Oleh:
Muhlis Isnanto
125020301111026
Dosen Pembimbing:
Putu Prima Wulandari, SE., M.SA., Ak.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengungkapan Corporate
Social Responsibility perusahaan yang disajikan didalam Sustainability Report
berdasarkan Standar pelaporan terbaru yang dikeluarkan oleh Global Reporting
Initiative yaitu GRI Standards, serta mengetahui tingkat kepatuhan Corporate
Social Responsibility (CSR) Report yang dilakukan oleh PT Vale Tbk, PT Bukit
Asam Tbk, PT Timah Tbk, dan PT Aneka Tambang Tbk. Sumber data dalam
penelitian ini adalah Sustainability Report PT Vale Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT
Timah Tbk, dan PT Aneka Tambang Tbk periode 2018 karena baru periode ini
standar pelaporan GRI Standards berlaku efektive di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif. Kualitatif deskriptif digunakan dalam
penelitian ini untuk mengumpulkan dan menyajikan data yang diperoleh,
sehingga dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai pengungkapan
Corporate Social Responsibility yang dilakukan PT Vale Tbk, PT Bukit Asam
Tbk, PT Timah Tbk, dan PT Aneka Tambang Tbk tahun 2018. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa PT Vale Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Timah
Tbk, dan PT Aneka Tambang Tbk pada dasarnya sudah mengimplementasikan
GRI Standards sebagai standar baru pelaporan dengan PT Bukit Asam sebagi
perusahaan yang memiliki tingkat kepatuhan tertinggi pada aspek ekonomi,
lingkungan dan sosial.
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Corporate Social Responsibility
CSR merupakan konsep dasar yang semestinya dilakukan oleh perusahaan.
Dalam menjalankan operasionalnya, perusahaan seharusnya memikirkan aktivitas
operasional yang dapat menguntungkan perusahaan dan memberi dampak positif
terhadap masyarakat dan lingkungan, khususnya yang berada disekitar
perusahaan. CSR menekankan bahwa perusahaan harus memperhatikan
kesehjateraan dari pihak internal seperti tenaga kerja dan pihak eksternal seperti
maysarakat luas.
Terdapat berbagai macam teori yang melandasi pelaksanaan kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR). Namun, dalam penelitian ini akan
dibahas 2 (dua) teori utama yang mendasari, yaitu stakeholder theory dan
legitimacy theory.
1. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory):
Terdapat teori yang menjadi dasar perusahaan dalam menginformasikan
bentuk pertanggungjawaban sosialnya kepada kelompok yang berkepentingan
dan masyarakat secara keseluruhan. Menurut Deegan (2004), Teori stakeholder
menjelaskan alasan dari pengungkapan suatu informasi oleh perusahaan dalam
laporan keuangan.
Teori Stakeholder menyatakan bahwa semua stakeholder mempunyai hak
untuk memperoleh informasi mengenai aktivitas perusahaan yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan mereka. Walaupun para stakeholder
dapat memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan
walaupun stakeholder minoritas yang tidak dapat memainkan peran secara
langusung dalam suatu perusahaan, tetap mempunyai hak untuk mendapat
informasi dari perusahaan (Deegan, 2002).
2. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory):
Teori legitimasi menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk
memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam
masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan berada, dimana mereka
berusaha untuk memastikan bahwa aktifitas mereka (perusahaan) diterima oleh
pihak luar sebagai suatu yang “sah” (Deegan, 2004). Ghozali dan Chariri (2007)
menyatakan bahwa hal yang melandasi teori legitimasi adalah “kontrak sosial”
yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan
beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi.
Menurut teori legitimasi, perusahaan bukan hanya memperhatikan hak
investor, namun juga harus memperhatikan hak publik (Deegan dan Rankin,
1997). Dalam usaha memperoleh legitimasi, perusahaan melakukan kegiatan
sosial dan lingkungan yang memiliki implikasi akuntansi pada pengungkapan
laporan tahunan dan berisi pelaporan sosial dan lingkungan yang dipublikasikan.
