Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENGARUH TRIPLE BOTTOM LINE, ENVIRONMENTAL


ACCOUNTING TERHADAP CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY DI HOTEL X

Oleh :
NI PUTU CHERLINE BERLIANA
20106017

JURUSAN HOSPITALITI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AKUNTANSI HOSPITALITI
DIPLOMA IV

POLITEKNIK PARIWISATA BALI


KEMENTRIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/
BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
2023
PENGARUH TRIPLE BOTTOM LINE, ENVIRONMENTAL
ACCOUNTING TERHADAP CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY DI HOTEL X

Oleh :
NI PUTU CHERLINE BERLIANA
20106017

JURUSAN HOSPITALITI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AKUNTANSI HOSPITALITI
DIPLOMA IV

POLITEKNIK PARIWISATA BALI


KEMENTRIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/
BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
2023
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kajian Teoritis


2.1.1 Definisi Triple Bottom Line
Triple Bottom Line adalah pendekatan dengan melihat konsep Profit, Planet dan
People (Widyatama, Sabirin, and Ningrum 2021). Dengan penerapan Akuntansi
Lingungan dan Corporate Social Responsibility dengan sudut pandang Triple
Bottom Line, maka dalam menjalankan kegiatan operasionalnya perusahaan
tentunya tidak hanya berfokus pada Profit saja, tetapi harus memperhatikan Planet
dan People yang berada di wilayah perusahaan itu berdiri pada khususnya (Dewi
et al. 2022). Pengungkapan yang tepat sesuai dengan harapan pemangku
kepentingan atas tanggung jawab sosial perusahaan akan memberikan sinyal
berupa kabar baik dari manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki
prospek yang baik di masa depan perusahaan dan memastikan terciptanya
pembangunan berkelanjutan.

