3. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh Negara Berkembang seperti Indonesia
dalam pelaksanaan CSR
1) Banyak tuduhan skeptis bahwa penormaan CSR sebagai suatu kewajiban yang disertai
sanksi menunjukkan bahwa pemerintah memaknai CSR hanya dari sisi peluang sumber
daya finansial perusahaan yang dapat dimanfaatkan untuk mengalihkan beban
pembangunan kepada perusahaan (Sefriani.,dkk.2015)
2) Perusahaan kurang memerhatikan kondisi masyarakat di mana perusahaan beroperasi.
Seperti kasus Freeport, Indo Rayon, dan sebagainya mencerminkan kekakuan hubungan
antara perusahaan dan lingkungannya, di mana masyarakat seolah justru menjadi objek
atau pelengkap penderita bagi perusahaan. Masyarakat pun merasa dikesampingkan
keberadaannya, sehingga muncul konflik yang kemudian mengganggu proses operasional
perusahaan;
3) Perusahaan melakukan bisnis tanpa memerhatikan kerusakan lingkungan alam di
wilayah yang ditempatinya, padahal wilayah tersebut juga menjadi tempat bergantungnya
kehidupan masyarakat. Pencemaran yang terjadi di Teluk Buyat adalah contoh dari
pengabaian itu, yang mengakibatkan penderitaan masyarakat karena harus tercemar
limbah tailing;
4) Perusahaan melakukan eksploitasi alam hingga merusaknya dan merugikan kehidupan
masyarakat yang luas, tanpa memperhitungkan ganti rugi masyarakat secara adil. Kasus
lumpur Lapindo adalah contoh konkret kejamnya perusahaan terhadap masyarakat
sekitar, dan bahkan hingga kini permasalahan belum teratasi secara tuntas;
5) Perusahaan masih memandang sebelah mata pada pentingnya program CSR bagi
kelangsungan perusahaan, dan bahkan ada perusahaan yang menganggap CSR sebagai
kendala dalam upaya mereka meraih keuntungan yang maksimal;
6) Perusahaan masih setengah hati dalam mengimplementasikan CSR, sehingga
masyarakat tidak dapat merasakan sepenuhnya manfaat program yang diberikan. Hal ini
terlihat pada sejumlah kasus di mana masyarakat hanya diperlakukan seperti objek, dan
perusahaanlah yang banyak menentukan kegiatan program, padahal dalam upaya
pemberdayaan dibutuhkan partisipasi yang baik dari masyarakat;
7) Perusahaan mengimplementasikan CSR hanya untuk dalih pencitraan perusahaan.
Implementasi dengan model seperti ini pada umumnya kurang banyak manfaatnya bagi
masyarkat karena biasanya programprogram yang dilakukan bersifat instan, sehingga
benefitnya tidak berkelanjutan bagi masyarakat (Retnangsih, 2015)
4. Cara yang harus dilakukukan perusahaan dan pemerintah dalam mengatasi permasalahan
CSR
1) Sebenarnya penormaan CSR sebagai suatu kewajiban yang disertai sanksi telah dikuatkan
Mahkamah Konstitusi dalam putusannnya Nomor 53/PUU-VI/2008. Nomor
53/PUUVI/2008 Penormaan TJSL sebagai kewajiban diserta sanksi sudah tepat namun
masih perlu pengawasan yang intens (Sefriani.,dkk.2015).
2) Pemerintah dan perusahaan meninjau kondisi lingkungan masyarakat sekitar sehingga
dapat menentukan kegiatan CSR yang minimum dapat dilakukan dalam memberdayakan
lingkungan masyarakat sekitar. Hal selanjutya yang harus dilakukan ialah perlunya dialog
antara perusahaan dan masyarakat dengan penengah yakni pemerintah sehingga terbentuk
hubungan yang baik dari kedua pihak dan tidak akan memunculkan permasalahan
dikemudian hari yang akan dating
3) Dalam upaya pengendalian pencemaran acuan tegas yang harus diberlakukan ialah
undang-undang tentang ligkungan hidup dan implementasi dari sisi izin perusahaan yang
mengacu pada dokumen amdal. Pemerintah harus pro aktif dalam mendengar kegaduhan
di dalam masyarakat sehingga ketika terjadi pelanggaran maka pemerintah dapat
mengambil langkah yang tepat dalam menindak perusahaan dan upaya pemulihan
lingkungan yang terdampak
4) Perlu adanya batasan kegiatan yang dimiliki perusahaan. Pemerintah harus tegas dalam
meninjau kapabilitas sumber daya alam yang dapat di eksploitasi tanpa memiliki dampak
massif terhadap lingkungan sehingga pemerintah harus bertindak tegas ketika ada
pelanggaran yang merugikan tanpa memikirkan sistem keberlangsungan di masa depan
5) Pemerintah harus melakukan sosialisasi terhadap pentingnya CSR dan dalam
menumbuhkan kesadaran CSR pemerintah dapat membuat indicator masing-masing
perusahaan dalam upaya mengelompokan status perusahaan yang baik dan tidak. Hal ini
dapat menjadikan masing-masing perusahaan terpacu dan memperbaiki CSR nya
6) Dalam implementasi CSR pemerintah dapat melakukan evaluasi terhadap progam CSR
yang telah dilakukan sehingga pemerintah dapat memberikan arahan, sangsi maupun
reward bagi perusahaan yang CSR nya telah pada level yang bagus
7) Implementasi CSR perlu dikaji ulang dalam beberapa tempo untuk mengetahui nilai,
efektifitas dan kelebihan atau kekurangan dalam progam CSR yang dikeluarkan
Daftar Pustaka
Alma, B. Juni, D.2009. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung: Alfabeta.2009. 178
Aziz, A. 2013. Etika Bisnis Perspektif Islam. Cirebon: Alfabeta.208
Retnaningsih, H. 2015. Permasalahan Corporate Social Responsibility (Csr) Dalam Rangka
Pemberdayaan Masyarakat. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI.
Sefriani, Sri Wartini, S.2015. Corporate Social Responsibility Dan Tanggung Jawab Negara
Terhadap Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya Di Indonesia. Vol 4
Solihin, I. 2009. Corporate Social Responsibility (CSR). Jakarta: Salemba Empat