2.2 Global Reporting Initiative
Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah organisasi nirlaba yang
mempelopori pelaporan berkelanjutan, didirikan di New York pada tahun 1997
dan saat ini berpusat di Amsterdam. GRI standards adalah standard global
pertama dan paling banyak diadopsi untuk pelaporan keberlanjutan.
Versi terbaru pedoman GRI adalah GRI Standards yang di luncuran pada
tanggal 8 Juni 2017 di Indonesia dan mulai efektif berlaku mulai bulan Juli tahun
2018. GRI Standards adalah generasi kelima dari pedoman GRI setelah GRI G2
atau versi 2 diterbitkan pada tahun 2002 kemudian GRI G3, GRI G3.1, GRI G4
diluncurkan berurutan pada tahun 2006, 2011, dan 2013. Di antara perubahan
berbagai versi GRI, transformasi GRI G3.1 ke GRI G4 memiliki perubahan yang
cukup signifikan dalam hal penyusunan laporan keberlanjutan. Penggunaan GRI
Standards mungkin tidak akan berdampak signifikan bagi perusahaan yang telah
membuat laporan keberlanjutan berbasiskan GRI G4. Secara umum, isi keduanya
tidak jauh berbeda. Hanya ada 2 indikator spesifik yang “discontinued” dan total
42 yang direvisi. Selebihnya mengalami perubahan minor atau perubahan
klasifikasi indikator. Baik GRI G4 maupun GRI Standards juga memiliki
penekanan yang sama. Keduanya sama-sama memperhatikan isu kesetaraan
gender dan keterlibatan value chain dalam setiap aspek keberlanjutan. Prinsip-
prinsip laporan keberlanjutan juga masih sama. Materiality dan boundary masih
menjadi landasan dalam menentukan isi laporan.
3. Metode Penelitian
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif yang menitikberatkan pada telaah informasi dalam literatur teori yang
berhubungan dengan tema besar penelitian. Dalam penelitian ini penulis
melakukan analisis terhadap segala bentuk pengungkapan kegiatan sosial dan
lingkungan perusahaan yang merupakan bagian dari tanggungjawab sosialnya
terhadap para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal yang
tercantum di dalam sustainability report apakah isi dan kegiatan di dalam laporan
tersebut telah sesuai dengan indikator yang ada dalam standar pelaporan
keberlanjutan yang terbaru yaitu GRI Standards. Penelitian ini juga menilai
tingkat kepatuhan perusahaan terhadap pelaporan GRI Standards, semakin tinggi
pemenuhan pengungkapan maka semakin tinggi tingkat kepatuhannya. Sehingga
jenis penelitian yang digunakan adalah studi dokumen, yang tergolong sebagai
penelitian kualitatif.
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah sustainability report PT Vale Tbk, PT Bukit
Asam Tbk, PT Timah, dan PT Aneka Tambang periode 2018. Pemilihan
perusahaan tersebut berdasarkan beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan menerbitkan Sustainability Report secara lengkap untuk
periode 2018.
2. Perusahaan menggunakan pelaporan berdasar pada GRI Standards.
3. Sustainability report perusahaan dapat diakses melalui website milik
perusahaan bersangkutan.
3.3 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan sumbernya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan tahunan perusahaan
yang dipublikasikan yaitu sustainability report. Tahun pengungkapan laporan
yang diambil adalah tahun 2018.
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah:
1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari
buku- buku maupun tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan penelitian.
Studi kepustakaan pada penelitian ini yakni penelusuran akan jurnal-jurnal
yang terkait dengan akuntansi pertanggungjawaban sosial dan juga buku-
buku yang berkaitan dengan tata kelola perusahaan yang baik.
2. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data-data yang dilakukan dengan mengumpulkan segala
dokumen baik dari website perusahaan yang mempunyai relevansi terhadap
kebutuhan penelitian yang nantinya akan dilakukan. Dokumen yang
dikumpulkan dari studi dokumentasi ini berkaitan dengan 4 perusahaan
yang menjadi objek penelitian. Dokumen tersebut antara lain sustainability
report periode 2018.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data model Miles and Huberrman Miles and Huberrman,
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus, aktivitas dalam analisis data
yaitu:
1. Data reduction.
Karena data yang diperoleh dari sustainability report cukup banyak,
sehingga perlu dicatat secara lebih teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal
yang penting. Data-data direduksi dengan menguji keabsahannya dan
keterkaitannya dengan topik penelitian serta landasan teori yang
digunakan. Dalam penelitian ini, analisis berkaitan dengan pengungkapan
CSR yang umumnya tersaji dalam bentuk susunan kata. Pengungkapan
CSR yang didapat dari sustainability report kemudian dipilih, dirangkum
dan diklasifikasian menurut pengungkapan umum, pengungkapan sektor
ekonomi, pengungkapan sektor lingkungan dan pengungkapan sektor
sosial.
2. Data display.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam
bentuk tabel, grafik, chart, dan sejenisnya. Dalam penelitian ini, penulis
melakukan analisis terhadap isi laporan historis pada sustainability report
yang dikeluarkan perusahaan. Proses analisis dilakukan dengan mencari
aspek-aspek yang terdapat dalam tabel kerja apakah dilaporkan atau tidak
dalam sustainability report. Setelah itu, penulis mengisi tabel kerja
berdasarkan hasil analisis yang akan dibahas dalam pembahasan dan
membuat ringkasan atas hasil yang didapatkan dari tabel kerja kemudian
menampilkan data dalam bentuk chart.
3. Conclusion drawing atau verification.
Data ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan
didasarkan pada analisis subjektif penulis ketika menganalisa dan
membandingkan tanggung jawab sosial perusahaan melalui sustainability
report masing-masing perusahaan.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Pengungkapan CSR Berdasarkan Pengungkapan Umum Pada
Perusahaan Tambang Tahun 2018
Pengungkapan umum adalah pengungkapan yang termasuk dalam standard
inti (core). Pengungkapan umum terdiri dari 37 poin yang dalam hal konten telah
mengakomodir kebutuhan informasi dasar terkait aktivitas CSR yang dilakukan
perusahaan. Poin – poin ini mencakup profil perusahan, strategi, etika dan
integritas, tata kelola, praktik keterlibatan pemangku kepentingan, dan proses
pelaporan organisasi. walaupun perusahaan termotivasi melakukan aktivitas
CSR, namun tidak semua perusahaan berhasil mengungkapkan kinerjanya
dengan baik. Hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui implementasi CSR
perusahaan tambang dan melakukan penilaian kepatuhan pengungkapan dari
kelompok ketetapan yang paling dasar, yaitu pengungkapan umum.
Tabel dibawah ini menyajikan tingkat kepatuhan pengungkapan CSR
berdasarkan pengungkapan umum pada tahun 2018, disertakan pula grafik yang
menggambarkan kepatuhan pengungkapan keempat perusahaan tersebut.
No Perusahaan Jumlah Terpenuhi Persentase
Pengungkapan
1 PT Vale Indonesia Tbk 37 37 100%
2 PT Bukit Asam Tbk 37 35 95%
3 PT Timah Tbk 37 37 100%
4 PT Aneka Tambang Tbk 37 37 100%
PT Vale Indonesia
100% Tbk
80%
PT Bukit Asam Tbk
60%
40% PT Timah Tbk
20%
0% PT Aneka Tambang
Pengungkapan Umum Tbk
CSR 2018
100%
0%
Pengungkapan Sektor
Ekonomi CSR 2018
Pada tabel dan grafik diatas, PT Bukit Asam memiliki tingkat kepatuhan
tertinggi CSR pengungkapan sektor ekonomi dari perusahaan tambang dengan
melaporkan 12 pengungkapan dari total seharusnya 13 poin pengungkapan.
Selanjutnya disusul oleh PT Timah yang telah melaporkan 9 poin pengungkapan
sebesar 69% dan PT Vale yang telah melaporkan 7 poin pengungkapan sebesar
54%. PT Antam hanya melaporkan 3 poin pengungkapan menjadi yang terendah
dengan persentase 23%.
