Kepedulian dan komitmen Pertamina dalam kegiatan coporate social responsibility (CSR) selalu
ditingkatkan dari waktu ke waktu. Setidaknya, penguatan kegiatan CSR dengan memasukkan
kegiatan CSR ke dalam fungsi sendiri
LANDASAN
masyarakat sudah dilakukan Pertamina sejak kelahiran nya, 10 Desember 1957 karena
perusahaan didirikan dengan perjuangan dan untuk membiayai perjuangan, pembangunan, dan
manfaat sebesar-besar kemakmuran rakyat, sesuai proporsinya sebagai perusahaan. Landasanlandasan itu adalah :
Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha nya di bidang dan/atau bersangkutan deng an
sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Tanggung jawab sosial dan lingkungan me rupakan kewajiban perseroan yang dianggar
kan dan diperhitungkan sebagaibiaya per seroan yang pelaksanaannya dilakukan deng an
memperhatikan kepatutan dan kewajar- an.
VISI CSR
Misi CSR
1. Melaksanakan komitmen korporat atas Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
(TJSL) yang akan memberikan nilai tambah kepada semua pemangku
kepentingan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan.
2. Melaksanakan tanggungjawab korporat dan ke pedulian sosialuntuk sebuah
pembangunan masya rakat yang berkelanjutan.
TUJUAN CSR
CSR
VISI CSR
MISI CSR
Melaksanakan komitmen korporat atas Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)
yang akan memberikan nilai tambah kepada semua pemangku kepentingan untuk
mendukung pertumbuhan perusahaan.
TUJUAN CSR
Secara Internal adalah membangun hubungan yang harmonis dan kondusif dengan semua
pemangku kepentingan (stakeholder) untuk mendukung pencapaian tujuan korporasi
terutama dalam membangun reputasi korporasi.
2. Berkelanjutan
3. Dekat wilayah operasi
4. Publikasi
5. Mendukung PROPER
1,426 views
10 Likes
1 Comment
Share on LinkedIn
Share on Facebook
Share on Twitter
CSR merupakan suatu konsep terintegrasi yang menggabungkan aspek bisnis dan sosial dengan
selaras agar perusahaan dapat membantu tercapainya kesejahteran stakeholders, serta dapat
mencapai profit maksimum sehingga dapat meningkatkan harga saham. CSR merupakan
kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom
Lines, yaitu: Profit (keuntungan), People (masyarakat) dan Planet (lingkungan)
CSR merupakan salah satu hal yang memiliki peranan yang cukup penting dalam hal
keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Apabila perusahaan mengabaikan tanggung jawab
sosialnya, maka hal tersebut dapat mengganggu going concern perusahaan yang berupa tuntutan
dari lingkungan internal dan eksternal perusahaan khususnya masyarakat. Oleh sebab itu untuk
mengantisipasi terganggungnya going concern perusahaan perlu sikap yang tegas dan komitmen
yang tinggi dari pihak perusahaan untuk menjaga hubungan yang baik dan berkesinambungan
terhadap stakeholders nya. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan memperhatikan
tanggung jawab sosialnya biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan
finansialnya dimana kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini
tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang sadar akan pentingnya memperhatikan
tanggung jawab sosial bagi pertumbuhan dan keberlangsungan usahanya.
Dengan adanya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dikelola dengan baik
maka secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
Selain itu perusahaan dapat pula melindungi lingkungan sekitar agar terjadi keharmonisasian
antara perusahaan dengan lingkungan sekitar dan masyarakat
Program CSR sudah mulai bermunculan di Indonesia seiring telah disahkannya Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal, adapun isi Undang-Undang tersebut yang berkaitan dengan CSR,
yaitu:
Pada pasal 74 di Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, berbunyi:
1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Sedangkan pada pasal 25 (b) Undang Undang Penanaman Modal menyatakan kepada setiap
penanam modal wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Dari kedua pasal diatas dapat kita lihat bagaimana pemerintah Indonesia berusaha untuk
mengatur kewajiban pelaksanaan CSR oleh perusahaan atau penanam modal
Definisi CSR menurut World Business Council on Sustainable Development adalah komitmen
dari bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas
lokal dan masyarakat luas. Wacana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility) yang kini menjadi isu sentral yang semakin populer dan bahkan ditempatkan
pada posisi yang penting, karena itu kian banyak pula kalangan dunia usaha dan pihak-pihak
terkait mulai merespon wacana ini, tidak sekedar mengikuti tren tanpa memahami esensi dan
manfaatnya.
Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan
keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya (cost
centre) melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit centre). Program CSR merupakan
komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Disisi lain masyarakat mempertanyakan apakah perusahaan yang berorientasi
pada usaha memaksimalisasi keuntungan-keuntungan ekonomis memiliki komitmen moral untuk
mendistribusi keuntungan-keuntungannya membangun masyarakat lokal, karena seiring waktu
masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang
diperlukan, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab sosial.
Penerapan program CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep tata kelola
perusahaan yang baik (Good Coporate Governance). Diperlukan tata kelola perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance) agar perilaku pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa
dirujuk dengan mengatur hubungan seluruh kepentingan pemangku
kepentingan (stakeholders) yang dapat dipenuhi secara proporsional, mencegah kesalahankesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi
dapat diperbaiki dengan segera.
Dengan pemahaman tersebut, maka pada dasarnya CSR memiliki fungsi atau peran strategis bagi
perusahaan, yaitu sebagai bagian dari manajemen risiko khususnya dalam membentuk katup
pengaman sosial (social security). Selain itu melalui CSR perusahaan juga dapat membangun
reputasinya, seperti meningkatkan citra perusahaan maupun pemegang sahamnya, posisi merek
perusahaan, maupun bidang usaha perusahaan.
Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa CSR berbeda dengan charity atau sumbangan sosial. CSR
harus dijalankan di atas suatu program dengan memerhatikan kebutuhan dan keberlanjutan
program dalam jangka panjang. Sementara sumbangan sosial lebih bersifat sesaat dan berdampak
sementara. Semangat CSR diharapkan dapat mampu membantu menciptakan keseimbangan
antara perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Pada dasarnya tanggung jawab sosial
perusahaan ini diharapkan dapat kembali menjadi budaya bagi bangsa Indonesia khususnya, dan
masyarakat dunia dalam kebersamaan mengatasi masalah sosial dan lingkungan.
