Sebenarnya sebelum para ahli ini, Patinkin telah mulai dengan analisa di luar
keseimbangan (disequilibrium) pada waktu menguraikan ajaran Keynes yang menunjukkan
terjadinya pengangguran bukan sukarela (involuntary unempoyment). Di dalam analisanya
ditunjukkan bahwa pengangguran bukan sukarela dapat timbul karena terjadinya ketimpangan
pada sektor lain yakni adanya kekurangan permintaan akan barang dan jasa (adanya execess
supply). Karena keadaan tersebut, tenaga kerja yang tersedia lebih besar daripada yang
dipekerjakan oleh pengusaha pada tingkat upah yang berlaku. Cara analisa tersebut menunjukkan
kemungkinan terjadinya keseimbangan tingkat pendapatan di bawah posisi kesempatan kerja
penuh (less than full employment equilibrium) tanpa menggunakan asumsi adanya kekakuan
dalam upah ataupun ketidaksempurnaan pasar. Suatu interpretasi yang berbeda dengan
interpretasi umum. Dari argumen di atas Patinkin menunjukkan bahwa karena keseimbangan
mempunyai implikasi kesempatan kerja penuh maka terdapatnya pengangguran bukan sukarela
menunjukkan keadaan di luar keseimbangan (disequilibrium). Pengangguran bukan sukarela
merupakan permasalahan yang dicakup analisa dinamis, yang menyangkut proses penyesuaian
dari posisi di luar kurva permintaan ataupun penawaran kepada posisi keseimbangan.
Disebutkannya bahwa pemikiran Keynes merupakan pemikiran dinamis, akan tetapi alat
analisanya statis, atau "comparative static".
Analisa Clower sejalan dengan Patinkin dan menunjukkan bahwa setiap kali terdapat
ketidakseimbangan dalam pasar tenaga kerja permintaan efektif di dalam pasar komoditi tentu
berbeda dengan permintaan dalam arti apa yang diinginkan, atau apa yang oleh Clower
diistilahkan "national demand". Misalnya terdapat sejumlah pengangguran dalam pasar tenaga
kerja, hal ini mempunyai implikasi bahwa di dalam pasar komoditi terdapat permintaan efektif
yang lebih kecil daripada keinginan masyarakat (national demand). Di dalam diagram
permintaan dan penawaran, semua ini menunjukkan posisi di luar kurva atau suatu
disequilibrium.
Menurut Barro dan Grossman analisa Patinkin dan Clower memang merupakan analisa di
luar keseimbangan. Akan tetapi, keduanya bersifat parsial. Keduanya menujukkan keadaan
ekonomi yang tertekan (depression) di mana dalam analisa Patinkin ketimpangan dalam pasar
komoditi merupakan penyebab tertekannya pasar tenaga kerja dan terjadinya pengangguran,
sedangkan dalam analisa Clower ketimpangan terjadi justru dalam pasar tenaga kerja itu sendiri.
Analisa Barro dan Grossman melengkapi kedua analisa sebelumnya dengan memberikan model
umum dalam ketidakseimbangan (general disequilibrium model). Cara yang dipergunakan tidak
berbeda. Akan tetapi, dalam analisa terakhir ini ditunjukkan ketimpangan dalam arti yang lebih
umum, meliputi keadaan tertekan (depression) yang menimbulkan pengangguran maupun
"boom" yang menimbulkan inflasi."
Clower dan Leijonbufvud menelaah perbedaan analisa Keynes dengan Klasik dari segj
ada atau tidaknya proses pertukaran dengan kontrak ala Walras. Leijonbufvud menunjukkan
bahwa untuk menelaah permasalahan yang dianalisa oleh Keynes kita harus lebih teliti melihat
keadaan masing-masing unit ekonomi dalam mengambil keputusannya beserta tersedianya
informasi bagi masing-masing. Di dalam proses pertukaran Walras (Walrasian tatonnement)
masing-masing unit ekonomi menerima saja harga yang terjadi (given), sebingga keputusan yang
diambil hanyalah mengenai jumlah barang yang dibeli dan dijual. Akan tetapi, bilamana terdapat
perubahan situasi, Leijonbufvud mengatakan bahwa lebih realistis kalau kita beranggapan bahwa
masing-masing individu juga membuat keputusan mengenai harga. Sehubungan dengan ini
seseorang akan menentukan harga yang merupakan suatu cadangan (reservation price).
Misalnya, dalam pasar tenaga kerja seorang pekerja yang menghadapi suasana yang berubah
akan menentukan suatu tingkat upah yang akan menjadi pegangan baginya untuk menerima atau
tidaknya tawaran pengusaha (reservation wage). Pada dasarnya hal ini berarti bahwa setiap kali
terjadi suatu kegoncangan, masing-masing unit ekonomi akan menentukan harga pada tingkat
mana dia bersedia untuk menjual (bila dia seorang penjual), atau bersedia membeli (bila dia
seorang pembeli). Dalam pasar tenaga kerja suatu pemotongan upah pada suatu perusahaan akan
mendorong pekerja untuk melakukan penyesuaian yang dapat berupa; berhenti bekerja, dan
menunggu (menganggur) sampai pengusaha bersedia menerimanya kembali pada harga tingkat
upah yang dikehendakinya (reservation wage), atau dia menerima pemotongan gaji tersebut dan
tetap bekerja.
Dalam analisa yang digambarkan Leijonbufvud seperti di atas, setiap kali terjadi
kegoncangan di dalam pasar, penyesuaian dalam jumlah pada harga yang berjalan lebih cepat
daripada penyesuaian harga itu sendiri. Dan sebagai akibatnya terjadi keadaan di mana harga
seakan-akan menjadi kaku, sukar berubah. Atas dasar analisa tersebut, Leijonbufvud
menunjukkan terjadinya tingkat produksi nasional di luar kesempatan kerja penuh seperti
keadaan yang digambarkan analisa Keynesian tanpa asumsi adanya kekakuan dalam pasar. Posisi
tersebut bukan merupakan suatu keseimbangan
karena adanya perbedaan antara yang dikehendaki (notional) dengan yang terjadi (effective).
Posisi tersebut dalam diagram merupakan titik di luar kurva, atau suatu keadaan di luar
keseimbangan yang memerlukan penyesuaian dinamis untuk tercapainya titik keseimbangan.
Dari uraian di atas nampak bahwa persyaratan yang sangat menentukan untuk terjadinya
keseimbangan pasar adalah bekerjanya perantara (auctioneers) dalam konsep Leon Walras.
Dalam sistem tersebut sebagaimana disebutkan di atas terjadi pertukaran setelah ada
keseimbangan harga sehingga masing-masing unit tinggal memutuskan mengenai jumlah saja.
Terjadinya keseimbangan dianggap secara seketika (instant), tanpa memerlukan waktu dan tanpa
memerlukan biaya. Atau perantara memberikan informasi pasar kepada masing-masing unit yang
melakukan transaksi dengan cuma-cuma. Memang, tanpa adanya keragu-raguan masing-masing
pihak, tanpa adanya ongkos mencari informasi pasar, tanpa adanya ketidakpastian, semua dapat
terjadi dengan seketika tanpa ada biaya yang harus dikeluarkan kecuali harga barang.
MR. KEYNES AND THE "CLASSICS"; A SUGGESTED INTERPRETATION
Dalam keadaan ini, sepertinya layak untuk mencoba membangun teori “klasik” yang khas,
dibangun di atas model yang lebih awal dan lebih kasar. Karena tujuan mereka adalah
perbandingan, maka akan mencoba menguraikan teori klasik khas dalam bentuk yang serupa
dengan yang digunakan Mr. Keynes untuk menjelaskan teorinya sendiri; dan akan mengabaikan
semua komplikasi sekunder yang tidak berkaitan erat dengan pertanyaan khusus ini.
Ketika sebuah teori seperti teori "klasik" yang baru saja kita uraikan diterapkan pada
analisis fluktuasi industri, ia mengalami kesulitan dalam beberapa cara. Terdapat 3 alternatif (1)
Variasi dalam UM adalah yang paling sederhana dan paling jelas, dan telah banyak diandalkan,
(2) Sejauh mereka mengandalkan perubahan dalam modal, kita juga dapat melakukannya dengan
cukup baik sampai titik tertentu, dan (3) Pertimbangan terakhir ini didukung kuat yang sifatnya
lebih murni teoretis.
Karena sekarang tingkat bunga, bukan pendapatan, yang ditentukan oleh jumlah uang.
Tingkat bunga yang ditetapkan terhadap jadwal efisiensi modal marjinal menentukan nilai
investasi yang menentukan pendapatan. Sistem persamaan inilah yang menghasilkan
kesimpulan, bahwa peningkatan dorongan untuk berinvestasi, atau kecenderungan untuk
mengkonsumsi, tidak akan cenderung menaikkan tingkat bunga, tetapi hanya untuk
meningkatkan lapangan kerja. Namun demikian, terlepas dari kenyataan bahwa sebagian besar
argumen berjalan dalam hal sistem ini dan itu bukan Teori Umum.
Kenaikan efisiensi modal marjinal harus menaikkan kurva IS; dan, karena itu, meskipun
akan meningkatkan Penghasilan dan pekerjaan, itu juga akan meningkatkan tingkat bunga.
Peningkatan untuk berinvestasi akan meningkatkan tingkat bunga, seperti dalam teori klasik,
tetapi juga akan memiliki beberapa efek tambahan dalam meningkatkan pendapatan, dan
karenanya lapangan kerja juga. Peningkatan efisiensi modal marjinal hanya meningkatkan
lapangan kerja dan tidak menaikkan tingkat bunga sama sekali.
Untuk menjelaskan hubungan antara Mr. Keynes dan "Klasik" mereka telah menemukan
sedikit cara. The General General Theory kemudian dapat dikemukakan dengan cara, Asumsikan
pertama-tama Penghasilan total uang yang diberikan, Gambarlah kurva CC yang menunjukkan
efisiensi modal marjinal (dalam bentuk uang) pada Penghasilan yang diberikan tersebut; kurva
SS yang menunjukkan kurva penawaran penghematan pada Pendapatan yang diberikan.
Persimpangan mereka akan menentukan tingkat bunga yang membuat tabungan sama dengan
investasi pada tingkat pendapatan itu yang disebut tingkat investasi. Setiap perubahan dalam
dorongan untuk berinvestasi atau kecenderungan untuk mengkonsumsi akan menggeser kurva IS
; setiap perubahan dalam preferensi likuiditas atau kebijakan moneter akan menggeser kurva ¿.
Jika, sebagai akibat dari perubahan seperti itu, tingkat investasi dinaikkan di atas kurs uang,
Pendapatan akan cenderung naik; dalam kasus sebaliknya, Penghasilan akan cenderung turun;
sejauh mana Penghasilan naik atau turun tergantung pada elastisitas kurva.
Secara khusus, konsep "Penghasilan" bekerja sangat keras; sebagian besar kurva kita
tidak benar-benar ditentukan kecuali ada sesuatu yang dikatakan tentang distribusi Penghasilan
serta besarnya. Memang, apa yang mereka nyatakan adalah sesuatu seperti hubungan antara
sistem harga dan sistem suku bunga; dan tidak bisa mengubahnya menjadi kurva. Selanjutnya,
segala macam pertanyaan tentang depresiasi telah diabaikan; dan segala macam pertanyaan
tentang waktu proses yang dipertimbangkan.
Pengirim:
Ririn Mardhani Syakur
085395861897
Makassar
Penerima:
Hakim Al Fattah Roy
Plasa Telkom Kendari, Jl. Ahmad Yani No. 8
Mataiwoi, Wua-wua, Kota Kendari,
Sulawesi Tenggara (93117)
No. Hp.: 082311322792