Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS RANTAI PASOKAN

Struktur Rantai Pasokan Agroindustri Kelapa Terpadu


Analisis terhadap rantai pasokan agroindustri kelapa dilakukan secara
kualitatif. Hasil yang diperoleh dari analisis ini adalah gambaran umum struktur
rantai pasokan yang dirinci berdasarkan aspek-aspek rantai nilai dan performa
rantai pasokan. Sejumlah permasalahan yang dihadapi pelaku rantai pasokan
agroindustri kelapa yaitu pemasok, agroindustri pengolah kelapa dan distributor
merupakan komponen dalam analisis kebutuhan pendukung yang digunakan
dalam perancangan model rantai pasokan. Secara skematis dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :

Siapa anggota
rantai dan apa
peran masingmasing
Bagaimana
konfigurasi
Tujuanjaringannya
Manajem
rantai
en rantai
pasokan
pasokan
Manajemen
struktur yang
digunakan
Peran pemerintah

Struktu
r
Jaringa
Proses
Bisnis
Rantai

Sumberda
ya rantai
pasokan

Siapa pelaku
dan proses
apa yang
terjadi dan
bagaimana
integrasi
setiap proses
Kinerja
rantai
pasokan

Sumberdaya
yang
digunakan
dalam rantai
pasokan

Gambar 15. Tinjauan Struktur Rantai Pasokan (Van der Vorst 2005)
Tanda panah pada gambar di atas menunjukkan adanya keterkaitan aliran
informasi sebagai dasar analisis dalam kerangka proses untuk pembahasan metode
pengembangan secara deskriptif.

74

Tinjauan terhadap struktur rantai pasokan dimulai dari rantai pasokan


kelapa butiran untuk bahan baku agroindustri pengolah daging buah kelapa, yang
diintegrasikan dengan unit pengolah air kelapa, dan unit pengolah sabut kelapa
serta unit pengolah tempurung kelapa. Unit pengolahan untuk produk yang dipilih
merupakan hasil pemilihan produk prospektif dengan beberapa kriteria. Penerapan
unit pengolahan tersebut di tingkat petani kelapa diharapkan dapat meningkatkan
taraf hidup petani kelapa di suatu kawasan terutama kawasan sentra penghasil
kelapa. Masing-masing industri ini memiliki struktur rantai yang relatif serupa.
Keserupaan ini terkait dengan struktur jaringan, pelaku dan pola aliran pasokan.
Gambaran struktur rantai pasokan pada masing-masing agroindustri kelapa secara
parsial ini akan digunakan sebagai dasar untuk menggambarkan skenario pasokan
bahan baku untuk agroindustri kelapa yang diusahakan secara terpadu. Sejumlah
permasalahan yang dihadapi pelaku rantai pasokan agroindustri kelapa yaitu
petani, pedagang pengumpul, pedagang perantara dan agroindustri pengolah
kelapa. Gambaran rantai pasokan secara skematis untuk buah kelapa butiran dari
petani, unit pengolah hingga ke konsumen dapat dilihat pada gambar 16 di bawah
ini.
Petani menjual hasil kebunnya masih dalam bentuk produk primer, yaitu
kelapa butir dan kopra serta yang dilakukan secara sendiri-sendiri sebelum
diusahakan secara terpadu. Harga produk tersebut sangat berfluktuasi dan
harganya sering ditentukan secara sepihak oleh pembeli, karena tidak ada pilihan
lain petani tetap menjual hasil kelapanya walaupun berada pada posisi tawar yang
lemah. Petani kelapa menjual kelapa hasil panen secara maksimal, buah kelapa
yang muda dan buah kelapa yang tua seringkali tidak dibedakan, sehingga apabila
ada pedagang yang menginginkan akan dijual. Penjualan dilakukan langsung pada
saat kelapa masih di pohon belum dipetik dan pemetikan tidak memperhatikan
umur kelapa. Permasalahan petani on farm yaitu tingkat harga kelapa yang
berfluktuasi, produktivitas yang rendah dalam kisaran 1 ton/hektar
Petani/pekebun ini menjual kelapa butiran langsung kepada petani
pengolah kopra ataupun petani pengolah minyak kelapa, pedagang pengumpul
desa maupun pedagang perantara yang merupakan pedagang di tingkat

75

kecamatan. Distribusi kelapa butiran ini selnjutnya dilakukan kepada pedagang


pengumpul kabupaten

atau wilayah hingga pedagang antar pulau. Distibusi

selanjutnya dilakukan kepada konsumen domestik dan eksportir.

