Siapa anggota
rantai dan apa
peran masingmasing
Bagaimana
konfigurasi
Tujuanjaringannya
Manajem
rantai
en rantai
pasokan
pasokan
Manajemen
struktur yang
digunakan
Peran pemerintah
Struktu
r
Jaringa
Proses
Bisnis
Rantai
Sumberda
ya rantai
pasokan
Siapa pelaku
dan proses
apa yang
terjadi dan
bagaimana
integrasi
setiap proses
Kinerja
rantai
pasokan
Sumberdaya
yang
digunakan
dalam rantai
pasokan
Gambar 15. Tinjauan Struktur Rantai Pasokan (Van der Vorst 2005)
Tanda panah pada gambar di atas menunjukkan adanya keterkaitan aliran
informasi sebagai dasar analisis dalam kerangka proses untuk pembahasan metode
pengembangan secara deskriptif.
74
75
Petani/Pekebun
Pedagang
pengumpul desa
Pedagang
pengumpul
kecamatan
Pedagang
Pengumpul
Kabupaten/wilayah
Pedagang antar
pulau
Petani pengolah
Pengolah
Pialang/makelar
Eksportir
Konsumen Luar
negeri
Konsumen Domestik
Gambar 16. Skema Struktur Jaringan Rantai Pasokan Buah Kelapa Butiran
Hubungan yang ada antara pembeli dan penjual semata-mata hanya
hubungan jual beli komoditas belum ada unsur pembinaan bagi petani, pekebun
baik pada budidaya maupun pada pengolahan dan pemasaran atau belum
76
volume, kadar air kelapa dan menimbun persediaan untuk pasar selanjutnya
(forward market).
Kondisi
yang
kurang
menguntungkan
dalam
agroindustri
yang
Waktu
akan
menunjukkan
biaya
apabila
dikaitkan
dengan
agroindustri kelapa terpadu, maka keseluruhan bagian dari kelapa yang selama ini
terbuang diolah menjadi produk samping yang mempunyai nilai ekonomi
sehingga dapat menimbulkan nilai tambah bagi keseluruhan jaringan rantai
pasokan. Hal yang diharapkan adalah adanya suatu unit pengolahan kelapa
terpadu yang mampu memberdayakan petani/pekebun dan petani pengolah yang
terwadahi dalam kelompok tani dan kelembagaan unit pengolah hasil yang
mampu mengoperasikan unit tersebut secara kontinyu dan berkesinambungan.
Petani/pekebun maupun petani pengolah tidak harus terlibat dalam manajemen
pengelolaan usaha,
77
pengolahan
kelapa
terpadu
ini
dengan
konsep
78
dari sentra produksi kelapa yaitu meliputi minyak kelapa dari unit pengolahan
daging buah kelapa/ pengusaha didistribusikan ke pedagang di pasar tradisional
dan pedagang eceran dan selanjutnya dijual ke konsumen. Konsumen ini
merupakan konsumen pengguna langsung atau konsumen rumah tangga dan
konsumen industri. Oleh sebab itu model rantai pasokan untuk agroindustri kelapa
terpadu ini diharapkan dapat memberikan gambaran nilai tambah kepada petani
selaku pemasok bahan baku dan petani atau kelompok tani yang memungkinkan
untuk memiliki keterlibatan langsung dalam usaha ini meskipun bukan dari sisi
manajerial pengelolaan unit pengolahan.
Pengumpul
Pedagang pasar
tradisional
Pedagang eceran
Konsumen
domestik
Eksportir
Gambar 17 Skema Rantai Pasokan Minyak Kelapa (Hasil Olahan Data Primer)
Jalur distribusi pemasaran minyak kelapa ini ternyata cukup singkat. Jalur
pemasaran/distribusi tersebut dapat dijelaskan dengan gambar di atas. Jalur
distribusi minyak kelapa dari sentra produksi kelapa yaitu meliputi minyak kelapa
dari unit pengolahan daging buah kelapa/ pengusaha didistribusikan ke pedagang
di pasar tradisional dan pedagang eceran dan selanjutnya dijual ke konsumen.
Minyak kelapa ini juga dapat dijual kepada pedagang pengumpul yang
79
kontinyuitas penyediaan bahan baku. Penyediaan bahan baku ini diharapkan akan
terjamin apabila agroindustri ini dekat dengan sumber pasokan bahan baku.
Namun, sumber pemasok utama bahan baku untuk agroindustri nata de coco ini
adalah pasar tradisional yang biasanya berada di wilayah pusat-pusat kecamatan
dalam suatu kabupaten. Kedekatan dengan sumber pasokan bahan baku ini
diharapkan memberikan implikasi biaya transportasi yang lebih murah. Pasar
80
tradisional yang merupakan pusat pemasok air kelapa dapat digantikan perannya
oleh unit pengolahan kelapa yang lain yang memiliki hasil sisa berupa air kelapa.
