BAB 3
ANALISA SOSIAL EKONOMI
KELEMBAGAAN DAN SDM
BAB. 3 ANALISA SOSIAL EKONOMI KELEMBAGAAN DAN SDM
Komponen lingkungan sosial, ekonomi yang dikaji secara mendalam meliputi komponen-
komponen lingkungan sosekbud yang berdasarkan hasil pelingkupan diperkirakan akan
terkena dampak penting. Adapun komponen-komponen tersebut yaitu aspek sosial
ekonomi dengan parameter sarana dan prasarana jalan dan lain-lain, mata pencaharian
petani (tempat/kepemilikan lahan), peluang bekerja dan peluang berusaha. Untuk mem-
beri gambaran mengenai kondisi awal komponen sosial ekonomi pada Pekerjaan SID
Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kewenangan Pusat (IPDMIP) Kabupaten Sukabumi, maka
parameter-parameter yang diteliti dari aspek sosial, ekonomi meliputi :
a) Struktur Kependudukan meliputi jumlah penduduk baik menurut jenis kelamin, umur,
pendidikan, agama maupun pekerjaan, tingkat kepadatan penduduk, penyebaran
penduduk, angkatan kerja produktif, tingkat pengangguran, tingkat kelahiran
kematian dan pola perkembangan penduduk.
b) Sosial Ekonomi meliputi kesempatan berusaha, pola kepemilikan/penguasaan
sumberdaya alam, pola pemanfaatan sumberdaya alam, prasarana dan sarana
perekonomian, tingkat pendapatan, dan mata pencaharian.
c) Persepsi masyarakat / penduduk terhadap rencana proyek
d) Pola penggunaan lahan/tata ruang di wilayah studi, yang menguraikan lokasi
pemukiman, pertanian, bangunan utilitas, prasarana dan sarana sosial dan lingkungan
serta prasarana dan sarana perhubungan terutama jalan.
3-1
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
Salah satu indikator makro perekonomian pada suatu wilayah adalah besarnya kontribusi
masing-masing sektor pembangunan terhadap nilai Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) di suatu wilayah. PDRB merupakan salah satu cerminan kemajuan ekonomi
suatu daerah yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang
dihasilkan dalam waktu 1 (satu) tahun di wilayah tersebut. Berdasarkan data PDRB
menurut harga berlaku tahun 2017, terdapat beberapa sektor kegiatan, seperti; sektor
pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan,
listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, transportasi dan
komunikasi, bank lembaga keuangan, serta sektor jasa-jasa. Dari kesembilan sektor
tersebut, sektor yang paling dominan pada PDRB Kabupaten Sukabumi menurut lapangan
usaha yaitu pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan memberikan kontribusi
tertinggi, Nilai PDRB sektor pertanian,kehutanan dan perikanan di Kabupaten Sukabumi
yang mencapai 22,22 % dari total pertumbuhan regional berarti bahwa sektor pertanian
masih merupakan sumber penghasilan ekonomi masyarakat.
Angka lainnya yang dapat diturunkan ialah Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Indikator ini biasa digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran atau kesejahteraan
penduduk di suatu daerah. IPM Kabupaten Sukabumi pada tahun 2017 mencapai 65,49,
menduduki ranking ke 24 di Provinsi Jawa Barat cukup jauh dari IPM Jawa Barat yang
mencapai 70,69. IPM ini ditentukan oleh 3 komponen utama yaitu: indeks pendidikan,
indeks kesehatan dan indeks daya beli. Potensi ekonomi daerah yang cukup besar nilainya
adalah kekayaan budaya dan wisata yang hingga saat ini belum banyak dilakukan
pembenahan maksimal. Kawasan-kawasan wisata yang terdapat di Kabupaten Sukabumi
perlu dibenahi dan dipromosikan sehingga dapat menarik minat wisatawan domestik
maupun asing untuk berkunjung.
