Anda di halaman 1dari 80

USULAN PENELITIAN TESIS

PENGARUH ECO-EFFICIENCY DAN KINERJA SOSIAL


PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN
(Studi pada Perusahaan Tambang dan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI)

disusun dan diajukan oleh :

Anisatun Humayrah Rais


A062181004

kepada

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
USULAN PENELITIAN TESIS
PENGARUH ECO-EFFICIENCY DAN KINERJA SOSIAL
PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGA
PERUSAHAAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN
(Studi pada Perusahaan Tambang dan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI)

disusun dan diajukan oleh

ANISATUN HUMAYRAH RAIS


A062181004

telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Makassar, Maret 2020

Komisi Penasihat

Ketua Anggota

Dr. Darwis Said, SE.,Ak.,MSA.,CA Dr. Asri Usman, SE.,Ak.,M.Si.,CA


NIP : 196608221994031009 NIP : 196510181994121001

Ketua Program Studi Magister Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

Dr. R. A. Damayanti, S.E., M.Soc.Sc., Ak.


NIP. 196703191992032003
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan dalam dunia bisnis yang semakin maju,

maka tuntutan terhadap perusahaan juga semakin kompleks. Perusahaan tidak

hanya diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para shareholder saja,

tetapi juga diharapkan mampu memberikan manfaat bagi seluruh elemen

stakeholder, yaitu shareholder, karyawan, lingkungan, pemerintah, dan

masyarakat. Ada harapan yang tumbuh oleh masyarakat selama dua dekade

terakhir tentang perlunya perusahaan untuk menjadi lebih bertanggung jawab

terhadap lingkungan (Akrout dan Othman, 2013). Perusahaan tidak hanya

dituntut untuk mencari keuntungan sebesar- besarnya, tetapi juga harus

memperhatikan tanggung jawab sosial di masyarakat yang berguna untuk

menjaga kelangsungan perusahaan itu sendiri.

Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak

pada konsep single bottom line, yaitu nilai perusahaan (firm value) yang

direfleksikan dalam kondisi keuangan saja. Melainkan mulai untuk berorientasi

pada konsep triple bottom line, dimana pandangan sebuah perusahaan yang

ingin berkelanjutan (sustainability) harus memperhatikan “3P” (profit, people dan

planet). Selain mengejar (profit), perusahaan juga mesti memperhatikan dan

terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut

berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Elkington,

1997).

Menurut Aras dan Crowther (2013) triple bottom line adalah hubungan

ekonomi, lingkungan, dan sosial sebagai sarana perencanaan dan pengukuran

kinerja. Pernyataan ini menjelaskan bahwa perusahaan harus mencari

1
2

keuntungan ekonomi (profit) semaksimal mungkin, akan tetapi perusahaan tetap

harus memperhatikan dalam menjaga keseimbangan aktivitas operasionalnya.

Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu dari aspek masyarakat (people),

perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar, salah

satunya dengan cara membangun sarana kesehatan, dan yang terakhir dari

aspek lingkungan (planet), hal ini dikarenakan apabila terjadi kerusakan pada

lingkungan bisa memberikan dampak yang besar bagi seluruh aktivitas

perusahaan.

Pengungkapan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial pada laporan

tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas,

responsibilitas , dan transparansi perusahaan kepada investor dan stakeholders

lainnya (Machmud et al., 2008). Untuk itu perusahaan harus memiliki konsep

keberlanjutan dalam melaksanakan tanggung jawab di sektor sosial dan

lingkungan. Konsep keberlanjutan ini memerlukan kerangka global dengan

bahasa yang konsisten dan dapat diukur dengan tujuan agar lebih jelas dan

mudah dipahami.

Ketidakefisienan perusahaan dalam mengelola sumber daya alam dan

proses produksi bukan berakibat pada kerusakan lingkungan saja, namun juga

berdampak pada keuangan perusahaan yang akan terganggu. Maka dari itu

perusahaan merencanakan upaya pelestarian lingkungan dengan konsep eco-

efficiency (Anfimiadou, 2012). Eco-efficiency menurut Aviyanti dan Isbanah

(2019) adalah konsep keberlanjutan lingkungan yang dilakukan perusahaan

untuk mengurangi dampak lingkungan akibat kegiatan operasional perusahaan

dengan meminimalisir biaya operasional perusahaan. Eco-efficiency menurut

Hansen dan Mowen (2014:778) yaitu menjaga organisasi untuk menghasilkan

produk barang dan jasa yang memiliki kegunaan yang lebih baik dengan
3

secara simultan mengurangi akibat buruk kepada lingkungan, penggunaan

sumberdaya dan sekaligus biaya yang ditanggung oleh perusahaan. Burrit

(2011) mengatakan eco-efficiency merupakan salah satu indikator yang penting

dalam kinerja lingkungan. Perusahaan yang memprioritaskan kinerja lingkungan

dalam proses produksinya, harus mampu melakukan pengelolaan sumber daya

dengan efisien, baik dan bijaksana terhadap setiap sumber daya dan energi yang

digunakan.

Eco-efficiency adalah konsep keberlanjutan lingkungan yang dilakukan

perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan akibat kegiatan

operasional perusahaan dengan meminimalisir biaya operasional perusahaan

(Amalia et al., 2017). Paradigma mengenai eco-efficiency berfokus pada

penerapan praktik manajemen yang bertujuan untuk mengurangi intensitas

lingkungan dan meningkatkan produktivitas lingkungan sekaligus mengurangi

biaya dan meningkatkan nilai perusahaan (Sinkin et al. 2008).

Selain memperhatikan kinerja lingkungan perusahaan, konsep triple

bottom line juga memperhatikan aspek kinerja sosial dalam pelaporan

keberlanjutan perusahaan. Menurut Visser et al., (2010) Corporate Social

Performance (CSP) didefinisikan sebagai konfigurasi prinsip-prinsip organisasi

bisnis dari tanggung jawab sosial, proses respon sosial, dan hasil yang dapat

diamati dalam kaitannya dengan karyawan, pemangku kepentingan, dan

hubungan masyarakat. Meskipun pandangan umum setuju bahwa tanggung

jawab sosial dapat meningkatkan manfaat jangka panjang dan mendukung

kelangsungan perusahaan,

Ho (2010) mengemukakan bahwa terdapat kritik bahwa pelaksanaan

tanggung jawab sosial perusahaan dapat mengalihkan fokus bisnis perusahaan.

Oleh karena itu, diperlukan seperangkat peraturan untuk mengendalikan


4

tanggung jawab perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan, untuk

mendukung pembangunan berkelanjutan. Kewajiban tanggung jawab sosial dan

lingkungan di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.40 tahun

2007 tentang Perusahaan Terbatas dan Peraturan Pemerintah No.47 tahun 2012

tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan untuk Perusahaan Terbatas.

Pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan juga diatur dalam

peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (sekarang

Otoritas Jasa Keuangan) no. X.K.6 tahun 2012 tentang Kewajiban Penyampaian

Laporan Tahunan untuk Emiten atau Perusahaan Publik.

Penerapan eco-efficiency dan pengukuran kinerja sosial perusahaan

memberikan dampak yang positif bagi perusahaan. Chandrayanti dan Saputra

(2013) menjelaskan bahwa penerapan CSR sendiri merupakan bagian dari

tata kelola perusahaan yang baik. CSR diharapkan akan mampu menaikkan

kinerja perusahaan karena kegiatan CSR merupakan bukti keberpihakan

perusahaan terhadap masyarakat sehingga masyarakat mampu memilih

produk yang baik yang di nilai tidak hanya dari barangnya saja tetapi juga

melalui tata kelola perusahaannya. Pada saat masyarakat yang menjadi

pelanggan memiliki penilaian yang positif terhadap perusahaan, maka

mereka akan loyal terhadap produk yang dihasilkan, hal ini akan mampu

menaikkan citra perusahaan yang direfleksikan melalui kinerja perusahaan

yang akan meningkat.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penerapan eco-efficiency dan

pengukuran kinerja sosial perusahaan memberikan dampak positif bagi kinerja

keuangan, salah satunya adalah profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh

Ikhsan dan Harjum (2016) dan Fitriani et al (2014) menyatakan bahwa kinerja

lingkungan perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Sejalan


5

dengan penelitian yang dilakukan oleh Candrayanti dan Saputra (2013) yang

menyatakan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap profitabilitas yang di

proksikan dengan ROE.

Namun terdapa pula beberapa penelitian menunjukkan bahwa penerapan

eco-efficiency dan pengukuran kinerja sosial perusahaan tidak mempengaruhi

kinerja keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas dan Dedik (2019)

mengatakan bahwa kinerja lingkungan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Tiarasandy et al. (2018) menyatakan

bahwa pertanggungjawaban sosial perusahaan tidak berpengaruh sifnifikan

terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Selain mempengaruhi profitabilitas, kinerja keuangan lain yang dipengaruhi

oleh kinerja lingkungan dan sosial perusahaan adalah Market Value Added

(MVA). MVA menurut Kinasih (2013) merupakan alat ukur keuangan baru yang

diciptakan oleh Stern Steward dengan tujuan agar para manajer lebih

memfokuskan perhatian kepada penciptaan nilai dan memungkinkan mereka

untuk mengevaluasi kinerja berdasarkan pada maksimalisai nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Tjahjono (2013) dan Fitriani (2013)

mengemukakan bahwa kinerja lingkungan dapat mempengaruhi kinerja

keuangan yang diproksikan dengan Market Value Added (MVA). Namun

penelitian yang dilakukan oleh Kinasih (2013) dan Abdurachman dan Tieka

(2019) menyatakan sebaliknya, bahwa pertanggungjawaban sosial perusahaan

tidak berpengaruh terhadap MVA.

Selain meningkatkan profitabilitas perusahaan penerapan eco-efficiency

dan pengukuran kinerja sosial perusahaan juga dapat meningkatkan nilai

perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sinkin et al. (2008), Osazuwa dan

Ayoib (2016), dan Amalia et al. (2017) menyatakan bahwa eco-efficiency

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sementara itu penelitian yang


6

dilakukan oleh Sunaryo et al. (2018) dan Murnita dan Putra (2018) menyatakan

bahwa pertanggungjawaban sosial perusahaan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan.

Selain eco-efficiency dan kinerja sosial perusahaan, kinerja keuangan juga

dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewa et al. (2014) menyatakan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ayu dan Gede (2017) dan Lubis et al. (2017) Bahwa profitbilitas

yang diproksikan dengan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahan. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Purnomo et al. (2019) menyatakan bahwa Market Value Added (MVA)

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Penerapan eco-efficiency dan pengukuran kinerja sosial perusahaan

sebagai wujud pertanggungjawaban perusahaan terhadap stakeholdernya

merupakan sebuah poin penting yang menjadi perhatian dan nilai tambah bagi

para stakeholdernya. Nilai tambah tersebut diharapkan akan mampu

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan bermuara kepada peningkatan

nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Khasanah dan Teddy (2018)

mengemukakan bahwa kinerja keuangan memediasi pengaruh antara kinerja

lingkungan dan nilai perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tjahjono

(2013) yang mengemukakan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan yang diproksikan dengan

Market Value Added (MVA). Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh

Masitoh et al (2018) menyatakan bahwa profitabilitas memediasi secara positif

pengaruh antara pertanggungjawaban sosial perusahaan dengan nilai

perusahaan.
7

Berdasarkan uraian dan perbedaan hasil penelitian mengenai eco-

efficiency, kinerja sosial perusahaan, kinerja keuangan, dan nilai perusahaan di

atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Pengaruh Eco-efficiency

dan Kinerja Sosial Perusahaan dan Implikasinya Terhadap Nilai Perusahaan

(Studi pada Perusahaan Manufaktur dan Pertambangan yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019”.

1.2 Masalah Pokok

Berdasarkan latar belakang masalah dan penelitian sebelumnya, maka

masalah pokok untuk penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah profitabilitas memediasi pengaruh eco-efficiency terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan tambang dan manufaktur di Bursa Efek

Indonesia (BEI)?

2. Apakah Market Value Added memediasi pengaruh eco-efficiency

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan tambang dan manufaktur di

Bursa Efek Indonesia (BEI)?

3. Apakah profitabilitas memediasi pengaruh kinerja lingkungan terhadap

nilai perusahaan pada perusahaan tambang dan manufaktur di Bursa

Efek Indonesia (BEI)?

4. Apakah Market Value Added memediasi pengaruh kinerja lingkungan

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan tambang dan manufaktur di

Bursa Efek Indonesia (BEI)?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan

dari penelitian ini yaitu :


8

1. Untuk mengetahui peran profitabilitas memediasi pengaruh eco-

efficiency terhadap nilai perusahaan pada perusahaan tambang dan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2. Untuk mengetahui peran Market Value Added memediasi pengaruh

eco-efficiency terhadap nilai perusahaan pada perusahaan tambang

dan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3. Untuk mengetahui peran dalam profitabilitas memediasi pengaruh

kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

tambang dan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)

4. Untuk mengetahui peran dalam Market Value Added memediasi

pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan tambang dan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikn manfaat teoretis, praktis dan

kebijakan terutama bagi akademisi dan lembaga yang terkait.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Pengembangan ilmu pengetahuan:

1. Untuk memberikan pengetahuan bagi para pembaca tentang ilmu

akuntansi lingkungan dan pertanggungjawaban sosial perusahaan,

2. Sebagai sarana penelitian untuk mengembangkan dan menerapkan

ilmu pengetahuan yang diperoleh peneliti di bangku kuliah, dan

3. Sebagai bahan referensi bagi yang ingin melakukan penelitian lebih

lanjut berkenaan dengan akuntansi lingkungan dan

pertanggungjawaban sosial perusahaan.


9

1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi lembaga-lembaga yang terkait:

1. Bagi mahasiswa, diharapkan penelitian ini akan dapat

memberikanpemahaman mengenai eco-efficiency dan kinerja sosial

perusahaan serta pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan

dengan bidang akuntansi sosial dan lingkungan.

2. Bagi perusahaan, dapat memberikan sumbangan pemikiran

tentangpentingnya eco-efficiency dan kinerja sosial perusahaan yang

diungkapkan di dalam laporan tanggung jawab sosial perusahaanyang

disebut sustainability report dan dapat memberikan kontribusi

pemikiran akan pentingnya kewajiban untuk menjaga lingkungan dan

dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan, sebagai

pertimbangan dalam pembuatan kebijaksanaan perusahaan untuk

lebih meningkatkan kepeduliannya pada stakeholder dan lingkungan.

3. Bagi masyarakat, akan memberikan stimulus secara proaktif sebagai

pengontrol atas perilaku-perilaku perusahaan dan penelitian ini juga

diharapkan dapat melihat sampai sejauh mana tanggung jawab

sosialperusahaan terhadap stakeholders, sehingga semakin

meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak yang harus

diperoleh.

5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dimaksudkan agar informasi dapat disampaikan

dengan urutan logis dan berdasarkan aturan. Sistematika penulisan disajikan ke

dalam tujuh bab sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, dan manfaat penelitian.


10

BAB II : TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

Bab ini memuat uraian sistematik tentang teori, konsep, pemikiran, dan

hasil penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang

dilakukan.