Unit pengolahan ini sesuai dengan produk prospektif pilihan unit pengolahan
minyak kelapa dan dapat diusahakan di lokasi sentra penghasil kelapa.
Pengusahaan unit pengolahan di sentra penghasil kelapa diharapkan dapat
memperkecil biaya transportasi dan memperpendek rantai tata niaga, sehingga
diharapkan petani kelapa lebih diuntungkan. Petani kelapa ini juga sekaligus
sebagai pelaku agroindustri, sebagai pengolah air kelapa. Kesulitan yang dihadapi
berupa kontinyuitas penyediaan bahan baku dalam jumlah memadai. Pasokan air
kelapa dapat dipenuhi sebesar 700-800 liter air kelapa per hari dari 2000 butir
kelapa.
Pasokan ini dapat dipenuhi dari kebun kelapa seluas 300 ha. Unit
pengolahan ini akan menghasilkan 140 160 kg sari kelapa per hari atau 4,2 ton
sampai dengan 4,8 ton/bulan.
Unit Pengolah Minyak
kelapa
Pengumpul
Pedagang pasar
tradisional
Pedagang eceran
Konsumen
domestik
Eksportir
Gambar 18 Skema Rantai Pasokan Nata de Coco (Hasil Olahan Data Primer)
81
Jalur distribusi pemasaran nata de coco ini ternyata cukup singkat. Jalur
pemasaran/distribusi tersebut dapat dijelaskan dengan gambar di atas. Jalur
distribusi nata de coco dari sentra produksi kelapa akan didistribusikan ke
pedagang di pasar tradisional dan pedagang eceran dan selanjutnya dijual ke
konsumen. Nata de coco ini juga dapat dijual kepada pedagang pengumpul yang
selanjutnya didistribusikan ke konsumen domestik maupun eksportir. Konsumen
ini merupakan konsumen pengguna langsung atau konsumen rumah tangga dan
konsumen industri.
Sistem pengangkutan akan berdampak pada biaya rantai pasokan dalam
struktur rantai pasokan air kelapa. Sistem pengangkutan yang tepat dan hemat
akan dapat memperkecil biaya dalam rantai pasokan ini. Semakin panjang jalur
pemasaran akan semakin memperkecil margin keuntungan di tingkat produsen.
Keuntungan yang diperoleh oleh petani juga semakin kecil apabila tidak terlibat
langsung dalam kegiatan pemasokan air kelapa. Secara umum jalur distribusi
pemasaran nata de coco dapat terjadi melalui jalur pendek hingga jalur panjang.
Jalur terpendek terjadi bila petani langsung mengolah sekaligus memasarkan ke
konsumen lokal, domestik atau eksportir. Besarnya penerimaan harga nata de
coco sangat tergantung pada panjangnya jalur distribusi rantai pasokan. Semakin
pendek jalur distribusi maka semakin tinggi penerimaan harga yang diperoleh
petani, demikian sebaliknya.
Struktur Jaringan Rantai Pasokan Pengolahan Sabut Kelapa
Serat sabut kelapa, atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai Coco
fibre, Coir fibre, coir yarn, coir mats, dan rugs, merupakan produk hasil
pengolahan sabut kelapa. Secara tradisional serat sabut kelapa hanya
dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat-alat rumah tangga
lain. Perkembangan teknologi, sifat fisika-kimia serat, dan kesadaran konsumen
untuk kembali ke bahan alami, membuat serat sabut kelapa dimanfaatkan menjadi
bahan baku industri karpet, jok dan dashboard kendaraan, kasur, bantal, dan
hardboard. Serat sabut kelapa juga dimanfaatkan untuk pengendalian erosi. Serat
sabut kelapa diproses untuk dijadikan Coir fibre sheet yang digunakan untuk
lapisan kursi mobil, spring bed dan lain-lain.
82
83
akan tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan produksi Srilanka yaitu sebesar US$
220 - 270 per ton (FOB). Merujuk kepada perkembangan harga mattress fiber
produksi Srilanka, terdapat kecenderungan kenaikan harga yaitu rata-rata sebesar
3 persen per tahun.
Kecenderungan permintaan dunia terhadap serat sabut kelapa yang
meningkat, serta kontribusi Indonesia yang masih sangat kecil dalam perdagangan
dunia, serat sabut kelapa Indonesia mempunyai keunggulan komparatif
(berdasarkan potensi produksi sabut kelapa) dan mempunyai peluang yang besar.
Peluang tersebut dapat diraih dengan syarat adanya perbaikan dan pengembangan
teknologi proses sehingga menghasilkan serat yang memenuhi persyaratan
kualitas yang diinginkan pasar.