Petani/Pekebun

Pedagang
pengumpul desa

Pedagang
pengumpul
kecamatan

Pedagang
Pengumpul
Kabupaten/wilayah

Pedagang antar
pulau

Petani pengolah

Pengolah

Pialang/makelar

Eksportir

Konsumen Luar
negeri

Konsumen Domestik

Gambar 16. Skema Struktur Jaringan Rantai Pasokan Buah Kelapa Butiran
Hubungan yang ada antara pembeli dan penjual semata-mata hanya
hubungan jual beli komoditas belum ada unsur pembinaan bagi petani, pekebun
baik pada budidaya maupun pada pengolahan dan pemasaran atau belum

76

terintegrasi antara kegiatan budi daya dengan kegiatan pengolahan dan


pemasaran.
Pedagang pengumpul membayar langsung tunai, kelapa tidak disortasi dan
seiring dengan kebutuhan yang mendesak sehingga menginginkan proses
sesingkat mungkin. Pedagang perantara yang merupakan pedagang di tingkat
wilayah yang melakukan sortasi dengan melihat volume kelapa dan kadar air.
Pedagang juga menginginkan persediaan seminimal mungkin dan seringkali
melakukan spekulasi

harga. Unit pengolah melakukan sortasi terkait dengan

volume, kadar air kelapa dan menimbun persediaan untuk pasar selanjutnya
(forward market).
Kondisi

yang

kurang

menguntungkan

dalam

agroindustri

yang

mempersulit perdagangan untuk pasar ekspor yaitu permasalahan logistik yang


terkait dengan jarak. Jarak tempuh sangat menentukan waktu dan volume
transaksi.

Waktu

akan

menunjukkan

biaya

apabila

dikaitkan

dengan

ketidakpastian dan resiko yang harus dipertimbangkan ke dalam harga. Volume


transaksi menentukan kelayakan transportasi (feasibility of transport). Demikian
pula kualitas dapat menurun apabila tidak adanya sarana pengangkutan dan
kurangnya fasilitas pengangkutan.
Kelembagaan ekonomi belum berperan dengan baik dalam bidang
pengolahan dan

pemasaran. Pengembangan unit pengolahan dilakukan untuk

agroindustri kelapa terpadu, maka keseluruhan bagian dari kelapa yang selama ini
terbuang diolah menjadi produk samping yang mempunyai nilai ekonomi
sehingga dapat menimbulkan nilai tambah bagi keseluruhan jaringan rantai
pasokan. Hal yang diharapkan adalah adanya suatu unit pengolahan kelapa
terpadu yang mampu memberdayakan petani/pekebun dan petani pengolah yang
terwadahi dalam kelompok tani dan kelembagaan unit pengolah hasil yang
mampu mengoperasikan unit tersebut secara kontinyu dan berkesinambungan.
Petani/pekebun maupun petani pengolah tidak harus terlibat dalam manajemen
pengelolaan usaha,

namun setidaknya memiliki peran dan arti penting demi

peningkatan taraf hidupnya.