Gambaran mengenai kondisi ekonomi pada daerah kajian dapat diuraikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Penduduk usia kerja
didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun keatas, mereka terdiri dari
”Angkatan Kerja” dan ”Bukan Angkatan Kerja” yang dikenal sebagai ”Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja” (TPAK). Keterlibatan penduduk dalam kegiatan
3-2
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
ekonomi diukur dengan porsi penduduk yang masuk kedalam pasar kerja (bekerja atau
mencari pekerjaan). Masalah ketenagakerjaan merupakan hal umum yang ditemui di
negara-negara berkembang. Ketimpangan (gap) antara lapangan pekerjaan yang
tersedia (demand) dengan penawaran (supply) tenaga kerja dari tahun ke tahun selalu
menjadi kendala dalam pembangunan baik dalam skala regional maupun nasional.
Berikut kondisi ketenagakerjaan yang ada di Kabupaten Sukabumi yang dapat dilihat
pada Tabel 3.1. di bawah ini.
Tabel 3. 1 Jumlah Penduduk Menurut kelompok Umur Produktif dan Tidak Produktif di
Kabupaten Sukabumi
b. Ketpemilikan Lahan
Jenis penggunaan lahan yang berada di wilayah studi, yaitu lahan pekarangan, lahan
tegalan, sawah, kebun, dan lain-lain.
3-3
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
kepemilikan lahan masyarakat pada daerah kajian adalah sebagimana tersaji pada
Tabel 3.2. berikut ini.
Tabel 3. 2 Kepemilikan Lahan
c. Penghasilan Penduduk
Penghasilan / pendapatan keluarga yang berada di wilayah studi, 41 % merupakan
hasil bertani di lahan sawah ataupun kebun, 58 % dari non pertanian dan 1% dari
peternakan. Berdasarkan hasil tabulasi kuisioner bagi 60 responden terpilih, bahwa
penghasilan penduduk di daerah studi rata-rata per tahun Rp. 39.387.660, yang jika
dikonversi per bulan didapatkan penghasilan sebesar Rp. 3.282.300,-. Sedangkan
pengeluaran keluarga terdiri dari kebutuhan pangan dan sandang sebesar Rp.
1.900.000,-, pendidikan Rp. 500.000,-, kebutuhan rumah tangga seperti perumahan
(listrik dan air) dan lain-lain Rp. 400.000 untuk keperluan tak terduga Rp. 350.000,-,
sehingga masih terdapat sisa/tabungan sebesar Rp. 182.300,- setiap bulan.
d. Perumahan Penduduk
Kondisi perumahan penduduk di daerah studi didominasi sebagian besar oleh rumah
permanen, yang berlantai keramik dan sebagian lagi oleh rumah semi permanen yang
berlantai plesteran atau kayu .
3-4
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
3-5
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
Tanaman Pangan
Sub sektor tanaman bahan makanan merupakan salah satu sub sektor pertanian
meliputi tanaman padi cabai, jagung dan lain-lain.
Tanaman Perkebunan
Usaha budidaya tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan dilokasi studi dan
sekitarnya adalah kebun campuran seperti kelapa, albasia dan tanaman buah lainnya.
3-6
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
Peternakan
Salah satu tujuan dari sub sektor peternakan ini adalah meningkatkan populasi dan
produksi ternak dalam usaha memperbaiki kualitas dan kuantitas ternak dan
meningkatkan gizi masyarakat.
3-7
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
berawal dari kelompok keluarga yang berada pada posisi berjuang mencari dan
mempertahankan sumber mata pencaharian yang biasanya diciptakan atau dicari yang
masih menjadi milik umum. Di wilayah studi terdapat berbagai etnis yang berdomisili di
perkampungan-perkampungan, mereka membuat persatuan keluarga dari suku bangsa
tersebut. Dalam hal ini kadang-kadang terjadi perselisihan paham yang bersifat pribadi
yag dibesar-besarkan menjadi kelompok, namun hal tersebut dapat diatasi dengan baik
berkat adanya kerjasama antara masyarakat, unsur pimpinan dan aparatnya.