4.2.2 Pengungkapan CSR Berdasarkan Pengungkapan Sektor Lingkungan
Pada Perusahaan Tambang 2018
Keberlanjutan lingkungan berkaitan erat dengan dampak organisasi pada
sistem alam baik yang hidup maupun tidak, termasuk tanah, udara, air, dan
ekosistem. Kategori Lingkungan meliputi dampak yang terkait dengan input
(seperti material, energi dan air) dan output (seperti emisi, eflen, dan limbah).
Termasuk juga keanekaragaman hayati, kepatuhan lingkungan, dan penilaian
lingkungan pemasok.
Tabel dibawah ini menyajikan tingkat kepatuhan pengungkapan CSR
berdasarkan sektor lingkungan pada tahun 2018, disertakan pula grafik yang
menggambarkan kepatuhan pengungkapan keempat perusahaan tersebut.
100%
80%
PT Vale Indonesia Tbk
60% PT Bukit Asam Tbk
0%
Pengungkapan Sektor Lingkungan
CSR 2018
Pada tabel dan grafik diatas, PT Bukit Asam memiliki tingkat kepatuhan
tertinggi CSR pengungkapan sektor lingkungan dari perusahaan tambang dengan
melaporkan 17 pengungkapan dari total seharusnya 31 poin pengungkapan. Tiga
perusahaan tambang lainnya yaitu, PT Vale, PT Antam dan PT Timah berturut
turut melaporkan sebesar 45%, 45% dan 39% dari total pengungkapan sektor
lingkungan GRI Standards.
4.2.3 Pengungkapan CSR Berdasarkan Pengungkapan Sektor Sosial Pada
Perusahaan Tambang 2018
Dimensi keberlanjutan sosial membahas dampak yang dimiliki organisasi
terhadap sistem sosial di mana organisasi beroperasi. Kategori Sosial meliputi
hubungan perusahaan dengan karyawan (hubungan tenaga kerja/manajemen,
kesehatan dan keselamatan kerja, pelatihan dan pendidikan, non-diskriminasi, hak
asasi manusia dan kebebasan berserikat), hubungan perusahaan dengan
masyarakat sekitar (seperti hak masyarakat adat, masyarakat lokal). Termasuk
juga hubungan dengan pelanggan.
Tabel dibawah ini menyajikan tingkat kepatuhan pengungkapan CSR
berdasarkan sektor sosial pada tahun 2018, disertakan pula grafik yang
menggambarkan kepatuhan pengungkapan keempat perusahaan tersebut.
100%
80%
Pt Vale Indonesia Tbk
60%
PT Bukit Asam Tbk
40%
PT Timah Tbk
20%
PT Antam Tbk
0%
Pengungkapan Sektor Sosial
CSR 2018
Pada tabel dan grafik diatas, PT Bukit Asam memiliki tingkat kepatuhan
tertinggi CSR pengungkapan sektor sosial dari perusahaan tambang dengan
melaporkan 27 pengungkapan dari total seharusnya 40 poin pengungkapan. Tiga
perusahaan tambang lainnya yaitu, PT Vale, dan PT Timah berturut turut
melaporkan sebesar 43%, dan 50% dari total pengungkapan sektor sosial GRI
Standards. PT Antam hanya melaporkan 14 poin pengungkapan menjadi yang
terendah dengan persentase 35%.
4.3 Analisis Tingkat Kepatuhan Pengungkapan CSR Pada Perusahaan
Tambang Tahun 2018
Keberlanjutan bagi perusahaan adalah komitmen pada upaya menjaga
keseimbangan kinerja di sektor ekonomi, lingkungan dan sosial kemasyarakatan
pada setiap kondisi yang dihadapi saat ini maupun di masa yang mendatang,
tujuan utama demi menjaga keberlangsungan dan kelestarian lingkungan, alam
beserta seluruh isinya untuk generasi kini maupun mendatang yang semakin baik.
