Anda di halaman 1dari 6

ESSAY

PENGARUH KONDISI GEOGRAFIS TERHADAP HASIL PANEN PADI


DI KOTA METRO

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Geografi Sosial

Dosen pengampu :

Dra. Nani Suwarni, M.Si

Disusun oleh :

Muhammad Akbar Hidayat (2013034012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021/2022
PENGARUH KONDISI GEOGRAFIS TERHADAP HASIL PANEN PADI
DI KOTA METRO

Pertanian merupakan salah satu sektor kegiatan yang paling penting yang
ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan pangan serta peningkatan kondisi ekonomi
di suatu negara. Pertanian adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk
memperoleh hasil yang berasal dari tumbuh – tumbuhan dan atau hewan yang
pada mulanya dicapai dengan sengaja kemungkinan yang telah diberikan oleh
alam guna mengembangbiakkan tumbuhan dan atau hewan tersebut (Van Aarsten,
1953). Indonesia yang pada dasarnya merupakan negara agraris, menjadikan
sektor pertanian sebagai basis perekonomian mereka. Jenis produksi pada sektor
pertanian yang paling banyak ditemui dan menjadi fokus utama pemerintah untuk
dipenuhi kebutuhannya adalah padi. Produksi adalah kegiatan yang
mentransformasikan semua konektivitas yang menghasilkan kegiatan atau aktivita
sehingga output atau inputnua adalah barang atau jasa, serta kegiatan yang dapat
mendukung keberlangsungan manusia (Sofjan Assaurai (2008).
Padi yang menjadi komoditas utama pangan di Indonesia, dimana hampir
80% warga negaranya mengkonsumsi hasil produksi padi yaitu berupa nasi untuk
makanan sehari – hari. Dengan kondisi tersebut tentulah perlu untuk dilakukan
sebuah pengawasan dan pengelolaan yang baik terhadap hasil panen padi agar
kebutuhan konsumsi dasar masyarakatnya terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan
dasar tersebut, maka diperlukan suatu lahan persawahan yang cukup luas dan
banyak untuk produksinya. Selain lahan persawahan yang cukup luas dan banyak,
adapun hal yang menjadi faktor yang berpengaruh terhadap hasil produksi padi
adalah kondisi geografis.
Indonesia sebagai negara agraris tentu memiliki lahan persawahan yang
cukup luas, yang berada tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, salah satu
contohnya adalah Provinsi Lampung. Menurut Kementrian Pertanian Republik
Indonesia, Provinsi Lampung merupakan salah satu dari 10 provinsi yang menjadi
penghasil/produsen padi terbanyak, dimana Provinsi Lampung menjadi produsen
beras tertinggi ke 6 di Indonesia setelah Sumatera Selatan pada tahun 2019. Salah
satu kota yang ada di Provinsi Lampung, yaitu Kota Metropun menjadi salah satu
penyumbang hasil panennya.
Kota Metro adalah salah satu dari 2 kota yang ada di Provinsi Lampung
(Bandar Lampung), dimana Kota Metro berjarak 45 km dari Kota Bandar
Lampung/Ibukota Provinsi Lampung. Kota ini terdiri dari 5 wilayah kecamatan
dan 22 kelurahan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Lampung Timur
dibagian sebelah utara, timur dan selatan serta berbatasan langung dengan
Kabupaten Lampung Tengah di sebelah barat. Kota Metro memiliki total luas
wilayah sebesar 6.874 hektar dengan jumlah total penduduk sebesar 150.590 jiwa,
dimana sebagian penduduknya masih bermatapencaharian sebagai seorang petani
pada sektor persawahan . Pola penggunaan lahan di Kota Metro di kelompokkan
ke dalam 2 jenis yang terdiri dari lahan terbangun dan tidak terbangun. Untuk
lahan terbangun terdiri dari kawasan permukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial,
serta fasilitas perdagangan dan jasa, sedangkan untuk lahan tidak terbangunnya
terdiri dari lahan persawahan, perladangan, dan penggunaan lainnya dimana untuk
kawasan tidak terbangunnya didominasi oleh lahan persawahan dengan sistem
irigasi teknis dengan luas lahan sebesar 2.968,15 hektar atau 43,38% dari total
luas wilayah Kota Metro.
Selain itu adapun kondisi Kota Metro secara astronomis terletak pada 105,170
– 105,190 bujur timur sampai 5,60 – 5,80 lintang selatan, dimana dengan posisi
tersebut bisa disimpukan bahwasannya Kota Metro memiliki jenis iklim berupa
iklim hujan humid tropis. Kemudian Kota Metro memiliki bentuk morfologi yang
cukup datar dengan ketinggian antara 30 – 60 m diatas permukaan air laut, dengan
suhu udara berkisar 260 – 280 C. Selanjutnya Kota Metro memiliki kelembapan
udara rata – rata sebesar 80 – 88% dengan curah hujan per – tahun mencapai
antara 2,264 mm – 2,868 mm dan bulan hujannya terjadi berkisar antara pada
bulan September sampai bulan mei.
Kembali lagi kepada penjelasan yang ada di atas, bahwasannya hasil
produksi/produktivitas hasil panen padi tidak terlepas dari adanya faktor
geografis. Untuk itu berikut akan dijelaskan pengaruh dari kondisi geografis
terhadap produktivitas hasil panen padi di Kota Metro :
1. Kota Metro memiliki jumlah luas lahan persawahan sebesar 2.968,15 hektar
atau 43,38% dari total luas wilayah Kota Metro. Luas lahan persawahan yang
mencapai hampir setengah wilayah Kota Metro tersebut, memberikan
kesempatan yang luas dan besar untuk menghasilkan padi yang banyak
karena luas lahan akan berpengaruh terhadap luas panen, produksi, dan
produktivitas padi. Untuk membuktikan hal tersebut berikut akan disajikan
data terkait dengan luas panen, produksi dan produktivitas padi di Kota Metro
dari tahun 2015 – 2019:
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ku)
2015 5.676 34.410 60,62
2016 6.289 33.216 52,82
2017 4.788 25.899 54,09
2018 5.076 25.465 50,16
2019 2.999 13.073 43,60
Jumlah 24.828 132.062 261,29