77

Struktur Jaringan Rantai Pasokan Pengolahan Daging Buah Kelapa


Industri pengolahan daging buah kelapa yang menjadi pilihan yaitu
industri minyak kelapa. Perkembangan penawaran dan permintaan minyak kelapa
cukup baik. Pasar yang berkembang untuk produk tersebut telah menciptakan
peluang ekspor bagi negara-negara penghasil kelapa.
Anggota rantai pasokan untuk unit pengolahan daging buah kelapa ini
yaitu terdiri dari: petani pemasok kelapa butiran, pedagang pengumpul dan atau
pedagang perantara, agroindustri pengolah dan distribusi ke konsumen. Pemasok
bahan baku bukan hanya dari petani pemasok kelapa butiran namun juga dari
pedagang pengumpul dan atau pedagang perantara untuk unit pengolah daging
buah kelapa.
Petani penghasil kelapa butiran selaku pemasok bahan baku utama berupa
kelapa butiran dapat melakukan pemasokan langsung ke unit pengolahan daging
buah kelapa berupa unit pengolahan minyak kelapa. Kelapa butiran yang
dihasilkan dari petani dapat langsung didistribusikan ke unit pengolahan untuk
memenuhi kapasitas unit pengolah. Petani atau kelompok tani berfungsi sebagai
pemasok utama, kekurangan bahan untuk kapasitas olah dipenuhi dari pedagang
pengumpul dan atau pedagang perantara dari luar wilayah sentra tersebut.
Agroindustri pengolah merupakan unit yang mentransformasikan bahan
baku menjadi produk-produk yang diinginkan. Agroindusri kelapa terpadu yang
dikembangkan ini dengan unit pengolah buah kelapa yang menghasilkan minyak
kelapa. Buah kelapa butiran yang dipasok dari petani akan langsung diolah
ataupun disimpan terlebih dahulu dalam gudang penyimpanan bahan baku
sebelum dilakukan proses transformasi. Produk minyak kelapa yang dihasilkan
selanjutnya disimpan terlebih dahulu dalam gudang penyimpanan produk
sebelum didistribusikan ke konsumen.

Hasil samping pemrosesan berupa air

kelapa, sabut kelapa dan tempurung kelapa, masing-masing akan ditampung


dalam gudang penyimpanan untuk selanjutnya didistribusikan ke unit pengolahan
yang lain.
Agroindustri

pengolahan

kelapa

terpadu

ini

dengan

konsep

mendistribusikan langsung produk agroindustrinya. Jalur distribusi minyak kelapa

78

dari sentra produksi kelapa yaitu meliputi minyak kelapa dari unit pengolahan
daging buah kelapa/ pengusaha didistribusikan ke pedagang di pasar tradisional
dan pedagang eceran dan selanjutnya dijual ke konsumen. Konsumen ini
merupakan konsumen pengguna langsung atau konsumen rumah tangga dan
konsumen industri. Oleh sebab itu model rantai pasokan untuk agroindustri kelapa
terpadu ini diharapkan dapat memberikan gambaran nilai tambah kepada petani
selaku pemasok bahan baku dan petani atau kelompok tani yang memungkinkan
untuk memiliki keterlibatan langsung dalam usaha ini meskipun bukan dari sisi
manajerial pengelolaan unit pengolahan.

Pengolah minyak kelapa

Pengumpul

Pedagang pasar
tradisional

Pedagang eceran

Konsumen
domestik

Eksportir

Gambar 17 Skema Rantai Pasokan Minyak Kelapa (Hasil Olahan Data Primer)
Jalur distribusi pemasaran minyak kelapa ini ternyata cukup singkat. Jalur
pemasaran/distribusi tersebut dapat dijelaskan dengan gambar di atas. Jalur
distribusi minyak kelapa dari sentra produksi kelapa yaitu meliputi minyak kelapa
dari unit pengolahan daging buah kelapa/ pengusaha didistribusikan ke pedagang
di pasar tradisional dan pedagang eceran dan selanjutnya dijual ke konsumen.
Minyak kelapa ini juga dapat dijual kepada pedagang pengumpul yang