c. Adat Istiadat
Upaya pembangunan Kabupaten Sukabumi tidak semata-mata berorientasi kepada
peningkatan kesejahteraan, namun juga diarahkan kepada upaya untuk meningkatkan
nilai-nilai religiusitas di dalam kehidupan individu masyarakat. Nilai-nilai religiusitas
ini diharapkan mampu ditransformasikan oleh setiap individu ke dalam ranah
kehidupan sosial kemasyarakatan berupa sikap toleransi, saling tolong-menolong, dan
gotong royong antar berbagai kelompok masyarakat ditengah-tengah keberagaman
etnis dan adat istiadat. Dengan demikian peningkatan spiritualitas dan religiusitas
merupakan modal sosial yang sangat berharga yang perlu senantiasa dipelihara.
a. Identitas Responden
Jumlah responden 60 orang rata-rata usia responden di lokasi pekerjaan, sekitar 55
tahun dengan responden termuda 30 tahun dan tertua 80 tahun. Sedangkan pendidikan
responden 55 % merupakan lulusan Sekolah Dasar, lulusan SMP 11.7 % , lulusan
SLTA 20 % , lulusan Akademi 1,3 % serta lulusan Perguruan Tinggi 11,7 %. Jumlah
anggota keluarga rata-rata 3 jiwa, dari segi mata pencaharian utama 91,6 %
bermatapencaharian sebagai petani, 1,7 % sebagai wiraswasta dan PNS 6,7 %
sedangkan mata pencaharian tambahan 20 % wiraswasta, 8,3 % petani, 13.3 % buruh,
3.3 % pensiunan PNS, 3.3 % perangkat desa dan 51.7% tidak punya mata pencaharian
tambahan.
b. Sosialisasi Pekerjaan
Sosialisasi pekerjaan dilakukan dalam rangka untuk menggali informasi dan
menampung aspirasi secara langsung dari peserta yang berasal dari berbagai elemen
masyarakat / stakeholder yang berada di wilayah kegiatan agar turut berpartisipasi di
3-8
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
dalam proses kegiatan. Maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan sosialisasi adalah
sebagai berikut :
1. Mensosialisasikan suatu rencana pekerjaan yang akan dilakukan, meliputi jenis
kegiatan, lokasi kegiatan, dan lain-lain termasuk manfaat yang bakal diperoleh
dengan adanya pembangunan yang direncanakan.
2. Mendapatkan masukan berupa informasi dan saran dalam rangka mendapatkan
hasil yang optimal.
3. Melakukan tukar pendapat untuk memperoleh kesepahaman atas rencana kegiatan
yang akan dilakukan.
4. Mengupayakan hasil identifikasi menjadi bahan rujukan untuk pekerjaan
selanjutnya.
5. Meningkatkan kesadaran para pengguna air untuk tujuan kegiatan yang
dilaksanakan.
6. Memberikan masukan untuk prioritas kegiatan yang diusulkan sebagai cerminan
kebutuhan masyarakat secara luas.
Berikut foto kegiatan sosialisasi pekerjaan kepada masyarakat dapat dilihat pada
Gambar 4.1. di bawah ini.
c. Aspirasi Msyarakat
Masyarakat berpendapat dan menyatakan setuju bahwaa utuk dilakukan prbaikan atau
rehabilitasi jaringan irigasi DI Cikaranggesan yang selama ini tidak berfungsi secara
optimaal sehingga masyarakat berharap dengan diperbaiki jaringan irigasi D.I.
Cikaranggeusan dapat meningkatkan hasil produksi pertanian khususnya padi sawah.
3-9
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
6. Apkah organisasi P3A atau kelompok tani sudah terbentuk dan responden
mejadi anggotanya.
3-10
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
Perhitungan tenaga kerja menggunakan Hari Kerja Pria (HKP) dan Hari Kerja Wanita
(HKW) dengan dianggap sebagai 1 Hari Kerja Orang (HKO). Berdasarkan hasil
survei, rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan untuk usahatani padi sawah secara
aktual di daerah layanan sebanyak 139 HOK/Ha. Setelah rehabilitasi jaringan irigasi
DI Cikarang Geusan, rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan untuk usahatani padi
sawah sebanyak 135 HOK/Ha. Lihat Gambar 3.8.
