Abstract
The application of good corporate governance is a concept that pressured the significance ofstakeholders
for getting the truth information, accurate and can be responsible. Good corporate governance a set of
regulation that arrange the relationship between all stakeholders for prevent significant mistake that may
happen and that those mistake can be solve immediately. Therefore, to create good corporategovernance
system needs of good human resources, has Islamic professionalism and comfortable job area. The fungtion
of human resources management to manage human resources quality so it can be applygood corporate
governance maximally. One way of human resources management’s manner is make good corporate
governance principles in employee’s personality and business job area.
Abstrak
Penerapan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG) merupakan
konsep yang menekankan pentingnya para stakeholder untuk memperoleh informasi yang benar, akurat
dan dapat dipertanggungajawabkan atau seperangkat regulasi yang mengatur hubungan antar stakeholder
untuk mencegah terjadinya kesalahan yang signifikan dan memastikan bahwa kesalahan yang terjadi
dapat dengan segera diperbaiki. Oleh karena itu untuk mewujudkan sistem GCG di butuhkan SDI yang
berkualitas, memiliki professionalism Islam dan lingkungan kerja yang nyaman. Manajemen SDI berfungsi
untuk mewujudkan pengelolaan SDI yang berkualitas sehingga mampu menerapkan GCG secara maksimal.
Salah satu cara menajemen SDI itu adalah menumbuhkan prinsip-prinsip GCG pada kepribadian karyawan
dan lingkungan kerja perusahaan.
Nasution, 2009). Oleh sebab itu, untuk membuat pada abad ke-19. Menurut pandangan kaum
good corporate governance dapat bekerja secara intelektual manajemen lahir sebagai tuntutan
maksimal yang sesuai dengan amanah yang perlunya pengaturan hubungan di antara
dibebankan pada SDI, dibutuhkan kerjasama individu dalam suatu organisasi. Stoner
di semua aspek operasional dan di semua mengartikan manajemen sebagai proses
tingkatan dalam level organisasi perusahaan. perencanaan, pengorganisasian, memimpin
Lebih lanjut, Islam mendukung segala dan mengawasi usaha-usaha dari anggota
bentuk dari tata kelola yang positif. Nilai- organisasi dan sumber-sumber organisasi
nilai dan etika keislaman yang telah terbentuk untuk mencapai organisasi yang telah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan ditetapkan (Sinn, 2008). Manajemen yang
dalam komunitas muslim. Begitu juga terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
prinsip-prinsip good corporate governance yang pelaksanaan dan pengawasan merupakan satu
dirumuskan oleh Menteri Negara Koordinator kesatuan dalam hal pengaturan.
Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Dalam Islam pengaturan segala sesuatu
(Menko Ekuin) pada 29 Juni 2000 mencakup dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas
prinsip-prinsip transparansi (keterbukaan), merupakan hal yang disyariatkan oleh Islam.
akuntabilitas, responsibilitas (tanggung jawab), Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan
independensi (kemandirian) dan fairness Imam Muslim dari Yala bahwa Rasulullah
(kewajaran atau keadilan). bersabda:
َ
َّإن هللا َك َت َب ِاال ْح َس َان َع َ يل ُ ِّك ش ي ْ ٍ ئ
Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan
konsep Islam yang mengdepankan kejujuran, �
tanggung jawab dan keadialan kepada semua
“Sesunggunhnya Allah mewajibkan kepada
yang berkepentingan. Dengan demikian, secara
kita untuk berlaku ihsan dalam segala sesutu.....”.
tidak langsung prinsip-prinsip good corporate
(H.R. Muslim).
governance, jika mampu dimaksimalkan akan
Kata ihsan bermakna melakukan sesuatu
membentuk pribadi-pribadi yang berlaku
secara maksimal dan optimal. Tidak boleh
adil, bertanggung jawab dan jujur dengan
seorang muslim melakukan sesuatu tanpa
setiap amanah yang di emban. Atas dasar
perencanaan, tanpa ada pemikiran dan tanpa
itulah dalam artikel ini akan mendeskripsikan
adanya penelitian. Akan tetapi pada umumnya
prinsip-prinsip good corporate governance dalam
dari hal yang kecil hingga hal yang besar
meningkatkan kualitas SDI.