2.1.2 Klasifikasi Triple Bottom Line


Triple Bottom Line merupakan konsep pengukuran kinerja suatu usaha dengan
memperhatikan ukuran kinerja ekonomis berupa :
a. Perolehan keuntungan (Profit)
Profit atau keuntungan yang tetap menjadi orientasi objektif perusahaan.
Setiap skema bisnis yang dirancang oleh perusahaan memiliki tujuan utama
untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya.
Konsep TBL tidak mereduksi profit sebagai bagian yang penting dalam
konteks pengukuran kinerjanya. Tetapi TBL menekankan pada keuntungan
yang maksimal harus memperhatikan aspek efisiensi biaya, reformasi
birokrasi, hingga pembenahan dari segi manajemen internal.
b. Ukuran kepedulian sosial (People)
People atau masyarakat sebagai salah satu stakeholder dalam
perusahaan. Perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat
utamanya yang berada di sekitar lokasi produksi.
Perusahaan sebagai sebuah lembaga harus ikut berpartisipasi dalam
memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat. Kerap kali
perusahaan memiliki stigma buruk kepada masyarakat yang tercermin di
beberapa kasus.
Perusahaan harus peduli kepada masyarakat dengan memberikan
berbagai program akomodatif dengan tujuan meningkatkan kompetensi dan
kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Perusahaan juga akan mendapatkan
citra positif dari masyarakat dan media karena kepeduliannya dengan
masyarakat.
c. Pelestarian lingkungan (Planet)
Planet yang merujuk pada aspek lingkungan hidup. Tidak dapat
dipungkiri jika lingkungan menjadi harga mahal yang harus digadaikan dari
proses industrialisasi perusahaan.
Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan (sustainable
development), maka saat ini perusahaan harus memperhatikan aspek
lingkungan hidup di tengah kegiatan produksinya. Perusahaan harus ikut
menjaga, mitigasi, dan menanggulangi dampak-dampak negatif terhadap
lingkungan.
Polusi, pencemaran udara, deforestasi, dan perubahan iklim adalah
beberapa dampak nyata dari kegiatan perusahaan. Untuk itu, sudah saatnya
perusahaan peduli dan ikut serta sebagai aktor terdepan dalam
mengimplementasikan SDGs.
(Elkington, 1998). Dalam bukunya yang berjudul Cannibals with Fork, the Triple
Bottom Line of Twentieth Century Business. Elkington menjelaskan bahwa selain
mengejar keuntungan, perusahaan harus memperhatikan dan berpartisipasi dalam
mewujudkan kebaikan masyarakat dan berpartisipasi aktif dalam menjaga
lingkungan. Triple Bottom Line dalam akuntansi terdiri dari tiga pilar utama yang
disebut 3P yang terdiri dari Planet yang merupakan bentuk kepedulian perusahaan
terhadap alam dan lingkungan, Profit yang merupakan bentuk kepedulian
perusahaan terhadap sumber daya manusia dan masyarakat, Profit berkaitan
dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Ketiga pilar ini
memiliki sifat yang tidak saling mempengaruhi satu sama lain (mutually exclusive)
namun dapat saling menguatkan antara satu dengan yang lain (mutually
reinforcing), sehingga sering kali disebut sebagai Triple Bottom Line sustainability
(Temalagi and Borolla 2021).
2.1.3 Definisi Environmental Accounting
Environmental Accounting adalah salah satu ilmu akuntansi sosial yang
dilakukan oleh perusahaan atau pelaku bisnis yang memiliki kepentingan terhadap
sumber daya yang ada di sekitarnya, baik sumber daya alam maupun sumber daya
manusia. Enverinmental Accounting merupakan bagian dari akuntansi perusahaan
itu sendiri yaitu dengan memasukkan biaya-biaya terkait lingkungan kedalam
akuntansi perusahaan (Soesanto 2022) yang nantinya menjad bukti
pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungan.
Menurut Ningsih dan Rachmawati (2017), green accounting adalah akuntansi
berupaya menghubungkan sisi anggaran lingkungan dengan dana operasi bisnis.
Akuntansi Hijau dapat meningkatkan kinerja lingkungan, mengendalikan biaya,
berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan, dan mempromosikan proses
produk ramah lingkungan. Akuntansi lingkungan atau akuntansi hijau juga
menyediakan cara untuk peluang untuk meminimalkan energi, melestarikan
sumber daya, mengurangi risiko kesehatan dan keselamatan lingkungan, dan
mempromosikan keunggulan kompetitif.
2.1.4 Tanggung Jawab Social dan Lingkungan
Menurut Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(UUPT) pasal 1 ayat 3 bahwa “Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah
komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat
pada umumnya”.
2.1.5 Definisi Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility merupakan bentuk tanggungjawab
perusahaan terhadap dampak yang akan terjadi dari kegiatan operasional
perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan. Perusahaan pasti ingin
mempertahankan keberlangsungan usahanya (going concern) (Nayenggita,
Raharjo, and Resnawaty 2019), akan tetapi jika perusahaan dalam melaksanakan
kegiatan operasionslnya hanya untuk menghasilkan keuntungan tanpa
memperhatikan keadaan lingkungan dan masyarkat maka perushaan tersebut tidak
akan bisa bertahan, oleh karena itu perushaan harus menerapkan Corporate Social
Responsibility. Melalui kegiatan CSR, perusahaan mengundang masyarakat untuk
berpartisipasi atau terlibat dengan berbagi ide, keinginan atau pendapat mereka
tentangtujuan masing-masing pihak (Lestari, Yudantara, and Kurniawan 2020).
Hal tersebut akan memberikan nilai positif dan meningkatkan citra perusahaan di
mata masyarakat.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan judul penelitian yang diambil penulis terdapat beberapa
penelitian yang berkaitan dan dapat mendukung penelitian yang sekarang serta dapat
diajukan bahan acuan antara lain :
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti dan Fokus Metode Hasil Penelitian
Judul Peneliti Penelitian Penelitian
1 Sahal, Ahmad (2012). CSR (Corporate Deskriptif CSR memberikan manfaat
Penerapan CSR Social Kualitatif yang sangat besar dalam
(Corporate Social Responsibility) dalam menyejahterakan
Responsibility) BMT masyarakat dan lingkungan
Sumber Usaha sekitarnya, serta bentuk
Kembang investasi bagi perusahaan
pelakunya. Manfaat ini
dapat diperoleh apabila
perusahaan menerapkan
CSR atas dasar
kesukarelaan, sehingga akan
timbul hubungan timbal
balik antara pihak
perusahaan dengan
masyarakat sekitar. CSR
yang diterapkan oleh BMT
Sumber Usaha Kembang
Sari memang belum dapat
meningkatkan aset yang
tinggi terhadap perusahaan,
hal tersebut sudah menjadi
kewajiban perusahaan
karena aset yang di miliki
masih begitu sedikit.
2. Lageranna, Akmal (Corporate Social Deskriptif Pelaksanaan tanggung
(2013). Pelaksanaan Responsibility/C Kualitatif jawab sosial Djarum secara
Tanggung Jawab SR) keseluruhan telah
Perusahaan (Corporate memberikan pengaruh
Social positif bagi masyarakat,
Responsibility/CS R) baik itu masyarakat di
pada Perusahaan sekitar daerah perusahaan
beroperasi maupun terhadap
masyarakat Indonesia secara
umum. Hal ini terwujud
dalam peningkatan kualitas
3. Setyorini, Tri (2017). Corporate Sosial Deskriptif Pelaksanaan CSR yang
Pelaksanaan Corporate Responsibility Kualitatif dilakukan oleh BMT Amal
Social Responsibility (CSR), BMT Mulia di Suruh yaitu
(Tanggung Jawa Sosial) Amal Mulia program Baitul Maal,
di BMT Amal Mulia di Kegiatan Sosial dan
Suruh Kab. Semarang Danamal dibawah
koordinasi BMT Amal
Mulia Pusat di Suruh. BMT
Amal Mulia telah
melaksanakan berbagai
bentuk CSR dengan tiga
dasar pembangunan yang
berkelanjutan yaitu sosial,
ekonomi dan lingkungan.
4. Budiarti S, Meilanny CSR, tanggung Deskriptif Berbagai dampak sosial,
(2017) Corporate Social jawab sosial. Kualitatif ekonomi dan linbgkungan
Responsibility (CSR) Perusahaan, yang timbul akibat
dari sudut pandang persepsi berdirinya suatu kawasan
perusahaan perusahaan, industri, mengharuskan
masyaraka perusahaan untuk
bertanggung jawab kepada
publik khususnya
masyarakat sekitar wilayah
perusahaan melalui aktivitas
yang nyata sehingga dalam
pelaksanaan kegiatan CSR,
perusahaan harus berhati-
hati dan dilakukan dengan
cara-cara yang benar agar
tidak memperkuat kondisi
relasi ketergantungan dari
masyarakat akan kehadiran
perusahaan.
5. Bice, Sara (2017) Corporate Social Qualitative CSR is evolving in its
Corporate Social Responsibility Descriptive meaning and practice. This
Responsibility article argues that new