79

selanjutnya didistribusikan ke konsumen domestik maupun eksportir. Konsumen


ini merupakan konsumen pengguna langsung atau konsumen rumah tangga dan
konsumen industri.
Jalur pemasaran minyak kelapa dari petani hingga ekportir tidak berbeda
dengan komoditi pertanian yang lain. Sarana transportasi yang tidak baik
menimbulkan beberapa pelaku pemasaran yang lain seperti pedagang desa,
kecamatan dan kabupaten serta pialang/makelar. Hal ini semakin memperpanjang
jalur minyak kelapa yang dapat memperkecil keuntungan petani atau produsen
menjadi semakin kecil. Keuntungan juga semakin kecil apabila petani kelapa tidak
melakukan sendiri kegiatan pengolahan minyak kelapa, hanya menjual hasil
panen buah kelapa butir. Secara umum jalur distribusi pemasaran minyak kelapa
dapat terjadi melalui jalur pendek hingga jalur panjang. Jalur terpendek terjadi
bila petani langsung mengolah sekaligus memasarkan ke konsumen lokal,
domestik atau eksportir. Besarnya penerimaan harga minyak kelapa sangat
tergantung pada panjangnya jalur distribusi rantai pasokan. Semakin pendek jalur
distribusi maka semakin tinggi penerimaan harga yang diperoleh petani, demikian
sebaliknya.
Struktur Jaringan Rantai Pasokan Pengolahan Air Kelapa
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa apabila akan diusahakan suatu unit
pengolahan sari kelapa atau nata de coco di sentra-sentra penghasil kelapa, justru
lebih sulit untuk mendapatkan pasokan air kelapa kecuali dilakukan terintegrasi
dengan kegiatan unit pengolahan lain di sentra tersebut. Hal ini juga agar biaya
transportasi air kelapa menjadi semakin kecil, karena jarak yang ditempuh relatif
pendek.
Kontinyuitas produksi

nata de coco ini sangat tergantung pada

kontinyuitas penyediaan bahan baku. Penyediaan bahan baku ini diharapkan akan
terjamin apabila agroindustri ini dekat dengan sumber pasokan bahan baku.
Namun, sumber pemasok utama bahan baku untuk agroindustri nata de coco ini
adalah pasar tradisional yang biasanya berada di wilayah pusat-pusat kecamatan
dalam suatu kabupaten. Kedekatan dengan sumber pasokan bahan baku ini
diharapkan memberikan implikasi biaya transportasi yang lebih murah. Pasar

80

tradisional yang merupakan pusat pemasok air kelapa dapat digantikan perannya
oleh unit pengolahan kelapa yang lain yang memiliki hasil sisa berupa air kelapa.
Unit pengolahan ini sesuai dengan produk prospektif pilihan unit pengolahan
minyak kelapa dan dapat diusahakan di lokasi sentra penghasil kelapa.
Pengusahaan unit pengolahan di sentra penghasil kelapa diharapkan dapat
memperkecil biaya transportasi dan memperpendek rantai tata niaga, sehingga
diharapkan petani kelapa lebih diuntungkan. Petani kelapa ini juga sekaligus
sebagai pelaku agroindustri, sebagai pengolah air kelapa. Kesulitan yang dihadapi
berupa kontinyuitas penyediaan bahan baku dalam jumlah memadai. Pasokan air
kelapa dapat dipenuhi sebesar 700-800 liter air kelapa per hari dari 2000 butir
kelapa.

Pasokan ini dapat dipenuhi dari kebun kelapa seluas 300 ha. Unit

pengolahan ini akan menghasilkan 140 160 kg sari kelapa per hari atau 4,2 ton
sampai dengan 4,8 ton/bulan.
Unit Pengolah Minyak
kelapa

Pengumpul Air Kelapa

Pengolah Nata de Coco

Pengumpul

Pedagang pasar
tradisional

Pedagang eceran
Konsumen
domestik
Eksportir

Gambar 18 Skema Rantai Pasokan Nata de Coco (Hasil Olahan Data Primer)