harus dilakukan secara ihsan, secara optimal,
baik, benar dan tuntas. Dengan demikian
Manajemen Sumber Daya Insani
ketika melakukan sesuatu dengan benar, baik,
Secara ilmiah, perkembangan manajemen terencana dan terorganisasi dengan rapi maka
muncul di awal terbentuknya negara industri akan terhindar dari keraguan (Hafiduddin dan
Tanjung, 2003).
a. Invenstor selaku pihak yang mendanai perusahaan Burhanuddin Yusuf mendefinisikan
membutuhkan informasi atas kinerja perusahaan SDI sebagai individu yang merancang
tempat dia berinvestasi
b. Para pelaku pasar modal membutuhkan laporan dan memproduksi keluaran dalam rangka
keuangan perusahaan untuk kepentingan analisis pencapaian strategi dan tujuan yang telah
fundamental perusahaan ditetapkan oleh organisasi (Yusuf, 2015).
c. Pemerintah membutuhkan informasi perusahaan Sedangkan Ardan mendefinisikan SDI adalah
untuk kepentingan perhitungan pembayaran pajak,
ijin usaha dan lain-lain
kemampuan potensial yang dimiliki oleh setiap
d. Kreditur membutuhkan informasi perusahaan manusia yang terdiri atas kemampuan berfikir,
guna pengambilan keputusan untuk memberikan berkomunikasi, bertindak dan bermoral
pinjaman kepada perusahaan atau tidak untuk melaksanakan suatu kegiatan baik
e. Supplyer bersifat teknis maupun manajerial (Komang,
f. Karyawan dan lain-lain.
Lebih lanjut permasalahan tentang stakeholder 2012). Dengan demikian dapat diartikan
dapat dilihat pada Mal An Abdullah, Corporate manajemen SDI adalah suatu kegiataan
Governance Perbankan Syariah di Indonesia (Yogyakarta: pengelolan SDI yang meliputi pendayagunaan,
Ar-Ruzz Media, 2010), 47. pengembangan, penilaian dan pemberian balas
Pendekatan Prinsip Good Corporate Governance dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Insani (SDI) 101
jasa yang didasarkan pada prinsip-prinsip pengetahuan dan membudayakan ilmu yang
keislamaan untuk mewujudkan kesejahteraan dimilikinya (Haluty, 2014).
manusia. Hal ini berarti manusia mempunyai
Pengelolaan SDI yang utama adalah kedudukan yang mulia karena ia dibekali dengan
pengelolaan dalam perilaku yang berkaitan akal dan perasaan. Manusia yang berkualitas
dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan merupakan manusia yang mengembangkan ilmu
(Hafiduddin dan Tanjung, 2003). Ketika setiap pengetahuan berdasarkan akal yang dimilikinya.
perilaku setiap individu telah berlandaskan Karena sejatinya setiap manusia mempunyai
nilai-nilai keimanan, maka perilakunya potensi-potensi tersembunyi yang harus di gali
akan terkendali dari perbuatan-perbuatan dan di kembangkan sendiri.
tercela seperti tindak pidana pencucian uang, Hasan Langgulung sebagaimana di kutip
manipulasi data keuangan untuk kepentingan oleh Djaelany Haluty, melihat bahwa potensi
pribadi dan lain-lain. Karena ia merasa adanya yang ada pada manusia sangat penting sebagai
pengawasan dari Sang Pencipta atas segala karunia yang diberikan Allah untuk menjalankan
perbuatan yang ia lakukan. tugasnya. Setiap manusia tidak mampu
Hal ini yang berbeda dengan perilaku mengemban tugas dan tanggungjawabnya
dalam manajemen konvensional, manajemen ketika ia tidak selalu mengembangkan potensi-
yang tidak terikat dengan nilai-nilai ketauhidan. potensi yang dimilikinya (Haluty, 2014).