Serat sabut kelapa Indonesia dihadapkan kepada negara-negara pesaing
yang lebih maju dalam hal teknologi produksi serat sabut kelapa dari segi
persaingan, sehingga mempunyai kualitas yang lebih unggul. Persaingan tersebut
juga dihadapi oleh karena perkembangan aplikasi teknologi yang lebih maju
dalam membuat produk industri dengan bahan baku serat sabut kelapa. Negaranegara pesaing Indonesia tersebut antara lain adalah Srilanka, India, Thailand dan
Philipina.
Jalur distribusi pemasaran serat sabut kelapa dengan melihat uraian di atas
dapat digambarkan seperti pada skema rantai pasokandi bawah ini. Jalur distribusi
ini juga cukup singkat. Jalur distribusi serat sabut kelapa dari unit pengolahan
serat sabut di sentra produksi kelapa hampir lebih dari 95% didistribusikan ke
pedagang pengumpul dan selanjutnya ke eksportir. Serat sabut kelapa yang
didistribusikan untuk pasaran domestik hanya sedikit sekali. Konsumen untuk
pasar domestik ini merupakan konsumen perusahaan besar.
Biaya pada struktur rantai pasokan ini dipengaruhi oleh biaya transportasi
dan sistem pengangkutan. Sistem pengangkutan yang tepat dan hemat akan dapat
memperkecil biaya dalam rantai pasokan ini. Semakin panjang jalur pemasaran
akan semakin memperkecil margin keuntungan di tingkat produsen. Keuntungan
yang diperoleh oleh petani juga semakin kecil apabila tidak terlibat langsung
dalam kegiatan pemasokan sabut kelapa. Namun, sabut kelapa ini jelas tidak dapat
dipasok hanya dari petani saja namun juga dari pengumpul. Secara umum jalur
84
distribusi pemasaran serat sabut merupakan jalur yang cukup singkat. Jalur ini
terjadi karena petani dapat langsung turut andil dalam kegiatan pengolahan dan
sekaligus memasarkan ke konsumen lokal, domestik atau eksportir. Besarnya
penerimaan harga serat sabut sangat tergantung pada panjangnya jalur distribusi
rantai pasokan. Semakin pendek jalur distribusi maka semakin tinggi penerimaan
harga yang diperoleh petani, demikian sebaliknya.
Unit Pengolah Minyak
kelapa
Pengumpul Sabut
Kelapa
Pengumpul
Pedagang pasar
tradisional
Pedagang eceran
Konsumen
domestik
Eksportir
Gambar 19 Skema Rantai Pasokan Sabut Kelapa (Hasil Olahan Data Primer)
Struktur Jaringan Rantai Pasokan Pengolahan Tempurung Kelapa
Struktur jaringan rantai pasokan tempurung kelapa menunjukkan bahwa
bahan baku tempurung kelapa dapat diperoleh dari berbagai wilayah. Pedagang
pengumpul dapat ditemui dari pelosok Banyuwangi sampai ke ujung selatan
Pandeglang. Hal ini disebabkan terdapat limbah tempurung yang siap untuk
diolah langsung menjadi bahan baku arang tempurung. Petani kelapa menjual
kelapa dalam bentuk butiran dengan atau tanpa sabut kelapa. Limbah tempurung
85
akan terbawa di pasar-pasar kota dan ada yang menampung limbah tempurung di
lokasi-lokasi tersebut.
Struktur jaringan rantai pasokan menunjukkan bahwa bahan baku
tempurung diperoleh dari berbagai wilayah terutama dari pengumpul tempurung
di pasar-pasar tradisional dan juga dari petani pengolah minyak kelapa ataupun
petani pengolah kopra. Bahan baku tempurung ini juga diperoleh dari pedagang
antar pulau yang melakukan distribusi pasokan bahan baku tempurung.
Kontribusi harga tempurung semakin meningkat karena transportasi tempurung ke
lokasi tanur pengarangan yang semakin jauh.
Unit Pengolah Minyak
kelapa
Pengumpul Tempurung
Kelapa
Pengumpul
Pedagang pasar
tradisional
Pedagang eceran
Konsumen
domestik
Eksportir
Gambar 20 Skema Rantai Pasokan Tempurung Kelapa (Hasil Olahan Data
Primer)
Jalur distribusi pemasaran arang tempurung kelapa dengan melihat uraian
di atas dapat digambarkan seperti pada skema rantai pasokan di atas. Jalur
distribusi ini juga cukup singkat. Jalur distribusi arang tempurung dari unit
pengolahan arang tempurung di sentra produksi kelapa hampir lebih dari 85%
didistribusikan ke pedagang pengumpul dan selanjutnya ke eksportir. Arang
86
87