekomoni (keuntungan)


3

melainkan juga harus memikirkan dampak sosial dan lingkungan yang mungkin

timbul dari keputusannya tersebut.

Bentuk kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) bermacam-

macam, mulai dari melakukan kegiatan pelestarian lingkungan, penggunaan

energi secara lebih efisien, mempromosikan kesehatan dan keselamatan tenaga

kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membiayai program beasiswa,

pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, dan mendukung

pengembangan industri lokal yang berada disekitar lokasi perusahaan. Kegiatan

tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan tenaga kerja,

masyarakat berserta lingkungannya (Arjanggie, 2015).

Peraturan tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan di Indonesia

diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(UUPT) Pasal 74 ayat (1) menyebutkan bahwa perusahaan dalam menjalankan

kegiatan usaha yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan

tanggung jawab sosial dan lingkungan, dan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Perseroan Terbatas pasal 4 menyebutkan tanggung jawab sosial dan lingkungan

dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan Perseroan setelah

mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS sesuai dengan anggaran dasar

Perseroan, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan peraturan tersebut, praktik corporate social responsibility di

Indonesia telah diubah dari yang semula bersifat sukarela (voluntary) menjadi

suatu praktik tanggung jawab yang wajib (mandatory) dilaksanakan oleh


4

perusahaan. Contoh kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR) seperti

yang dilakukan PT Semen Indonesia melalui Program Investasi Komunitas

(Community Investment Program) 2014-2018, dengan empat pilar utama yaitu

Semen Indonesia Cerdas, Semen Indonesia Prima, Semen Indonesia Lestari dan

Semen Indonesia Peduli. Salah satunya dengan mengoperasikan prabrik ramah

lingkungan dengan diterapkan penggunaan Main Bag House Filter teknologi

pengganti Electrostatic Precipitator, sehingga memungkinkan emisi debu rendah.

Selama tahun 2014 PT Semen Indonesia mengalokasikan dana pelaksanaan CSR

lebih dari Rp 310 miliar, meningkat 0,9% dibandingkan tahun 2013

(www.semenindonesia.com).

Selain itu, PT Krakatau Steel melakukan kegiatan CSR pada tahun 2015

dengan memberikan bantuan sarana air bersih kepada warga Kampung Bonghas

Tonggoh, Desa Sukaraja, Kecamatan Pulosari. Bantuan yang diberikan bernilai

Rp 125 juta, dana tersebut berasal dari Corporate Social Responsibility Krakatau

Steel Group (www.krakatausteel.com). PT Lotte Chemical Titan yang bergerak

dibidang kimia yaitu plastik dan kemasan, melakukan kegiatan salah satunya

menanam 1000 pohon untuk Indonesia sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan

lingkungan perusahaan (www.lottechem.co.id).

Kemudian peraturan mengenai pengungkapan corporate social

responsibility diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas Pasal 66 ayat (2c) menyatakan bahwa perusahaan wajib melaporkan

pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan

perusahaan. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 Pasal 6 menyebutkan juga


5

bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan

tahunan perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS. Sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, perusahaan yang telah melaksanakan praktik CSR

harus mengungkapkan pelaksanaan CSR tersebut baik terintegrasi langsung dalam

laporan tahunan (Annual Report) maupun laporan terpisah yang disebut

Sustainability Reports (Annisa dan Nazar, 2015 dalam Rahayu, 2016).

Sustainability Report (laporan keberlanjutan) adalah laporan yang

diterbitkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan tentang dampak ekonomi,

lingkungan dan sosial yang disebabkan oleh aktivitas sehari-hari perusahaan atau

organisasi tersebut. Sustainability Report juga menyajikan nilai-nilai organisasi

dan model tata kelola, dan menunjukkan hubungan antara strategi dan

komitmennya untuk ekonomi global yang berkelanjutan (Global Reporting

Initiative, 2016).

Menurut mantan Menteri Lingkungan Hidup periode 1993-1998, Sarwono

Kusumaatmadja laporan keberlanjutan adalah hal penting bermanfaat untuk

menghindarkan investasi dari risiko lingkungan dan risiko sosial

(www.kompas.com). Namun sampai saat ini perusahaan yang melaporkan

program CSR dan mengungkapkannya dalam Sustainability Report di Indonesia

masih kalah dibandingkan negara-negara maju, seperti Jepang dan Perancis.

Menurut Lembaga National Center for Sustainability Reporting (NCSR)

kesadaran perusahaan-perusahaan di Indonesia masih rendah untuk membuat

Sustainability Report (Setianingrum, 2015).