BAB III : KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Bab ini juga menguraikan hipotesis penelitian yang dibangun

berdasarkan landasan kerangka konseptual.

BAB IV : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode penelitian yang menguraikan rancangan

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel, dan teknik pengambilan

sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, definisi dan

pengukuran variabel, dan teknik analis data.

BAB V : HASIL PENELITIAN

Bab ini dipaparkan hasil penelitian yang menguraikan deskripsi data

penelitian, analisis data dan uji hipotesis.

BAB VI : PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan pembahasan hasil pengujian model pengukuran dan

temuan penelitian. Temuan penelitian menguraikan hasil uji statistik dikaitkan

dengan teori dan dukungan bukti empiris penelitian terdahulu.

BAB VII : PENUTUP

Bab ini merupakan penutup yang menguraikan kesimpulan, impikasi,

keterbatasan dan saran penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori dan Konsep

2.1.1 Legitimacy Theory (Teori Legitimasi)

Konsep legitimasi penting dalam menganalisis hubungan antara

perusahaan, dan lingkungannya . Teori legitimasi secara eksplisit mengakui

bahwa perusahaan dibatasi oleh sebuah kontrak sosial dimana perusahaan

sepakat untuk melakukan berbagai aktivitas sosial perusahaan agar diterima

masyarakat, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dan akan mampu

menjamin kelangsungan hidup perusahaan (Rahmawati dalam Utami dan

Sawitri, 2011). Teori legitimasi berasal dari konsep legitimasi organisasi, yang

telah didefinisikan sebagai "suatu kondisi atau status, yang ada ketika sistem

nilai entitas kongruen dengan sistem nilai sistem sosial besar di mana entitas

menjadi bagiannya. Parsons (1960) dalam Mousa dan Naser (2015)

mendefinisikan legitimasi sebagai "penilaian tindakan dalam hal nilai-nilai

bersama atau umum dalam konteks keterlibatan aksi dalam masyarakat sosial".

Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi adalah bagian dari

masyarakat sehingga harus memperhatikan norma- norma sosial masyarakat

karena kesesuaian dengan norma sosial dapat membuat perusahaan semakin

legitimate. Teori legitimasi, memberikan pandangan bahwa keterkaitan antara

suatu organisasi dan harapan sosial yang terkait hanyalah realitas kehidupan

sosial. Menurut teori ini, keberlanjutan keberadaan organisasi didirikan baik oleh

kekuatan pasar dan harapan sosial, dan karenanya pemahaman tentang

keprihatinan yang lebih luas dari masyarakat yang diartikulasikan dalam harapan

masyarakat menjadi prasyarat penting untuk kelangsungan hidup suatu

12
13

organisasi. Teori ini berfokus pada anggapan bahwa organisasi harus

mempertahankan posisi sosialnya dengan menanggapi persyaratan masyarakat

dan memberikan masyarakat apa yang diinginkannya (Islam, 2017). Suchman

(1995) dalam Nugraheni dan Deasy (2016) menyatakan bahwa:

“Perusahaan yang sudah mendapatkan legitimasi dari masyarakat dapat


menggunakan legitimasi sebagai alat untuk meningkatkan stabilitas dan
keterpaduan aktivitas organisasi, mempengaruhi bagaimana pandangan lingkungan
terhadap organisasi dan sekaligus memahami organisasi tersebut, dan legitimasi
mencerminkan nilai-nilai yang tertanam dalam organisasi. Legitimasi dapat diperoleh
apabila kegiatan perusahaan sesuai dengan harapan masyarakat.”

Untuk bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya, perusahaan

mengupayakan sejenis legitimasi atau pengakuan baik dari investor, kreditor,

konsumen, pemerintah, maupun masyarakat. Untuk memperoleh legitimasi dari

investor, perusahaan senantiasa meningkatkan return saham bagi para investor.

Untuk memperoleh legitimasi dari kreditor, perusahaan meningkatkan

kemampuannya mengembalikan hutang. Untuk memperoleh legitimasi dari

konsumen, perusahaan meningkatkan mutu produk dan layanan. Untuk

mendapatkan legitimasi dari pemerintah, perusahaan mematuhi segala peraturan

perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah. Selanjutnya, untuk

mendapatkan legitimasi dari masyarakat, perusahaan melakukan aktivitas

pertanggungjawaban sosial. Laporan keberlanjutan merupakan salah satu media

komunikasi yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk mendapatkan legitimasi

dari masyarakat sekaligus sebagai alat untuk menunjukkan kinerja perusahaan

dan seberapa besar perhatian perusahaan terhadap lingkungan. Dengan

menerbitkan laporan keberlanjutan perusahaan dapat membuktikan kepada

masyarakat di sekitarnya bahwa perusahaan memiliki empati terhadap

masyarakat dan mampu memberikan manfaat tidak hanya kepada shareholder

saja, tetapi kepada seluruh elemen stakeholder yang ada.


14

2.1.2 Stakeholder Theory (Teori Pemangku Kepentingan)

Stakeholder dapat diartikan sebagai para pemangku kepentingan yang

merupakan pihak atau kelompok yang mempunyai kepentingan terhadap

perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Teori stakeholder

menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk

kepentingan shareholder saja, tetapi juga harus mampu memberikan manfaat

bagi seluruh stakeholder-nya, yaitu shareholder, kreditor, konsumen, supplier,

pemerintah, lingkungan, dan masyarakat (Harrison et al., 2015).Teori

stakeholder dan CSR menekankan pentingnya memasukkan kepentingan

masyarakat ke dalam operasi bisnis.

Pada saat yang sama, dua konsep berbeda dalam teori pemangku

kepentingan yang menempatkan tanggung jawab utama bisnis secara

keseluruhan, yaitu tanggung jawab perusahaan, dimana tanggung jawab kepada

masyarakat (yang sering diwakili oleh masyarakat tempat bisnis beroperasi)

adalah sangat penting tetapi hanya satu bagian di antara tanggung jawab

perusahaan lainnya.

Teori stakeholder adalah paradigma yang diterima untuk menjelaskan

mengapa perusahaan melibatkan diri dalam kegiatan sosial yang bertanggung

jawab sebagai strategi untuk memaksimalkan investasi jangka panjang, pada

kesuksesan bisnis yang berkelanjutan, dengan mengakui pentingnya setiap

pemangku kepentingan dan menggabungkan pemahaman ke dalam strategi

perusahaan. Kebutuhan untuk memenuhi berbagai kelompok pemangku

kepentingan sebagai pengaruh besar pada kelompok bisnis beroperasi tidak bias

terlalu ditekankan dan pengakuan ini memiliki bottom line beragam dan manfaat

yang berkelanjutan bagi organisasi (Halaby dan Khaled., 2006).


15

Salah satu alasan mengapa konsep Corporate Social Responsibility

didasarkan pada teori stakeholder bahwa keberadaan perusahaan bukan

semata- mata bertujuan untuk melayani kepentingan pemegang saham

(shareholder) melainkan juga kepentingan- kepentingan pihak lainnya termasuk

masyarakat. Sehingga dengan demikian, cukup jelas bahwa masyarakat menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari perusahaan dan begitu juga sebaliknya.

Teori stakeholder berpendapat bahwa dengan menyesuaikan pada berbagai

kepentingan stakeholder, maka akan menimbulkan kepuasan kepada mereka.

kepuasan stakeholder dapat dicapai dengan berbagai cara, salah satunya adalah

peningkatan tanggungjawab sosial yang berkelanjutan. Ruff et.al (2001)

mengemukakan bahwa “dalam perspektif teori pemangku kepentingan, kinerja

sosial perusahaan dinilai dalam hal perusahaan memenuhi tuntutan berbagai

pemangku kepentingan”.

Perusahaan harus pada tingkat tertentu, memenuhi tuntutan pemangku

kepentingan sebagai biaya yang tidak dapat dihindari dalam melakukan bisnis

Melalui pengungkapan sosial yang dilakukan secara sukarela ini diharapkan

dapat menjadi dialog yang baik antara perusahaan dengan para stakeholder-nya.

Pengungkapan kinerja sosial dan kinerja lingkungan perusahaan

memberikan informasi yang lebih dan lengkap berkaitan dengan kegiatan dan

pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan (Ghozali dan

Chariri, 2007). Hoeffler et al. 2010 mengemukakan bahwa corporate social

performance (kinerja sosial perusahaan) adalah salah satu cara utama

perusahaan dapat memasarkan diri mereka sendiri ke berbagai pemangku

kepentingan, sehingga membangun dan memperkuat hubungan ini.


16

2.1.3 Signalling Theory (Teori Sinyal)

Teori sinyal (signalling theory) dicetuskan oleh George Akerlof pada tahun

1970, Arkelof memperkenalkan istilah informasi asimetris (assymetri

information). Akerlov menemukan bahwa ketika pembeli tidak memiliki informasi

terkait spesifikasi produk dan hanya memiliki persepsi umum mengenai produk

tersebut, maka pembeli akan menilai semua produk pada harga yang sama, baik

produk yang berkualitas tinggi maupun yang berkualitas rendah, sehingga

merugikan penjual produk berkualitas tinggi. Kondisi dimana salah satu pihak

(penjual) yang melangsungkan transaksi usaha memiliki informasi lebih atas

pihak lain (pembeli) ini disebut adverse selection, dimana adverse selection

dapat dikurangi apabila penjual mengkomunikasikan produk mereka dengan

memberikan sinyal berupa informasi tentang kualitas produk yang mereka miliki.

Teori sinyal adalah teori yang mengatakan bahwa investor menganggap

perubahan dividen sebagai sinyal dari perkiraan pendapatan manajemen. Isyarat

atau sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang

memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen mendatang

prospek perusahaan. Teori sinyal menjelaskan bahwa perusahaan mempunyai

dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal

perusahaan. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena

terdapat asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak eksternal. Pihak

eksternal kemudian menilai perusahaan sebagai fungsi dari mekanisme

signalling yang berbeda- beda. Kurangnya informasi pihak luar mengenai

perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan

harga yang rendah untuk perusahaan, dan kemungkinan lain pihak eksternal

yang tidak memiliki informasi akan berpersepsi sama tentang nilai semua

perusahaan. Pandangan seperti ini akan merugikan perusahaan yang memiliki


17

kondisi yang lebih baik karena pihak eksternal akan menilai perusahaan lebih

rendah dari yang seharusnya dan demikian juga sebaliknya.

Teori signal melandasi pengungkapan sukarela. Sinyal ini berupa informasi

mengenai upaya yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan

keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang dapat

menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.

Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang

menurut pertimbangannya sangat diminati investor dan pemegang saham

khususnya jika informasi tersebut merupakan berita baik (good news).

Manajemen juga berminat menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan

kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak

diwajibkan. Pengungkapan yang bersifat sukarela merupakan signal positif bagi

perusahaan.

Teori sinyal menekankan bahwa perusahaan wajib mengungkapkan

informasi kepada pihak eksternal untuk memperkecil asimetri informasi dan

mengurangi ketidakpastian akan prospek perusahaan di masa depan. Teori

sinyal dalam penelitian ini digunakan sebagai dasar pemikiran untuk menjelaskan

hubungan antara eco-efficiency, corporate social performance, profitabilitas,

market value added, dan nilai perusahaan. Berdasarkan teori sinyal, perusahaan

dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui pelaporannya dengan mengirimkan

sinyal melalui laporan tahunannya (Leland dan Pyle dalam Scott, 2012:475).

Semakin banyak berita bagus (good news) dalam pelaporan terhadap laba dan

laporan keberlanjutan maka semakin baik prospek kinerja perusahaan di masa

depan karena perusahaan tidak hanya berfokus pada keuntungan semata namun

juga peduli pada hubungan sosial dan kelestarian lingkungan. Hal ini akan

ditangkap sebagai sinyal positif oleh investor sebab perusahaan mendapatkan


18

penilaian yang baik di mata investor melalui peningkatan transaksi permintaan

saham yang tercermin dari kenaikan harga saham dan meningkatnya nilai

perusahaan.

2.1.4 Corporate Social Responsibility

2.1.4.1 Pengertian Corporate Social Responsibility

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility

(CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela

mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya

dan interaksinya dengan stakeholder. Menurut Aviyanti dan Isbanah (2019)

Corporate Social Responsibility adalah “bentuk pertanggungjawaban perusahaan

terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar yang terdampak kegiatan

perusahaan”.

Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas menyebutkan defenisi tanggung jawab sosial perusahaan sebagai

berikut:

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk


berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan
kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Sedangkan menurut Santoso (2016) CSR dapat didefinisikan sebagai

“tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholders-nya,

terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan pengoperasian

perusahaan”.ISO 26000 dalam Saputra et. al (2019: 28) meyatakan bahwa

pengertian CSR adalah sebagai berikut:

“Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak- dampak dari keputusan-


keputusan dan kegiatan- kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan
harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan
norma- norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara
menyeluruh”.
19

Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tanggung

jawab sosial perusahaan adalah kewajiban perusahaan terhadap para

stakeholdernya dalam mentaati peraturan pemerintah yang tercantum dalam

undang-undang dan memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar

baik dari segi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

2.1.4.2 Konsep Dasar Corporate Social Responsibility

Elkington mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah economic

prosperity, environmental quality dan social justice. Elkington dalam Wibisono

(2001: 27) memberikan pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan,

harus memperhatikan “3P”. Selain mengejar profit, perusahaan juga mesti

memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat

(people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan

(planet).

a. Profit (keuntungan)

Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari

setiap kegiatan usaha. Profit sendiri pada hakikatnya merupakan

tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin

kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat

ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan

produktivitas dan melakukan efiseinsi biaya, sehingga perusahaan

mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambah

semaksimal mungkin.

b. People (masyarakat pemangku kepentingan

Menyadari bahwa masyarakat merupakan stakeholder penting bagi

perusahaan, karena dukungan mereka, terutama masyarakat sekitar,


20

sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan

perkembangan perusahaan, maka sebagai bagian yang tak terpisahkan

dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk

berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada mereka. Perlu

disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak

kepada masyarakat, karenanya perusahaan perlu untuk melakukan

berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat.

c. Planet (lingkungan)

Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang

kehidupan kita. Hubungan kita dengan lingkungan adalah hubungan

sebab akibat, di mana jika kita merawat lingkungan, maka lingkungan pun

akan memberikan manfaat kepada kita sebaliknya, jika kita merusaknya,

maka kita akan menerima akibatnya. Namun sayangnya, sebagian besar

dari kita masih kurang peduli dengan lingkungan sekitar.

Hal ini disebabkan karena tidak adanya keuntungan langsung

didalamnya. Maka, kita melihat banyak pelaku industri yang hanya

mementingkan bagaiman menghasilkan uang sebanyak-banyaknya tanpa

melakukan upaya apapun untuk melestarikan lingkungan. Padahal,

dengan melestarikan lingkungan, mereka justru akan memperoleh

keuntungan yang lebih, terutam dari sisi kesehatan, kenyamanan,

disamping ketersedian sumber daya yang lebih terjamin

kelangsungannya.