3-11
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
Gambar 3.8.
Perbandingan Pemanfaatan Tenaga
Kerja Pada Usahatani Padi Sawah
Aktual
139 Potensial
135
Jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani pada kondisi aktual sebesar Rp
13.700.500/Ha. Bila diestimasi jumlah tenaga kerja yang dimanfaatkan dalam kegiatan
usahatani padi sawah setelah rehabilitasi jaringan irigasi D.I. Cikaranggeusan semakin
sedikit, tetapi jumlah biaya tenaga kerja besar (potensial) mencapai 16.215.000/Ha.
Kondisi ini dikarenakan biaya HOK untuk untuk panen besar. Lihat Gambar 3.9.
Gambar 3.9.
Perbandingan Biaya Tenaga Kerja
Usahatani Padi Sawah
Potensial
16.215.00
Aktual 0
13.700.50
0
b. Penggunaan Saprodi
Berdasarkan survei diperoleh data dan informasi bahwa jenis sarana produksi yang
dimanfaatkan petani padi sawah di daerah layanan meliputi bibit, pupuk dan pestisida.
Benih padi diperoleh dengan cara membeli di pasar dengan harga Rp.15.000/kg. Jenis
pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, SP36 dan NPK. Jenis pestisida yang
digunakan adalah kiltop. Total biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk saprodi
secara aktual sebesar Rp.2.395.000/Ha. Diasumsikan bahwa petani di daerah layanan
setelah rehabilitasi jaringan irigasi DICikarang Geusanmenggunakan sarana produksi
pertanian sesuai anjuran. Penggunaan bibit unggul, pupuk, pestisida, dan herbisida
3-12
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
akan meningkatkan produksi. Rata-rata benih yang digunakan sebanyak 25 kg. Jumlah
biaya saprodi untuk usahatani padi sawah secara intensif setelah rehabilitasi jaringan
irigasi DI Cikarang Geusanse besar Rp.3.785.000 /Ha. Kenyataan ini berarti bahwa
biaya saprodi yang dikeluarkan oleh petani pada usahatani padi akan semakin tinggi
dengan diterapkannya usahatani intensif . Lihat pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10.
Perbandingan Biaya Saprodi Us-
ahatani Padi Sawah
Potensial
3.785.000
Aktual
2.395.000
d. Biaya Usahatani
Hasil analisis, ternyata bahwa total biaya yang dikeluarkan petani berdasarkan hasil
survei sebesar Rp.16.095.500/Ha, sedangkan setelah rehabilitasi jaringan irigasi DI
Cikarang Geusan, total biaya usahatani yang dikeluarkan petani sebesar
Rp.20.800.800/Ha. Jumlah biaya yang dikeluarkan petani untuk usahatani padi sawah
secara aktual lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang dikeluarkan secara
potensial karena pada usahatani potensial, petani telah menerapkan sistem intensifikasi
pertanian, terutama penggunaan sarana produksi pertanian sesuai anjuran atau
petunjuk dari Dinas Pertanian melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).Lihat pada
Gambar 3.11.
3-13
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
Gambar 3.11.
Potensial
Perbandingan Total Biaya Usahatani
12,028,00
Padi Sawah 0
Aktual
16.095.50
0
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pertanian adalah tenaga kerja, modal, luas
lahan, dan keahlian. Hasil Survei memperlihatkan bahwa produktifitas padi sawah
sebelum rehabilitasi jaringan irigasi DI Cikarang Geusan (produksi aktual) mencapai
5.000 kg/Ha (GKP). Diasumsikan bahwa produksi padi sawah setelah adanya
rehabilitasi jaringan irigasi DI Cikarang Geusan (Potensial) mencapai 8.000 kg
GKP/Ha. Kenyataan ini disebabkan sistem pengairan dan penggunaan saprodi lebih
baik. Lihat pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12.