Keputusan manajemen perusahaan untuk melaksanakan program-program CSR secara
berkelanjutan, pada dasarnya merupakan keputusan yang rasional. Sebab implementasi programprogram CSR akan menimbulkan efek lingkaran emas yang akan dinikmati oleh perusahaan dan
seluruh stakeholder-nya. Melalui CSR, kesejahteraan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
lokal maupun masyarakat luas akan lebih terjamin. Kondisi ini pada gilirannya akan menjamin
kelancaran seluruh proses atau aktivitas produksi perusahaan serta pemasaran hasil-hasil
produksi perusahaan. Sedangkan terjaganya kelestarian lingkungan dan alam selain menjamin
kelancaran proses produksi juga menjamin ketersediaan pasokan bahan baku produksi yang
diambil dari alam.
Bila CSR benar-benar dijalankan secara efektif maka dapat memperkuat atau meningkatkan
akumulasi modal sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Modal sosial,
termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong royong, jaringan
dan kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui
beragam mekanismenya, modal sosial dapat meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap
kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian
masyarakat dan menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan.
Tanggung jawab perusahaan terhadap kepentingan publik dapat diwujudkan melalui pelaksanaan
program-program CSR yang berkelanjutan dan menyentuh langsung aspek-aspek kehidupan
masyarakat. Dengan demikian realisasi program-program CSR merupakan sumbangan
perusahaan secara tidak langsung terhadap penguatan modal sosial secara keseluruhan. Berbeda
halnya dengan modal finansial yang dapat dihitung nilainya kuantitatif, maka modal sosial tidak
dapat dihitung nilainya secara pasti. Namun demikian, dapat ditegaskan bahwa pengeluaran
biaya untuk program-program CSR merupakan investasi perusahaan untuk memupuk modal
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku buku :
Dirjosisworo Soejono, Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal, di Indonesia, Mandar
Maju, Bandung, 1999.
John Elkington, Cannibals with Forks,The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business,
dikutip dari Teguh Sri Pembudi, CSR, Sebuah Keharusan dalam Investasi Sosial, Pusat
Penyuluhan Sosial (PUSENSOS) Departemen Sosial RI, Jakarta, La Tofi Enterprise, 2005.
C. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Corporate Social Responsibility dapat dikatakan sebagai tanggung jawab moral terhadap
stakeholdernya yaitu pemegang saham, karyawan, media, pemerintah, konsumen
terutama adalah masyarakat atau komunitas yang ada di sekitar perusahaan itu tumbuh.
Dengan diadakannya Corporate Social Responsibility dengan masyarakat sekitar,
diharapkan tidak adanya kecemburuan sosial yang dapat menyulut menjadi konflik.
Perusahaan juga harus menyadari bahwa mereka beroprasi dalam suatu tatanan
lingkungan masyarakat.
Dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility perusahaan memiliki beberapa
inisitif yang dapat dipilih untuk menjadi fokus dalam kegiatan Corporate Social
Responsibility. Di Indonesia sendiri sudah banyak inisiatif Corporate Social
Responsibility yang diterapkan. Dari mulai mengajak konsumen untuk beramal,
penanaman pohon demi mengurangi dampak global warming, serta mengubah perilaku
masyarakat untuk lebih baik dalam isu tertentu. Tidak sedikit dana yang dikeluarkan
dalam setahun oleh perusahaan hanya untuk menunjang kegiatan Corporate Social
Responsibility.
Dari latar belakang tersebut tentang kesadaran perusahaan yang sudah mulai sadar akan
pentingnya penerapan Corporate Social Responsibility dan keuntungannya yang tidak
hanya meningkatkan laba tetapi juga keuntungan yang bersifat jangka panjang. Sudah
banyak perusahaan Indonesia yang menerapkan Corporate Social Responsibility untuk
membuat perusahaannya tetap eksis dan mendapat dukungan dari stakeholders, muncul
beberapa pertanyaan yaitu:
1. Apa saja contoh penerapan Corporate Social Responsibility yang ada
di Indonesia?
2. Apa saja keuntungan dari di adakannya kegiatan Corporate Social
Responsibility tersebut untuk perusahaan?
Menurut definisi Philip Kotler dan Nancy Lee, Corporate Social Responsibility adalah
komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik
bisnis yang baik dan mengkrotribusikan sebagian sumber daya perusahaan.
Philip Kotler dan Nancy Lee menyebutkan terdapat enam inisiatif Corporate Social
Responsibility yaitu:
1. Promosi kegiatan sosial (cause promotions)
Pada aktivitas CSR ini perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang
dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu
kegiatan sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat
atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu.
Tujuan dari kegiatan tersebut adalah Menciptakan kesadaran dan perhatian dari
masyarakat terhadap suatu masalah dengan menyajikan angka-angka statistik serta
fakta-fakta yang menggugah, Membujuk orang untuk menyumbangkan uangnya
untuk kemanfaatan masyarakat melalui pelaksanaan program sosial perusahaan.
2. Pemasaran terkait kegiatan sosial (cause related marketing)
Pada aktivitas CSR ini perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk
derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk
pemberian uang secara tunai, bingkisan/paket bantuan atau pelayanan secara cumacuma.
5. Pekerja sosial kemasyarakatan secara sukarela (community volunteering)
Pada aktivitas CSR ini perusahaan mendukung dan mendorong para karyawan, rekan
pedagang eceran atau para pemegang franchise agar menyisihkan waktu mereka
Pada aktivitas CSR ini perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui aktivitas
bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung
kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara
lingkungan hidup.
Dalam memilih inisiatif disarankan Pilih inisiatif untuk menemukan tujan bisnis dan
Goals; Pilih inisiatif untuk memenuhi kebutuhan prioritas kampanye tersebut; Pilih
beberapa inisiatif untuk kampanye tunggal, menambah satu upaya untuk kampanye
sekarang; Pilih inisiatif yang mewakili mitra paling kuat dengan masyarakat;
Pembahasan (6 hal)
Berikut adalah enam inisiatif Corporate Social Responsibility oleh Philip Kotler dan
Nancy Lee
o
Fokus utama dari kategori aktivitas Corporate Social Responsibility ini adalah
komunikasi persuasif, dengan tujuan menciptakan kesadaran masyarakat terhadap
suatu masalah sosial.
Contoh penerapan Cause Promotions di Indonesia adalah Prihatin dengan
layanan kesehatan di Indonesia, PT Philips Indonesia menggandeng Yayasan
Kanker Indonesia (YKI) dalam inovasi mobile application Spot It Yourself untuk
deteksi dini kanker payudara. YKI memang menempatkan kanker payudara
sebagai prioritas utama.
The + Project merupakan program tanggung jawab sosial (CSR) Royal Philips
Electronics di negara-negara Asia Tenggara (di antaranya Thailand, Indonesia,
dan Singapura), Korea, Australia, dan Selandia Baru. Philips memulai The +
Project di Indonesia satu tahun yang lalu, yaitu 5 Desember 2011, dengan
memanfaatkan kekuatan media sosial, terang Fletcher. Menutup November 2012,
dua dari tiga inovasi terpilih telah diluncurkan di Indonesia. Inovasi ketiga
dipastikan menyusul Februari 2012. Di Thailand, telah terpilih 3 ide juga.