Hubungan yang ideal antara profit (keuntungan), people (masyarakat) dan

planet (lingkungan) adalah seimbang, tidak bisa mementingkan satu elemen

saja. Konsep 3P ini menurut Elkington dapat menjamin keberlangsungan bisnis

perusahaan. Karena dengan menerapkan konsep 3P dalam perusahaan,


21

perusahaan akan meimiliki nilai tambah di mata stakeholder, dimana investor

cenderung menyukai perusahaan yang memiliki citra baik dan tentu saja hal

tersebut akan mampu meningkatkan nilai perusahaan.

2.1.4.3 Manfaat Pelaksanaan Corporate Social Responsibility

Bertambahnya kesadaran perusahaan- perusahaan terhadap pelaksanaan

Corporate Social Responsibility tentunya tidak lepas dari manfaat yang mereka

dapatkan dari pelaksanaan Corporate Social Responsibility tersebut. Business

Social Responsibility dalam Saputra et al (2019: 30) manfaat Corporate Social

Responsibility adalah sebagai berikut:

a. Reduced Operating Cost (Mengurangi Biaya Operasional).


b. Improved Financial Performance (Meningkatkan Kinerja Keuangan)
c. Enchanced Brand Image and Reputation (Meningkatkan Citra Produk dan
Reputasi).
d. Increased Sales and Customer Loyalty (Meningkatkan Penjualan dan Kesetiaan
Konsumen).
e. Increased Produktivity and Quality (Meningkatkan Produktifitas dan Kualitas).
f. Increased Ability to Attract and Retain Employees ( Meningkatkan Kemampuan
untuk Mempekerjakan dan Mengupah Pekerja).
g. Reduced Regulatory Oversight (Mengurangi Penyimpangan Tindakan dan
Undang- undang).
h. Access to Capital (Cara Mendapatkan Modal).

Dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa pelaksanaan tanggung jawab

sosial perusahaan tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat atau lingkungan

sekitar tetapi juga bermanfaat bagi perusahaan tersebut dalam menghasilkan

laba.

2.1.4.4 Prinsip Corporate Social Responsibility

Tanggung jawab sosial mengandung dimensi yang sangat luas dan komplek.

Di samping itu, tanggung jawab juga mengandung interpretasi yang sangat

berbeda, terutama dikaitkan dengan kepentingan pemangku kepentingan

(stakeholder). Menurut Crowther David dalam Hadi (2011:59) mengurai prinsip-

prinsip tanggung jawab sosial (Social Responsibility) menjadi tiga, yaitu:


22

a. Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam

melakukan aktivitas tetap memperhitungkan keberlanjutan sumber daya

masa depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana

penggunaan sumberdaya sekarang tetap memperhatikan dan

memperhitungkan kamampuan generasi masa depan.

b. Accountability, merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggung

jawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan,

ketika aktivitas perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan

eksternal. Konsep ini menjelaskan pengaruh kuantitatif aktivitas

perusahaan terhadap pihak internal dan eksternal

c. Transparency, merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal.

Transparansi bersinggungan dengan pelaporan aktivitas perusahaan

berikut dampak terhadap pihak eksternal.

2.1.4.5 Corporate Social Responsibility di Mata Perusahaan

Menururt Chuck Williams dalam Bahy dan Handoyo (2016) menyebutkan

bahwa: “Tujuan perusahaan menerapkan CSR agar dapat memberi manfaat

yang terbaik bagi stakeholders dengan cara memenuhi tanggung jawab ekonomi,

hukum, etika dan kebijakan.

a. Tanggung jawab ekonomis. Kata kuncinya adalah: make a profit. Motif

utama perusahaan adalah menghasilkan laba. Laba adalah pondasi

perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai

prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup (survive) dan berkembang.

b. Tanggung jawab legal. Kata kuncinya: obey the law. Perusahaan harus

taat hukum. Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak boleh

melanggar kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan pemerintah.


23

c. Tanggung jawab etis. Perusahaan memiliki kewajiban untuk

menjalankan praktek bisnis yang baik, benar, adil dan fair. Norma-norma

masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahaan.

Kata kuncinya: be ethical.

d. Tanggung jawab filantropis. Selain perusahaan harus memperoleh laba,

taat hukum dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat

memberikan kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh

masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan

semua. Kata kuncinya: be a good citizen. Para pemilik dan pegawai

yang bekerja di perusahaan memiliki tanggung jawab ganda, yakni

kepada perusahaan dan kepada publik yang kini dikenal dengan istilah

nonfiduciary responsibility”.

Keempat poin CSR ini perlu dipahami sebagai satu kesatuan yang dapat

diterapakan dalam perusahaan. Walaupun banyak yang menganggap bahwa

laba yang harus diutamakan, karena laba merupakan cerminan keberhasilan

perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Namun, keberhasilan perusahaan

dalam menghasilkan laba tidak bisa dilakukan tanpa adanya kepdulian

perusahaan terhadap masyarakat dan taat terhadap hukum yang berlaku.

Sebaiknya, kegiatan untuk menghasilkan laba dikaitkan dengan pengembangan

masyarakat sekitar dan pembangunan yang berkelanjutan, karena masyarakat

memegang peranan penting dalam keberlangsungan bisnis perusahaan. CSR

bukan lagi hanya sekedar, kegiatan untuk memberdayakan masyarakat denagan

memberikan sejumlah dana, namun sudah menjadi kewajiban bagi setiap

perusahaan untuk melaksanakan CSR yang diatur dalam undang-undang pada

setiap tahunnya.
24

2.1.5 Eco-efficiency

2.1.5.1 Pengertian Eco- efficiency

Setiap perusahaan dituntut untuk bertanggungjawab terhadap lingkungan

dan masyarakat di sekitarnya. Salah satu bentuk pertanggungjawaban tersebut

adalah memastikan bahwa proses produksi yang dilakukan oleh perusahan tidak

memberikan dampak negatif yang terlalu besar terhadap lingkungan sekitar

perusahaan. Perusahaan harus mampu mengurangi sumber pencemaran

lingkungan, baik itu berupa pencemaran air, pencemaran tanah, maupun

pencemaran udara. Konsep inilah yang disebut dengan eco- efficiency. Guenster

et al. (2011) mendefinisikan eco-efficiency sebagai nilai ekonomi yang diciptakan

oleh perusahaan dari produk dan layanan yang diberikan sehubungan dengan

limbah yang dihasilkan.

Eco-efficiency menurut Huppesh dan Ishikawa (2005) adalah “proses

pengendalian manajemen yang ditujukan untuk mengurangi intensitas

lingkungan dan meningkatkan produktivitas lingkungan sekaligus mengurangi

biaya dan menciptakan nilai”. Sedangkan menurut Osazuwa dan Che-Ahmad

(2016) eco-efficiency adalah “mempertahankan bahwa organisasi dapat

memproduksi barang dan jasa yang lebih bermanfaat sambil secara simultan

mengurangi dampak lingkungan yang negatif, konsumsi sumber daya, dan

biaya”.

Sinkin et al. (2008) memandang eco-efficiency sebagai “serangkaian

prosedur di mana nilai perusahaan ditingkatkan dengan memastikan peningkatan

efektivitas proses bisnis dan pada saat yang sama mengurangi dampak

lingkungan yang berbahaya”. Sementara itu Erkko et al. (2005) menyatakan

eco-efficiency sebagai “proporsi dari nilai ekonomi perusahaan terhadap dampak

lingkungannya”.
25

Menurut Osazuwa dan Che-Ahmad (2016) bahwa tindakan perbaikan

terhadap lingkungan membutuhkan biaya yang besar sebagai investasi dalam

teknologi yang diperlukan insinyur teknologi dan produk ramah lingkungan untuk

mengurangi efek mengerikan terhadap lingkungan sekitar serta memenuhi

persyaratan ecoefficiency. Jika perusahaan dapat memperbaiki lingkungan

dalam kegiatan operasional perusahaannya, hal tersebut dapat meningkatkan

harga saham dan nilai perusahaan (Aviyanti dan Isbanah, 2019).

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa eco-efficiency

adalah suatu konsep yang mengacu pada perusahaan agar mampu

meningkatkan kinerja lingkungannya sehingga dapat memproduksi barang dan

jasa yang lebih bermanfaat secara simultan serta dapat mengurangi dampak

lingkungan dan konsumsi sumber daya secara berlebih.

2.1.5.2 Manfaat Eco- efficiency

Eco-efficiency mengacu pada proses yang berupaya memaksimalkan

efektivitas proses bisnis sambil meminimalkan dampaknya terhadap lingkungan.

Fundamental untuk eko-efisiensi adalah adopsi dari filosofi manajemen yang

merangsang pencarian untuk perbaikan lingkungan yang menghasilkan manfaat

ekonomi paralel (Sinkin et al, 2008). Eco-efficiency mengacu pada proses yang

berupaya memaksimalkan efektivitas proses bisnis sambil meminimalkan

dampaknya terhadap lingkungan. Hansen dan Mowen (2013:402)

mengemukakan bahwa konsep eco-efficiency memiliki tiga pesan penting, yaitu:

a. Perbaikan kinerja ekologi dan ekonomi dapat dan sudah seharusnya saling
melengkapi.
b. Perbaikan kinerja lingkungan seharusnya tidak lagi dipandang hanya sebagai
amal dan derma tetapi juga sebagai.
c. Eco-efficiency adalah suatu pelengkap dan pendukung sustainable
development.
26

Eco-efficiency berfungsi sebagai mekanisme kontrol manajemen untuk

mengurangi dampak perusahaan terhadap lingkungan dan sekaligus

menciptakan nilai lebih bagi pemegang saham (Sinkin et al., 2008). Che-Ahmad

dan Osazuwa (2015) menyatakan bahwa tujuan dari eco-efficiency adalah untuk

“mengurangi konsumsi sumber daya alam seperti meminimalkan penggunaan

energi, bahan baku air dan tanah”.

Konsep eco-efficiency mengurangi dampak berbahaya dari produksi yang

melibatkan lingkungan dengan mengurangi polusi udara, mengurangi limbah dan

penyebaran zat beracun. Meningkatkan nilai layanan dan produk dengan

memastikan manfaat lebih yang diberikan kepada konsumen yang berkaitan

dengan fleksibilitas, fungsionalitas dan pembentukan produk (Hartini, 2012).

2.1.5.3 Penerapan Eco-efficiency

Konsep eco-efficiency dapat menjadi tolak ukur perusahaan dalam

menjalankan konsep manajemen lingkungan, dimana perusahaan menggunakan

konsep eco-efficiency ketika perusahaan memiliki sertifkasi ISO 14001 tentang

manajemen lingkungan (Amalia et al., 2017).

ISO 14001 juga dapat digunakan sebagai alat untuk memenuhi tujuan

internal dan eksternal seperti meyakinkan karyawan dan stakeholder mengenai

isu-isu lingkungan (Al-Najjar dan Anfimiadou, 2012). Menurut Organisation

Internationale de Normalisation dalam website iso.org pada pembahasan

Enviromental Management System bahwa ISO 14001 berlaku untuk organisasi

apapun, terlepas dari ukuran, jenis dan sifat, dan berlaku untuk aspek lingkungan

dari kegiatan, produk dan jasa yang organisasi tentukan apakah hal tersebut bisa

mengontrol atau mempengaruhi pertimbangan mengenai perspektif siklus hidup.


27

Di dalam standar internasional lingkungan ISO 14001 organisasi harus

menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan, memelihara dan memperbaiki

sistem manajemen lingkungan secara berkelanjutan sesuai dengan persyaratan

standar yang telah ditentukan bagi organisasi untuk:

a. Menetapkan kebijakan lingkungan yang memadai

b. Mengidentifikasikan aspek lingkungan yang timbul dari kegiatan, produk

dan jasa organisasi di masa lalu, sekarang ataupun yang direncanakan

agar dapat menetapkan dampak lingkungan yang penting.

c. Mengidentifikasi persyaratan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan persyaratan lain yang diikuti oleh organisasi.

d. Mengidentifikasi prioritas dan menentukan tujuan dan sasaran lingkungan

yang memadai.

e. Menetapkan struktur dan program untuk menerapkan kebijakan dan

mencapai tujuan dan memenuhi sasaran

f. Memfasilitasi perencanaan, pengendalian, pemantauan, tindakan

pencegahan dan perbaikan, audit dan peninjauan untuk memastikan

bahwa kebijakan dipenuhi dan sistem manajemen lingkungan yang

memadai.

g. Mampu menyesuaikan dengan perubahan kondisi.

Sertifikasi ISO 14001 diperoleh apabila perusahaan menerapkan sistem

manajemen lingkungan yang memenuhi 21 standar internasional yang telah

ditetapkan secara khusus. Standar ini berhubungan dengan prosedur

manajemen lingkungan. Sehingga, sertifikasi ini berfungsi sebagai tanda bahwa

perusahaan tertarik dan bersedia memperbaiki kinerja lingkungannya (Hansen

dan Mowen, 2013: 405).


28

2.1.5.4 Pengukuran Eco-Efficiency

Pengukuran eco-efficiency dalam penelitian ini menggunakan perolehan

sertifikasi ISO 14001. Sinkin et al (2008) mengemukakan bahwa Sertifikasi ISO

14001 menunjukkan bahwa perusahaan telah memenuhi kewajibannya terhadap

lingkungan dan sebagai indikator pengakuan eksternal karena menyediakan

bukti kuat bahwa suatu perusahaan telah mengadopsi eco-efficiency. Menurut

Osazuwa dan Che-Ahmad (2016) laporan keuangan tahunan digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai perusahaan yang menerapkan eko-efisiensi yang

dibuktikan dengan perolehan sertifikasi ISO 14001. Variabel ini menggunakan

indikator ECO diukur menggunakan dummy yang memiliki dua hasil yaitu skor 1

untuk perusahaan yang memperoleh sertifikasi ISO 14001 dan skor 0

perusahaan yang tidak memperoleh sertifikasi ISO 14001.

Al-Najjar dan Anfimiadou (2012) juga meneliti hubungan antara eco-

efficiency sebagai kebijakan lingkungan dan nilai perusahaan di antara 201

perusahaan di Inggris untuk jangka waktu lima tahun. Studi ini menangkap

efisiensi lingkungan sebagai sertifikasi ISO14001. Penelitian yang dilakukan oleh

Aviyanti dan Isbanah (2019) juga menggunakan ISO 14001 sebagai indikator

pengukuran eco-efficiency. Seja;an dengan penelitian yang dilakukan oleh

Amalia et al. (2017) mengemukakan bahwa eco-efficiency menjadi tolak ukur

perusahaan dalam menjalankan konsep manajemen lingkungan yang dilakukan

perusahaan. Perusahaan menggunakan konsep eco-efficiency ketika

perusahaan memiliki sertifkat ISO-14001 tentang manajemen lingkungan.