81

Jalur distribusi pemasaran nata de coco ini ternyata cukup singkat. Jalur
pemasaran/distribusi tersebut dapat dijelaskan dengan gambar di atas. Jalur
distribusi nata de coco dari sentra produksi kelapa akan didistribusikan ke
pedagang di pasar tradisional dan pedagang eceran dan selanjutnya dijual ke
konsumen. Nata de coco ini juga dapat dijual kepada pedagang pengumpul yang
selanjutnya didistribusikan ke konsumen domestik maupun eksportir. Konsumen
ini merupakan konsumen pengguna langsung atau konsumen rumah tangga dan
konsumen industri.
Sistem pengangkutan akan berdampak pada biaya rantai pasokan dalam
struktur rantai pasokan air kelapa. Sistem pengangkutan yang tepat dan hemat
akan dapat memperkecil biaya dalam rantai pasokan ini. Semakin panjang jalur
pemasaran akan semakin memperkecil margin keuntungan di tingkat produsen.
Keuntungan yang diperoleh oleh petani juga semakin kecil apabila tidak terlibat
langsung dalam kegiatan pemasokan air kelapa. Secara umum jalur distribusi
pemasaran nata de coco dapat terjadi melalui jalur pendek hingga jalur panjang.
Jalur terpendek terjadi bila petani langsung mengolah sekaligus memasarkan ke
konsumen lokal, domestik atau eksportir. Besarnya penerimaan harga nata de
coco sangat tergantung pada panjangnya jalur distribusi rantai pasokan. Semakin
pendek jalur distribusi maka semakin tinggi penerimaan harga yang diperoleh
petani, demikian sebaliknya.
Struktur Jaringan Rantai Pasokan Pengolahan Sabut Kelapa
Serat sabut kelapa, atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai Coco
fibre, Coir fibre, coir yarn, coir mats, dan rugs, merupakan produk hasil
pengolahan sabut kelapa. Secara tradisional serat sabut kelapa hanya
dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat-alat rumah tangga
lain. Perkembangan teknologi, sifat fisika-kimia serat, dan kesadaran konsumen
untuk kembali ke bahan alami, membuat serat sabut kelapa dimanfaatkan menjadi
bahan baku industri karpet, jok dan dashboard kendaraan, kasur, bantal, dan
hardboard. Serat sabut kelapa juga dimanfaatkan untuk pengendalian erosi. Serat
sabut kelapa diproses untuk dijadikan Coir fibre sheet yang digunakan untuk
lapisan kursi mobil, spring bed dan lain-lain.

82

Serat sabut kelapa bagi negara-negara tetangga penghasil kelapa sudah


merupakan komoditi ekspor yang memasok kebutuhan dunia yang berkisar 75,7
ribu ton per tahun. Indonesia walaupun merupakan negara penghasil kelapa
terbesar di dunia, pangsa pasar serat sabut kelapa yang dimiliki masih sangat
kecil. Kecenderungan kebutuhan dunia terhadap serat kelapa yang meningkat dan
perkembangan jumlah dan keragaman industri di Indonesia yang berpotensi dalam
menggunakan serat sabut kelapa sebagai bahan baku / bahan pembantu,
merupakan potensi yang besar bagi pengembangan industri pengolahan serat sabut
kelapa. Karakteristik produk yang bersifat heat retardant dan biodegradable, serta
kecenderungan konsumen produk industri dalam penggunaan bahan alami
mendorong peningkatan permintaan terhadap serat sabut kelapa.
Kendala

dan masalah yang dihadapi dalam pengembangan usaha

kecil/menengah industri pengolahan serat sabut kelapa adalah keterbatasan modal,


akses terhadap informasi pasar dan pasar yang terbatas, serta kualitas serat yang
dihasilkan masih belum memenuhi persyaratan. Oleh sebab itu dalam menunjang
pengembangan industri serat sabut kelapa yang potensial ini, diperlukan berbagai
kemudahan agar dapat diimplementasikan dalam pengembangan usaha serat sabut
kelapa. Usaha ini awalnya dapat berkembang sebagai wujud kemitraan.
Negara tujuan ekspor serat sabut kelapa Indonesia adalah Inggris, Jerman,
Belgia, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Singapura, Malaysia dan Australia.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden pengusaha sabut kelapa,
setiap bulan diperkirakan China membutuhkan sekitar 50.000 ton serat sabut
kelapa per bulan untuk memenuhi kebutuhan industrinya.
Kapasitas produksi setiap unit usaha dapat bervariasi berkisar antara 55
ton - 300 ton per tahun atau rata-rata sekitar 100 ton per tahun. Harga serat sabut
kelapa di tingkat produsen berkisar antara Rp. 500 - Rp.600 per kg sedangkan
harga di tingkat pembeli (Jakarta) berkisar antara Rp. 900 - Rp. 1200 per kg yang
tergantung kepada kualitas sabut yang dihasilkan. Harga serat sabut kelapa di
pasaran ekspor berdasarkan sebesar US $ 210 per ton (FOB), sedangkan harga
CIF di negara tujuan (Rotterdam) adalah sebesar US $ 360 per ton. Harga serat
sabut kelapa Indonesia di pasaran ekspor relatif lebih rendah dibandingkan dengan
serat sabut kelapa dari India, yang bernilai sekitar US $ 290 - 320 per ton (FOB),