6

Selain itu, masih terdapat fenomena yang menggambarkan bahwa

perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya menerapkan corporate social

responsibility dengan baik. Abdul Malik Haramain sebagai Wakil Ketua Komisi

VIII DPR dalam wawancara yang dilakukan pada 25 April 2016 mengatakan,

pelaksanaan program CSR walau selama ini sudah ada, masih lemah. Pada sisi

akuntabilitas, pelaksanaan program CSR juga dilihat oleh DPR rendah dan tidak

transparan. Terdapat perusahaan yang rutin melakukan dan juga yang tidak

melakukan tetapi melaporkan ke publik bahwa perusahaan melakukan program

CSR (http://nasional.kompas.com).

Masalah terkait transparansi dalam pengungkapan aktivitas corporate

social responsibility di Indonesia, diulas dalam salah satu situs berita online pada

bulan Mei 2017 yang bertajuk “Warga Kaubun Keluhkan Pengelolaan Anggaran

CSR Perusahaan Tambang” yang isinya mengungkapkan permasalahan

transparansi aliran dana corporate social responsibility milik perusahaan batu

bara PT Ganda Alam Makmur yang beroperasi di wilayah Kaubun, Kalimantan

Timur belum diterima oleh warga sekitar (http://www.kliksangatta.com).

Perusahaan lainnya yang terkait dengan permasalahan pengungkapan

corporate social responsibility (CSR) adalah PT Semesta Marga Raya. Menurut

salah satu sumber pemberitaan online bulan April 2017, ratusan pemuda dari

Karang Taruna Astanajapura, Kabupaten Cirebon, menuntut realisasi PT Semesta

Marga Raya yang telah menjajikan berbagai hal sebagai kompensasi

pembangunan tol yang sudah tertuang dalam perjanjian hitam di atas putih antara

kedua belah pihak. Salah satunya massa menuntut realisasi program renovasi
7

Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) yang sejak tol dibangun hingga kini belum

pernah ada dan juga transparansi dana CSR yang hingga kini tidak pernah

dirasakan langsung oleh masyarakat (https://news.detik.com).

Berdasarkan kasus-kasus di atas, pelaksanaan CSR yang tidak diatur

dengan baik oleh perusahaan dapat memberikan dampak yang sangat besar,

bahkan tujuan meraih keuntungan dalam aspek bisnis berbalik menjadi kerugian

yang berlipat karena perusahaan harus menerima konsekuensi yang lebih besar.

Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan CSR harus ditempatkan sebagai aspek

penting dalam operasi perusahaan (Suheri, 2011 dalam Rahayu, 2016).

Pada pelaksanaannya, CSR dipengaruhi oleh beberapa faktor. Terdapat

perbedaan pengungkapan corporate social responsibility di tiap perusahaan.

Perbedaan tersebut salah satunya dikarenakan faktor kondisi keuangan

perusahaan, yaitu profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan suatu

perusahaan untuk mencapai laba (profit). Profitabilitas menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan

sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah

cabang, dan sebagainya (Harahap, 2004:304 dalam Almar, 2012).

Semakin besar profitabilitas perusahaan, semakin besar pula

pengungkapan corporate social responsibility (CSR) yang dilakukan oleh

perusahaan, karena perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi membuktikan

kontribusi perusahaan kepada masyarakat dan menunjukkan keberadaannya

melalui pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih banyak

(Muttakin dan Khan, 2014 dalam Asyifa, 2016).


8

Meskipun pelaksanaan dan pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan

(CSR) telah ditetapkan oleh peraturan yang berlaku, namun peraturan tersebut

tidak memberikan informasi khusus tentang apa saja yang wajib dilaporkan oleh

perusahaan mengenai tanggung jawab sosial, sehingga pengungkapan kegiatan

sosial tersebut masih kurang memadai (Utama, 2007 dalam Arjanggie, 2015).

Sependapat dengan pernyataan tersebut Pratama (2016) dalam penelitiannya

mengatakan bahwa penerapan CSR di Indonesia sebenarnya masih belum

sempurna, karena walaupun sudah diatur dalam Undang-Undang Perseroan

Terbatas dan Peraturan Pemerintah namun cara penerapannya masih dianggap

kurang jelas bagi para pengusaha di Indonesia.

Rendahnya kesadaran perusahaan atas pentingnya keberadaan tanggung

jawab sosial perusahaan saat ini, banyak penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab

sosial oleh perusahaan. Beberapa penelitian yang dilakukan, ditemukan hasil yang

berbeda-beda antara penelitian satu dengan penelitian lainnya, serta faktor-faktor

yang digunakan pun beragam (Asyifa, 2016).