2.1.6 Corporate Social Performance

2.1.6.1 Pengertian Corporate Social Performance

Corporate Social Performance pertamakali dikemukakan oleh Carrol

(1979). Menurut Wood dalam Shahzad dan Mark (2015), CSP adalah kumpulan
29

kategori deskriptif kegiatan usaha, dengan fokus pada dampak dan hasil bagi

masyarakat, stakeholder dan perusahaan itu sendiri. Maharani dalam Marwati

dan Yulianti (2015) mengemukakan bahwa:

“Secara formal ada perbedaan antara Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Corporate Social Performance (CSP). CSR adalah kegiatan perusahaan yang
berkaitan dengan kewajiban yang dirasakan masyarakat atau pemangku
kepentingan, mencerminkan program perusahaan dan investasi keberlanjutan.
Sedangkan CSP adalah kinerja perusahaan secara keseluruhan dalam
pelaksanaan program CSR. Laporannya menjadi sumber penilaian stakeholder
dari seluruh kualitas program-program dan investasi.”

Maharani dalam Marwati dan Yulianti (2015) mengemukakan bahwa CSP

menunjukkan bagaimana kinerja perusahaan pada tanggung jawab sosialnya.

Bagaimana perusahaan dapat mengoptimalkan setiap peluang yang

berhubungan dengan bisnis mereka pada hubungan sosial, dan cara- cara

perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial terhadap stakeholder mereka.

Sukarno (2008) menyatakan bahwa kinerja sosial perusahaan merupakan

seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tingkatan pencapaian serta

pelaksanaan suatu tanggung jawab sosial yang diharapkan dari perusahaan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Igalens dan Gond (2005), yang menyatakan

bahwa kinerja sosial perusahaan merupakan suatu konstruk yang digambarkan

dengan cara-cara yang berbeda.

2.1.6.2 Konsep Dasar Corporate Social Performance

Sejauh ini Igalens dan Gond (2005) mengemukakan bahwa ada empat

model utama dalam memahami konsep CSP, yaitu:

a. Carroll (1979)

Carroll mendefinisikan CSP sebagai perluasan dari tiga dimensi., yaitu:

1) Definisi tanggung jawab sosial (CSR) yang mencakup 4 kategori

tanggung jawab (ekonomi, hukum, etika dan discretionary ).


30

2) Corporate social responsiveness. Dimensi ini menunjukkan kapasitas

yang dimiliki perusahaan untuk memberikan respons terhadap

berbagai tekanan sosial terhadap perusahaan, yan g berasal dari

dampak operasi perusahaan terhadap para pemangku kepentingan.

3) Isu sosial apa perusahaan terlibat mencakup berbagai isu sosial yang

dapat ditimbulkan oleh perusahaan serta berpotensi memperoleh

tekanan publik/pemangku kepentingan.

b. Wartick dan Cochran (1985)

Wartick dan Cohran (1985) mengemukakan model CSP yang terdiri

atas 3 dimensi, yaitu:

1) Prinsip (CSR) yang mencak up 4 kategori tanggung jawab (ekonomi,

hukum, etika dan discretionary );

2) Proses ( corporate social responsiveness ) dalam bentuk tanggapan

yang diberiakan perusahaan terhadap berbagai tekanan sosial, terjadi

pada seluruh industri dan bukan hanya menyangkut satu organisasi

perusahaan tertentu;

3) Kebijakan (social issues management ) sebagai kebijakan yang

dikeluarkan oleh perusahaan secara individual saat mengelola

masalah-masalah sosial, di mana masing-masing perusahaan akan

mengeluarkan kebijakan yang berbeda-beda dan bergantung pada

pertimbangan manajemen untuk mengatasi suatu masalah sosial.

c. Wood (1991)

Wood (1991) mengusulkan sebuah model yang baru CSP segera

menjadi tolok ukur di mana-mana yang membangun perkembangan

teoretis. Sejalan dengan studi sebelumnya, Wood (1991) mendefinisikan

CSP sebagai konfigurasi organisasi bisnis dari:


31

1) Prinsip tanggung jawab sosial yang mencakup tiga prinsip yaitu prinsip

institusional (legitimasi), prinsip organisasional (tanggung jawab

publik), prinsip individual (pertimbangan manajemen);

2) Proses corporate social responsiveness terdiri dari tiga tahapan yaitu

penilaian lingkungan, manajemen stakeholder , manajemen isu;

3) Hasil perilaku perusahaan yang mencakup tiga kategori yaitu dampak,

program dan kebijakan sosial sebagai bentuk implementasi tanggung

jawab sosial perusahaan kepada masyarakat .

d. Clarkson (1995)

Clarkson (1995) menerapkan teori stakeholder sebagai kerangka kerja

untuk model CSP, yang kemudian akan didefinisikan sebagai suatu

kemampuan perusahaan untuk mengelola pemangku kepentingan dengan

cara yang memuaskan kepada mereka.

2.1.6.3 Pendekatan dalam Pengukuran CSP

Decock-Good (2001) dalam Igalens dan Gond (2005) mengemukakan

bahwa terdapat lima pendekatan untuk mengukur CSP yaitu:

a. Pengukuran Berdasarkan Content Analysis Laporan Tahunan

Metode ini mengukur CSP yang difokuskan pada pengungkapan dalam

laporan tahunan. Pendekatan pengungkapan menggunakan metode content

analysis dari sumber dokumen seperti laporan tahunan. Tujuan dari

pendekatan ini adalah untuk menemukan atribut-atribut tertentu yang

terkandung dalam dokumen yang dipertimbangkan mencerminkan perilaku

tanggung jawab sosial perusahaan

b. Indeks Polusi,

Pengukuran CSP berfokus pada satu dimensi dari CSR yaitu lingkungan.

Metode ini umumnya berkaitan dengan pihak eksternal.


32

c. Pengukuran Persepsi Berasal dari Survei Berbasis Kuesioner

Jenis pengukuran ini mencoba untuk secara langsung

mengoperasionalkan dimensi yang berbeda dari model melalui berbagai item

yang mengukur masing-masing dimensi konstruk.

d. Indikator Reputasi Perusahaan

Indikator reputasi perusahaan adalah sebuah pendekatan untuk CSP

yang mengukur reputasi menggunakan indikator sebagaimana dirasakan

oleh pihak luar perusahaan. Pendekatan reputasi untuk mengukur tingkatan

CSP adalah berdasarkan persepsi perusahaan dari salah satu pemangku

kepentingan dengan menggunakan satu atau multidimensi dari CSP. Dalam

kasus ini, diasumsikan bahwa suatu item dianggap mewakili baik reputasi

perusahaan.

e. Data yang dihasilkan oleh pengukuran organisasi

Data pengukuran yang dihasilkan oleh organisasi adalah hasil dari

pendekatan pengukuran yang dilakukan CSP lembaga eksternal dengan

menggunakan pengukuran multidimensi.

Dalam penelitian ini pengukuran CSP yang digunakan adalah analisis

konten laporan tahunan perusahaan. Terdapat beberapa alasan yang

mendukung pengunaan laporan tahunan sebagai sumber informasi mengenai

kinerja sosial perusahaan. Alasan pertama adalah ketersediaan data,

dikarenakan laporan tahunan bagi seluruh perusahaan pada umumnya tersedia

maka sangat mungkin untuk melakukan penilaian atau scoring atas laporan

tahunan dari berbagai perusahaan. Biaya riset dari penelitian dengan sumber

data yang berasal dari laporan tahunan juga relatif murah jika dibandingkan

dengan bentuk pengumpulan data lainnya. Laporan tahunan juga merupakan

data publik sehingga tidak perlu meminta data secara langsung dari perusahaan.
33

2.1.7 Kinerja Keuangan

2.1.7.1 Profitabilitas

a. Pengertian Profitabilitas

Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) dalam

suatu perseroan adalah profitabilitas. Dalam konteks ini profitabilitas

berarti hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen atas dana yang

diinvestasikan pemilik perusahaan. Pengertian profitabilitas menurut

Hanafi dan Abdul (2012:81) adalah “rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat

penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu. Ada tiga rasio yang

sering dibicarakan yaitu profit margin, return on asset (ROA), dan return

on equity (ROE).” Kasmir (2015:114) mengatakan bahwa:

“Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan


dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini
juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan
yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari
pendapatan investasi.”

Menurut Sudana dalam Kusumawati et al. (2016) bahwa:

“Porfitability ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan,

seperti aktiva, modal atau penjualan perusahaan.” Menurut Sartono

dalam Nuraini et al. (2015) bahwa:

“Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahan


untuk menghasilkan laba baik dalam hubungannya dengan penjualan,
assets maupun laba bagi modal sendiri. Dengan demikian bagi investor
jangka panjang akan sangat bekepentingan dengan analisis profitabilitas ini
misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar
akan diterima dalam bentuk dividen.”

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa profitabilitas adalah sebuah pengukuran kinerja keuangan

perusahaan yang mengukur kemampuan perusahaan untuk


34

menghasilkan laba dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki

perusahaan.

b. Tujuan dan Manfaat Penggunaan Rasio Profitabilitas

Tujuan dari penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun

bagi pihak luar perusahaan menurut Kasmir (2015:197):

1) “Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan


dalam satu periode tertentu;
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang;
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Untuk
menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;
4) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri;
5) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri.
6) Dan tujuan lainnya.”

Rasio pofitabilitas memiliki manfaat tidak hanya bagi pihak pemilik

usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan,

terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan

perusahan. Sementara itu manfaat yang diperoleh dari rasio profitabilitas

menurut Kasmir (2015:198) adalah sebagai berikut:

1) “Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan


tahun sekarang;
2) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu;
3) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan laba sendiri;
4) Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri;
5) Manfaat lainnya.”

c. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas

Adapun jenis-jenis profitabilitas menurut Sartono dalam Hadija

(2017), sebagai berikut:


35

1) Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan laba melalui persentase laba kotor dari

penjualan perusahaan.

Penjualan−Harga Pokok Penjualan


Gross Profit Margin=
Penjualan

2) Net Profit Margin digunakan untuk mengetahui laba bersih dari

penjualan setelah dikurangi pajak.

Laba Setelah Pajak


Net Profit Margin=
Penjualan

3) Profit Margin digunakan untuk menghitung laba sebelum pajak dibagi

total penjualan.

Laba Sebelum Pajak


Profit Margin=
Penjualan

4) Return On Investment atau Return On Assets menunjukkan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang

dipergunakan.

Laba Setelah Pajak


Return on Investment=
Total Aktiva

5) Return On Equity mengukur kemampuan perusahaan memperoleh

laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.

Laba Setelah Pajak


Return On Equity=
Modal Sendiri

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan

perusahaan untuk mendapatkan laba, melalui rasio inilah investor dapat

mengetahui tingkat pengembalian dari investasinya. Rasio profitabilitas


36

yang sering digunakan yaitu Return on Assets (ROA), Return on

Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Gross Profit Margin dan Net

Profit Margin.

Dari semua rasio profitabilitas di atas, penulis hanya akan

menggunakan rasio Return On Equity (ROE), karena rasio ini

menunjukkan kesuksesan manajeman dalam memaksimalkan tingkat

kembalian pada pemegang saham. Return On Equity merupakan salah

satu variabel yang terpenting yang dilihat investor sebelum mereka

berinvestasi. ROE menunjukan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri

yang dimiliki perusahaan. Investor yang akan membeli saham akan

tertarik dengan ukuran profitabilitas ini, atau bagian dari total profitabilitas

yang bisa dialokasikan ke pemegang saham. Hanafi dan Halim dalam

Hildayanti dan Dikdik (2019)

d. Return On Equity (ROE)

Return on equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah

pajak dengan modal sendiri Kasmir (2015:204).Rasio ini menunjukkan

daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para

pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik, artinya posisi

pemilik perusahaan semakin kuat. Rasio yang paling penting adalah

pengembalian atas ekuitas (return on equity), yang merupakan laba

bersih bagi pemegang saham di bagi dengan total ekuitas pemegang

saham (Brigham dan Houston, 2011:133)

Pengertian Return On Equity (ROE) menurut Sartono dalam

Sudaryanti dan Nana (2016) ROE yaitu:


37

“Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia


bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh
besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang besar maka
rasio ini akan besar”.

Menurut Mamduh Hanafi dan Abdul (2012:84) ROE adalah “Rasio

yang mengukur kemampuan menghasilkan laba berdasarkan modal

saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut

pandang pemegang saham”.

Menurut Kasmir (2015:198) manfaat yang diperoleh dari penggunaan

rasio ROE adalah untuk:

1) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

2) Mengetahui produktivitas dari sesuluh dan perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri

3) Untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal sendiri maupun

pinjaman.

Sementara itu, menurut Kasmir (2015:197) Tujuan penggunaan rasio

Return On Equity bagi perusahaan maupun pihak luar perusahaan, yaitu:

1) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

2) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik pinjaman maupun modal sendiri.

3) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan

yang digunakan baik modal sendiri maupun pinjaman.

Menurut Kasmir (2015:204) Rumus untuk mencari Return on Equity

(ROE) dapat digunakan sebagai berikut:

Laba Setelah Pajak


Return On Equity=
Modal Sendiri
38

Menurut Haraphap dalam Rahmani (2019) ROE merupakan

perbandingan antara laba bersih suatu emiten dengan modal sendiri yang

dimiliki. ROE yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan berhasil

menghasilkan keuntungan dari modalnya sendiri. Peningkatan ROE akan

ikut mendongkrak nilai jual perusahaan yang berimbas pada nilai

perusahaan.

2.1.7.2 Market Value Added

a. Definisi Market Value Added

Sedangkan menurut Brigham dan Houston ( 2011: 50 ), “Market

Value Added adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas suatu

perusahaan dengan nilai buku seperti yang disajikan dalam neraca, nilai

pasar dihitung dengan mengalikan harga saham dengan jumlah saham

yang beredar”.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Market

Value Added adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan jumlah

ekuitas yang di invetasikan investor (modal sendiri) yang diserahkan

kepada perusahaan. Market Value Added dapat menunjukkan

kemakmuran pemegang saham yang dapat dimaksimumkan yang

diserahkan ke perusahaan oleh para pemegang saham.

b. Perhitungan Market Value Added (MVA)

Cara menghitung Market Value Added (MVA) menurut Kamaludin

dan Indriani (2012: 60) adalah:

MVA=Nilai pasar ekuitas−Modal ekuitas yang diinvestasikan olehinvestor

¿ ( Saham yang beredar )( Harga saham )−Total ekuitas saham biasa


39

Adapun Rumus untuk mencari Market Value Added (MVA) menurut

Brigham dan Houston ( 2011:50 ) adalah sebagai berikut :

MVA=( Saham yang beredar )( Harga saham) −Total ekuitas saham biasa

Modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan

perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak

menanggung bunga, seperti utang, upah yang akan jatuh tempo dan

pajak yang akan jatuh tempo.

c. Ukuran Kinerja Market Value Added (MVA)

Dengan menggunakan rumus di atas maka akan diperoleh

kesimpulan yang dikemukakan oleh Bakar (2010) adalah sebagai berikut:

1) MVA > 0

Hal ini menunjukkan manajemen telah berhasil memberikan nilai

tambah melalui pertumbuhan nilai kapitalisasi pasar atas saham yang

diterbitkan atau perusahaan mampu menjual saham di pasar dengan

harga premium.