Sehingga orang yang menerapkan konsep Artinya jika SDI-nya berkualitas maka ia
manajemen konvensional hanya merasakan akan mampu mempertanggungjawabkan
pengawasan dari pimpinan atau atasan. Selain amanahnya. Kualitas SDI ini tidak hanya cukup
itu, setiap kegiatan dalam manajemen syariah dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan
dapat diupayakan menjadi amal sholeh yang teknologi tetapi juga harus diimbangi dengan
berrnilai ibadah (Hafiduddin dan Tanjung, pengembangan kualitas nilai-nilai rohani
2015). Sehingga orientansi pekerjaan seorang dan sprititual yaitu berupa iman dan takwa
muslim adalah orientasi akherat adalah hal kepada sang pencipta. Ketahanan kualitas SDI
yang utama. Setiap pekerjaan tidak hanya tidak akan sempurna tanpa ada ketangguhan
untuk mendapatkan pujian dari atasan tapi mental spiritual keagamaan. Sebagai contoh
untuk mendapatkan ridho Allah. berapa banyak pejabat negara di negeri ini
Keberhasilan manajemen SDI ialah yang mempunyai pengetahuan ilmu dan
mampu mewujudkan setiap pekerja menikmati teknologi tetapi terjerat kasus pelanggaran
pekerjaan mereka. Seorang pekerja tidak hukum yang menyebabkan ia berurusan
menganggap pekerjaanya sebagai sebuah dengan Komisi Pemberantasan Korupsi
kewajiban semata, melainkan sebuah (KPK) dan kepolisian. Hal ini mencerminkan
kebutuhan. Sehingga akan menumbuhkan bahwasanya kemampuan pengembangan
kepuasan batin para pekerja (Hafidudin ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak
dan Tandjung, 2003). Ketika pekerja tidak diimbangi dengan pengembangan iman dan
mampu menikmati pekerjaanya, maka ia takwa di hatinya.
akan cenderung berkerja tidak maksimal. SDI yang mempunyai dan memegang
Akibatnya efiensi dan efektivitas perusahaan nilai-nilai agama akan lebih tangguh secara
akan menurun. rohaniah. Dengan demikian, ia mempunyai
tanggungjawab spiritual terhadap ilmu
SDI yang Berkualitas pengetahuan dan amanahnya. Sebaliknya SDI
yang tidak disertai dengan kepatuhan kepada
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai
nilai-nilai keagamaan hanya membawanya
penerima dan pelaksana ajaran agama. Sehingga
kearah kenikmatan duniawi semata.
manusia ditempatkan pada kedudukan yang
Ketika semangat keduniawian ini telah
mulia. Untuk mempertahankan kedudukannya
masuk kejiwa-jiwa setiap manusia, maka ia
yang mulia dan membentuk pribadi yang
hanya akan mementingkan diri sendiri dan
bagus, Allah melengkapinya dengan akal
mengekploitasi sumber daya yang ada tanpa
dan perasaan yang memungkinkan manusia
ada tanggung jawab demi memenuhi hasratnya.
untuk menerima dan mengembangkan ilmu
102 Yusi Septa Prasetia, Mohammad Ghozali
berwujud keuangan tetapi dapat menjangkau oleh Imam Al-Ghazali mencakup lima aspek yaitu
etika, agama dan nilai-nilai luhur lainnya. memelihara agama (din), kehidupan/diri (nafs), akal
(aql), keturunan (nasl) dan harta benda (mal).
Pendekatan Prinsip Good Corporate Governance dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Insani (SDI) 103
Mereka membantu manajer menciptakan otoritas terhadap karyawan, tidak menjamin jika
suasana komunikasi yang positif, nyaman dan karyawan mempercayai mereka. Kepercayaan
mendorong karyawan untuk mendiskusikan didasarkan pada kejujuran. Sehingga antara
masalah performa, pilihan dan ide karyawan dan manajer dituntut untuk berlaku
pengembangan perusahaan secara terbuka dan jujur (Rivai, 2010). Kepercayaan dan kejujuran
jujur tanpa rasa takut. Sehingga lingkungan merupakan sesuatu sikap yang penting dalam
seperti ini akan menciptakan proses hubungan segela hal. Sikap ini juga menjadi penentu
yang bersinergi (Rivai, 2010). Selain hubungan dalam keberhasilan perusahaan di samping
yang baik dalam internal perusahaan, manajer kemampuan dan kompetensi SDI (Putri, TT).