Sementara itu, Singapura masih dalam tahap pengumpulan ide dengan hadiah
total sejumlah $10 ribu.
Pemasaran
Marketing)
Kemasyarakatan
Korporat
(Corporate
Societal
yang menurut permata Bank perlu dibenahi. sebagai wujud nyata kepedulian
Permata Bank terhadap pendidikan yakni perseroan akan mengerahkan 3.500
karyawannya untuk turun ke jalan melakukan gerakan yang disebut Unite for
Education. Gerakan partisipatif itu akan dipusatkan pada tanggal 16 Juni 2013
yang digelar di pelataran parkir Atrium EX Plaza Indonesia Thamrin.
Keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan dengan melaksanakan kegiatan
community volunteering adalah sebagai berikut:
Menciptakan
perusahaan.
preferensi
konsumen
terhadap
merk
produk
Kesimpulan (1hal)
Dan dalam melakssakan CSR perusahaan memiliki 6 inisiatif yang dapat dipilih
yaitu:
kemasyarakatan
secara
tanggung
sukarela
jawab
(community
sosial
(socially
Dalam melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility, perusahaan tidak dengan sembarang
memilih inisiatif sebagai fokus dalam melaksakan kegiatan Corporate Social Responsibility
tetapi juga melihat public yang disasar oleh perusahaan, melakukan beberapa reset dan observasi
isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat.
Rekomendasi (1 hal)
Sedangkan inisiatif yang tidak saya sarankan adalah Community Volunteering. Memang
inisiatif tersebut juga memiliki dampak positif tetapi menurut saya tidak efektif karena
karyawan belum tentu mau melaksakan kewajiban untuk melakukan Community
Volunteering. Apabila karyawan dibawah paksaan dalam melakukan kegiatan Community
Volunteering akan sia sia karena tidak akan maksimal hasilnya, selain itu karyawan bisa
saja tidak loyal terhadap perusahaan.
Daftar pustaka
Kotler, P. and Nancy, L. 2005. Corporate Social Responsibility : Doing The Most
Good For Your Company and Your Cause. Best Practices From Hewlett Packard,
Ben & Jerrys, and Other Leading Companies. Jhon Wiley & Sons, Inc. United
States of America.
Green Planet
Program penanaman pohon dan konservasi mangrove yang dilaksanakan melalui aksi langsung
penanaman, pembagian bibit pohon kepada warga dalam sejumlah kegiatan masyarakat dan
kampanye lingkungan. Pada tahun 2009 telah didistribusikan sekitar 100.000 pohon, di Jakarta
dan di wilayah-wilayah operasi Pertamina di Indonesia.Pertamina menanam pohon-pohon
tersebut di berbagai area, termasuk lahan kritis dan perkotaan. Jenis tanaman bervariasi, dari
pohon produktif seperti mangga, rambutan, belimbing, juga mangroove dan pohon pelindung
seperti akasia dan jati.
Costal Clean Up
Kegiatan CSR Lingkungan bersih-bersih pantai. Kegiatan ini dilaksanakan dengan sejumlah aksi,
antara lain bersih-bersih pantai, distribusi tempat sampah, edukasi pelestarian lingkungan dan
penanaman pohon. Tahun 2009, Program Costal Clean Up dilaksanakan di Balikpapan, Balongan
dan Cilacap.
Green and Clean
Dalam mendukung kebersihan dan paru-paru kota, tahun 2009 ini Pertamina juga melaksanakan
rehabilitasi taman kota di Bandung dan pembagian 21 unit sepeda motor sampah di Kota Medan.
Green Festival
Langkah Pertamina untuk Selamatkan Bumi juga dilaksanakan melalui Green Festival 2009,
suatu kegiatan tahunan yang mengangkat isu pemanasan global (global warming). Program ini
bertujuan mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk melakukan aksi menyelamatkan bumi
dari dampak pemanasan global. Dalam Green Festival 2009, terdapat lima green area, yaitu area
listrik, sampah, kendaraan, air dan pohon. Di green area, pengunjung diperlihatkan apa saja yang
bisa dilakukan untuk menyelamatkan bumi dari dampak pemanasan global. Mulai dengan
menghemat dan mengelola air sebagai sumber kehidupan, mengelola sampah dengan 5R (reused,
reduce, recycle, rethink, replace), mengerti makna pohon dan fungsinya bagi kehidupan manusia,
sampai bagaimana cara meminimalisasi polusi dengan menggunakan kendaraan yang ramah
lingkungan. Pada Green Festival 2009 juga diadakan green competition, yaitu, lomba yang
mengasah pengetahuan seputar pemanasan global dan lingkungan secara umum yang diikuti oleh
ratusan sekolah di Jakarta.
Biopori
Pada tahun 2009 Pertamina juga memberikan 12.300 unit Bor Biopori, di Jakarta, Jawa Tengah,
DIY, dan Tangerang. Bor Biopori merupakan suatu alat untuk membuat lubang biopori, yang
berguna untuk membantu percepatan resapan air dan penginvestasian air di dalam tanah. Dengan
membuat lubang biopori di masing-masing rumah, cadangan air tanah akan bertambah karena
luas resapan air diperbanyak. Lubang biopori juga berguna untuk penimbunan sampah organik
sehingga membantu proses penyuburan tanah.
Uji Emisi Gas Buang
Perhatian terhadap kualitas udara yang lebih baik merupakan salah satu fokus Pertamina
terhadap lingkungan. Untuk terus menginternalisasikan wawasan dan sikap pro lingkungan bagi
stakeholders internal Pertamina, khususnya di lingkungan Kantor Pusat Pertamina, dan secara
kongkrit menunjukkan sikap peduli lingkungan sekaligus patuh pada peraturan-peraturan
lingkungan, Pertamina melaksanakan uji emisi gas buang kepada kendaraan yang berada di
lingkungan kantor pusat Pertamina.
Uji emisi gas buang ini mengacu Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005
tentang Pengendalian Pencemaran Udara, dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 92 Tahun
2007 tentang Uji Emisi Kendaraan Bermotor, dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 31
Tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi Kendaraan Bermotor. Uji Emisi selama 3 hari menjangkau
sedikitnya 700 kendaraan Perusahaan dan Pekerja Pertamina berbahan bakar bensin dan solar
yang sehari-hari beroperasi di lingkungan Kantor Pusat Pertamina.
Pertamina Green Act
Pertamina Green Act merupakan sebuah kompetisi seni dan kreativitas bagi siswa SMA dan guru
dengan gaya hidup hijau sebagai tema utama. Program ini bertujuan untuk menjadikan sekolahsekolah terbaik untuk menjadi pelopor gerakan peduli lingkungan.
Tujuan umum dari program ini adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan ramah
lingkungan dan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah lingkungan yang ada dalam
masyarakat. Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam program Green Act diantaranya adalah
sosialisasi program, pelatihan, dan kompetisi 3R (reduce, reuse, recycle).
Kerajinan Eceng Gondok
Kerajinan Eceng Gondok ini merupakan salah satu bentuk kepedulian CSR Pertamina bidang
Lingkungan yang bertujuan untuk mengurangi polutan air melalui budi daya tanaman eceng
gondok. Program ini dilakukan di dekat daerah operasional Pertamina di Plaju, Palembang
Sumatra.
Fokus utamanya berupa pemberdayaan masyarakat dan pengembangan potensi lokal berupa
sumber daya tanaman eceng gondok. Diharapkan agar tanaman eceng gondok yang sering
dianggap sebagai gulma dapat diolah menjadi barang kerajinan yang bermanfaat. Melalui
pelatihan yang diberikan diharapkan
Rehabilitasi Hutan Mangrove
Pertamina berkomitmen untuk terus berpartisipasi dalam menyelamatkan lingkungan terutama
kawasan hutan mangrove di sekitar wilayah operasinya.
Kegiatan yang dilaksanakan tidak hanya berupa penanaman tanaman mangrove tetapi juga
pemberdayaan masyarakat lokal mengenai manfaat tanaman mangrove dalam kehidupan.
Sebagai contoh adalah dengan pemberdayaan masyarakat lokal mengenai budidaya kepiting di
kawasan hutan mangrove yang kemudian dapat meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan
masyarakat setempat.
Pada tahun 2010, program ini menunjukkan perkembangan yang signifikan terutama pada
tingkat hidup pohon mangrove dan kisah sukses peternakan kepiting di wilayah Cilacap.
Pertamina berhasil menanam 147.000 pohon mangrove selama periode 2010-2011.
2 Votes
Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan atau program corporate social responsibility
dapat memberikan dampak yang positif terhadap perusahaan. Peningkatan citra positif
perusahaan (corporate image) melalui kegiatan Corporate Social Responsibility yang
dilaksanakan oleh perusahaan selain menjadi added value bagi perusahaan dimata masyarakat,
juga dapat menjadi modal dasar untuk penunjang bisnis dan kegiatan operasional perusahaan jika
direncanakan dengan baik dan sistematis. Pelaksanaan program CSR tentu saja perlu dirumuskan
dalam strategi yang baik dan matang, agar sejalan dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
Apa saja langkah yang dapat dilakukan dalam merumuskan strategi tanggung jawab sosial
perusahaanatau program Corporate Social Responsibility (CSR)? Memastikan komitmen
dimulai dari jenjang teratas yaitu Dewan Komisaris dan Direksi serta memastikan bahwa
penerapan tata kelola perusahaan telah terlaksana dengan baik didalam operasi bisnis inti.
Implementasi Corporate Social Responsibility perusahaan harus sesuai dengan visi dan misi
perusahaan serta mendapatkan dukungan dari Dewan Komisaris dan Direksi. Dengan dukungan
yang kuat dari manajemen, implementasi CSR menjadi lebih baik, lebih terarah. Hal ini penting
guna mendapatkan kejelasan arah dan fokus pada sektor apa CSR apa yang akan
diimplementasikan oleh perusahaan.
Memprakarsai diskusi kelompok antar para pemangku kepentingan.
Perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis dan operasionalnya sering kali bersinggungan
dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang tentu saja memiliki kepentingan yang
juga berbeda-beda. Semua kelompok dan pribadi-pribadi yang memiliki keterkaitan dengan
perusahaan dapat memberikan masukan kepada perusahaan dalam merumuskan program
Corporate Social Responsibility.
Stategi dasar CSR harus ditetapkan di tingkat eksekutif dan anak perusahaan dapat
mengangkat strategi tersebut sesuai dengan lingkungan setempat.
Agar implementasi Corporate social Responsibility dapat berjalan selaras antara holding dan
anak perusahaan (bagi grup korporasi), perlu dirumuskan strategi CSR yang holistik. Karenanya
strategi Corporate Social Responsibility harus dirumuskan pada jajaran eksekutif. Cara termudah
lainnya, setiap anak perusahaan dapat mengadopsi strategi CSR dari perusahaan induk. Tidak
hanya serta-merta langsung mengadopsi, tetapi juga harus menyesuaikan dengan sektor industri
yang digeluti oleh anak perusahaan itu dan menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam program pengembangan pasar dan
pembentukan citra masyarakat dan dalam pengembangan rantai nilai.
Program Corporate Social Responsibility juga perlu mencermati kondisi riil yang terjadi di
dalam masyarakat. Pelibatan dan memberdayakan masyarakat juga dapat didorong untuk
merumuskan strategi CSR seperti dalam bentuk Community Development Program. Hal ini
dapat mendorong pengembangan pasar, dan meningkatkan citra positif perusahaan dimasyarakat
dan juga dapat mengembangakan added value chain dari sebuah perusahaan.
Untuk program CSR seperti program lingkungan atau yang memberikan manfaat tidak
langsung dianjurkan agar perusahaan membentuk unit CSR yang terpisah dari bagian
operasi di perusahaan
Membentuk unit CSR yang terpisah merupakan pilihan dari perusahaan masing-masing sesuai
dengan besaran arah dan fokus CSR, luasnya skala, wilayah dan pendanaan dari program CSR
yang direncanakan. Hal ini tergantung dari kebijakan masing-masing.
Dalam konteks ini, CSR dirancang untuk memberikan manfaat kepada masyarakat,
dan keuntungan perusahaan membantu untuk membenarkan bagi pengeluaran
anggaran CSR tersebut. Ini merupakan kompromi atas perdebatan tentang definisi
CSR yang sampai kini masih berlangsung. Menurut Bowen (1953, hal. 6), kewajiban
perusahaan adalah menjalankan usahanya sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan yang
hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan tersebut beroperasi. Definisi
Bowen yang juga disebut-sebut sebagai sebagai Bapak CSR -- bertujuan
meyakinkan perusahaan tentang perlunya memiliki visi yang tidak hanya berkaitan
dengan urusan kinerja finansial perusahaan belaka. Selain mengejar keuntungan,
perusahaan harus melaksanakan tanggungjawab sosial dengan cara menjalankan
usahanya sejalan dengan kepentingan masyarakat sekitarnya.
Akan tetapi, selama beberapa dekade tanggung jawab perusahaan telah ditafsirkan
mengikuti pemikiran Friedman dan pendukung dari pandangan neoklasik. Menurut
penerima hadiah Nobel tersebut, orientasi perusahaan adalah bagaimana caranya
perusahaan bisa langgeng dengan cara meningkatkan labanya (Friedman, 1962).
Menurutnya, tanggung jawab sosial hanya ada pada individu dan tidak melekat
pada perusahaan. Tujuan perusahaan hanyalah menghasilkan keuntungan ekonomi
bagi pemegang sahamnya. Karena itu, jika perusahaan memberikan sebagian
keuntungannya bagi masyarakat dan lingkungan, maka perusahaan telah
menyalahi kodratnya dimana perusahaan hanya mencari keuntungan sebesarbesarnya demi kepentingan pemegang saham.
Kini, setelah beberapa perusahaan besar terlibat skandal dan dihadapkan pada
tuntutan pada perusahaan untuk berperilaku tidak hanya sekadar
mempertimbangkan masalah keuangan, tetapi juga harapan agar perusahaan juga
menjadi bagian lain dari masyarakat (Falkenberg 2004; Zadek 2004). Ide dasar dari
tanggung jawab sosial perusahaan adalah bahwa jalinan antara bisnis dan
masyarakat bukan pada entitas yang berbeda, sehingga masyarakat memiliki
harapan tertentu pada perusahaan agar bisnis berjalan tepat dan berhasil (Wood,
1991)
Pada akhirnya, CSR merupakan sebuah aktivitas yang efeknya dapat dievaluasi
berdasarkan tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Disini pentingnya, selama proses
penyusunan tujuan dan evaluasi, perusahaan dan stakeholder duduk bersama
memutuskan bagaimana menilai tujuan dan mengevaluasi serta melaporkan
hasilnya. Kegagalan untuk melibatkan para stakeholder dalam proses penilaian dan
pelaporan dapat mencemari legitimasi upaya CSR.
Selain itu, melibatkan stakeholder dalam proses evaluasi juga bisa meningkatkan
transparansi evaluasi
tujuan. Sebab tidak tertututp kemungkinan antara stakeholder dan perusahaan
terdapat perbedaan dalam penafsiran tentang makna tujuan. Sebagai contoh,
mungkin stakeholder puas karena proses mencapai tujuan itu berjalan sesuai
dengan yang direncanakan meski perusahaan mungkin kecewa dengan kegagalan
inisiatif untuk mencapai tujuan hasil tertentu. Bagi stakeholder, fakta bahwa
perusahaan terlibat dalam beberapa tindakan seperti memberikan karyawan cuti
dari pekerjaan untuk menjadi sukarelawan mungkin lebih penting daripada fakta
bahwa target jumlah karyawan yang berpartisipasi dalam kurun waktu tertentu
tidak tercapai.
Perdebatan juga bisa muncul ketika membahas soal ukuran keberhasilan lainnya.
Sebagian stakeholder mungkin tidak begitu tertarik dengan indicator imbalan atas
investasi (ROI). Tapi manajer perusahaan mungkin melihat ROI sebagai sesuatu
yang penting. Karena kemungkinan-kemungkinan terjadinya perbedaan persepsi
tentang "keberhasilan" dan "kegagalan", maka perusahaan perlu dibangun
komunikasi antara stakeholder dan perusahaan. Selain itu, perlu pendokumentasian
tujuan dan kemajuan yang dicapai untuk mengurangi perdebatan yang mungkin
ditimbulkan karena kelupaan.
Pada dasarnya, evaluasi adalah proses formal untuk menilai keberhasilan inisiatif
CSR dengan cara membandingkan antara hasil dan tujuan yang ingin dicapai.
Karena itu, pada saat menyusun inisiatif, tujuan harus terukur baik dengan
mempertimbangkan waktu atau pencapaiannya. Selain setelah program, evaluasi
antar waktu juga perlu dilakukan untuk memberikan peringatan dini kepada
penyelenggara program atau manajemen terhadap masalah atau potensi masalah
sebelum situasi menjadi lebih parah. Evaluasi ini meliputi tiga aktivitas. Pertama,
memeriksa dasar dari kegiatan, yakni rencana dan objective dari kegiatan. Kedua,
membandingkan hasil yang diharapkan dengan hasil actual, dan ketiga, mengambil
tindakan koreksi untuk memastikan kinerja sejalan dengan rencana.
Satu hal lain yang perlu dilakukan perusahaan adalah melakukan audit komunikasi
CSR untuk mendapatkan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan dalam
rencana komunikasi CSR. Audit komunikasi CSR dilakukan melalui sebuah survey
terhadap stakeholder untuk mengetahui (1) pengetahuan mereka tentang inisiatif
CSR, (2) bagaimana mereka mengetahui inisiatif CSR (saluran komunikasi), dan (3)
saluran yang mereka sukai untuk mendapatkan informasi CSR. Audit komunikasi
dapat dijalankan bersama dengan survei yang menilai tentang reaksi terhadap
inisiatif CSR. Data Audit akan membantu meningkatkan komunikasi CSR di masa
mendatang.
Pada tahap ini, manajer dapat membangun kekuatan dan melihat ke depan dengan
memperbaiki kelemahan masa lalu guna diaplikasikan pada inisiatif CSR berikutnya.
Sebagai contoh, media sosial mungkin sangat efektif menjangkau para stakeholder,
tetapi gagal memberikan informasi yang mereka inginkan. Dari informasi ini,
manajer dapat memperbaiki kelemahan dari penggunaan media sosial. Atau
stakeholder mungkin lebih suka mendapatkan informasi CSR dari media yang tidak
terkontrol dibandingkan dengan media dikontrol.
Selama proses evaluasi ini, umpan balik dari stakeholder sangat berguna karena
dapat memberikan wawasan untuk menyempurnakan inisiatif dan proses CSR
secara keseluruhan. Pada tahap ini, perusahaan mengumpulkan informasi tentang
reaksi stakeholder atas inisiatif CSR, proses CSR, dan efektivitas komunikasi CSR.
Umpan balik stakeholder diperoleh melalui proses pemindaian dan pemantauan.
Langkah ini akan berguna untuk mengetahui apakah para pemangku kepentingan
merasa inisiatif CSR memadai dan efektif, selain untuk mengetahui gambaran lebih
dalam tentang apa yang harus dilakukan perusahaan berikutnya.
Namun, Harold D. Lasswell menyebut empat hal tersebut tidak lengkap karena tidak
memperhitungkan evaluasi perusahaan atas investasi tanggung jawab sosial dan
apakah kebijakan tersevut sesuai dengan hasil penilaian. Seperti diketahui, tujuan
tanggung jawab sosial perusahaan harus spesifik dan jelas agar evaluasi diterapkan
bisa efektif untuk meningkatkan program-program CSR dan investasi atau untuk
mengusulkan program alternatif. Ini berarti bahwa tak ada indicator baku tentang
apa yang harus dievaluasi. Disini yang penting adalah perusahaan dan stakeholder
duduk bersama untuk menentukan apa yang ingin dicapai dari program CSR dan
bagaimana mengukur pencapaianya.
praktik
bisnis
yang
bertanggungjawab.
Perusahaan
berusaha
Perusahaan
sebagai
sistem,
dalam
keberlanjutan
dan
keseimbangannya tidak bisa berdiri sendiri. Eksistensi suatu perusahaan tidak bisa
dipisahkan
dengan
masyarakat
sebagai
lingkungan
eksternalnya.
Terdapat
Perusahaan
selain
mengejar
keuntungan
ekonomi
untuk
kesejahteraan dirinya, juga memerlukan alam untuk sumber daya olahannya dan
stakeholders lain untuk mencapai tujuannya. Dengan menggunakan pendekatan
tanggung
jawab
sosial
perusahaan,
perusahaan
tidak
hanya
mendapatkan
keuntungan ekonomi tetapi juga keuntungan secara sosial. Dengan demikian usaha
tersebut dapat berlangsung dengan baik dan secara tidak langsung akan mencegah
konflik yang merugikan. Corporate Sosial Responsibility (CSR) saat ini perlahan
namun pasti telah menjadi perhatian publik.
CSR
atau
dikenal
dengan
istilah
Tanggungjawab
Sosial
Perusahaan
ini
merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai
dengan pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) yang terbaru, yakni UU
pentingnya
program
Corporate
Social
Responsibility
(CSR)
bagi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.
Risk contribution;
3.
Concert of action;
4.
Alternative liability;
5.
Enterprise liability.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan perbedaan antara tanggung
jawab dalam makna responsibility dengan tanggung jawab dalam makna liability
pada hakekatnya hanya terletak pada sumber pengaturannya. Jika tanggung jawab
itu belum ada pengaturannya secara eksplisit dalam suatu norma hukum, maka
termasuk dalam makna responsibility. Sebaliknya, jika tanggung jawab itu telah
diatur di dalam norma hukum, maka termasuk dalam makna liability
Munculnya Konsep CSR didorong oleh terjadinya kecenderungan pada
masyarakat industri yang dapat disingkat dengan fenomena DEAF sebuah akronim
dari Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi ( Suharto, 2005)
1. Dehumanisas industry. Efisien dan mekanisasi yang semakin menguat di dunia
industri telah menciptakan persoalan-persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan
buruh di perusahaan tersebut, maupun bagi masyarakat di sekitar perusahaan.
Merger mania dan perampingan perusahaan telah menimbulkan gelombang
Pemutusan Hubungan Kerja dan pengangguran, ekspansi dan eksploitasi dunia
industri telah melahirkan polusi dan kerusakan lingkungan yang hebat.
2. Equalisasi hak-hak publik. Masyarakat kini semakin sadar akan haknya untuk
meminta pertanggungjawaban perusahaaan atas berbagai masalah sosial yang
sering kali ditimbulkan oleh beroperasinya perusahaan. Kesadaran ini semakin
menuntut akuntabilitas perusahaan bukan saja dalam proses produksi,
melainkan pula dalam kaitannya dengan kepedulian perusahaan terhadap
berbagai dampak sosial yang ditimbulkannya.
3. Aquariumisasi dunia industri. Dunia kerja ini semakin transparan dan terbuka
laksana sebuah akuarium. Perusahaan yang hanya memburu rente ekonomi dan
cenderung mengabaikan hokum, prinsip, etis dan filantropis tidak akan mendapat
dukungan publik. Bahkan dalam banyak kasus, masyarakat menuntut agar
perusahaan seperti ini di tutup.
4. Feminisasi dunia kerja. Semakin banyaknya wanita yang bekerja semakin
menuntut dunia perusahaan, bukan saja terhadap lingkungan internal organisasi
seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan, kesehatan dan keselamatan kerja,
melainkan pula terhadap timbulnya biaya-biaya sosial, seperti penelantaran anak,
kenakalan remaja akibat berkurangnya kehadiran ibu-ibu di rumah dan tentunya
dilingkungan masyarakat. Pelayanan sosial seperti perawatan anak (child care),
pendirian fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak, atau pusat-pusat
kegiatan olah raga dan rekreasi bagi remaja bisa merupakan sebuah kompensasi
sosial terhadap isu ini.
peraturan
mengenai
diwajibkannya
melakukan
CSR.
Direksi
yang
bertanggung jawab bila ada permasalahan hukum yang menyangkut perusahaan &
CSR. Selain itu Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Moda pasal
15 huruf (b) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial
perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan
penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan
sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Pasal 1 angka 3 UUPT, tangung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen
perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR merupakan salah satu kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang-undang
Perseroan Terbatas (UUPT) yang baru. Undang-undang ini disahkan dalam sidang
paripurna DPR.
Di Indonesia, CSR semakin menguat setelah dinyatakan dengan tegas dalam UU
Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007, dimana dalam pasal 74 antara lain diatur
bahwa :
1. Ayat 1 : Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan Sumber Daya Alam (SDA) wajib melaksanakan Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan.
2. Ayat 2 : Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1)
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan
dan kewajaran.
3. Ayat 3 : Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
4. Ayat 4 : Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Menurut Edi Suharto (2008), peraturan tentang CSR yang relatif lebih terperinci
adalah UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudian dijabarkan lebih jauh
oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No. : Per-05/MBU/2007 yang mengatur mulai
dari besaran dana hingga tatacara pelaksanaan CSR. Seperti diketahui, CSR milik
BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Dalam UU BUMN
dinyatakan bahwa selain mencari keuntungan, peran BUMN adalah juga
memberikan bimbingan bantuan secara aktif kepada pengusaha golongan lemah,
menjawab keresahan dunia bisnis. Belakangan ini CSR diadopsi karena bisa jadi
penawar kesan buruk perusahaan di mata masyarakat dan lebih dari itu pengusaha
dianggap sebagai pemburu uang yang tidak peduli pada dampak kemiskinan dan
kerusakan lingkungan. Melalui program CSR, pengusaha tidak perlu lagi diganggu
oleh perasaan bersalah karena CSR merupakan tanggung jawab aktivitas sosial
kemasyarakatan yang tidak berorientasi profit.
Pada intinya CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan
sosial-ekonomi kawasan secara holistik, lembaga, dan berkelanjutan. Beberapa
nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR
adalah corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations,
dan community development. Ditinjau dari motivasinya, keempat nama di atas bisa
dimaknai sebagai dimensi atau pendekatan CSR. Jika corporate giving bermotif amal
atau
charity,
corporate
philanthropy
bermotif
kemanusiaan
dan
corporate
komponen
penting
sustainable
development,
yakni
economic
growth,
environmental protection, dan social equity yang digagas the World Commission on
Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987), Elkington
mengemas CSR ke dalam tiga fokus yaitu 3P :
Profit
People
Planet
BAB III
PEMBAHASAN
Visi
To Be an Indonesian Leading Power Generation Company with World Class
Standards
(Menjadi
Perusahaan
Pembangkit
Tenaga
Listrik
Indonesia
yang
3.
usaha
ketenagalistrikan
dengan
mengoperasikan
dan
Kegesitan (Agility)
Fokus kepada Hasil dan Penciptaan Nilai (Focus on Results and Creating
Value)
3.2 Maksud, Tujuan dan Manfaat Program CSR PT. PJB UP-Gresik
Maksud
Program CSR dimaksudkan meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian
masyarakat sekitar industri ketenagalistrikan yang meliputi usaha pembangkitan
sehingga kualitas hidup masyarakat menjadi lebih baik.
Tujuan
a. Jangka Pendek
b. Jangka Panjang
1. Membantu untuk mengembangkan dan meningkatkan kewirausahaan masyarakat
yang kurang mampu sekitar perusahaan secara terus menerus sehingga tidak
tergantung pada orang lain atau PT PJB
2. Mengembangkan potensi masyarakat kurang mampu sekitar perusahaan secara
terus menerus sehingga tidak tergantung pada orang lain atau PT PJB
3. Mengembangkan anak asuh secara terus menerus, sehingga menjadi mandiri
Manfaat
a. Manfaat Bagi Perusahaan
Terbangunya teputasi dan citra yang baik bagi perusahaan dengan melakukan
berbagai program pengelolaan lingkungan secara efektif dan program
pengembangan masyarakat
Mengurangi tingkat resiko (keamanan) terhadap unit-unit pembangkit perusahaan
3.3 Latar Belakang dan Ruang Lingkup Program CSR PT. PJB UP-Gresik
Latar Belakang
Korporat disamping sebagai institusi bisnis juga tidak bisa lepas dari
keberadaan sebagai entitas sosial (corporate citizenship) yang berpengaruh dan
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu keberadaan
korporasi sudah selayaknya memberikan kemanfaatan umum terutama bagi
masyarakat sekitar dimana korporasi menjalankan aktivitas usahanya.
Menyadari hal tersebut PT PJB telah mempunyai visi sebagai perusahaan yang
peduli lingkungan dan ditegaskan kembali melalui misinya memberikan hasil
yang terbaik kepada pemegang saham, pegawai, pelanggan, pemasok, pemerintah
dan masyarakat serta lingkungannya. Pernyataan visi dan misi tersebut sebagai
bentuk penegasan komitmen perusahaan ini terhadap kondisi sosial dan
lingkungannya.
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, segenap jajaran PT PJB yakni unitunit PT PJB, telah memperlihatkan kepeduliannya baik internal (pengelolaan
lingkungan internal) maupun terhadap masayarakat dan lingkungan dengan
menyususn dan melaksanakan CSR melalui serangkaian program-program.
Serangkaian program CSR merupakan bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan dan merupakan bagian dari tata kelola perusahaan yang baik (GCG)
guna mencapai keseimbangan dan keberlanjutan hidup serta jalinan kemitraan
timbal balik antara perusahaan dan stakeholders. Dalam hal ini PT PJB mempunyai
tanggung jawab untuk turut mengatasi permasalahan sosial melalui pemberdayaan
masyarakat agar dapat mengaktualisasi diri dalam mengelola lingkungan sekitarnya
sehingga dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri baik dari aspek ekonomi,
sosial maupun kelembagaan tanpa bergantung kepada pihak PT PJB atau pihak
lainnya. Disamping itu secara berimbang, PT PJB juga memperhatikan aspek
internal perusahaan, baik yang berkaitan dengan kesejahteraan dan keselamatan
karyawan maupun pengelolaan berbagai macam limbah yang dihasilkan yang pada
gilirannya akan berdampak positif bagi lingkungan sekitarnya.
Hal tersebut di atas akan dapat terealisasi manakala terdapat pemahaan serta
persepsi yang sama dan komprehensif menyangkut CSR dan bentuk programnya ini
baik level manajemen perusahaan maupun operasional teknis dilapangan. Karena
tanpa pemahaman yang jelas, aktivitas tanggung jawab sosial hanya akan terpuruk
dan akan bersifat kontraproduktif. Untuk itu disusunlah pedoman kebijakan
pelaksanaan CSR PT PJB ini sebagai pijakan dalam mengimplementasikan program
lebih lanjut.
Ruang Lingkup
1. Eksternal
Tanggung jawab eksternal PT PJB dilaksanakan oleh Bidang Human dan Comdev
(Unit DM Umum), dimana pada intinya adalah menjaga dan menumbuhkan citra
positif perusahaan atas dampak-dampak operasional perusahaan terhadap
kehidupan sosial masyarakat dilingkungan PJB. Jadi kaitannya dengan komitmen
sosial kemasyarakatan, program CSR eksternal diimplementasikan melalui program
pengembangan masyarakat (Comdev) dimana merupakan aktivitas komplementer
dari program pembangunan oleh pemerintah yang dilakukan secara sistimatis dan
terarah dalam rangka memperbaiki kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan
dan mewujudkan kemandiriannya yang didasarkan pada :
2. Internal
Tanggung jawab internal dilaksanakan oleh Subdit LK3 (Kantor Pusat) dan DM
LK3 (UP dan UBP), di mana pada intinya adalah mengendalikan dampak-dampak
operasional perusahaan (utamanya Unit Pembangkitan) yang dapat dikategorikan
sebagai polusi pencemaran lingkungan diantaranya adalah polusi terhadap udara,
air,
tanah.
Pengendalian
dampak-dampak
tersebut
dimaksudkan
untuk
Ring 1 Desa atau kelurahan dalam radius 2 km dari area asset property unit
pelaksana comdev.
Ring 3 Wilayah kabupaten di mana asset property unit pelaksana comdev berada.
Wilayah di luar 2 (dua) kategori di atas tetapi menjadi sasaran program karena
beberapa pertimbangan khusus, misalnya korban bencana, ketersediaan potensi
(SDA dan partisipasi masyarakat) yang potensial untuk dikembangkan dan lain
sebagainya yang bermanfaat bagi pembentukan citra bagi perusahaan.
3.5 Bentuk Program dan Alokasi Anggaran Program CSR PT. PJB UP-Gresik
Bentuk Program
a. Bentuk Program Berdasarkan Jenisnya
Bentukbentuk kegiatan program berdasarkan jenisnya yang mencerminkan
Corporate Social Responsibiliy (CSR) antara lain :
1. Grants (Hibah) : untuk membiayai kegiatan tertentu dan dirasakan manfaatnya
secara langsung misalnya membangun perpustakaan umum untuk menggairahkan
minat baca.
Community Relation
Pengertian
Kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui
komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait (konsultasi kegiatan
dengan komuniti, sosialisasi, promosi dan sebagainya).
Fungsi
Meminimalisasi perbedaan konsepsi dan pikiran antara masyarakat, korporat dan
pemerintah.
Indikator
Terbentuk suatu persepsi yang sejalan antar masing-masing pihak, baik masyarakat
lokal, pemerintah, maupun korporat.
Hubungan baik dan saling mendukung antar stakeholder.
Community Services
Pengertian
Merupakan pelayanan korporat untuk memenuhi kepentingan masyarakat ataupun
kepentingan umum serta penyediaan sarana prasarana yang dibutuhkan publik
(seperti pelayanan kesehatan Cuma-suma, bantuan-bantuan sosial, donasi,
penyediaan sarana pendidikan, sarana ibadah dan sebagainya).
Fungsi
Community Empowering
Pengertian
Program-program yang diarahkan dalam rangka penguatan kapasitas dan
memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang
kemandiriannya (pengembangan usaha kecil, pendidikan dan pelatihan dsb).
Fungsi
Menciptakan masyarakat yang berdaya dan mandiri (baik sosial ekonomi maupun
kelembagaan).
Indikator
2.
3.
4.
Berbasis sumber daya setempat (local resource bases) baik sumberdaya alam,
sumber daya manusia maupun kelembagaannya.
Berkelanjutan (sustainable).
3.8
Diharapkan
tidak
bersifat
charity
(hadiah)
semata
tetapi
berawal
dari
a. Indikator Output
Beberapa wilayah (desa, kecamatan dan kabupaten) yang telah menjadi sasaran
program.
Bentuk sarana prasarana publik baik fisik maupun non fisik yang telah disediakan
oleh perusahaan.
Indikator-indikator
lain
disesuaikan
dengan
jenis
kegiatan
yang
spesifik
dilaksanakan.
b. Indikator Dampak
Penerima Program
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
musholla
GKB
8.
Kontribusi pavingisasi
Kelurahan Singosari
9.
Bidang Pendidikan
No.
Penerima Program
1.
SD Sidokumpul V
2.
TPQ BP Wetan
3.
4.
5.
6.
Kecamatan Gresik
7.
8.
Bidang Kesehatan
No.
Penerima Program
1.
2.
Desa Segoromadu
3.
Puskesmas Alun-alun
4.
5.
6.
7.
Kampung Sidorukun
Bidang KAMTIBMAS
No.
Penerima Program
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Anggota FKPM
7.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
4.2 Saran
1. Agar masyarakat turut mendukung dalam program CSR PT. PJB sehingga program
tersebut berjalan dengan maksimal sesuai harapan masyarakat maupun
perusahaan.
2. Agar PT. PJB tetap menjalankan program yang telah berjalan secara maksimal dan
terus meningkatkan program yang belum maksimal.
3. Agar menambah program-program yang berhubungan dengan pendidikan dan
alokasi pendanaan diperbesar sehingga kualitas SDM masyarakat sekitar terus
meningkat kearah yang positif.
DAFTAR PUSTAKA
Jahja, Rusfadia Saktiyanti dan Muhammad Irvan. 2006. Menilai Tanggung Jawab
Sosial Televisi. Depok: Piramedia.
Saidi, Zaim, dkk. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaan, Profil dan Pola Distribusinya
di Indonesia: Survei 226 Perusahaan di 10 Kota oleh PIRAC. Jakarta: Ford
Foundation.
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social
Responsibility). Gresik: Fascho Publishing.
Wahyudi, Isa & Busyra Azheri. 2008. Corporate Social Responsibility : Prinsip,
Pengaturan dan Implementasi. Malang : Inspire.
Tofi, La. Majalah Bisnis dan CSR. Juli 2008. Jakarta : LatofiSukma DivaEvente
Abstract
ABSTRAK
MUTMAINNA. Hubungan Tingkat Keberhasilan Program CSR PT. Pertamina Dengan Kondisi
Sosial Ekonomi Peserta Program. Di bawah bimbingan TITIK SUMARTI.
Pelaksanaan Corporate Social Responsibilty (CSR) merupakan sebuah keharusan bagi
perusahaan sebagai wujud kepedulian terhadap kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan
sekitarnya disamping mengejar keuntungan ekonomi. Pengimplementasian CSR dapat dilihat
dalam berbagai bentuk yang salah satunya yakni pelaksanaan program-program pemberdayaan
masyarakat yang didasari dengan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat. Dalam keseluruhan
pelaksanaan program, sangat diharapkan keberhasilan program CSR dapat tercapai, yang diukur
dari indikator: kesesuaian program dengan kebutuhan, pendampingan program dan adanya
partisipasi masyarakat. Hal ini menjadi penting karena ketercapaian indikator keberhasilan CSR
memiliki pengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang diukur dari partisipasi
masyarakat dalam kelembagan Kelompok Usaha Bersama, tingkat pendapatan, dan tingkat
keragaman nafkah masyarakat yang menjadi peserta program. Secara umum, rumusan masalah
yang akan dikaji yakni bagaimana hubungan antara tingkat keberhasilan program Corporate
Social Responsibilty dengan kondisi sosial ekonomi peserta program yang termasuk masyarakat
desa binaan perusahaan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat
keberhasilan program CSR PT. Pertamina dengan kondisi sosial ekonomi peserta program.
Penelitian yang tergolong penelitian survei dengan maksud penjelasan (explanatory) ini akan
dilakukan di Desa Balongan dan Desa Majakerta, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu,
Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan unit analisa individu yang menjadi peserta
program CSR khususnya pada program pemberdayaan ekonomi lokal melalui metode
pendekatan kuantitatif dengan dukungan data kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan
melalui instrumen utama berupa kuesioner pada 60 responden yang dipilih secara acak dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel acak berstratifikasi (stratified random sampling),
sedangkan pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui observasi serta wawancara mendalam.
Data kuantitatif akan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dengan
penyajian dalam bentuk tabel frekuensi, tabulasi silang, gambar, dan grafik. Untuk melihat
hubungan yang signifikan antar variabel digunakan uji statistik non-parametrik melalui rank
spearman (untuk data yang berbentuk ordinal). Analisis data kualitatif sebagai pendukung akan
diuraikan secara deskriptif sebagai penjelasan yang lebih mendalam dari hasil penelitian.
Kata Kunci : CSR, Tingkat Keberhasilan Program CSR, Partisipasi, Pendapatan, Keragaman
Nafkah