2) MVA = 0

Hal ini menunjukkan manajemen tidak berhasil memberikan nilai

tambah maupun pengurangan melalui pertumbuhan nilai kapitalisasi

pasar atas saham karena harga saham di pasar saham dengan nilai

buku.

3) MVA < 0

Hal ini menunjukkan manajemen tidak mampu memberikan nilai

tambah maupun pengurangan nelalui pertumbuhan nilai kapitalisasi pasar

atas saham yang diterbitkan atau harga saham di pasar dibawah nilai

buku.
40

Indikator yang dijadikan tolak ukur untuk mengukur nilai Market Value

Added (MVA) menurut Young dan O’Byrn dalam Hidayat (2014) adalah

sebagai berikut:

1) Jika Market Value Added (MVA) > 0, berarti perusahaan berhasil

meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang

dana.

2) Jika Market Value Added (MVA) < 0, berarti perusahaan tidak dapat

meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang

dana

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa MVA yang

bernilai positif ( > 0 ) berarti manajemen telah berhasil memberikan dan

meningkatkan nilai tambah kekayaan para pemegang saham. MVA yang

bernilai negatif (< 0 ) berarti manajemen tidak mampu memberikan dan

menurunkan nilai tambah kekayaan para pemegang saham perusahaan.

d. Keunggulan dan Kelemahan Market Value Added (MVA)

Pengukuran dengan menggunakan MVA juga memiliki keunggulan

dan kelemahan sebagai penilai laporan keuangan. Keunggulan dari MVA

sebagai penilai laporan keuangan menurut Agustin (2014) merupakan

“ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak membutuhkan

analisis trend maupun norma industri sehingga bagi pihak manajemen

dan penyedia dana akan lebih mudah menilai kinerja perusahaan”.

Beberapa keunggulan MVA menurut Napitupuluh dalam Hidayat

(2014) antara lain:

1) Penerapan MVA dalam perusahaan dapat menggambarkan prospek

yang menguntungkan atas investasi yang dilakukan dimasa

mendatang.
41

2) Nilai MVA dapat menjadi metode perhitungan dalam menganalisa

kekayaan dimasa mendatang.

Sedangkan kelemahan dari pengukuran kinerja keuangan dengan

MVA menurut Agustin (2014) adalah sebagai berikut :

1) MVA merupakan pengukuran kekayaan periodik pemegang saham

sehingga tidak dapat mengukur kinerja pada tingkat divisi,

2) MVA adalah suatu periode tertentu tidak memberikan solusi

peningkatan penciptaan kekayaan pemegang saham,

3) MVA mengabaikan kesempatan biaya modal yang diinvestasikan

dalam perusahaan. Pengukuran MVA gagal memperhitungkan uang

kas pada masa lalu kepada pemegang saham.

Menurut Napitupuluh dalam Hidayat )2014) kelemahan Market Value

Added (MVA) yaitu:

1) Metode MVA mengabaikan kesempatan biaya modal yang

diinvestasikan dalam perusahaan.

2) Metode MVA hanya dapat diamati pada tingkat atas sehingga tidak

dapat diterapkan pada devisi operasi.

3) MVA mengabaikan distribusi kekayaan kepada shareholder dan juga

mengabaikan konstribusi mereka.

Berdasarkan uraian mengenai keunggulan dan kelemahan Market

Value Added (MVA) dapat disimpulkan bahwa MVA memiliki keunggulan

dalam menilai kinerja keuangan perusahaan MVA merupakan ukuran

tunggal, MVA tidak membutuhkan analisis trend tertentu. Sedangkan

kelemahan dari MVA yaitu MVA mengabaikan mengabaikan biaya dari

modal yang diinvestasikan dan MVA hanya mengukur kekayaan periodik


42

pemegang saham sehingga tidak dapat mengukur kinerja pada tingkat

divisi.

2.1.8 Nilai Perusahaan

2.1.8.1 Pengertian Nilai Perusahaan

Menurut Ernawati dan Widyawati (2015) salah satu alasan yang menjadi

pertimbangan oleh investor dalam melakukan investasi adalah nilai perusahaan

dimana investor tersebut akan menanamkan modal. Nilai perusahaan menurut

Noerirawan dan Abdul (2012) merupakan kondisi yang telah dicapai oleh suatu

perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap

perusahaan yang telah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun,

sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini.

Menurut Andriyani (2017) nilai perusahaan juga merupakan konsep penting

untuk investor karena dapat menjadi indikator bagi pasar untuk menilai

perusahaan secara keseluruhan yang tercermin dalam harga saham, jika nilai

perusahaan tinggi maka akan meningkatkan kepercayaan para investor kepada

perusahaan tersebut karena penilaian investor tentang prospek perusahaan

dimasa yang akan datang dilihat dari harga saham yang tinggi.

Husnan dan Eny (2016) mengatakan nilai perusahaan merupakan harga

yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.

Semakin tinggi nilai perusahaan, semakin besar kemakmuran yang diterima oleh

pemilik perusahaan. Nilai perusahaan menurut Muliani et al. (2014) adalah nilai

untuk mengukur tingkat kualitas perusahaan dan sebuah nilai yang menerangkan

seberapa besar tingkat kepentingan sebuah perusahaan di mata pelanggannya.

2.1.8.2 Pengukuran Nilai Perusahaan

Menurut Harmono dalam Mandey et al. (2017) indikator yang

mempengaruhi nilai perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan :


43

a. PBV (Price Book Value)

Price Book Value merupakan salah satu variabel yang

dipertimbangkan seorang investor dalam menentukan saham mana

yang akan dibeli. Nilai perusahaan dapat memberikan keuntungan

pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan

meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kekayaan

pemegang saham.

Harga perlembar saham


PBV =
Nilai buku sahambiasa

b. PER (Price Earning Ratio)

Price earning ratio adalah harga per lembar saham, indikator ini

secara praktis telah diaplikasikan dalam laporan keuangan laba rugi

bagian akhir dan menjadi bentuk standar pelaporan keuangan bagi

perusahaan publik di Indonesia. Rasio ini menunjukan seberapa besar

investor menilai harga saham terhadap kelipatan earnings.

Harga pasar saham


PER=
Harga perlembar saham

c. EPS (Earning Per Share)

Earning Per Share atau pendapatan per lembar saham adalah

bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang

saham dari setiap lembar saham yang dimiliki

Laba setelah pajak


PER=
Jumlah lembar saham beredar
44

d. Tobin’s Q Analisis

Tobin’s Q juga dikenal dengan rasio Tobin’s Q. rasio ini

merupakan konsep yang berharga karena menunjukan estimasi pasar

keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar

investasi dimasa depan.

Nlai pasar ekuitas+ Nilaibuku hutang


TobinsQ=
Nilai buku aktiva

2.2 Tinjauan Empiris

2.2.1 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu tentang akuntansi lingkungan dan sosial

dirangkum oleh peneliti untuk melihat efek mediasi kinerja keuangan dalam

hubungan eco-efficiency dan kinerja sosial terhadap nilai perusahaan. Amalia et

al. (2017) melakukan penelitian hubungan antara eco-efficiency terhadap nilai

perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa eco-efficiency berpengaruh rendah terhadap nilai

perusahaan, selanjutnya ditemukan bahwa eco-efficiency berpengaruh cukup

terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel mediasi .

Penelitian yang dilakukan oleh Osazuwa dan Che-Ahmad (2015) yang

bertujuan untuk menguji dampak profitabilitas dan leverage pada hubungan

antara eco-efficiency dan nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan eco-

efficiency memiliki hubungan afirmatif yang kuat dengan nilai perusahaan.

Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan hubungan moderasi positif untuk

profitabilitas dalam hubungan antara eco-efficiency dan nilai perusahaan,

sedangkan leverage tidak memainkan peran moderasi signifikan.


45

Penelitian yang dilakukan oleh Puteri et al. (2018) yang bertujuan untuk

menguji pengaruh kinerja sosial dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

melalui pengungkapan CSR sebagai variabel intervening dalam upaya untuk

mencapai keberlanjutan. Objek penelitian adalah perusahaan sektor

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2014-

2016. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kinerja sosial perusahaan dan

Kinerja Keuangan memiliki pengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan

TSP. Di satu sisi, kinerja sosial perusahaan memiliki efek signifikan pada

Pengungkapan CSR, begitu juga kinerja keuangan. Di sisi lain, kinerja sosial

perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, tetapi

kinerja keuangan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap nilai

perusahaan. Selanjutnya, pengungkapan TSP memiliki pengaruh positif yang

signifikan terhadap nilai perusahaan. Akibatnya, pengungkapan CSR sebagai

variabel intervening dalam hubungan antara kinerja sosial perusahaan dan

kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan adalah signifikan.

Penelitian yang dilakukan Khasanah (2018) bertujuan untuk mengetahui

pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan secara langsung dan

tidak langsung melalui kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Objeknya

adalah beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dari 2011-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja lingkungan tidak

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kinerja lingkungan

memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, kinerja keuangan

memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kinerja

lingkungan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan melalui kinerja

keuangan sebagai variabel intervening. Selanjutnya, kinerja keuangan adalah


46

variabel intervening yang dapat memediasi hubungan antara kinerja lingkungan

dan nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Maulida (2017) yang bertujuan untuk menguji

pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dan pengungkapan Corporate

Social Responibility (CSR) baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan profitabilitas (ROE) sebagai

variabel intervening. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan menggunakan

analisis regresi linier berganda dengan SPSS dan path analysis. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap

profitabilitas, sedangkan GCG tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Hasil

penelitian lainnya yaitu GCG dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan, sedangkan pengungkapan CSR tidak berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas memediasi secara penuh hubungan

pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan. Sebaliknya, profitabilitas tidak

memediasi pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan.

Tjahjono (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji

pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan

(MVA) sebagai variabel intervening. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kinerja lingkungan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, kinerja

lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, kinerja

keuangan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kinerja

lingkungan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan dari nilai

perusahaan melalui kinerja keuangan. Kinerja keuangan adalah variabel

intervening dalam hubungan antara kinerja lingkungan dan komite audit dari nilai

perusahaan.
47

Haryono dan Iskandar (2015) melakukan penelitian yang bertujuan untuk

menganalisis hubungan antara CSP dan nilai Perusahaan, baik langsung atau

tidak langsung melalui CFP dan Risiko Perusahaan. CSP diukur dari indeks

pengungkapan informasi berdasarkan standar pelaporan GRI 3.1. Q dan Harga

untuk Nilai Buku (PBV) Tobin digunakan sebagai indikator Nilai Perusahaan.

CFP ditentukan dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Risiko

Perusahaan dihitung dari risiko istimewa (risiko tidak sistematis). Hasil

menunjukkan bahwa CSP tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai

Perusahaan. Di satu sisi, CSP berpengaruh positif signifikan terhadap CFP dan

CFP berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Selanjutnya, CSP

memiliki pengaruh signifikan positif terhadap nilai Perusahaan melalui CFP. Di

sisi lain, CSP memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Risiko Perusahaan,

dan Risiko Perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap nilai

Perusahaan. Namun, CSP tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai

Perusahaan melalui Risiko Perusahaan.


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Penelitian ini dibuat tujuannya untuk menguji pengaruh eco-

efficiency dan kinerja sosial perusahaan terhadap kinerja keuangan dan

implikasinya terhadap nilai perusahaan. Perusahaan tambang dan manufaktur

dalam melakukan aktivitas produksi untuk mencapai tujuan utamanya akan

selalu bersinggungan dengan alam dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan

pencemaran terutama untuk lingkungan. Apabila perusahaan mengolah sumber

daya nya secara efektif dan efisien maka limbah yang dihasilkan perusahaan

akan berkurang, dan biaya produksi yang digunakan juga aka berkurang

sehingga akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Oleh karena itu

dalam upaya pelestarian lingkungan perusahaan harus menerapkan konsep

Eco-efficiency dan kinerja sosial perusahaan yang akan berdampak terhadap

nilai perusahaan.

Berdasarkan berbagai pendapat dari penelitian-penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan penelitian ini serta pengembangan hipotesis yang telah

dijelaskan pada poin di bawah, pada gambar 3.1 digambarkan hubungan antara

variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel independen

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eco-efficiency dan kinerja sosial

perusahaan adalah dan variabel dependen nya adalah nilai perusahaan. Selain

itu, hubungan antara variabel dimediasi oleh kinerja keuangan yang diproksikan

dengan profitabilitas dan Market Value Added.

39
40

H5
Eco-efficiency

H1

H2
Profitabilitas H7
Nilai Perusahaan

Market Value Added H8


(MVA)
H3

H4
Kinerja Sosial
H6
Perusahaan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

3.2 Pengembangan Hipotesis

3.2.1 Pengaruh Eco-Efficiency Terhadap Profitabilitas

Penerapan eco-efficiency merupakan bagian dari tata kelola perusahaan

yang baik (Osazuwa dan Che-Ahmad, 2016). Eco-efficiency diharapkan akan

mampu menaikkan kinerja perusahaan karena eco-efficiency merupakan bentuk

keberpihakan perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat. Penerapan

eco-efficiency yang dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan limbah dapat

membawa perusahaan menjadi lebih produktif dalam menggunakan sumberdaya

dan nantinya dapat membantu menghasilkan produk yang memiliki nilai di mata

konsumen. Dengan produk yang memiliki nilai tambah di mata konsumen, maka

produk memiliki nilai jual yang lebih baik daripada produk lain, sehingga dapat

meningkatkan jumlah penjualan dan tentu saja meningkatkan profitabilitas

perusahaan (Ikhsan dan Harjum 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitriani et al (2014) menyatakan bahwa

kinerja lingkungan perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Hal ini


41

disebabkan karena kinerja lingkungan yang baik akan menjadi nilai tambah

perusahaan dimata stakeholder sehingga dapat meningkatkan profitabilitas

perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan dan Harjum (2016)

mengemukakan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap

profitabilitas perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 = Eco-Efficiency berpengaruh positif terhadap Profitabilitas

3.2.2 Pengaruh Eco-Efficiency Terhadap Market Value Added

Eco-efficiency merupakan bentuk dari kepedulian perusahaan terhadap

lingkungan. Sinkin et al. (2018) menjelaskan bahwa perusahaan yang

menjalankan kinerja lingkungannya berupa eco-efficiency akan lebih diminati

oleh para investor. Dimana perusahaan yang memiliki kepedulian sosial dan

lingkungan dapat menggunakan informasi sosial sebagai salah satu keunggulan

kompetitif perusahaan (Zuhroh dan Sukmawati, 2003).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tjahjono (2013) mengemukakan

bahwa kinerja lingkungan dapat mempengaruhi kinerja keuangan yang

diproksikan dengan Market Value Added (MVA). Karena variabel kinerja

lingkungan merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi kinerja

keuangan khususnya harga saham. Hal yang sama juga dikemukakan oleh

Fitriani (2013) yang menyatakan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif

terhadap kinerja keungan yang diproksikan dengan Market Value Added. .