Beberapa penelitian yang sudah dilakukan terkait dengan corporate social

responsibility (CSR) menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang

dilakukan Rindawati (2015), Pratama (2016), dan Nailufar (2016) menemukan

adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara profitabilitas dengan

pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Sedangkan penelitian yang

dilakukan Kamil (2012) dan Dewi (2013) menemukan bukti tidak adanya

pengaruh antara profitabilitas dengan pengungkapan corporate social


9

responsibility (CSR), selain itu Respati (2015) dan Setianingrum (2015)

menyebutkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

pengungkapan corporate social responsibility.

Penelitian ini menggunakan checklist item pengungkapan Corporate

Social Repsonsibility berdasarkan indeks GRI terbaru, yaitu GRI G4. Indeks GRI

tersebut digunakan untuk mengukur kinerja CSR melalui laporan tahunan dan

sustainability reports (www.ncsr-id.org). Penelitian dilakukan pada perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014 sampai dengan 2015.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Profitabilitas Terhadap

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Empiris Pada

Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2015)”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, sebagai

pembatasan dalam pembahasan nanti, penulis mengidentifikasi masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pencapaian profitabilitas pada perusahaan-perusahaan yang

diteliti?

2. Bagaimana tingkat pengungkapan corporate social responsibility pada

perusahaan-perusahaan yang diteliti?

3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan corporate

social responsibility pada perusahaan-perusahan yang diteliti?


10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penilitian ini adalah untuk mencari, menganalisis, dan

memperoleh data empiris dan informasi yang diperlukan mengenai profitabilitas

serta kaitannya dengan luasnya pengungkapan corporate social responsibility

(CSR) sebagai bahan dalam rangka menyusun karya ilmiah dalam bentuk skripsi.

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pencapaian profitabilitas pada perusahaan-perusahaan

yang diteliti.

2. Untuk mengetahui tingkat pengungkapan corporate social responsibility

pada perusahaan-perusahaan yang diteliti.

3. Untuk mengetahui apakah profitabilitas mempunnyai pengaruh terhadap

pengungkapan corporate social responsibility.

1.4 Kegunaan Penelitan

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna bagi semua pihak. Adapun

kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Praktis

1. Bagi penulis

Adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan

wawasan penulis tentang berbagai konsep dan teori mengenai profitabilitas

dan ukuran perusahaan dan kaitannya dengan pengungkapan corporate

social responsibility (CSR) sehingga dapat memperoleh gambaran yang

lebih jelas dan kesesuaian antara fakta dan teori, melatih dalam berpikir
11

secara sistematis dan ilmiah, termasuk mengembangkan kemampuan untuk

melakukan analisis terhadap masalah lebih kritis. Selain itu sebagai salah

satu syarat dalam menempuh Ujian Akhir Sarjana Ekonomi Program Studi

Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

2. Bagi perusahaan

Dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya corporate

social responsibility dan diharapkan bisa menjadi referensi dalam

pengambilan kebijakan oleh manajemen perusahaan mengenai

pengungkapan CSR dalam laporan tahunan atau laporan keberlanjutan

yang disajikan.

3. Bagi investor

Dapat memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek-aspek

yang perlu diperhitungkan dalam investasi yang tidak terkait pada ukuran-

ukuran moneter.

4. Bagi masyarakat

Akan memberikan stimulus secara proaktif sebagai pengontrol atas

perilaku-perilaku perusahaan dan semakin meningkatkan kesadaran

masyarakat akan hak-hak yang harus diperoleh.

5. Bagi peneliti lain

Memberikan informasi sebagai ilmu pengetahuan dan juga sebagai bahan

referensi dan kerangka kerja khususnya untuk penulisan karya ilmiah

dengan topik yang sama.


12

1.4.2 Kegunaan Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran

mengenai pengembangan ilmu ekonomi, terutama dalam pengembangan ilmu

akuntansi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan referensi

atau acuan dan perbandingan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya

khususnya mengenai informasi yang berkaitan dengan profitabilitas dan

pengungkapan corporate social responsibility (CSR).

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis akan melaksanakan penelitian pada perusahaan yang terdaftar di

website resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan Perpustakaan

Universitas Widyatama. Adapun waktu penelitian dimulai pada bulan Februari

2017 sampai dengan selesai.

Anda mungkin juga menyukai