Perbandingan Produksi Padi
Sawah
Potensial
Aktual 8.000
5.000
Pendapatan kotor atau penerimaan petani diperoleh dari volume produksi dikalikan
dengan harga jual. Penerimaan Petani dari usahatani padi sawah adalah penerimaan
dari penjualan beras dan penjualan dedak.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa penerimaan petani sebelum rehabilitasi jaringan
irigasi DI Cikarang Geusan dari jenis usahatani padi sawah sebesar Rp.19.725.000/Ha,
sedangkan penerimaan petani setelah rehabilitasi jaringan irigasi DICikarang
3-14
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
Gambar 3.13.
Perbandingan Keuntungan kotor
Potensial
Aktual 39.450.00
29.951.11 0
5
Keuntungan atau Pendapatan bersih usahatani padi sawah diperoleh Penerimaan Petani
dikurangi Total Biaya Usahatani.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa keuntungan (pendapatan bersih) usahatani padi
sawah sebelum rehabilitasi jaringan irigasi DI Cikarang Geusan dari jenis usahatani
padi sawah sebesar Rp.13.855.615 /Ha. (Gambar 5.7; Tabel 5.1). Setelah rehabilitasi
jaringan irigasi DI Cikarang Geusan, pendapatan petani akan meningkat menjadi
Rp.28.020.984/Ha. Kenyataan ini disebabkan karena meningkatnya produksi. Lihat
pada Gambar 3.14.
Gamabar 3.14.
Keuntungan bersih usahatani
padi sawah
Aktual
13.855.6 Potesial
15 28.020.984
3-15
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
a. Kesimpulan
Kabupaten Sukabumi khususnya di Kecamatan Jampang Kulon, Cibitung dan
Cimanggu yang termasuk dalam wilayah lokasi studi mempunyai fungsi untuk
mendorong pertumbuhan dan perkembangan daerah di sekitarnya. Hal ini mencakup
karakteristik daerah antara lain demografi, sosial ekonomi, sosial budaya, sarana dan
prasarana serta aktivitas penduduk di wilayah tersebut.
3-16
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
3.2. KELEMBAGAAN
3.2.1. Kelembagaan Pengelola Irigasi
Kelembagaan pengelolaan irigasi di Indonesia diatur berdasarkan pada PP No.20 Tahun
2006 tentang Irigasi. Dimana pada PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, bahwa
kelembagaan pengelolaan irigasi adalah meliputi :
1. Instansi pemerintah yang membidangi irigasi
2. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
3. Komisi Irigasi
a. Pemerintah :
Pemerintah Pusat diberi tugas dan wewenang untuk mengembangkan dan mengelola
irigasi di tingkat sekunder dan primer pada irigasi lintas propinsi, lintas negara, irigasi
strategis, dan irigasi yang luasnya lebih dari 3000 ha. Provinsi mengembangkan dan
mengelola irigasi di tingkat sekunder dan primer pada irigasi lintas kabupaten, dan irigasi
yang luasnya lebih dari 1000-3000 ha. Kabupaten/Kota mengembangkan dan mengelola
irigasi di tingkat sekunder dan primer pada irigasi kabupaten/kota, dan irigasi yang
luasnya kurang dari 1000
Petani Pengelola dan Pemakai Air (P3A) diberi tugas dan wewenang mengembangkan dan
mengelola irigasi di tingkat tersier. Bila diperlukan dan memenuhi kebutuhan dibentuk
GP3A untuk bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah ikut mengelola
irigasi di tingkat sekunder (konsep partisipasi/voluntir). Bila diperlukan dan memenuhi
kebutuhan dibentuk IP3A untuk bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
ikut mengelola irigasi di tingkat primer (konsep partisipasi/voluntir).
1. Pemerintah Desa diberi tugas dan wewenang mengembangkan dan mengelola irigasi
pedesaan yang dibangun oleh desa.
2. Perseorangan, lembaga sosial, dan swasta di wilayah irigasinya.
3-17
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
Pembaharuan kebijakan pengelolaan irigasi telah dilaksanakan mulai tahun 1999 sampai
saat ini. Pembaharuan kebijakan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk menangani
permasalahan yang terjadi, seperti :
1. Meningkatnya pergeseran nilai air,
2. Terjadinya kerawanan air secara nasional,
3. Meningkatnya persaingan penggunaan air pertanian dengan non-pertanian,
4. Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian beririgasi kepada non pertanian,
5. Ketidakberdayaan petani,
6. Kerusakan infrastruktur dan jaringan irigasi sangat cepat sesudah konstruksi selesai;
7. Rendah partisipasi masyarakat,
8. Lemah kapasitas Kelembagaan Pengelolaan Irigasi,
9. Regulasi dan kebijakan perlu ditata ulang,
10. Lemahnya koordinasi dan perencanaan,
11. Rendahnya effisiensi pada pengelolaan irigasi;
12. Kurangnya kemampuan institusi yang menangani irigasi untuk memelihara
kelangsungan pengelolaan irigasi.
Dari kondisi tersebut terlihat bahwa salah satunya telah terjadi kelemahan dalam
kelembagaan pengelolaan irigasi. Untuk itu, Pemerintah melaksanakan Pembaharuan
Kebijakan Pengelolaan irigasi yang ditujukan untuk penguatan kelembagaan Pengelolaan
Irigasi (KPI), sepeti :
1. Meningkatkan apresiasi kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif
dalam pengelolaan irigasi;
2. Meningkatkan penguatan kapasitas kelembagaan Dinas Propinsi, Kabupaten/Kota
dalam pengelolaan irigasi secara partisipatif ;
3. Meningkatkan penguatan kapasitas P3A/GP3A/IP3A dalam pengelolaan irigasi
secara partisipatif;
4. Meningkatkan sinkronisasi program keirigasian antara Kelembagaan Pengelola
Irigasi terkait di tingkat Pusat dan Daerah;
5. Meningkatkan penguatan Kelembagaan Pengelola Irigasi dalam pengelolaan irigasi
secara partisipatif;
6. Meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani dan memberdayakan
masyarakat petani;
3-18
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
Jumlah P3A yang ada di D.I. Cikaranggeusan sebanyak 10 kelompok, yang secara
administratif berada di 6 (enam) wilayah desa dari 10 (sepuluh) desa yang areal
persawahannya berada di kawasan DI. Cikaranggeusan. Legalitas yang dimiliki P3A
tersebut, adalah 5 kelompok P3A sudah memiliki Akta Notaris dan 5 kelompok P3A baru
memiliki SK Desa. Pembuatan legalitas tersebut belum didukung dengan peningkatan
kemampuan pengelolaan irigasi, sehingga masih diperlukan program peningkatan
kapasitas kelembagaan P3A baik dalam bidang teknis maupun dalam bidang manajemen
pengelolaan. Selain itu, koordinasi antar P3A di D.I. Cikaranggeusan belum terbentuk
dengan baik, rapat-rapat anggota P3A belum terlaksana secara routin dengan baik,
sehingga informasi dan program yang dicanangkan tidak diperoleh. Kondisi ini
disebabkan belum terbentuknya GP3A dan IP3A sebagai wadah bagi P3A. Menurut
informasi dari beberapa pengurus P3A, bahwa pembentukan GP3A dan IP3A ini
terkendala dalam siapa yang harus mengeluarkan SK Pembentukannya, karena secara
wilayah administratif berada di tiga wilayah kecamatan. Mereka berharap pemerintah
kabupaten Sukabumi dapat memfasilitasi pembentukan GP3A dan IP3A di wilayah ini.
Untuk menanggulangi permasalahan kelembagaan dalam rangka peningkatan kinerja
Daerah Irigasi Cikaranggeusan, maka perlu dilakukan saran-saran bidang kelembagaan
sebagai berikut:
1. Pembentukan GP3A dan IP3A di Daerah Irigasi Cikaranggeusan
2. Pembentukan P3A di desa-desa yang belum terbentuk P3A
3. Pelatihan Teknis Irigasi dan Manajemen Pengelolaan Irigasi bagi pengurus P3A
4. Penguatan kelembagaan P3A sebagai perkumpulan yang mandirir
5. TP-OP (PPA) menjaga kemandirian P3A dalam menjalankan kegiatannya.
3-19
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
3-20
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
3-21
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
JURU
Edi Suryadi
POB
Muslih
3-22
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
Tugas pokok dan fungsi dari petugas pemeliharaan yang berada di lapangan dapat diuraikan hal-
hal sebagai berikut.
a) Pengamat/Ranting/UPTD
Rapat di kantor setiap bulan untuk mengetahui permasalahan pemeliharaan, hadir para
mantri / juru pengairan, petugas pintu air (PPA), petugas operasi bendung (POB) serta
P3A/GP3A/IP3A.
Menghadiri rapat di kecamatan dan dinas/pengelola irigasi dalam kegiatan pemeliharaan.
Membina P3A/GP3A/IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemeliharaan.
Membantu proses pengajuan bantuan biaya pemeliharaan yang diajukan
P3A/GP3A/IP3A.
Membuat laporan kegiatan pemeliharaan ke Dinas
b) Mantri/Juru
Membantu kepala ranting untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan pemeliharaan.
Mengawasi pekerjaan pemeliharaan rutin yang dikerjakan oleh para pekerja saluran (PS)
dan petugas pintu air (PPA).
Mengawasi pekerjaan pemelihraan berkala yang dikerjakan oleh pemborong.
Membuat laporan pemeliharaan mengenai :
Kerusakan saluran dan bangunan air
Realisasi pelaksanaan pemeliharaan rutin maupun berkala
Menaksir biaya pemeliharaan berkala
Bersama masyarakat petani P3A/GP3A/IP3A melakukan penelusuran jaringan utnuk
mengetahui kerusakan jaringan yang perlu segera diatasi.
Menyusun / memilih secara bersama kebutuhan biaya pada kerusakan yang dipilih atau
disepakati.
3-23
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
Dasar acuan penentuan kebutuhan tenaga pelaksana operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
adalah sebagai berikut :
Kepala Ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil : 1 orang + 5 staff per 5.000 – 7.500
Ha
Mantri / Juru pengairan : 1 orang per 750 – 1.500 Ha
Petugas Operasi Bendung (POB) : 1 orang per bendung, dapat ditambah beberapa pekerja
untuk bendung besar
Petugas Pintu Air (PPA) : 1 orang per 3 – 5 bangunan sadap dan bangunan bagi pada saluran
berjarak antara 2 - 3 km atau daerah layanan 150 sd. 500 ha
Pekerja/pekarya Saluran (PS) : 1 orang per 2-3 km panjang saluran
Kelembagaan dan Sumber daya manusia yang ada dilapangan yang berhadapan langsung dalam
pengelolaan irigasi di DI. Cikaranggeusan adalah sebanyak 27 orang, seperti dapat dilihat pada
Tabel 3.5. di bawah ini.
3-24
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
Berdasarkan data Daerah Irigasi diatas, personil yang dibutuhkan untuk mengelola jaringan
irigasi Cikaranggeusan adalah 42 orang, sehingga kekurangan tenaga personil sebanyak 6
Orang, yang terdiri 2 orang juru / mantri pengairan, 1 orang POB dan 3 orang pekerja /
pelayan saluran ditambah dari kelebihan 15 orang.
3-25
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
3.2. KELEMBAGAAN...........................................................................................................3-17
Tabel 3. 1 Jumlah Penduduk Menurut kelompok Umur Produktif dan Tidak Produktif di
Kabupaten Sukabumi....................................................................................................................3-3
3-26
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS
3-27
FINAL LAPORAN AKHIR