Sehingga berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

H2: Eco-Efficiency berpengaruh positif terhadap Market Value Added

3.2.3 Pengaruh Kinerja Sosial Perusahaan Terhadap Profitabilitas

Kinerja sosial perusahaan yang baik akan menyebabkan perusahaan

mendapat nilai positif dari pemangku kepentingannya, sehingga dapat


42

menyebabkan perusahaan mendapatkan banyak manfaat seperti kesetiaan

pelanggan, serta kepercayaan dari kreditor dan investor (Andi et al. 2019).

Dengan respon yang baik dari para stakeholder atas kinerja sosial perusahaan,

tentu saja akan membuat lebih mudah bagi perusahaan untuk mendapatkan

posisi keuangan yang baik juga (Margaretha, 2012).

Menurut Candrayanti dan Saputra (2013) pertanggungjawaban sosial yang

dilakukan perusahaan memiliki dampak yang signifikan terhadap profitabilitas

yang di proksikan dengan return on equity. Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Putra (2015) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif

antara pengungkapan sosial perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan yang

diukur dengan Return on Equity (ROE).

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

H3 = Kinerja sosial perusahaan berpengaruh positif terhadap

Profitabilitas

3.2.4 Pengaruh Kinerja Sosial PerusahaanTerhadap Market Value Added

Menurut Novian dan Santi (2013) manfaat dari tanggung jawab sosial ini

bermacam-macam, karena tanggung jawab sosial berpengaruh terhadap hampir

seluruh aspek dalam perusahaan termasuk peningkatan Market Value Added

(MVA). MVA merupakan suatu metode pengukuran kinerja keuangan berbasis

nilai yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menciptakan kekayaan atau

nilai tambah bagi para investornya(Al-Maududi, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Novian dan Santi (2013) menunjukkan

bahwa tanggung jawab sosial atau CSR menunjukkan hubungan yang positif

terhadap MVA. Hal ini berarti disaat nilai CSR mengingkat, maka MVA

mengalami kenaikan pula. Sehingga berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


43

H4: Kinerja Sosial Perusahaan berpengaruh positif terhadap Market

Value Added

3.2.5 Pengaruh Eco-Efficiency Terhadap Nilai Perusahaan

Sinkin et al. (2008) mengemukakan bahwa eco-efficiency berfungsi

sebagai mekanisme kontrol manajemen untuk mengurangi dampak perusahaan

terhadap lingkungan dan sekaligus menciptakan nilai lebih bagi pemegang

saham. Perusahaan yang telah menerapkan eco-efficiency dalam aktivitas

operasional perusahaan akan meningkatkan citra perusahaan yang baik dimata

para investor yang nantinya juga akan membawa dampak yang baik terhadap

nilai perusahaan (Aviyanti dan Isbanah, 2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Feldman et al. (1997) dalam Sinkin et.al

(2008) menyatakan bahwa perusahaan yang menerapkan konsep eco-efficiency

secara efektif terlihat memiliki nilai tambah untuk para pemegang saham melalui

risiko profil perusahaan. Penelitian yang telah dilakukan Osazuwa dan Ayoib

(2016) menjelaskan bahwa eco-efficiency berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan. Hasil penelitian Osazuwa dan Ayoib (2016), mengatakan bahwa

manajemen perusahaan dan calon investor cenderung memilih investasi pada

konsep eco-efficiency yang mengarah pada nilai perusahaan yang tinggi. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amalia et al. (2017) bahwa

terhadap pengaruh positif atas penerapan eco-efficiency yang ditandai dengan

sertifikasi ISO 14001 dengan nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H5: Eco-efficiency berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

3.2.6 Pengaruh Kinerja Sosial Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan


44

Kinerja sosial perusahaan merupakan bentuk dari pertanggungjawaban

sosial perusahaan. Dengan menerapkan pertanggungjawaban sosial

perusahaan, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan

memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang. Hal ini

mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan pertanggungjawaban

sosial perusahaan mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar.

Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika

informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan (Verecchia, 1983, dalam

Basamalah dan Jermias, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Sunaryo et al. (2018) menyatakan bahwa

pertanggungjawaban sosial perusahaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan. Dimana sehingga semakin tinggi

pertanggungjawaban sosial perusahaan maka nilai perusahaan pada

perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI juga semakin meningkat. Sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Murnita dan Putra (2018) yang

menyatakan pertanggungjawaban sosial perusahaan berpengaruh positif pada

nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini

berarti bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan pertanggungjawaban sosial

perusahaan yang dilakukan, maka nilai perusahaan akan semakin tinggi.

Pelaksanakan dan pengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan

akan diapresiasi positif oleh stakeholder yang ditunjukkan dengan peningkatan

nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham dan laba perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

H6: Kinerja Sosial Perusahaan berpengaruh positif terhadap Nilai

Perusahaan.

3.2.7 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan


45

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber

daya yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba bagi investor.

Profitabilitas dianggap penting karena profitabilitas sebagai indikator dalam

mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan sehingga dapat dijadikan acuan

untuk menilai perusahaan (Sastrawan, 2016). Profitabilitas yang tinggi

menunjukkan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon

positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat (Lubis et al. 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Dewa et al. (2014) menyatakan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan

profitabilitas merupakan sinyal yang menunjukkan bahwa perusahaan mampu

memberikan kepastian prospek perusahaan dimasa depan sehingga mampu

meningkatkan nlai perusahaan. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ayu dan Gede (2017) dan Lubis et al. Bahwa profitbilitas yang

diproksikan dengan return on equity berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

H7: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

3.2.8 Pengaruh Market Value Added Terhadap Nilai Perusahaan

Menurut Steward (dalam Rahayu, 2007:32), Market Value Added (MVA)

adalah suatu pengukuran kinerja yang tepat untuk menilai sukses tidaknya

perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi pemiliknya. Jadi, kekayaan atau

kesejahteraan pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah bila

Market Value Added (MVA) bertambah (Purnomo et al. 2019). Teori Sinyal

menurut Brigham dan Houston dalam Mikrad dan Abdul (2019) adalah tindakan

perusahaan dalam memberikan sinyal kepada investor tentang bagaimana

manajemen memandang perusahaan. Penelitian yang dilakikan oleh Purnomo et


46

al. (2019) menyatakan bahwa Market Value Added (MVA) berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

H8: Market Value Added (MVA) berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

3.2.9 Pengaruh Pengaruh Eco-Efficiency Terhadap Profitabilitas dan

Implikasinya Terhadap Nilai Perusahaan

Eco-efficiency merupakan salah satu wujud dari kinerja lingkungan yang

dilakukan oleh perusahaan. Angelia dan Rosita (2015) mengemukakan bahwa

perusahaan menerima peringkat emas dalam kinerja lingkungan telah

menerapkan konsep eco-efficiency. Eco-efficiency adalah konsep menciptakan

lebih banyak barang dan jasa dengan menggunakan lebih sedikit sumber daya

dan membuat lebih sedikit limbah dan polusi. Peningkatan penjualan diikuti oleh

efisiensi biaya akan meningkatkan profitabilitas bagi perusahaan. Dampak

selanjutnya dari peningkatan laba bersih perusahaan adalah peningkatan nilai

perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Khasanah dan Teddy (2018)

mengemukakan bahwa kinerja keuangan memediasi pengaruh antara kinerja

lingkungan dan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan

kinerja lingkungan yang baik dan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dapat

mengurangi biaya yang dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Selainitu

perusahaan yang menerapkan kinerja lingkungan yang baik juga akan memiliki

reputasi yang baik di mata stakeholdernya. Perusahaan yang memiliki reputasi

baik dan posisi keuangan yang baik akan ditanggapi secara positif oleh investor

dan calon investor, yang akan meningkatkan nilai perusahaan.


47

Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

H9: Hubungan Antara Eco-Efficiency dan Profitabilitas Memiliki

Implikasi Positif Terhadap Nilai Perusahaan

3.2.10 Pengaruh Pengaruh Eco-Efficiency Terhadap Market Value Added

dan Implikasinya Terhadap Nilai Perusahaan

Sebagai salah satu bentuk dari pelaksanaan kinerja lingkungan, eco-

efficiency memberikan dampak yang sangat baik bagi perusahaan. Hal ini

disebabkan karena semakin baik kinerja lingkungan maka akan direspon positif

oleh investor melalui fluktuasi harga saham perusahaan yang dapat

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan tentu saja akan mampu

meningkatkan nilai perusahaan di mata investor(Fitriani, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Tjahjono (2013) yang mengemukakan

bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan melalui

kinerja keuangan yang diproksikan dengan Market Value Added (MVA).

Sehingga berdasarkan uraian di atas maka hipotesis pada penelitian ini yaitu:

H10: Hubungan Antara Eco-Efficiency dan Market Value Added (MVA)

Memiliki Implikasi Positif Terhadap Nilai Perusahaan

3.2.11 Pengaruh Pengaruh Kinerja Sosial Perusahaan Terhadap

Profitabilitas dan Implikasinya Terhadap Nilai Perusahaan

Wardhani (2013) menjelaskan bahwa pengungkapan kinerja sosial di

dalam laporan tahunan perusahaan akan membuat perusahaan didukung

keberadaannya. Pengungkapan atas kinerja sosial perusahaan kemudian akan

direspon positif oleh masyarakat sehingga memberikan manfaat bagi

perusahaan, berupa peningkatan penjualan dan penurunan biaya operasi, yang

meningkatkan profitabilitas perusahaan yang akan meningkatkan meningkatkan

nilai perusahaan dan menjadi daya tarik perusahaan di mata investor.


48

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Masitoh et al (2018) menyatakan

bahwa profitabilitas memediasi secara positif pengaruh antara

pertanggungjawaban sosial perusahaan dengan nilai perusahaa. Sehingga

berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

H11: Hubungan Antara Kinerja Sosial Perusahaan dan Profitabilitas

Memiliki Implikasi Positif Terhadap Nilai Perusahaan

3.2.12 Pengaruh Pengaruh Kinerja Sosial Perusahaan Terhadap Terhadap

Market Value Added dan Implikasinya Terhadap Nilai Perusahaan

Kinerja sosial perusahaan adalah salah satu faktor diperhatian oleh para

investor sebelum berinvestasi. Mittal et al (2008) mengemukakan bahwa bahwa

perusahaan yang menerapkan pertangunggjawaban sosial akan menciptakan

lebih banyak EVA dan MVA daripada perusahaan yang tidak. Mikrad dan Abdul

(2019) mengemukakan bahwa Market Value Added (MVA) yang tinggi akan

memberikan sinyal positif bagi investor, karena ini menunjukkan prospek

perusahaan yang baik di masa yang akan datang dan tentu saja akan

meningkatkan nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2013) yang menyatakan bahwa

kinerja sosial berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang diproksikan

dengan MVA. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa semakin baik kinerja

lingkungan maka akan direspon positif oleh investor melalui fluktuasi harga

saham perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan Mikrad dan Abdul (2019) bahwa semakin

tinggi nilai Market Value Added (MVA) maka akan semakin tinggi pula

peningkatan nilai perusahaan.

Sehingga berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini

yaitu:
49

H12: Hubungan Antara Kinerja Sosial Perusahaan dan Market Value

Added (MVA) Memiliki Implikasi Positif Terhadap Nilai Perusahaan


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Suatu penelitian harus dirancang dengan baik. Rancangan penelitian

adalah rancangan dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil

yang valid, objektif, efisien, dan efektif. Penelitian ini perlu dirancang secara

umum dengan menentukan karakteristikistik yang dapat dijelaskan sebagai

berikut.

a. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Nasution

(2008:24) mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif lebih spesifik

memusatkan perhatian kepada aspek-aspek tertentu dan sering

menunjukan hubungan antara berbagai variabel atau memberi gambaran

yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial sehingga bersifat deskriptif.

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal yang merupakan tipe

penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab- akibat

antara dua variabel atau lebih. Peneliti dapat mengidentifikasi fakta atau

peristiwa tersebut sebagai variabel yang dipengaruhi (variabel dependen)

dan melakukan penyelidikan terhadap variabel- variabel yang

memengaruhi variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2014: 27).

4.2 Populasi dan Sampel

a. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang terdiri atas 184

perusahaan manufaktur dan 49 perusahaan tambang.

48
49

b. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2012:81). Metode penentuan sampel dalam

penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling. Purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2012:216). Kriteria sampel yang di gunakan dalam penulisan ini

yaitu:

1. Perusahaan manufaktur dan pertambangan yang terdaftar dan

terpublikasi pada Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019

2. Perusahaan manufaktur dan pertambangan yang menyajikan data

yang dibutuhkan dalam penelitian pada periode 2015-2019

3. Perusahaan manufaktur dan pertambangan yang terdaftar dan

terpublikasi pada Bursa Efek Indonesia yang memiliki laporan

keberlanjutan pada tahun 2015-2019

Tabel 4.1
Gambaran Umum Penentuan Sampel
No Kriteria Sampel Jumlah
1 Perusahaan manufaktur dan pertambangan yang 233
terdaftar dan terpublikasi pada Bursa Efek Indonesia
2 Perusahaan manufaktur dan pertambangan yang (45)
terdaftar dan terpublikasi pada Bursa Efek Indonesia
periode 2015-2019
3 Perusahaan manufaktur dan pertambangan yang (15)
tidak menyajikan data yang dibutuhkan dalam
penelitian pada periode 2015-2019
4 Perusahaan manufaktur dan pertambangan yang (173)
terdaftar dan terpublikasi pada Bursa Efek Indonesia
yang tidak memiliki laporan keberlanjutan pada tahun
2015-2019
Jumlah Sampel 12
Sumber: Data diolah. 2020
50

4.3 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder,

yaitu berupa data time series untuk semua variabel yaitu, eco-efficiency, kinerja

sosial perusahaan, dan data tentang kinerja keuangan perusahan yang listing di

BEI dan termasuk dalam indeks saham manufaktur dan pertambangan (sampel

berupa Return On Equity (ROE) dan Market Value Added (MVA), dan data Nilai

Perusahaan. Data dapat diperoleh dari website resmi setiap perusahaan untuk

data eco-efficiency dan data kinerja sosial perusahan berupa laporan

keberlanjutan dan Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu https://www.idx.co.id/ untuk

data kinerja keuangan dan nilai perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini

periode 2016-2019.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan cara non-participant observation, yaitu dengan

dengan membaca, mengumpulkan serta mencatat data, serta informasi yang

diperlukan dalam laporan keuangan yang diperoleh dengan mengakses situs

www.idx.co.id. yang termasuk dalam indeks saham manufaktur dan

pertambangan sepanjang periode tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 dari

https://www.idx.co.id/ dan situs resmi perusahaan, yang berupa data-data eco-

efficiency, kinerja sosial, akuntansi dan keuangan mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan penelitian ini.

4.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent

variable), variabel terikat (dependent variable), dan variabel intervening

(intervening variable). Variabel bebas adalah eco-efficiency dan kinerja sosial

perusahaan, variabel terikat adalah nilai perusahaan, serta variabel intervening


51

adalah kinerja keuangan yang diproksikan dengan profitabilitas (Return on Equity

dan Market Value Added).

Definisi operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan

mengukur variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara

singkat dan jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Berdasarkan kajian

pustaka dan penelitian terdahulu, pendekatan operasional variabel untuk masing-

masing variabel dalam penelitian.

4.5.1 Eco-Efficiency (X1)

Hansen dan Mowen (2013: 410) mengemukakan bahwa eco-efficiency

adalah upaya perusahaan untuk mempertahankan kondisi lingkungan agar dapat

memproduksi barang dan jasa yang lebih bermanfaat dengan cara mengurangi

dampak negatif lingkungan, konsumsi sumber daya, dan biaya secara simultan.

Dalam penelitian ini eco-efficiency diukur dengan menggunakan perolehan

sertifikasi ISO 14001. Menurut Osazuwa dan Che-Ahmad (2016) laporan

keuangan tahunan digunakan untuk mengumpulkan data mengenai perusahaan

yang menerapkan eco-efficiency yang dibuktikan dengan perolehan sertifikasi

ISO 14001. Variabel ini menggunakan indikator ECO diukur menggunakan

dummy yang memiliki dua hasil yaitu skor 1 untuk perusahaan yang memperoleh

sertifikasi ISO 14001 dan skor 0 perusahaan yang tidak memperoleh sertifikasi

ISO 14001.

4.5.2 Kinerja Sosial Perusahaan (X2)

Lufarelli et al. (2019) mengemukakan bahwa corporate social performance

adalah bagaimana kinerja perusahaan pada tanggung jawab sosialnya.

Corporate social performance adalah cara perusahaan dapat mengoptimalkan

setiap peluang yang berhubungan dengan bisnis mereka pada hubungan sosial,

dan cara- cara perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial terhadap

stakeholder mereka.
52

Dalam penelitian ini, kinerja sosial perusahaan diukur menggunakan

kriteria yang disarankan oleh pedoman Global Reporting Initiative (GRI) G4.

Indikator GRI G4 digunakan karena merupakan aturan internasional yang telah

diterima oleh perusahaan di seluruh dunia. GRI G4 juga merupakan pengukuran

kinerja sosial perusahaan. Dalam GRI G4 91 kriteria mencakup semua dimensi.

Jika perusahaan mengungkapkan kinerja sosial berdasarkan kriteria ini, maka

akan diberi skor 1 (satu). Sedangkan jika tidak, maka diberi skor 0 (nol).

Pengukuran dilakukan dengan menghitung proporsi antara jumlah total kriteria

pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan terhadap total kriteria

pengungkapan yang ada dalam GRI G4. Pengukuran variabel dapat dirumuskan

sebagai berikut (Eduardus dan Juniarti, 2016).

Number of Corporate Disclosure Criteria


CSRI= GRI G 4 ¿
Number of Disclosure Criteria According ¿

(1) Informasi: CSRI = Indeks Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

4.5.3 Kinerja Keuangan

a. Return on Equity (Y1a)

Menurut Hanafi dan Abdul (2012:84) ROE adalah “Rasio yang

mengukur kemampuan menghasilkan laba berdasarkan modal saham

tertentu. Menurut Kasmir (2015:204) Rumus untuk mencari Return on

Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut:

Laba Setelah Pajak


Return On Equity=
Modal Sendiri

b. Market Value Added (Y1b)

Menurut Mikrad dan Abdul (2019) Market Value Added merupakan

suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam

memaksimalkan kekayaan dan mengukur seberapa besar


53

kemakmuran yang telah di capai. Cara menghitung Market Value Added

(MVA) menurut Kamaludin dan Indriani (2012: 60) adalah:

MVA=Nilai pasar ekuitas−Modal ekuitas yang diinvestasikan olehinvestor

¿ ( Saham yang beredar )( Harga saham )−Total ekuitas saham biasa

4.5.4 Nilai Perusahaan (Y2)

Husnan dan Eny (2016) mengatakan nilai perusahaan merupakan harga

yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.

Pengukuran nilai perusahaan adalah sebagai berikut:

Nlai pasar ekuitas+ Nilaibuku hutang


TobinsQ=
Nilai buku aktiva

4.6 Teknik Analisis Data

a. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi

pada analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Least

Square (OLS). Uji asumsi klasik terbagi menjadi empat yaitu:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki

distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu metode

untuk mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan metode

analisis grafik, baik dengan melihat grafik secara histogram ataupun

dengan melihat secara Normal Probability Plot. Normalitas data dapat

dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik
54

Normal Probability Plot atau dengan melihat histogram dari

residualnya.

Uji normalitas menguji apakah model regresi variabel independen

dan variabel dependen, keduanya terdistribusikan secara normal atau

tidak. Uji ini adalah untuk menguji normal atau tidaknya suatu

distribusi data.

Pedoman pengambilan keputusan:

a. Nilai Sig. atau Signifikansi atau Nilai Probabilitas < 0,05 maka,

distribusi adalah tidak normal.

b. Nilai Sig. atau Signifikansi atau Nilai Probabilitas > 0,05 maka,

distribusi adalah normal.

2) Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model yang

baik seharusnya tidak terjadinya korelasi yang tinggi diantara variabel

bebas. Torelance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih

yang tdak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai

toleransi rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =

1/tolerance) dan menujukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai

cotuff yang umum dipakai adalah tolerance 0,10 atau sama dengan

nilai VIF diatas 10.

3) Uji Heteroksedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi

ketidaksamaan varience dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah homoksedastisitas

atau tidak terjadi heteroksedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya


55

heteroksedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis

grafik.

4) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi adanya

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu

metode analisis untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah

dengan melakukan pengujian nilai durbin watson (DW test).

Uji Durbin Watson (DW) hanya digunakan untuk autokorelasi

tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept dalam suatu model

regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen.

Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi adalah

sebagai berikut:

1) Jika nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du)

dan (4-du) maka, koefisien autokorelasi sama dengan nol, yang

berarti tidak ada autokorelasi positif.

2) Jika nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower

bound (dl) maka, koefisien autokorelasi lebih besar dari nol,

yang berarti ada autokorelasi positif.

3) Jika nilai DW lebih besar dari pada (4-dl) maka, koefisien

autokorelasi lebih kecil dari nol, yang berarti ada autokorelasi

negatif.

4) Jika nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah

(dl) atau nilai DW terletak diantara (4-du) dan (4-dl) maka,

hasilnya tidak dapat disimpulkan.

b. Analisis Jalur (Path Analysis)


56

Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah motode

analisis path atau analisis jalur. Metode ini untuk memperlihatkan

pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel bebas dan

variabel tidak bebas. Berikut adalah model analisis yang digunakan

dalam analisis path atau analisis jalur (Syakur, 2018):

Y 1=f ( X 1 , X 2 )…… (1)

Y 2=f ( X 1 , X 2 )...….(2)

Z x =f ( X 1 , X 2) …….(3)

Z y =f (Y 1 , Y 2 )... …..(4)

Z1 =f ( X 1 , X 2 , Y 1)… (5)

Z2 =f ( X 1 , X 2 , Y 2)... (6)

Dimana:

X 1 = Eco-Efficiency

X 2 = Kinerja Sosial Perusahaan

Y 1 = Profitabilitas

Y 2 = Market Value Added

Z = Nilai Perusahaan

Untuk model analisis indikator setiap variabel bebas, maka

persamaan (5) dan (6) menjadi:

Model 1: Z=f (X 1 , X 2 , Y 1 )…… (7)

Model 2: Z=f (X 1 , X 2 , Y 2 )…… (8)

Untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung antar

variabel dalam analisis jalur, maka di bentuk model sebagai berikut:

Y 1=a0 +a1 X 1 +a2 X 2 + μ1


57

Y 2=b0 +b1 X 1 +b2 X 2 + μ2

Z x =c 0 +c 1 X 1 +c 2 X 2+ μ 3

Z y =d 0 +d 1 Y 1+ d2 Y 2 + μ4

Dari persamaan diatas diperoleh model pengaruh Model pengaruh

Eco-Efficiency dan Kinerja Sosial Perusahaan terhadap Nilai

Perusahaan melalui Profitabilitas dan Market Value Added, yakni

sebagai berikut:

Z=δ 0+ δ 1 X 1 +δ 2 X 2+ δ 3 (X 1 Y 1 ∙ Y 1 Z )+ δ 4 (X 1 Y 2 ∙ Y 2 Z)+ δ 5 ¿

∙ Y 1 Z ¿+ δ 6 ( X 2 Y 2 ∙Y 2 Z )+ μ5

Dimana:

a) Pengaruh Langsung (Direct Effect)

δ 0 = Konstanta/intercep Nilai Perusahaan ( Z1 )

δ 1 = Pengaruh langsung Eco-Efficiency ( X 1 ) terhadap Nilai

Perusahaan ( Z1 )

δ 2 = Pengaruh langsung Kinerja Sosial Perusahaan ( X 2 ) terhadap

Nilai Perusahaan ( Z1 )

μ5 = error term dari Nilai Perusahaan ( Z1 )

b) Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect)

δ3 = Pengaruh tidak langsung Eco-Efficiency ( X 1 ) terhadap

Nilai Perusahaan ( Z1 ) melalui Profitabilitas (Y 1)

δ4 = Pengaruh tidak langsung Eco-Efficiency ( X 1 ) terhadap

Nilai Perusahaan ( Z1 ) melalui Market Value Added (Y 2)

δ5 = Pengaruh tidak langsung Kinerja Sosial Perusahaan ( X 2 )

terhadap Nilai Perusahaan ( Z1 ) melalui Profitabilitas (Y 1)


58

δ6 = Pengaruh tidak langsung Kinerja Sosial Perusahaan ( X 2 )

terhadap Nilai Perusahaan ( Z1 ) melalui Market Value

Added (Y 2)

c. Pengujian Hipotesis

Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang

diajukan, perlu digunakan analisis regresi melalui Uji Koefisien

Determinasi, Uji-t maupun Uji-F. Tujuan digunakannya analisis regresi

ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen

terhadap variabel dependen, baik secara Parsial maupun Simultan,

serta untuk mengetahui besarnya dominasi variabel-variabel

independen terhadap variabel dependen.

1) Uji-t Statistik

Untuk melakukan uji hipotesis ke-satu sampai dengan hipotesis

ke-tujuh, akan digunakan Uji – t. Uji – t dilakukan untuk menguji,

ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen. Uji- t ini

dilakukan dengan cara menilai tingkat signifikansi t hitung, dimana

apabila tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari α maka, berarti

terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen

terhadap variabel dependen, sehingga hipotesis diterima.

Kriteria Pengujian:

a) Nilai t hitung < t tabel maka, H0 diterima dan H1 ditolak.

Berarti secara parsial variabel independen tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.


59

b) Nilai t hitung > t tabel maka, H0 ditolak dan H1 diterima.

Berarti secara parsial variabel independen berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen.

2) Uji-F Statistik

Uji-F digunakan untuk mengetahui, ada atau tidaknya pengaruh

signifikan dari semua variabel independen yang digunakan secara

bersama-sama (simultan), terhadap variabel dependen. Pengujian

ini juga dilakukan dengan cara mengukur tingkat signifikansi t

hitung, dimana apabila tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari

a maka, berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel

independen secara simultan terhadap variabel dependen.

Kriteria Pengujian:

a) Nilai F hitung < F tabel maka, H0 diterima dan H1 ditolak.

Berarti secara simultan variabel independen tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

b) Nilai F hitung > F tabel, atau signifikansi F > α (alpha)

sebesar 5% atau 0,05 maka, H0 ditolak dan H1 diterima.

Berarti secara simultan variabel independen berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen.

3) Uji Koefisien Determinasi

Uji Koefisien Determinasi digunakan untuk menguji Goodness

of Fit dari model regresi. Atau dengan kata lain, uji koefisien

determinasi digunakan untuk mengetahui apakah variabel

independen yang digunakan dalam sebuah model regresi suatu

penelitian dominan mempengaruhi variabel dependen. Nilai hasil

dari uji koefisien determinasi ini dilihat dari besarnya nilai adjusted
60

R2, semakin besar nilai adjusted R 2 maka, akan semakin baik

model regresi yang digunakan dalam sebuah model penelitian.

4) Pengujian Secara Dominan (Uji Beta)

Uji beta yaitu untuk menguji variabel-variabel

bebas/independen (X) yang mempunyai pengaruh paling dominan

terhadap variabel terikat/independen (Y) dengan menunjukkan

variabel yang mempunyai koefisien beta standardized tertinggi

(Syakur, 2020).
61

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, Aditia dan Tieka Trikartika Gustyana. 2019. Analisis Pengaruh


Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Economic Value Added
(Eva) Dan Market Value Added (MVA) (Studi Kasus Perusahaan Sub
Sektor Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2012-2016). JIM UPB Vol 7 No.1. pp 107-111

Agustin, Citra. 2014. Analisis Kinerja Keuangan Pt. Astra Internasional Tbk.
Dengan Alat Ukur Mva (Market Value Added.

Akrout, M. M., dan Othman, H. B. 2013. A study of the determinants of corporate


environmental disclosure in MENA emerging markets. Journal of Reviews
on Global Economics, 2, pp 46-59.

Al-Najjar, B., dan Anfimiadou, A. 2011. Environmental Policies and Firm Value.
Business Strategy and the Environment, Vol. 21, pp 49-59.

Angelia, Dessy dan Rosita Suryaningsih. 2015.The Effect of Environmental


Performance And Corporate Social Responsibility Disclosure Towards
Financial Performance (Case Study to Manufacture, Infrastructure, And
Service Companies That Listed At Indonesia Stock Exchange. Procedia -
Social and Behavioral Sciences 211. Elsevier. Pp 348 – 355.

Amalia, Gina., Yunu Rosdiana, dan Nurleli Nurleli. (2017). Pengaruh Eko-
efisiensi terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel
Moderating pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia
(BEI). Jurnal Akuntansi. Vol. 3. No. 2.

Andriyani, R., dan Mudjiyanti, R. (2017). Pengaruh Tingkat Profitabilitas,


Leverage, Jumlah Dewan Komisaris Independen, dan Kepemilikan
Institusional terhadap Pengungkapan Internet Financial Reporting di Bursa
Efek Indonesia. Kompartemen.

Aras dan Crowther. 2008. Corporate Social Responsibility. Ventus Publishing


APS. ISBN 978-87-7681-415-1.

Aviyanti, Syera Christianing dan Yuyun Isbanah. 2019. Pengaruh Eco-Efficiency,


Corporate Social Responsibility, Ownership Concentration, Dan Cash
Holding Terhadap Nilai Perusahaan Sektor Consumer Goods Di Bei
Periode 2011-2016. Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 1 – Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya

Ayu, Dea Putri dan A. A. Gede Suarjaya. 2017. Pengaruh Profitabilitas Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Corporate Social Responsibility Sebagai
Variabel Mediasi Pada Perusahaan Pertambangan. E- Jurnal Manajemen
Unud, Vol. 6, No. 2.PP: 1112 1138
62

Bahy, Wilfred Boro dan Handoyo Wibisono . 2016. Pengaruh Pengungkapan


Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei 2011-
2015). Universitas Atmajaya Yogyakarta

Bakar, Abu. 2010. Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Telekomunikasi


dengan Menggunakan EVA, REVA, FVA, dan MVA. Jurnal Itenas
Rekayasa. Pp 19-27

Bernadette M. R., Krishnamurty M., Robert M. Brown. J. J.. Janney., dan Karen
Paul. 2001. An Empirical Investigation of the Relationship Between Change
in Corporate Social Performance and Financial Performance: A
Stakeholder Theory Perspective. Journal of Business Ethics 32: 143–156,
2001.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston, 2011. Dasar-dasar Manajemen


Keuangan, Buku Satu, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto.
Jakarta: Salemba Empat.

Buritt, Roger. Dan Qian, Wei. 2011. Environmental Management Accounting in


Local Government A Case of Waste Management. New South Wales,
Australia: Accounting, Auditing & Accountability Journal. Vol. 24 No. 1,
2011 pp. 93-128.

Candrayanthi, A.A. Alit dan D.G. Dharma Saputra. 2013. Pengaruh


Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja
Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek
Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 141-158

Chariri dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.

Dewa, Gatot Putra.Fachrurrozie., dan Nanik Sri Utaminingsih. 2014. Pengaruh


Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan dengan Luas Pengungkapan CSR
sebagai Variabel Moderasi. Accounting Analysis Journal. PP 62- 69

Eduardus, E. dan Juniarti. 2016. Kinerja Sosial Perusahaan dan Kinerja


Keuangan Perusahaan yang Diukur Menggunakan Tobin’s . Business
Accounting Review Vol. 4, No. 1.

Erkko, Sanna. Matti Melanenb., dan Per Mickwitzb. 2005. Eco-Efficiency In The
Finnish EMAS Reportsda Buzz Word? . Journal of Cleaner Production.
Elsevier. Pp 799- 813

Ernawati dan Widyawati (2015). Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Ukuran


Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.
4 No. 4
63

Fauzi, Hasan, Lois S. Mahoney, dan Azhar Abdul Rahman. 2007. The Link
between Corporate Social Performance and Financial Performance:
Evidence from Indonesian Companies. Issues in Social and Environmental
Accounting 1 (2007) 149-15

Fitriani, Anis. 2013. Pengaruh Kinerja Lingkungan Dan Biaya Lingkungan


Terhadap Kinerja Keuangan pada BUMN. Jurnal Ilmu Manajemen. Volume
1 Nomor 1. PP137-148.

Fitriani, Fipit.,Nurleli Nurleli., dan Yuni Rosdiana. 2015. Pengaruh Kinerja


Lingkungan Terhadap Profitabilitas Dengan Variabel Moderator
Pengungkapan Informasi Lingkungan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2013).
Vol 1, No 2, Prosiding Akuntansi 

Guenster , Nadja. Jeroen Derwal., dan Kees Koedijk. 2011. The Economic Value
of Corporate Eco-Efficiency. European Financial Management, Vol. 17,
No. 4, 2011, 679–704.

Hadi, Nor. 2014. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta : Graha


Ilmu.Halaby, Sherif dan Khaled Hussainey. 2015. The Determinants of
Social Accountability Disclosure: Evidence from Islamic Banks around the
World. International Journal Of Business, 20(3). Pp 202.223

Hadija, Siti. 2017. Analisis Rasio Aktivitas dan Profitabilitas untuk Mengukur
Kinerja Keuangan pada Pt Uno Sayap Semesta. Jurnal Ulet Volume I
Nomor 2 Edisi Oktober 2017. Pp 1-13

Hanafi, Mahduh dan Abdul Halim, 2012, Analisis Laporan Keuangan.


Yogyakarta: (UPP) STIM YKPN.

Hansen, D. R, dan Mowen, M. 2013. Akuntansi Manajerial, Buku 1, Edisi


8.Jakarta: Salemba Empat.

Harrison , Jeffrey S.. R. Edward Freeman., dan Mônica Cavalcanti Sá de Abreu.


2015. Stakeholder Theory As an Ethical Approach to Effective
Management: applying the theory to multiple contexts. Revista Brasileira
De Gestão De Negócios Review of Business Management. Vol. 17, No. 55,
pp. 858-869

Haryono, Untung dan Rusdiah Iskandar. 2015. Corporate Social Performance


and Firm Value.International Journal of Business and Management
Invention ISSN (Online): 2319 – 8028.

Hidayat, Wendra. 2014. Pengaruh Penggunaan Economic Value Added Dan


Market Value Added Terhadap Tingkat Retun Saham Pada Perusahaan
Konstruksi Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan
Tahun IV No.12
64

Hildayanti, Reza dan Dikdik Tandika. 2019. Pengaruh Return on Equity dan
Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham (Survey pada perusahaan sub
sektor otomotif dan komponen yang terdaftar Bursa Efek Indonesia
Periode 2015-2017. Volume 5, No. 1, Pp 691- 696

Hoeffler, S., Bloom, P.N. and Keller, K. 2010. Understanding Stakeholder


Responses To Corporate Citizenship Initiatives: Managerial Guidelines And
Research Directions. Journal of Public Policy and Marketing, Vol. 29 No. 1,
pp. 78-88

Huppes, G.dan Ishikawa, M. 2005. Eco-efficiency and Its. Journal of Industrial


and Echology. 9 (4) 43-46

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti, (2016), Dasar-Dasar Manajemen


Keuangan, Edisi Ketujuh. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Igalens, Jacques dan Jean-Pascal Gond. 2005.Measuring Corporate Social


Performance in France: A Critical and Empirical Analysis of ARESE.
Journal of Business Ethics 56: 131–148

Ikhsan , Abdul Aziz Nurul dan Harjum Muharam. 2016. Pengaruh Kinerja
Lingkungan Terhadap Kinerja Keuangan: Studi Pada Perusahaan yang
Terdaftar di Kementerian Lingkungan Hidup dan Listing di BEI (Periode
2008-2014). Diponegoro Journal of Management Volume 5, Nomor 3,
Halaman 1-11

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis


Untuk Akuntansi & Manajemen. Edisi 1. Cetakan ke-12. Yogyakarta: BPFE.

Kasmir. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers

Khasanah, Eka Miratul Khasanah dan Teddy Oswari. 2018. The Effect Of
Environmental Performance On Company Value With Financial
Performance As Intervening Variable At The Manufacturing Company
Listed In Indonesia Stock Exchange. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis Volume
23 No.2, Agustus 2018. Hal 130- 149

Kinasih, Hayu Wikan. 2013. Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial


Perusahaan Terhadap Market Value Added Dengan Good Corporate
Governance Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Perusahaan
yang termasuk dalam peringkat CGPI 2009-2011). Media Ekonomi dan
Teknologi Informasi Vol.21 No. 2 P.01 -10

Kusumawati ,Wahyu Surya., Topowijono., dan MG Wi Endang NP. 2016.


Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Dividen Dan Risiko Sistematis Terhadap
Harga Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI
periode 2012-2014). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 35 No. 2. Pp127-
135.
65

Lubis, Ignatius Leonardus.,Bonar M Sinaga., dan Hendro Sasongko. 2017.


Pengaruh Profitabilitas, Sruktur Modal, Dan Likuiditas Terhadap Nilai
Perusahaan Effect Of Profitability, Capital Sructures, And Liquidity To The
Value Of The Company. Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen, Vol. 3 No.
3, September. Pp 458- 465

Luffarelli , Jonathan, Panos Markou, Antonios Stamatogiannakis, dan Dilney


Gonçalves. 2019. The Effect Of Corporate Social Performance On The
Financial Performance Of Business‐To‐Business And Business‐To‐
Consumer Firms. John Wiley & Sons, Ltd and ERP Environment. Hal 1-19

Marwati, Candri Puspita dan Yulianti. Analisis Pengungkapan Sustainability


Report Pada Perusahaan Non-Keuangan Tahun 2009-2013. Jurnal
Dinamika Akuntansi Vol. 7, No. 2, pp. 167-181

Machmud, Novita dan Chaerul D. Djakman. 2008. Pengaruh Struktur


Kepemilikan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR
Disclosure) Pada Laporan Tahunan Perusahaan: Studi Empiris Pada
Perusahaan Publik Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006.
Simposium Nasional Akuntansi 11. Pontianak.

Mandey, Stevani Risel, Sifrid S. Pangemanan, dan Sonny Pangerapan. 2017.


Analisis Pengaruh Insider Ownership, Leverage, dan Profitabilitas
Terhadap Nilai Perusahaan pada Sektor Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia Periode Tahun 2013-2015. Jurnal EMBA Vol.5 No.2 Juni
2017, Hal. 1463 –1473

Masitoh, Dewi. Patricia Dhiana Paramita., dan Agus Suprijanto. 2018. Pengaruh
Corporate Social Responsibility, Debt To Equity Ratio Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Intervening (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Pertambangan di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2011-2017. Journal Of Accounting 2018. Pp 1- 13

Mikrad dan Abdul Syukur. 2019. Pengaruh Economic Value Added Dan Market
Value Added Terhadap Nilai Perusahaan Pada (Perusahaan Manufaktur
Sub Sektor Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2014-
2018). Dynamic Management Journal Vol. 3 No. 2

Mittal, R.K. Archsna Singh, dam Neena Sinha. 2008. An Analysis of Linkage
Between Economic Value Added and Corporate Social Responsibility.
Management Decision. Vol. 46 No. 9. 1437-1443.

Mousa, Gehan. A. dan Naser T. Hassan. 2015. Legitimacy Theory and


Environmental Practices: Short Notes. International Journal of Business
and Statistical Analysis. Pp 41. 53

Muliani, Luh Eni, Gede Adi Yuniarta, dan Ni Kadek Sinarwati. 2014. Pengaruh
kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan
66

corporate social responcibility dan good corporate governance sebagai


variabel pemoderasi. JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi S1), 2(1).

Nasution, Bahder Johan. 2008. Metode Penelitian Ilmu Hukum. Bandung:


Mandar Maju.

Ningtyas , Anggraina Ayu dan Dedik Nur Triyanto. 2019.Pengaruh Kinerja


Lingkungan Dan Pengungkapan Lingkungan Terhadap Profitabilitas
Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di BEI Tahun 2015-2017). JASA ( Jurnal Akuntansi, Audit dan
Sistem Informasi Akuntansi ) Vol. 3 No. 1/ P.14-26

Noerirawan, Ronno dan Abdul Muid. 2012. Pengaruh Faktor Internal dan
Eksternal Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Vol 1,
No 2, Hal 4.

Nugraheni , Peni dan Deasy Permatasari. 2016. Perusahaan Syariah Dan


Pengungkapan Corporate Social Responsibility: Analisis Pengaruh Faktor
Internal Dan Karakteristik Perusahaan. Jurnal Akuntansi & Auditing
Indonesia 20(2). Pp 136- 146

Nuraini. Topowijono, dan Fransisca Yaningwati. 2015. Penilaian Kinerja


Keuangan Perusahaan Menggunakan Analisis Return On Investment (ROI)
Dengan Pendekatan Du Pont System Dan Residual Income (RI) (Studi
Pada Perusahaan Kosmetik Dan Keperluan Rumah Tangga Yang Listing
Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB)|Vol. 26 No. 2. Pp 1-10

Osazuwa, Nosakhare Peter., dan Ayoib Che-Ahmad. 2016. The moderating


effect of profitability and leverage on the relationship between eco-
efficiency and firm value in publicly traded Malaysian firms. International
Journal of Managerial Finance, Vol. 11.

Purnomo, Sigit dan Veta Lidya Delimah Pasaribu. 2019. Pergerakan Harga
Saham Pt Adaro Energy Tbk (Adro) Pada Pengumuman Dividen Interim
Tahun Buku 2018. Jurnal Ekonomi Efektif, Vol. 2, No. 1, Oktober. Pp 177-
185

Putu Elia Meilinda Murnita dan I Made Pande Dwiana Putra. 2018.. Pengaruh
Corporate Social Responsibility terhadap NilaiPerusahaan dengan
Profitabilitas dan Leverage sebagai Variabel Pemoderasi. E- Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Vol.23.2. Mei (2018): 1470-1494

Rahmani, Nur Ahmadi Bi. 2019. Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On
Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Dan Gross Profit Margin (GPM)
Terhadap Harga Sa ham Perbankan Syariah Periode Tahun 2014-2018.
KITABAH: Volume 3. No. 2 Juli – Desember 2019. Pp 110- 121
67

Santoso , Sugeng. 2016. Konsep Corporate Social Responsibility dalam


Perspektif Konvensional dan Fiqh. AHKAM, Volume 4, Nomor 1, Pp 81-
104

Saputra, Komang A.K.S, Ni Putu Riski M., dan Putu Dian P. 2019. Akuntansi
Sosial dan Lingkungan. Sidoarjo: Indomedika Pustaka

Sari Diana Puspita, Sri Hartini, Dyah Ika Rinawati., dan Tri Setyo Wicaksono.
2012. Pengukuran Tingkat Eko-efisiensi Menggunakan Life Cycle
Assessment untuk Menciptakan Sustainable Production di Industri Kecil
Menengah Batik . Jurnal Teknik Industri, Vol. 14, No. 2, Desember. Pp 137-
144

Scott, William R. 2012. Financial Accounting Theory. Sixth Edition Canada :


Pearson Prentice Hall.

Shahzad, Ali M. dan Mark P. Sharfman. 2015. Corporate Social Performance


and Financial Performance: Sample-Selection Issues. Business & Society
Journal .Pp1–30

Sinkin, Charlene. Charlotte J. Wright, dan Royce D. Burnett. 2008. Eco-efficiency


and firm value. Journal of Accounting and Public Policy 27 (2008) 167–176.
Elsevier

Sugiyono, 2012, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. (Bandung:


ALFABETA)

Sukarno, Gendut, 2008, Kontribusi Corporate Social Responbility Terhadap


Corporate Social Performance Pada Beberapa Industri di Sidoarjo,
Prociding dalam Seminar Nasional Teknologi VI “Perandan Strategi
Manajemen Teknologi Guna Meningkatkan Sustainabilitas Industri dan
Bisnis dalam Menghadapi Era Globalisasi”

Sunaryo, Ihwan., Bambang Widarno., Dan Suharno . 2018. Pengaruh Corporate


Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas
Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi
Informasi Vol. 14 Edisi Khusus April 2018: 211 – 221

Syakur, Ririn Mardhani. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Tingkat


Fertilitas Di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Makassar:
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Syakur. 2020. Pengaruh Pendidikan, Etos Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Aparatur Sipil Negara Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Pinrang.
Makassar: STIE Nobel Indonesia.

Tiarasandy, A., Yuliandari, W. S., dan Triyanto, D. N. 2018. Pengaruh Kinerja


Lingkungan dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap
Kinerja Finansial (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Proper
Periode 2013-2015). In e-Proceeding of Management .Vol. 5. PP. 678–688.
68

Tjahjono, Mazda Eko Sri. 2013. Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai
Perusahaan dan Kinerja Keuangan. Jurnal Ekonomi, Volume 4 Nomor 1.

Utami, Sri dan Sawitri Dwi Prastiti. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan
terhadap Social Disclosure. Jurnal Ekonomi Bisnis, Th. 16, No. 1. Pp 63-
69

Wardhani, Rulyanti Susi. 2013. Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Nilai


Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening
(Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI ). Jeam Vol Xii
No. 1. P54-86

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR (Corporate Social
Responsibility). Jakarta: PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai