Diajukan untuk memenuhi syarat tugas akhir kuliah Pengabdian Masyarakat Dari
Rumah
Disusun oleh:
Febri Ma’arifatul Khasanah
1804102016
S1-Perbankan Syariah
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
ii
ABSTRAK
1
PENDAHULUAN
Desa Batangharjo merupakan Desa yang berada di Kecamatan Batanghari,
Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Masyarakat Desa Batangharjo
mayoritas bekerja sebagai petani. Hal ini membuat masyarakat Desa Batangharjo
paham akan cara bercocok tanam dan merawat tanaman. Tetapi untuk
memanfaatkan perkarangan rumah yang menjadi lahan kosong untuk dijadikan
tempat bercocok tanam masih kurang.
Pemanfaat perkarangan rumah agar tidak terbengkalai atau kosong dapat
dimanfaatkan sebagai lahan untuk menanam tanaman yang dapat bermanfaat bagi
keluarga. Pekarangan dapat dimanfaatkan untuk menanam tanaman guna
memenuhi kebutuhan pangan dan ekonomi keluarga. Lahan yang luas dapat
dijadikan tempat untuk menanaman tanaman pangan seperti singkong, ubi,
tanaman obat keluarga (TOGA) seperti kunyit, jahe, temulawak, sereh, tanaman
sayur seperti kangkung, bayam, cabai.
Tanaman obat keluarga (TOGA) bermanfaat untuk meningkatkan
kesehatan dan pengobatan berbagai penyakit (Nurjanah et al., 2019). Tanaman
obat keluarga dapat diperoleh, diramu dan ditanam sendiri tanpa tenaga medis.
Oleh karena itu, pemanfaatan tanaman obat perlu digalakkan guna meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan. Selain itu, tanaman
obat keluarga juga bermanfaat untuk memperbaiki gizi keluarga dan dapat
menjadi sumber pendapatan masyarakat (Karo Karo, 2009).1
Pemanfaatan pekarangan rumah yang paling cocok dilakukan adalah
dengan ditanami tanaman sayuran. Menurut Sismihardjo (2008), lahan
pekarangan dapat dimanfaatkan untuk budidaya berbagai jenis tanaman, termasuk
budidaya tanaman buah dan sayuran serta sebagai salah satu bentuk praktek
agroforestri. Pola tanam pekarangan yang ditinjau dari tata letak pekarangan dapat
diatur sehingga tidak mengganggu pancaran sinar matahari yang akan masuk ke
halaman rumah dan juga mempertimbangkan aspek keamanan dan estetika.2
1
Ananda Diah Oktaviani, “Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk Memenuhi Kebutuhan Keluarga
di Desa Cintalaksana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang” 2 (4) 2020: 535‒539 (June
2020): 536.
2
Nurjanah SR, Nurazizah NN, Septiana F, Shalikhah ND. 2019. Peningkatan kesehatan masyarakat
melalui pemberdayaan wanita dalam pemanfaatan pekarangan dengan tanaman obat keluarga
(TOGA) di Dusun Semawung. Journal Community Empowerment. 4(1): 20-25.
2
Dalam hal ini, lahan pekarangan rumah yang tidak dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Batangharjo sekarang dapat dimanfaatkan untuk menanam
sayuran dan tanaman obat keluarga (Toga). Upaya pengobatan dengan obat-obat
tradisonal merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dan sekaligus
merupakan teknologi tepat guna yang potensial untuk menunjang pembangunan
kesehatan (Tukiman, 2004). Karena lahan pekarangan rumah yang kosong cukup
luas untuk digunakan sebagai tempat bercocok tanam.
Tujuan diadakannya kegiatan ini untuk membuat masyarakat Desa sadar
akan manfaat pekarangan rumah yang kosong untuk dijadikan lahan menanam
tanaman. Supaya masyarakat juga bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki
tanaman sendiri dan tidak perlu beli jika sedang membutuhkan. Hasil dari
tanaman yang ditanam juga dapat dijual kembali dan dapat membantu
perekonomian keluarga.
KAJIAN LITERATUR
Lahan Pekarangan
Pengertian
Ada beberapa definisi pekarangan yang dikemukakan di dalam literature.
Menurut Simatupang dan Suryana (1989) cukup sulit mendefinisikan pekarangan
secara jelas dan tidak ambigu. Kesulitan ini timbul karena secara factual usaha di
pekarangan bersifat kontinu dan merupakan bagian perluasan dari penggunaan
lahan pertanian. Di samping itu, pekarangan tidak hanya berfungsi sebagai rumah
dan pekarangan tetapi sebagai tempat untuk berkebun dan kegiatan usaha tani
lainnya.3
Sajogyo (1994) mendefinisikan pekarangan sebagai sebidang tanah di
sekitar rumah yang masih diusahakan secara sambilan. Menurut Tera (1948)
pekarangan yang berasal dari kata (karang) yang berarti tanaman tahunan
(perennial crops). Oleh sebab itu, pekarangan harus dicirikan oleh adanya rumah
tinggal yang tetap, sehingga tidak berlaku untuk pemukiman yang berpindah
pinah atau untuk usaha pertanian yang tidak menetap.
3
Ashari, Saptana, and Tri Bastuti Purwanti, “POTENSI DAN PROSPERK PEMANFAATAN LAHAN
PEKARANGAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN,” Mei 2021, 15.
3
Jadi pekarangan adalah sebidang tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai
tempat untuk menanam tanaman sesuai kebutuhan keluarga. Selain itu
pemanfaatannya harus direncanakan secara optimal agar hasilnya sesuai dengan
apa yang diharapkan.
Peran dan Manfaat Pekarangan
Pekarangan memiliki sejumlah peran dalam kehidupan sosial ekonimi
rumah tangga petani. Menurut Sajogya (1994), pekarangan sering disebut
lumbung hidup, warung hidup, atau apotik hidup. Disebut lumbung hidup karena
sewaktu-waktu kebutuhan pangan pokok seperti beras, jagung, umbi-umbian dan
sebagainya tersedia di pekarangan. Bahan-bahan tersebut disimpan dalam
pekarangan dalam keadaan hidup. Disebut warung hidup, karena dalan
pekarangan terdapat sayuran yang berguna untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
keluarga. Sementara itu, disebut apotik hidup karena dalam pekarangan ditanami
berbagai tanaman obat-obatan yang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit
secara tradisonal.4
Peranan dan pemanfaatan pekarangan bervariasi dari satu daerah dengan
daerah lainnya, tergantung tingkat kebutuhan, sosial budaya, pendidikan
masyarakat maupun factor fisik dan ekologi setempat (Rahayu dan
Prawiroatmodjo, 2005). Menurut Tera (1967) dalam Sajogja (1994) , fungsi
pekarangan adalah untuk menghasilkan:
1) Bahan makanan sebagai hasil sawah dan tegalnya,
2) Sayuran dan buah-buahan,
3) Rempah, bumbu-bumbu, dan wangi-wangian,
4) Bahan kerajinan tangan,
5) Kayu bakar,
6) Uang tunai,
7) Serta, hasil ternak dan ikan.
Fungsi-Fungsi Pekarangan
4
Ibid,16
4
Fungsi adalah sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama
berdasarkan sifat atau pelaksanaannya. Lahan pekarangan merupakan sumber
daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai
kegiatan produksi.5 Lahan pekarangan memiliki berbagai fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Lumbung Hidup
Untuk menghadapi musim paceklik, pekarangan biasanya dapat
membantu penghuninya menyediakan sumber pangan yang hidup
(lumbung hidup) seperti: tanaman palawija, tanaman pangan dan
hortikultura, hasil binatang peliharaan, dan ikan.
2. Fungsi Warung Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman dan binatang
peliharaan yang setiap saat siap dijual untuk kebutuhan keluarga
pemiliknya.
3. Fungsi Apotik Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman obat-obatan
misalnya: sembung, jeruk nipis, kunir dan sebagainya. Tanaman
tersebut dapat digunakan untuk obat-obatan tradisional yang tidak
kalah khasiatnya dengan obat-obatan yang diproduksi secara kimiawi.
4. Fungsi Ekonomi
Nilai suatu lahan pekarangan didasarkan pada kesuburan,kedekatan
dengan sarana perhubungan, nilai lahan pekarangan dapat ditentukan
oleh seberapa baik pengelolaan dan pengolahan
5
Syarif Imam Hidayat, “Analisis Konversi Lahan Sawah di Provinsi Jawa Timur,”JURNAL SOSIAL
DAN AGRIKULTURAL Vol. 2 No. 3/2008, 48.
5
dapat disalurkan kepada masyarakat , khususnya obat yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan.6
Untuk memenuhi keperluan alam bagi kehidupan, termasuk keperluan
untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan secara tradisional (obat). Kenyataan
menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alami khususnya
tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya
kesehatan masyarakat.
Selain itu, bertanam sayur di pekarangan memiliki banyak kelebihan.
Selain bisa memenuhi kebutuhan keluarga, pekarangan pun tampak asri jika ditata
dengan baik. Misalnya, pot tanaman terung atau daun yang disusun sedemikian
rupa sehingga tampak indah dipandang mata. Kelebihan lain dengan bertanam
sayur di pekarangan rumah adalah sayuran yang dipetik lebih segar dan lebih
sehat. Bahkan, sayuran tersebut bisa dibuat organik (Paeru dan Trias, 2015).
6
1) Meminta izin kepada pemilik pekarangan rumah untuk dijadikan tempat
menanam Toga dan sayuran.
2) Setelah mendapat izin, dilanjutkan dengan membersihkan lahan dan
menyiapkan lahan sebagai media tanam.
3) Selanjutnya, toga yang telah disiapkan dapat ditanam di lahan yang telah
disiapkan. Benih yang sebelumnya sudah disemai dan telah siap tanam
bisa langsung ditanam dan bisa ditanam di dalam polybag jika lahan yang
digunakan sudah terpakai semua.
7
8
9
10
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah menanam kembali hasil dari
menyemai biji rempai. Karena ketika biji rempai yang disemai sudah tumbuh
sekitar 10-15cm harus segera dpindahkan agar dapat tumbuh dengan baik.
Selanjutnya membersihkan lahan yang sebelumnya sudah ditanami jahe untuk
ditanami bibit rempai juga. Selanjutnya perawatan rempai dengan menyiraminya
sehari 2 kali yaitu pagi dan sore. Penyiraman dilakukan secara bergantian dengan
pemilik lahan.
11
pupuk kandang. Selain tanaman rempai juga ada tanaman kembang kol di lahan
satunya. Perawatan kembang kol juga tidak terlalu susah karena pemberian pupuk
kandang dan penyiraman yang teratur sudah cukup untuk membantu
perkembangan kembang kol itu sendiri.
Ada dua tempat penanaman kembang kol, dilahan yang lebih kecil
kembang kol sudah tumbuh dan mulai berkembang dengan normal. Sedangkan di
lahan yang jauh lebih luas kembang kol baru berusia 2-3 minggu jadi masih
proses pertumbuhan. Pemilihan kembang kol sendiri karena 1 pohon kembang kol
jika sudah dipanen pohonnya dapat tumbuh bakal pohon kol yang baru dan dapat
ditanam kembali. Hal ini dapat menghemat pembelian benih kembang kol. Hasil
dari kembang kol dan rempai ini dapat digunakan sendiri ataupun dijual dan juga
bisa dibagikan kepada tetangga sekitar rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Saptana, and Tri Bastuti Purwanti. “POTENSI DAN PROSPERK
PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK MENDUKUNG
KETAHANAN PANGAN,” Mei 2021.
Diah Oktaviani, Ananda. “Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk Memenuhi
Kebutuhan Keluarga di Desa Cintalaksana, Kecamatan Tegalwaru,
Kabupaten Karawang” 2 (4) 2020: 535‒539 (June 2020).
12
Suci Anita, Andi, Edward Zubir, and Mukhyar Amani. “BUDIDAYA
TANAMAN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT KELUARGA
(TOGA) DI KELURAHAN ALALAK SELATAN,” n.d.
Tim Agro Media Pustaka. (2006). Memanfaatkan rumah dan
pekarangan( Menanam sayur di pekarangan rumah). Jakarta: Agro Media
Pustaka.
Nurjanah SR, Nurazizah NN, Septiana F, Shalikhah ND. 2019. Peningkatan kesehatan
masyarakat melalui pemberdayaan wanita dalam pemanfaatan pekarangan
dengan tanaman obat keluarga (TOGA) di Dusun Semawung. Journal Community
Empowerment. 4(1): 20-25.
Paeru, R.H., & Trias Qurnia Dewi. (2015). Panduan Praktis Bertanam Sayuran di
Pekarangan. Jakarta: Penebar Swadaya
13