Dari data atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwasannya dari tahun 2015
– 2019 luas panen, produksi serta produktivitas padi mengalami penurunan
yang cukup drastis. Hal tersebut terjadi karena ada beberapa lahan
persawahan yang telah di alih fungsikan menjadi kawasan permukiman
ataupun usaha, dimana disampaikan oleh Kepala Dinaa Ketahanan Pangan
Pertanian dan Perikana (DKP3) Kota Metro Herry Wiratno bahwasannya total
sudah ada kurang lebih 6 hektar lahan persawahan yang telah beralih fungsi
menjadi kawasan pertanian ataupun usaha. Selaras dengan pernyataan
tersebut maka memang luas lahan persawahan sangat berpengaruh terhadap
luas panen padi, dimana apabila luas lahan persawahan berkurang/dialih
fungsikan maka luas panen padi akan berkurang, kemudian luas panen padi
yang berkurang maka produksi dari padi akan berkurang, begitu juga dengan
produktivitasnya.
2. Kota Metro sesuai untuk dijadikan sebagai daerah pertanian padi karena
memiliki jenis morfologi daerah yang datar dengan ketinggian 30 – 60 mdpl,
dimana hal tersebut selaras dengan klasifikasi pembagian iklim menurut
Junghuhn. Iklim menurut Junghuhn mengklasifikasikan iklim berdasarkan
ketinggian tempat dan mengaitkan iklim dengan jenis tanaman yang tumbuh
dan berproduksi optimal sesuai dengan suhu habitatnya. Adapun klasifikasi
iklim menurut Junghun adalah sebagai berikut :
1) Daerah panas (0 – 600 mdpl), cocok untuk tanaman seperti padi dan tebu.
2) Daerah sedang (600 – 1500 mdpl), cocok untuk tanaman seperti
tembakau, kopi, coklat.
3) Daerah sejuk (1500 – 2500 mdpl), cocok untuk tanaman seperti kopi, teh
kina, sayuran.
4) Daerah dingin (>2500 mdpl), tidak ada tanaman budidaya.
3. Kota Metro rata – rata curah hujan tahunannya mencapai antara 2,264 mm –
2,868 mm dan bulan hujannya terjadi berkisar antara pada bulan September
sampai bulan mei. Dengan total rata – rata curah hujan tersebut yang dapat
dikategorikan sebagai daerah yang bagus untuk pertanian, dimana dengan
kondisi tersebut Kota Metro bisa memiliki total 2 - 3 musim tanam (MT) padi
dalam setahun. Musim tanam adalah istilah dalam budi daya tanaman di mana
iklim pada periode tertentu dalam satu tahun sangat ideal untuk menanam
tumbuhan asli maupun hasil domestikasi. Semakin banyak musim tanam padi
dalam satu tahun, maka produktivitas padi di suatu wilayah juga pasti akan
banyak. Begitu juga sebaliknya, apabila semakin sedikit musim tanam dalam
satu tahun, maka produktivitas padi di suatu wilayah juga pasti akan kurang
maksimal.
Dari penjelasan 3 poin diatas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwasannya kondisi geografis suatu wilayah sangatlah berperan penting terhadap
jumlah hasil panen padi di Kota Metro. Maka dari itu untuk menghasilkan suatu
hasil panen padi yang maksimal, maka pemerintah perlu untuk memperhatikan
kondisi geografis wilayah yang akan dijadikan lahan persawahan.. Apabila hasil
panen padi yang diperoleh maksimal, maka kebutuhan dasar konsumsi masyarakat
yang ada di Indonesia pasti akan terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas TPH Provinsi Lampung. 2020. Kinerja Tanaman Pangan. Dinas THP
Provinsi Lampung : Lampung.
Dumasari. 2020. Pembangunan Pertanian : Mendahulukan Yang Tertinggal.
Pustaka Pelajar : Daerah Istimewa Yogyakarta.
Eka Putri Nindia. 2008. Pengaruh Panen Terhadap Produksi Tanaman Pangan
dan Perkebunan di Kalimantan Timur. Universitas Mulawarman :
Kalimantan Timur. Vol/No : 5/2. Hal 36 – 43.
Winarno, dkk. 2019. Klimatologi pertanian. Pusaka Media : Bandar Lampung.
https://dinastph.lampungprov.go.id/detail-post/1-750-ha-lahan-sawah-di-metro-
tanam-padi-gadu, diakses pada 31 Mei 2022 pada pukul 00.15 WIB.
https://lampung.bps.go.id/indicator/53/568/1/padi-luas-panen-produksi-dan-
produktivitas-.html, diakses pada 30 Mei 2022 pada pukul 21.42 WIB.
https://metrokota.go.id/selayang-pandang/, diakses pada 30 Mei 2022 pukul 19.17
WIB.
https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=4425, diakses
pada 30 Mei 2022 pukul 19.33 WIB.

Anda mungkin juga menyukai