83

akan tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan produksi Srilanka yaitu sebesar US$
220 - 270 per ton (FOB). Merujuk kepada perkembangan harga mattress fiber
produksi Srilanka, terdapat kecenderungan kenaikan harga yaitu rata-rata sebesar
3 persen per tahun.
Kecenderungan permintaan dunia terhadap serat sabut kelapa yang
meningkat, serta kontribusi Indonesia yang masih sangat kecil dalam perdagangan
dunia, serat sabut kelapa Indonesia mempunyai keunggulan komparatif
(berdasarkan potensi produksi sabut kelapa) dan mempunyai peluang yang besar.
Peluang tersebut dapat diraih dengan syarat adanya perbaikan dan pengembangan
teknologi proses sehingga menghasilkan serat yang memenuhi persyaratan
kualitas yang diinginkan pasar.
Serat sabut kelapa Indonesia dihadapkan kepada negara-negara pesaing
yang lebih maju dalam hal teknologi produksi serat sabut kelapa dari segi
persaingan, sehingga mempunyai kualitas yang lebih unggul. Persaingan tersebut
juga dihadapi oleh karena perkembangan aplikasi teknologi yang lebih maju
dalam membuat produk industri dengan bahan baku serat sabut kelapa. Negaranegara pesaing Indonesia tersebut antara lain adalah Srilanka, India, Thailand dan
Philipina.
Jalur distribusi pemasaran serat sabut kelapa dengan melihat uraian di atas
dapat digambarkan seperti pada skema rantai pasokandi bawah ini. Jalur distribusi
ini juga cukup singkat. Jalur distribusi serat sabut kelapa dari unit pengolahan
serat sabut di sentra produksi kelapa hampir lebih dari 95% didistribusikan ke
pedagang pengumpul dan selanjutnya ke eksportir. Serat sabut kelapa yang
didistribusikan untuk pasaran domestik hanya sedikit sekali. Konsumen untuk
pasar domestik ini merupakan konsumen perusahaan besar.
Biaya pada struktur rantai pasokan ini dipengaruhi oleh biaya transportasi
dan sistem pengangkutan. Sistem pengangkutan yang tepat dan hemat akan dapat
memperkecil biaya dalam rantai pasokan ini. Semakin panjang jalur pemasaran
akan semakin memperkecil margin keuntungan di tingkat produsen. Keuntungan
yang diperoleh oleh petani juga semakin kecil apabila tidak terlibat langsung
dalam kegiatan pemasokan sabut kelapa. Namun, sabut kelapa ini jelas tidak dapat
dipasok hanya dari petani saja namun juga dari pengumpul. Secara umum jalur

84

distribusi pemasaran serat sabut merupakan jalur yang cukup singkat. Jalur ini
terjadi karena petani dapat langsung turut andil dalam kegiatan pengolahan dan
sekaligus memasarkan ke konsumen lokal, domestik atau eksportir. Besarnya
penerimaan harga serat sabut sangat tergantung pada panjangnya jalur distribusi
rantai pasokan. Semakin pendek jalur distribusi maka semakin tinggi penerimaan
harga yang diperoleh petani, demikian sebaliknya.
Unit Pengolah Minyak
kelapa

Pengumpul Sabut
Kelapa

Pengolah Serat sabut

Pengumpul

Pedagang pasar
tradisional

Pedagang eceran
Konsumen
domestik
Eksportir

Gambar 19 Skema Rantai Pasokan Sabut Kelapa (Hasil Olahan Data Primer)
Struktur Jaringan Rantai Pasokan Pengolahan Tempurung Kelapa
Struktur jaringan rantai pasokan tempurung kelapa menunjukkan bahwa
bahan baku tempurung kelapa dapat diperoleh dari berbagai wilayah. Pedagang
pengumpul dapat ditemui dari pelosok Banyuwangi sampai ke ujung selatan
Pandeglang. Hal ini disebabkan terdapat limbah tempurung yang siap untuk
diolah langsung menjadi bahan baku arang tempurung. Petani kelapa menjual
kelapa dalam bentuk butiran dengan atau tanpa sabut kelapa. Limbah tempurung

85

akan terbawa di pasar-pasar kota dan ada yang menampung limbah tempurung di
lokasi-lokasi tersebut.
Struktur jaringan rantai pasokan menunjukkan bahwa bahan baku
tempurung diperoleh dari berbagai wilayah terutama dari pengumpul tempurung
di pasar-pasar tradisional dan juga dari petani pengolah minyak kelapa ataupun
petani pengolah kopra. Bahan baku tempurung ini juga diperoleh dari pedagang
antar pulau yang melakukan distribusi pasokan bahan baku tempurung.
Kontribusi harga tempurung semakin meningkat karena transportasi tempurung ke
lokasi tanur pengarangan yang semakin jauh.
Unit Pengolah Minyak
kelapa

Pengumpul Tempurung
Kelapa

Pengolah Arang Tempurung

Pengumpul

Pedagang pasar
tradisional

Pedagang eceran
Konsumen
domestik
Eksportir
Gambar 20 Skema Rantai Pasokan Tempurung Kelapa (Hasil Olahan Data
Primer)
Jalur distribusi pemasaran arang tempurung kelapa dengan melihat uraian
di atas dapat digambarkan seperti pada skema rantai pasokan di atas. Jalur
distribusi ini juga cukup singkat. Jalur distribusi arang tempurung dari unit
pengolahan arang tempurung di sentra produksi kelapa hampir lebih dari 85%
didistribusikan ke pedagang pengumpul dan selanjutnya ke eksportir. Arang

86

tempurung kelapa yang didistribusikan untuk pasaran domestik hanya sedikit


sekali. Konsumen untuk pasar domestik ini merupakan konsumen di pasar-pasar
tradisional.

Arang tempurung yang dipasarkan di pasar tradisional ini juga

merupakan arang tempurung dengan kualitas yang kurang bagus dibandingkan


dengan arang tempurung yang dipasarkan ke pedagang pengumpul dan
selanjutnya ke perusahaan-perusahaan kosmetika, farmasi maupun eksportir luar
negeri.
Biaya pada struktur rantai pasokan ini dipengaruhi oleh biaya transportasi
dan sistem pengangkutan. Sistem pengangkutan yang tepat dan hemat akan dapat
memperkecil biaya dalam rantai pasokan ini. Semakin panjang jalur pemasaran
akan semakin memperkecil margin keuntungan di tingkat produsen. Keuntungan
yang diperoleh oleh petani juga semakin kecil apabila tidak terlibat langsung
dalam kegiatan pemasokan arang tempurung. Namun, arang tempurung kelapa ini
jelas tidak dapat dipasok hanya dari petani saja mengingat jumlah yang diperlukan
cukup banyak, namun juga dari pengumpul. Secara umum jalur distribusi
pemasaran arang tempurung merupakan jalur yang cukup singkat. Jalur ini terjadi
karena petani dapat ikut serta dalam kegiatan pengolahan dan sekaligus
memasarkan ke konsumen lokal, domestik atau eksportir. Besarnya penerimaan
harga arang tempurung juga sangat tergantung pada panjangnya jalur distribusi
rantai pasokan. Semakin pendek jalur distribusi maka semakin tinggi penerimaan
harga yang diperoleh petani, demikian sebaliknya.

87

Anda mungkin juga menyukai