Untuk mempertahankan keberlangsungan tersebut, perusahaan berkomitmen
untuk melakukan kinerja sosial keberlanjutan, perusahaan tetap menjaga dan
mengedepankan relasi yang terbaik kepada stakeholder. Tabel dibawah ini
menyajikan rata-rata tingkat kepatuhan pengungkapan CSR perusahaan tambang
tahun 2018.
100%
90%
80%
70%
60%
Pengungkapan CSR
50% Berdasarkan Sektor
40%
30%
20%
10%
0%
Umum Ekonomi Lingkungan Sosial
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana implementasi dan
tingkat kepatuhan pengungkapan CSR berdasarkan standard inti (core) GRI
Standards yang dilakukan oleh perusahaan tambang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
1. PT Vale, PT Bukit Asam, PT Timah dan PT Aneka Tambang telah
melaporkan pengungkapan CSRnya berdasarkan pedoman standar
generasi baru yaitu standar pelaporan GRI Standards.
2. Keempat perusahaan tambang memiliki rata-rata total kepatuhan
pengungkapan CSR mencapai 63%. Pada pengungkapan umum yang
mencapai tingkat kepatuhan mencapai 99%. Tingkat kepatuhan pada
kategori ekonomi, lingkungan, dan sosial di industri ini memiliki tingkat
kepatuhan sebesar 60%, 46%, dan 49%.
3. PT Bukit Asam menjadi perusahaan tambang dengan tingkat kepatuhan
tertinggi dengan rata-rata kepatuhan mencapai 78% dari keseluruhan
aspek, lebih tinggi dibandingkan kepatuhan PT Vale, PT Timah dan PT
Aneka Tambang dalam konteks kesesuaian dengan GRI Standards.
4. Pada pengungkapan umum PT Vale, PT Timah dan PT Aneka Tambang
mengungkapkan seluruh poin yang harus dilaporkan sesuai GRI Standards
sehingga kepatuhan mencapai 100%. Hanya PT Bukit Asam yang memiliki
tingkat kepatuhan sebesar 95% pada pengungkapan umum.
5. PT Bukit Asam memiliki tingkat pengungkapan tertinggi pada
pengungkapan sektor ekonomi yang mencapai 92%, pada pengungkapan
sektor lingkungan yang mencapai 55% dan pada pengungkapan sektor
sosial yang mencapai 68%.
6. Pengungkapan sektor ekonomi menjadi pengungkapan yang memiliki
tingkat kepatuhan tertinggi di tiga dari keempat perusahaan tambang. PT
Vale, PT Bukit Asam, dan PT Timah adalah perusahaan yang lebih fokus di
pengungkapan sektor ekonomi sedangkan PT Aneka Tambang lebih fokus
ke kepatuhan pengungkapan sektor lingkungan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan tambang di Indonesia
sehingga perbedaan karakteristik perusahaan dan negara tidak
dipertimbangkan dalam penelitian ini. Sehingga tidak diketahui apakah
hasil penelitian ini akan sama apabila diaplikasikan pada bentuk
perusahaan atau negara lain.
2. Penelitian ini mengabaikan materialitas masing-masing perusahaan,
peneliti menilai kepatuhan terhadap GRI Standards hanya berdasarkan
pengungkapan inti (core).
5.2 Saran Penelitian
Terdapat beberapa saran dalam penelitian ini, yaitu :
1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan jenis industri yang berbeda atau
sektor usaha yang lebih luas, sekaligus mempertimbangkan perbandingan
yang dilakukan antara negara- negara lain, tidak hanya di Indonesia. hal ini
dilakukan agar dapat membandingkan sejauh mana perusahaan- perusahaan
di Indonesia khususnya dalam melaporkan aktivitas CSRnya sudah
berkembang.
2. Penelitian ini mengabaikan materialitas masing-masing perusahaan,
sebagai penelitian selanjutnya bisa mempertimbangkan mengenai masalah
materialitas tiap indikator – indikator CSR perusahaan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA