PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2 Merupakan suatu sistem yang dibuat oleh WTO dengan tujuan untuk membakukan
klasifikasi
produk, yang diadopsi oleh semua member WTO sejak Januari 1988 untuk mempermudah
dalam
perdagangan global.
6 Siaran Pers Kementrian Perdagangan: Atasi Anjloknya Harga Karet Dunia, Disepakati
10 Ibid
C. Tujuan Penelitian
Terdapat tiga hal penting yang akan dijelaskan dalam tesis ini. Pertama,
penulis melakukan penelitian ini untuk mengetahui perlunya industri karet
Indonesia masuk dalam rantai nilai ban. Kedua, untuk menggali lebih dalam
tentang upaya Indonesia dalam industri hilir karet khususnya ban lewat strategi
upgrading. Dan ketiga adalah untuk menganalisis dan mengelaborasi sejauh mana
peran pemerintah Indonesia dan beberapa aktor non pemerintah dalam
meningkatkan daya saing karet dan produk ban di pasar domestik dan global.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam tesis ini penulis melakukan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan
usaha pemerintah di tiga negara yaitu Indonesia, Vietnam, dan Thailand dalam
mengembangkan industri karet nasional sehingga mampu bersaing dalam pasar
global.
12 Office of Thailand Rubber Board 2010. Government Strategy for Rubber Development
14 Ibid, hal 2
Klaster industri karet Thailand terdiri dari stakeholders dan small and
medium sized enterprises (SME).12 Klaster industri mengacu pada geographic
concentration dari negara-negara yang terhubung, specialized suppliers, dan
penyedia jasa (Porter, 1998).13 Tujuan utama klaster adalah untuk meningkatkan
produktifitas yang menjadi kunci dalam meningkatkan sustainable competitive
advantage. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan beberapa keuntungan
klaster dalam pembangunan industri, terutama implementasinya dalam industri
karet Thailand, yaitu:14
Sedangkan pada dua negara lainnya yaitu Indonesia dan Vietnam memiliki
strategi yang hampir sama yaitu strategi upgrading. Studi kasus upgrading karet
di Indonesia dalam tesis Rosa Van Den Beemt (2011), yang berjudul Green
Rubber : Potensials and pitfalls of Upgrading Rubber Agroforests through Eco-
certification.15 Dalam tesisnya Rosa menganalisis strategi upgrading industri
Indonesia lewat eco-certification. Sertifikasi dianggap sebagai kunci utama dalam
peningkatan kualitas produk karet Indonesia agar mampu bersaing di pasar global.
15 R. V.D. Beemt (2011) Green Rubber : Potensials and pitfalls of Upgrading Rubber
Agroforests
through Eco- certification, Amsterdam: University Of Amsterdam
16 Nga, H.T.T., (2008) Upgrading Strategy for the Rubber Value Chain Of
Smallholders in Bo
Trach District, Vietnam, Hanoi.
17 Raphael Kaplinsky and Mike Morris (2000) A Handbook for Value Chain Research,
hal.4
Gambar 1. Proses Dasar Rantai Nilai (Value Chain)
Sumber: Raphael Kaplinsky & Mike Morris, A Handbook for Value Chain
Research, 2000, hal. 4
Rantai nilai pertama dalam GVC dalam gambar 1 adalah desain dan
pengembangan produk, rantai kedua adalah produksi yang mencakup logistik,
transformasi input, dan pengemasan, rantai ketiga adalah proses pemasaran dan
keempat, konsumsi dan daur ulang. Meskipun sering digambarkan sebagai sebuah
rantai vertikal, jaringan antar rantai lebih cenderung bersifat dua arah, ada
hubungan saling mempengaruhi antar rantai.
18 Ibid, hal. 25
20 Opcit, hal 28
Pertama, Barriers to entry and rent. Rantai nilai adalah konsep yang
penting untuk menjelaskan tentang distribusi keuntungan yang didapat dari
desain, produksi, pemasaran, koordinasi, dan daur ulang. Pada dasarnya,
keuntungan utama bertambah kepada pihak yang dapat berkompetisi.
Kemampuan untuk memisahkan aktifitas-aktifitas dirangkum dalam konsep rent,
yang muncul dari kepemilikan atribut-atribut langka dan mengakibatkan
hambatan masuk (barrier to entry)19.