Sahal, Ahmad (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan CSR


(Corporate Social Responsibility) BMT Sumber Usaha Kembang”. Dalam penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, kesimpulan penelitian ini adalah CSR
memberikan manfaat yang sangat besar dalam dalam menyejahterakan masyarakat
dan lingkungan sekitarnya, serta bentuk investasi bagi perusahaan pelakunya. Manfaat
ini dapat diperoleh apabila perusahaan menerapkan CSR atas dasar kesukarelaan,
sehingga akan timbul hubungan timbal balik antara pihak perusahaan dengan
masyarakat sekitar. CSR yang diterapkan oleh BMT Sumber Usaha Kembang Sari
memang belum dapat meningkatkan aset yang tinggi terhadap perusahaan, hal tersebut
sudah menjadi kewajiban perusahaan karena aset yang di miliki masih begitu sedikit.
Lageranna, Akmal (2013) yang berjudul “Pelaksanaan Tanggung Jawab
Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) Pada Perusahaan Industri Rokok”
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, kesimpulan penelitian
ini adalah Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan/CSR PT. Djarum secara
keseluruhan telah memberikan pengaruh positif bagi masyarakat, baik itu masyarakat
di sekitar daerah perusahaan beroperasi maupun terhadap masyarakat Indonesia secara
umum. Hal ini terwujud dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat yang mencakup
berbagai bidang antara lain, sosial, olahraga, lingkungan, pendidikan, dan budaya.
Tetapi pelaksanaan tanggung sosial perusahaan/CSR PT. Djarum belum memberi
pengaruh pada pengembangan masyarakat (Community Development) khususnya di
bidang ekonomi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar daerah
perusahaan beroperasi.
Setyorini, Tri (2017) yang berjudul “Pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (Tanggung Jawa Sosial) di BMT Amal Mulia di Suruh Kab. Semarang”
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, kesimpulan penelitian
ini adalah Pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh BMT Amal Mulia di Suruh yaitu
program Baitul Maal, Kegiatan Sosial dan Danamal dibawah koordinasi BMT Amal
Mulia Pusat di Suruh. BMT Amal Mulia telah melaksanakan berbagai bentuk CSR
dengan tiga dasar pembangunan yang berkelanjutan yaitu sosial, ekonomi dan
lingkungan.
Budiarti S, Meilanny (2017) yang berjudul “Corporate Social Responsibility
(CSR) dari sudut pandang perusahaan” Dalam penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif, kesimpulan penelitian ini adalah Berbagai dampak sosial,
ekonomi dan lingkungan yang timbul akibat berdirinya suatu kawasan industri,
mengharuskan perusahaan untuk bertanggung jawab kepada publik khususnya
masyarakat sekitar wilayah perusahaan melalui aktivitas yang nyata sehingga dalam
pelaksanaan kegiatan CSR, perusahaan harus berhatihati dan dilakukan dengan cara-
cara yang benar agar tidak memperkuat kondisi relasi ketergantungan dari masyarakat
akan kehadiran perusahaan.
Bice, Sara (2017) in his research entitled “Corporate Social Responsibility as
Instution: A Docial Mechanisms Framework”. In this study using descriptive
qualitative methods, the cloncusion of this study is CSR is evolving in its meaning and
practice. This article argues that new institutionalism is well placed to respond to these
core challenges for CSR, and that new institutionalist perspectives can complement
and enrich other common theoretical approaches. It contributes a social mechanism-
based framework for CSR, identifying and exploring the key social mechanisms that
institutionalise it; namely, discourse, mimesis, normative learning and coercion.
Understanding CSR as an institution facilitates new and different explorations of its
causes and effects and opens new avenues for scholarly inquiry.
Dari keempat penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan dari
penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah letak objek. Memang ada kesamaan
penelitian ini dengan beberapa peneliti terdahulu, seperti penelitian Tri dan Akmal
yang meneliti tentang Pelaksanaan Tanggung Jawab Perusahaan (Corporate Social
Responsibility/CSR) dengan menggunakan metode penelitian yang sama yaitu
Deskriftif Kualitatif.
2.3 Kerangka Pemikiran/ Model Penelitian
Kerangka pikir atau kerangka konsep dalam penelitian ini merupakan langkah
ilmiah terhadap penelitian yang akan dilakukan dan memberikan landasan kuat
terhadap topik penelitian yang dipilih dan sesuai dengan identifikasi masalah.
Kerangka pikir penelitian ini dengan judul “Implementasi Triple Bottom Line pada
program Corporate Social Responsibility pada hotel X ” adalah sebagai berikut.
Gambar 2.2 Kerangka pikir penelitian