juga menjalin hubungan yang baik dengan
para stakeholder untuk menerima masukan dan Penghargaan diri
kritikan untuk kemajuan perusahaan. Penghargaan diri merupakan puncak
Hal ini secara tidak langsung sesuai dari seluruh langkah yang diambil dalam
dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas proses penciptaan perusahaan yang saling
perusahaan. Yaitu trasparansi dalam menerima bersinergi. Bentuk-bentuk penghargaan diri ini
masukan dan saran serta bentuk tanggungjawab diantaranya adalah memberi kebebasan dalam
manajer kepada karyawaan. menetukan sikap, mengakui karyanya sekecil
Menumbuhkan jiwa kesatuan apapun, melibatkan dalam pengambilan
Artinya pada diri setiap pegawai atau keputusan dan menghargai kinerja karyawan
manajer perlu ditanamkan rasa kesatuan dan (Rivai, 2010).
kesetian pada perusahaan. Sehingga dapat Karyawan yang diliputi perasaan cemas
bekerja sama pada sejumlah orang untuk dan kekurangan akan sulit berkonsentrasi
mencapai tujuan perusahaan (Mamik dan terhadap tugas dan kewajiban sehingga
Syarif, 2014). Dengan demikian karyawan juga mengakibatkan ketidak sempurnaan dalam
akan merasakan perasaan memiliki perusahaan bekerja (Putri, TT). Oleh karena itu perusahaan
tersebut. juga harus memikirkan agar karyawan dapat
bekerja dengan tenang dan menumbuhkan
Meningkatkan keterlibatan personal antar semangat karyawan dalam bekerja.
karyawan
Keterlibatan personal bukan berarti Membangun professional
melalui batasan yang diberikan perusahaan, Kunci untuk mengoptimalkan sistem
tetapi untuk menciptakan ikatan pada perusahaan yang ada adalah dengan
hubungan antara manajer dengan karyawan. membangun profesionalisme pada karyawan.
Hal yang paling kecil dalam keterlibatan Membangun profesionalisme diantaranya dapat
personal adalah dengan bertanya yang akan dilakukan dengan pelatihan (training) dalam
membantu menemukan keinginan karyawan. segala bidang pekerjaan. Karena pelatihan
Manajer harus mampu mengambil segala merupakan bentuk ilmu untuk meningkatkan
kesempatan untuk mengetahui kejadian yang kinerja. Islam mendorong untuk melakukan
terjadi pada kehidupan karyawan (Rivai, 2010). pelatihan (training) terhadap para karyawan
Keterlibatan aktif personal bukan hanya dengan tujuan meningkatkan kompetensi
berarti keterlibatan jasmaniah semata, namun dan kemampuan teknis karyawan dalam
juga dapat diartikan sebagai keterlibatan, menunaikan tanggung jawab pekerjaan (Sinn,
rohaniah, mental, pikiran dan emosi atau 2006). Selain itu pelatihan kinerja juga merupakan
perasaan seseorang dalam mencapai tujuan salah satu model penghargaan diri kepada
organisasi. Keterlibatan personal ini juga sesuai karyawan. Pelatihan kinerja akan membantu
dengan prinsip fairness pada GCG. karyawan mengembangkan kepercayaan diri.
Selain pengembangan profesionalisme
Meningkatkan kepercayaan dan kejujuran kinerja, perusahaan hendaklah juga
Kepercayaan pada hubungan kerja mengembangkan profesionalisme ruhaniah
didapat dari usaha dan bukan di dapat dari melalui pelatihan-pelatihan yang mampu
derajat. Manajer yang memiliki kekuasaan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan
106 Yusi Septa Prasetia, Mohammad Ghozali
Daya Manusia, Penerbit Caps, Yogyakarta. Syakhroza, Akhmad. (2005) Corporate Governance:
Surat Keputusan Menko Ekuin KEP-31/M. Sejarah dan Perkembangan. Teori dan Sistem
EKUIN/06/2000. Covernance serta Aplikasinya Pada Perusahaan
Suryanto, Tulus dan Anip Dwi Saputro. (2016) BUMN. Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta.
Konsep Pencegahan Kecurangan (Fraud) Yusuf, Burhanuddin (2015). Manajemen Sumber
Akuntansi dalam Perspektif Islam, CV. Arti Daya Manusia di Lembaga Keuangan Syariah,
Bumi Intaran, Yogyakarta. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.