Rents yang paling menonjol dalam Industri karet di Indonesia adalah yang
berasal dari karunia alam (resources rents), Indonesia menjadi penghasil karet
alam terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Pasokan bahan baku yang
berlimpah menjadi keuntungan bagi Indonesia untuk mengembangkan industri
hilir. Industri hilir karet Indonesia masih bergantung pada rents yang berasal dari
21 Raphael Kaplinsky and Mike Morris, A Handbook for Value Chain Research,
2000,hal.30
a. Terdapat perbedaan penting antara 3 fungsi pemerintah (pemisah
kekuasaan), yaitu:
a) Legislatif adalah fungsi pembuatan aturan-aturan dalam
menjalankan rantai nilai. Contohnya, aturan yang dipakai
berdasar standar internasional seperti ISO9000 (tentang
kualitas), ISO14000 (terkait lingkungan), SA8000 (standar
buruh)), dan Hazard Analysis and Critical Control Point
(HACCP) dalam produk makanan.
b) Eksekutif adalah pelaksanaan aturan
c) Yudikatif adalah monitor kesesuaian dengan aturan
b. Agar efektif, power harus memiliki aturan terkait sanksi, sanksi-sanksi
tersebut pada umumnya diasumsikan sebagai hal yang negatif dan
secara langsung dijatuhkan bagi pelanggar, tetapi sanksi bisa jadi
dikemas menjadi hal positif dan mungkin berupa penghargaan sesuai
dengan kesesuaian.
c. Keberlanjutan governance merefleksikan legitimasi dari kekuasaan
d. Pemberian kekuasaan kepada yang berwenang akan membedakan
ruang kekuatan dan fisik dan ekonomi
Menurut Gereffi (2005), terdapat lima struktur Governance dalam GVC, yaitu:
(Sumber: presentasi oleh Riza Nur Arfani, GVC (Global Value Chain)
Framework: Perspectives & Practices to Comprehend Local-Global Nexus in
Trade, Economic Relations)
23 Ibid
24 Ibid
25 Ibid
2. Konsep Upgrading
Tantangan utama bagi negara berkembang pada saat masuk dalam pasar
global adalah permintaan terhadap skill dan pengetahuan yang baru. Misalnya,
prosedur dalam birokrasi, standar dan persyaratan nasional, serta jaringan
pemasaran dan keinginan konsumen. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan
daya saing suatu produk. Menurut Organisation for Economic Cooperation dan
Development (OECD), daya saing (competitiveness) adalah kemampuan
perusahaan, industri, daerah, negara, atau antar daerah untuk menghasilkan faktor
pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan berkesinambungan untuk
menghadapi persaingan internasional. Oleh karena daya saing industri merupakan
fenomena di tingkat mikro perusahaan, maka kebijakan pembangunan industri
nasional semestinya didahului dengan mengkaji sektor industri secara utuh
sebagai dasar pengukurannya.
Untuk mencapai daya saing, hal yang paling mudah dilakukan oleh
perusahaan lokal adalah dengan upaya upgrading. Upgrading diartikan sebagai
kemampuan produsen untuk melaksanakan inovasi yang bertujuan untuk
meningkatkan dan menguatkan daya saing di pasar global.26 Upgrading dilakukan
untuk memperbaiki kualitas sebuah produk dan mengubah proses produksi
menjadi lebih efisien. Menurut Gerrefi, agar lebih mudah menganalisis upgrading
dalam value chain maka dapat dilakukan klasifikasi dalam 4 tipe upgrading:27
26 Raphael Kaplinsky and Mike Morris(2000) A Handbook for Value Chain Research
28Humphrey, J. and Schmitz, H., (2000) Governance and Upgrading: Linking Industrial
Cluster
and Global Value Chain Research. IDS Working Paper, 120, Brighton: Institute of
Development
Studies, University of Sussex.
ban. Upaya masuk ke industri ban dilakukan oleh Indonesia menggunakan strategi
upgrading. Strategi upgrading Indonesia dilakukan dengan cara pembuatan
kebijakan-kebijakan yang mengatur investasi asing, peningkatan kualitas produk,
dan perbaikan infrastruktur.
G. Metode Penelitian
H. Jangkauan Penelitian
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini dibagi menjadi empat bab yakni,
Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari latarbelakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, literature review, kerangka teori, argumentasi
utama, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab keempat berisi penutup yang berisi kesimpulan dari temuan yang ada
dalam pembahasan.