Kondisi Ideal Kondisi Lapangan

Environmental Accounting adalah salah Perusahaan jasa


satu ilmu akuntansi sosial yang akomodasi masih kerap
dilakukan oleh perusahaan atau pelaku kali memiliki stigma
bisnis yang memiliki kepentingan buruk kepada masyarakat
yang tercermin di
terhadap sumber daya yang ada di
beberapa kasus
sekitarnya, baik sumber daya alam
pencemaran lingkungan.
maupun sumber daya manusia

Temuan

Implementasi Triple Bottom Line, pada program Corporate Social


Responsibility pada hotel X

Fokus Penelitian
Penerapan Triple Botoom Line
pada Hotel X

Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat
diperoleh kesimpulan bahwa variabel
Triple Bottom Line yang didalamnya terdiri
dari 3 pilar utama yaitu Profit, People dan
Planet memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penerapan program Corporate
Social Responsibility.

Keterangan:
Berdasarkan kerangka pikir penelitian tersebut, peneliti akan melakukan
penelitian terhadap implementasi Triple Bottom Line, pada program Corporate Social
Responsibility pada hotel X dan berfokuskan pada pengaruh yang diberikan untuk
mendukung terjadinya proses Corporate Social Responsibility dalam pelaksanaan
kegiatan di Hotel X . Selanjutnya, penelitian yang dilakukan yaitu menguji hasil dari
Uji Regresi, Uji Koefisien, dan Uji Stimultan. Jenis penelitian ini menggunakan
metode deskriptif atau penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan Pengaruh Triple
Bottom Line, pada program Corporate Social Responsibility pada hotel X . Hasil
penelitian ini berupa deskripsi tentang implementasi Triple Bottom Line, pada program
Corporate Social Responsibility pada hotel X. mendeskripsikan pengaruh signifikan,
dan mendeskripsikan tentang bagaimana pengalokasian terkait biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan program CSR ini.

2.4 Hipotesis Penelitian / Proposisi


Hipotesis menurut Sugiyono (2019:99), adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian dan didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data.
Berdasarkan hubungan antara variable dalam kerangka pemikiran, maka dibuat
hipotesis penelitian berikut :
H1: Triple Bottom Line sebesar 0.013 < 0.05, berdasarkan pengambilan keputusan
maka terdapat pengaruh Triple Bottom Line terhadap Corporate Social
Responsibility pada Hotel X.
H2: Environmental Accounting sebesar 0.297 > 0.05, berdasarkan hasil pengambilan
keputusan maka tidak terdapat pengaruh Environmental Accounting terhadap
Corporate Social Responsibility pada Hotel X.

Anda mungkin juga menyukai