Anda di halaman 1dari 27

PT.

SAKA BUANA YASA SELARAS

BAB 3
ANALISA SOSIAL EKONOMI
KELEMBAGAAN DAN SDM
BAB. 3 ANALISA SOSIAL EKONOMI KELEMBAGAAN DAN SDM

3.1. ANALISA SOSIAL EKONOMI

3.1.1. Komponen Ligkungan yang Dikaji

Komponen lingkungan sosial, ekonomi yang dikaji secara mendalam meliputi komponen-
komponen lingkungan sosekbud yang berdasarkan hasil pelingkupan diperkirakan akan
terkena dampak penting. Adapun komponen-komponen tersebut yaitu aspek sosial
ekonomi dengan parameter sarana dan prasarana jalan dan lain-lain, mata pencaharian
petani (tempat/kepemilikan lahan), peluang bekerja dan peluang berusaha. Untuk mem-
beri gambaran mengenai kondisi awal komponen sosial ekonomi pada Pekerjaan SID
Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kewenangan Pusat (IPDMIP) Kabupaten Sukabumi, maka
parameter-parameter yang diteliti dari aspek sosial, ekonomi meliputi :
a) Struktur Kependudukan meliputi jumlah penduduk baik menurut jenis kelamin, umur,
pendidikan, agama maupun pekerjaan, tingkat kepadatan penduduk, penyebaran
penduduk, angkatan kerja produktif, tingkat pengangguran, tingkat kelahiran
kematian dan pola perkembangan penduduk.
b) Sosial Ekonomi meliputi kesempatan berusaha, pola kepemilikan/penguasaan
sumberdaya alam, pola pemanfaatan sumberdaya alam, prasarana dan sarana
perekonomian, tingkat pendapatan, dan mata pencaharian.
c) Persepsi masyarakat / penduduk terhadap rencana proyek
d) Pola penggunaan lahan/tata ruang di wilayah studi, yang menguraikan lokasi
pemukiman, pertanian, bangunan utilitas, prasarana dan sarana sosial dan lingkungan
serta prasarana dan sarana perhubungan terutama jalan.

3-1
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

3.1.2. Kondisi Ekonomi

Salah satu indikator makro perekonomian pada suatu wilayah adalah besarnya kontribusi
masing-masing sektor pembangunan terhadap nilai Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) di suatu wilayah. PDRB merupakan salah satu cerminan kemajuan ekonomi
suatu daerah yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang
dihasilkan dalam waktu 1 (satu) tahun di wilayah tersebut. Berdasarkan data PDRB
menurut harga berlaku tahun 2017, terdapat beberapa sektor kegiatan, seperti; sektor
pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan,
listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, transportasi dan
komunikasi, bank lembaga keuangan, serta sektor jasa-jasa. Dari kesembilan sektor
tersebut, sektor yang paling dominan pada PDRB Kabupaten Sukabumi menurut lapangan
usaha yaitu pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan memberikan kontribusi
tertinggi, Nilai PDRB sektor pertanian,kehutanan dan perikanan di Kabupaten Sukabumi
yang mencapai 22,22 % dari total pertumbuhan regional berarti bahwa sektor pertanian
masih merupakan sumber penghasilan ekonomi masyarakat.

Angka lainnya yang dapat diturunkan ialah Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Indikator ini biasa digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran atau kesejahteraan
penduduk di suatu daerah. IPM Kabupaten Sukabumi  pada tahun 2017 mencapai 65,49,
menduduki ranking ke 24 di Provinsi Jawa Barat cukup jauh dari IPM Jawa Barat yang
mencapai 70,69. IPM ini ditentukan oleh 3 komponen utama yaitu: indeks pendidikan,
indeks kesehatan dan indeks daya beli. Potensi ekonomi daerah yang cukup besar nilainya
adalah kekayaan budaya dan wisata yang hingga saat ini belum banyak dilakukan
pembenahan maksimal. Kawasan-kawasan wisata yang terdapat di Kabupaten Sukabumi
perlu dibenahi dan dipromosikan sehingga dapat menarik minat wisatawan domestik
maupun asing untuk berkunjung.

Gambaran mengenai kondisi ekonomi pada daerah kajian dapat diuraikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Penduduk usia kerja
didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun keatas, mereka terdiri dari
”Angkatan Kerja” dan ”Bukan Angkatan Kerja” yang dikenal sebagai ”Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja” (TPAK). Keterlibatan penduduk dalam kegiatan

3-2
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

ekonomi diukur dengan porsi penduduk yang masuk kedalam pasar kerja (bekerja atau
mencari pekerjaan). Masalah ketenagakerjaan merupakan hal umum yang ditemui di
negara-negara berkembang. Ketimpangan (gap) antara lapangan pekerjaan yang
tersedia (demand) dengan penawaran (supply) tenaga kerja dari tahun ke tahun selalu
menjadi kendala dalam pembangunan baik dalam skala regional maupun nasional.

Berikut kondisi ketenagakerjaan yang ada di Kabupaten Sukabumi yang dapat dilihat
pada Tabel 3.1. di bawah ini.

Tabel 3. 1 Jumlah Penduduk Menurut kelompok Umur Produktif dan Tidak Produktif di
Kabupaten Sukabumi

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-15 315.557 335.332 650.889


15-65 863.826 898.775 1.762.601
66+ 55.337 67.748 123.085
1.234.720 1.301.855 2.536.575
Sumber: Sukabumi Dalam Angka, 2018

b. Ketpemilikan Lahan
Jenis penggunaan lahan yang berada di wilayah studi, yaitu lahan pekarangan, lahan
tegalan, sawah, kebun, dan lain-lain.

Gambar 3. 1 Tata Guna Lahan di Lokasi Studi

Berdasarkan hasil tabulasi kuisioner bagi 60 responden terpilih, kepemilikan lahan di


daerah studi rata-rata 0.570 Ha, yang terdiri dari lahan pekarangan 0,012 Ha, sawah
irigasi 0,453 Ha, sawah tadah hujan 0.019 kebun 0,084 Ha. Secara rinci rata-rata

3-3
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

kepemilikan lahan masyarakat pada daerah kajian adalah sebagimana tersaji pada
Tabel 3.2. berikut ini.
Tabel 3. 2 Kepemilikan Lahan

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persen (%)

1 Pekarangan 0.777 2.27


2 Sawah 27.26 79.67
3 Kebun 5.06 14.79
4 Sawah Tadah Hujan 1.12 3.27
Total 34.217 100.00
Sumber : Hasil Analisa Kuisioner, 2019

c. Penghasilan Penduduk
Penghasilan / pendapatan keluarga yang berada di wilayah studi, 41 % merupakan
hasil bertani di lahan sawah ataupun kebun, 58 % dari non pertanian dan 1% dari
peternakan. Berdasarkan hasil tabulasi kuisioner bagi 60 responden terpilih, bahwa
penghasilan penduduk di daerah studi rata-rata per tahun Rp. 39.387.660, yang jika
dikonversi per bulan didapatkan penghasilan sebesar Rp. 3.282.300,-. Sedangkan
pengeluaran keluarga terdiri dari kebutuhan pangan dan sandang sebesar Rp.
1.900.000,-, pendidikan Rp. 500.000,-, kebutuhan rumah tangga seperti perumahan
(listrik dan air) dan lain-lain Rp. 400.000 untuk keperluan tak terduga Rp. 350.000,-,
sehingga masih terdapat sisa/tabungan sebesar Rp. 182.300,- setiap bulan.

d. Perumahan Penduduk
Kondisi perumahan penduduk di daerah studi didominasi sebagian besar oleh rumah
permanen, yang berlantai keramik dan sebagian lagi oleh rumah semi permanen yang
berlantai plesteran atau kayu .

3-4
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

Gambar 3. 2 Kondisi Perumahan Penduduk


e. Sarana dan Prasarana Perekonomian
Sarana perekonomian yang terdapat di lokasi studi berupa pasar, toko/kios, dan
rumah/warung makan, namun hanya berada di kota kecamatan.

Gambar 3. 3 Aktifitas Ekonomi di Pasar Jampang Kulon

f. Sarana dan Prasarana Perhubungan

Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar


kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan
menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk
dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lainnya. Sistem
transportasi yang terdapat di wilayah studi pada umumnya berupa jalan aspal dengan
lebar + 5 meter, kondisi jalan relatif bagus yang menghubungkan antar desa atau
kecamatan. Di dalam perkampungan didominasi oleh jalan aspal dan sebagian kecil
perkerasan, dan untuk akses keluar masuk lainnya adalah jalan beraspal.

3-5
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

Gambar 3. 4 Kondisi Jalan di Lokasi Studi


g. Aktivitas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan
Aktivitas di bidang pertanian, perkebunan dan peternakan pada daerah kajian
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup petani dan peternak, memperluas lapangan
usaha dan menunjang dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Tanaman Pangan
Sub sektor tanaman bahan makanan merupakan salah satu sub sektor pertanian
meliputi tanaman padi cabai, jagung dan lain-lain.

Gambar 3. 5 Padi Sawah Irigasi di Kecamatan Jampang Kulon

Tanaman Perkebunan
Usaha budidaya tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan dilokasi studi dan
sekitarnya adalah kebun campuran seperti kelapa, albasia dan tanaman buah lainnya.

3-6
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

Gambar 3. 6 Kebun Campuran di Kec. Jampang Kulon

Peternakan
Salah satu tujuan dari sub sektor peternakan ini adalah meningkatkan populasi dan
produksi ternak dalam usaha memperbaiki kualitas dan kuantitas ternak dan
meningkatkan gizi masyarakat.

3.1.3. Sosial Budaya Daerah Kajian

a. Stratifikasi dan Interaksi Sosial


Secara gamblang, stratifikasi sosial akan menunjuk kepada proses pelapisan sosial
yang ada di masyarakat yang tetap akan berproses dan membentuk pelapisan-pelapisan
yang ada di masyarakat. Stratifikasi sosial saat ini lebih cenderung bersifat vertikal,
yang secara sederhana terwujud dalam bentuk kekayaan, pendidikan, yang dimiliki
seperti rumah akan berbeda antara rumah orang yang berpenghasilan tinggi dengan
rumah orang yang berpenghasilan rendah. Stratifikasi sosial karena pendidikan,
umumnya penduduk yang berpendidikan tinggi seperti Akademi dan Universitas
dianggap lebih mampu dibandingkan dengan penduduk yang tidak berpendidikan
tinggi. Oleh karenanya, penduduk yang berpendidikan tinggi akan berpeluang diangkat
menjadi pemimpin formal maupun informal.

b. Akulturasi dan Asimilasi (Proses Sosial)


Proses sosial merupakan aspek yang penting berhubungan dengan mekanisme
kerjasama (proses assosiatif), konflik sosial (proses disasosiatif), akulturasi, asimilasi dan
integrasi, serta kohesi sosial yang menjadikan eksistensi masyarakat setempat seperti
sekarang. Proses kerjasama (cohesiveness) dan kedekatan tumbuh dan berkembang

3-7
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

berawal dari kelompok keluarga yang berada pada posisi berjuang mencari dan
mempertahankan sumber mata pencaharian yang biasanya diciptakan atau dicari yang
masih menjadi milik umum. Di wilayah studi terdapat berbagai etnis yang berdomisili di
perkampungan-perkampungan, mereka membuat persatuan keluarga dari suku bangsa
tersebut. Dalam hal ini kadang-kadang terjadi perselisihan paham yang bersifat pribadi
yag dibesar-besarkan menjadi kelompok, namun hal tersebut dapat diatasi dengan baik
berkat adanya kerjasama antara masyarakat, unsur pimpinan dan aparatnya.

c. Adat Istiadat
Upaya pembangunan Kabupaten Sukabumi tidak semata-mata berorientasi kepada
peningkatan kesejahteraan, namun juga diarahkan kepada upaya untuk meningkatkan
nilai-nilai religiusitas di dalam kehidupan individu masyarakat. Nilai-nilai religiusitas
ini diharapkan mampu ditransformasikan oleh setiap individu ke dalam ranah
kehidupan sosial kemasyarakatan berupa sikap toleransi, saling tolong-menolong, dan
gotong royong antar berbagai kelompok masyarakat ditengah-tengah keberagaman
etnis dan adat istiadat. Dengan demikian peningkatan spiritualitas dan religiusitas
merupakan modal sosial yang sangat berharga yang perlu senantiasa dipelihara.

3.1.4. Persepsi dan Aspirasi Masyarakat

a. Identitas Responden
Jumlah responden 60 orang rata-rata usia responden di lokasi pekerjaan, sekitar 55
tahun dengan responden termuda 30 tahun dan tertua 80 tahun. Sedangkan pendidikan
responden 55 % merupakan lulusan Sekolah Dasar, lulusan SMP 11.7 % , lulusan
SLTA 20 % , lulusan Akademi 1,3 % serta lulusan Perguruan Tinggi 11,7 %. Jumlah
anggota keluarga rata-rata 3 jiwa, dari segi mata pencaharian utama 91,6 %
bermatapencaharian sebagai petani, 1,7 % sebagai wiraswasta dan PNS 6,7 %
sedangkan mata pencaharian tambahan 20 % wiraswasta, 8,3 % petani, 13.3 % buruh,
3.3 % pensiunan PNS, 3.3 % perangkat desa dan 51.7% tidak punya mata pencaharian
tambahan.

b. Sosialisasi Pekerjaan
Sosialisasi pekerjaan dilakukan dalam rangka untuk menggali informasi dan
menampung aspirasi secara langsung dari peserta yang berasal dari berbagai elemen
masyarakat / stakeholder yang berada di wilayah kegiatan agar turut berpartisipasi di

3-8
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

dalam proses kegiatan. Maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan sosialisasi adalah
sebagai berikut :
1. Mensosialisasikan suatu rencana pekerjaan yang akan dilakukan, meliputi jenis
kegiatan, lokasi kegiatan, dan lain-lain termasuk manfaat yang bakal diperoleh
dengan adanya pembangunan yang direncanakan.
2. Mendapatkan masukan berupa informasi dan saran dalam rangka mendapatkan
hasil yang optimal.
3. Melakukan tukar pendapat untuk memperoleh kesepahaman atas rencana kegiatan
yang akan dilakukan.
4. Mengupayakan hasil identifikasi menjadi bahan rujukan untuk pekerjaan
selanjutnya.
5. Meningkatkan kesadaran para pengguna air untuk tujuan kegiatan yang
dilaksanakan.
6. Memberikan masukan untuk prioritas kegiatan yang diusulkan sebagai cerminan
kebutuhan masyarakat secara luas.

Berikut foto kegiatan sosialisasi pekerjaan kepada masyarakat dapat dilihat pada
Gambar 4.1. di bawah ini.

Gambar 3. 7 Penggalian Aspirasi Masyarakat Melalui Kuisioner

c. Aspirasi Msyarakat
Masyarakat berpendapat dan menyatakan setuju bahwaa utuk dilakukan prbaikan atau
rehabilitasi jaringan irigasi DI Cikaranggesan yang selama ini tidak berfungsi secara
optimaal sehingga masyarakat berharap dengan diperbaiki jaringan irigasi D.I.
Cikaranggeusan dapat meningkatkan hasil produksi pertanian khususnya padi sawah.

3-9
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

Berikut taggapan masyarakat (respoden) mengenai kegiatan Rehabilitasi jaringan


irigasi DI Cikaranggesan, seperti dibawah ini :

1. Persepsi terhadap keberadaan jaringan irigasi D.I. Cikaranggesan sampai


dengan saat ini
Pada pertanyaan tentang keberadaan jaringan irigasi DI cikaranggesan dari 60
orang responden, 52 (86,7 %) responden menjawab sangat mendukung dan 8
(3,3 %) menyatakan mendukung.

2. Persepsi tentang manfaat keberadaan jaringan irigasi D.I. Cikaranggesan


terhadap usaha tani
Pada pertanyaan manfaat keberadaan jaringan irigasi DI Cikaranggesan terhadap
usaha tani, dari 60 orang responden 27 (45 %) responden menjawab sangat
bermanfaat, 31 (51,7 %} responden menjawab bermanfaat dan 2 (3,3 %)
responden menjawab kurang bermanfaat.

3. Jika pembangunan Rehabilitasi jaringan irigasi Cikaranggesan memerlukan


sebagian lahan warga
Pada pertanyaan ini, dari 60 orang responden sebanyak 29 orang responden
(48,3%) di antaranya menyatakan rela diberikan tanpa imbalan, 10 orang
responden (16,7 %) menjawab bersedia diganti dengan sejumlah imbalan, 21
responden(35 %) menjawab harus diganti dengan harga pasar .

4. Apabila pembangunan rehabilitasi jaringan irigasi D.I. Cikaranggeusan


memerlukan partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga.
Pada pertanyaan ini, dari 60 orang responden sebanyak 31 orang responden (51.7
%) menjawab bersedia tanpa imbalan, 25 responden (41.7 %) bersedia dengan
sejumlah imbalan , 1 responden (1,6 %) harus dibayar dengan harga pasar dan 3
responden (5 %) tidak memberikan jawaban.

5. Bagaimana pedapat bapak/ibu megeanai kondisi bangunan fisik jaringan


irigasi.
Pada pertanyaan ini, dari 60 orang responden sebanyak 57 responden (95 %)
menjawab sangat perlu diperbaiki, 2 responden (3.3 %) menjawab perlu
diperbaiki dan 1responden (1.7 %) menjawab tidak tahu

6. Apkah organisasi P3A atau kelompok tani sudah terbentuk dan responden
mejadi anggotanya.

3-10
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

Pada pertanyaan ini, dari 60 orang responden sebanyak 43 orang (71.7 %)


menyatakan sudah ada dan masuk menjadi anggotanya, 9 responden (15 %)
menjawab sudah ada tetapi tidak masuk menjadi anggotanya dan 8 responden (13
%) menjawab belum ada.

7. Persepsi petani terhadap pelayanan petugas pengelola irigasi dalam


peningkatan usaha tani di daerah ini.
Pada pertanyaan ini dari 60 responden, sebanyak 2 responden (3.3 %)
menyatakan sangat memuaskan, 47 responden (78.3 %) menjawab memuaskan,
dan 11 responden (18.3 %) tidak tidak memuaskan.

8. Saran utuk kelancaran proyek


Dari 60 orang responden memberikan 140 saran

 Pembangunan rehabilitasi segera direalisasikan 60 saran atau 42.86 %


 Masyarakat harus dilibatkan 50 saran atau 35.71 %
 Harus diperbaiki hutan di hulu sungai Cikaranggesang karena hampir 70 %
sudah rusak dikarenakan ada aktivitas masyarakat di hutan tersebut. 30 saran
atau 21,43 %
3.1.5. Analisa Usaha Tani Padi Sawah

a. Penggunaan Tenaga Kerja

Perhitungan tenaga kerja menggunakan Hari Kerja Pria (HKP) dan Hari Kerja Wanita
(HKW) dengan dianggap sebagai 1 Hari Kerja Orang (HKO). Berdasarkan hasil
survei, rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan untuk usahatani padi sawah secara
aktual di daerah layanan sebanyak 139 HOK/Ha. Setelah rehabilitasi jaringan irigasi
DI Cikarang Geusan, rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan untuk usahatani padi
sawah sebanyak 135 HOK/Ha. Lihat Gambar 3.8.

3-11
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

Gambar 3.8.
Perbandingan Pemanfaatan Tenaga
Kerja Pada Usahatani Padi Sawah

Aktual
139 Potensial
135

Gambar 3. 8 Perbandingan Pemanfaatan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah

Jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani pada kondisi aktual sebesar Rp
13.700.500/Ha. Bila diestimasi jumlah tenaga kerja yang dimanfaatkan dalam kegiatan
usahatani padi sawah setelah rehabilitasi jaringan irigasi D.I. Cikaranggeusan semakin
sedikit, tetapi jumlah biaya tenaga kerja besar (potensial) mencapai 16.215.000/Ha.
Kondisi ini dikarenakan biaya HOK untuk untuk panen besar. Lihat Gambar 3.9.

Gambar 3.9.
Perbandingan Biaya Tenaga Kerja
Usahatani Padi Sawah
Potensial
16.215.00
Aktual 0
13.700.50
0

Gambar 3. 9 Perbandingan Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah

b. Penggunaan Saprodi

Berdasarkan survei diperoleh data dan informasi bahwa jenis sarana produksi yang
dimanfaatkan petani padi sawah di daerah layanan meliputi bibit, pupuk dan pestisida.
Benih padi diperoleh dengan cara membeli di pasar dengan harga Rp.15.000/kg. Jenis
pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, SP36 dan NPK. Jenis pestisida yang
digunakan adalah kiltop. Total biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk saprodi
secara aktual sebesar Rp.2.395.000/Ha. Diasumsikan bahwa petani di daerah layanan
setelah rehabilitasi jaringan irigasi DICikarang Geusanmenggunakan sarana produksi
pertanian sesuai anjuran. Penggunaan bibit unggul, pupuk, pestisida, dan herbisida

3-12
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

akan meningkatkan produksi. Rata-rata benih yang digunakan sebanyak 25 kg. Jumlah
biaya saprodi untuk usahatani padi sawah secara intensif setelah rehabilitasi jaringan
irigasi DI Cikarang Geusanse besar Rp.3.785.000 /Ha. Kenyataan ini berarti bahwa
biaya saprodi yang dikeluarkan oleh petani pada usahatani padi akan semakin tinggi
dengan diterapkannya usahatani intensif . Lihat pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10.
Perbandingan Biaya Saprodi Us-
ahatani Padi Sawah
Potensial
3.785.000
Aktual
2.395.000

Gambar 3. 10 Perbandingan Biaya Saprodi Usahatani Padi Sawah

c. Penggunaan Alat Pertanian

Hasil Survei memperlihatkan bahwa alat-alat yang digunakan dalam kegiatan


usahatani padi sawah meliputi biaya penggunaan traktor dan biaya mesin rontok. Pada
kegiatan persiapan lahan menggunakan traktor dengan biaya sebesar Rp.80.000/ 400
m2 atau Rp 200/m2

d. Biaya Usahatani

Hasil analisis, ternyata bahwa total biaya yang dikeluarkan petani berdasarkan hasil
survei sebesar Rp.16.095.500/Ha, sedangkan setelah rehabilitasi jaringan irigasi DI
Cikarang Geusan, total biaya usahatani yang dikeluarkan petani sebesar
Rp.20.800.800/Ha. Jumlah biaya yang dikeluarkan petani untuk usahatani padi sawah
secara aktual lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang dikeluarkan secara
potensial karena pada usahatani potensial, petani telah menerapkan sistem intensifikasi
pertanian, terutama penggunaan sarana produksi pertanian sesuai anjuran atau
petunjuk dari Dinas Pertanian melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).Lihat pada
Gambar 3.11.

3-13
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

Gambar 3.11.
Potensial
Perbandingan Total Biaya Usahatani
12,028,00
Padi Sawah 0
Aktual
16.095.50
0

Gambar 3. 11 Perbandingan Total Biaya Usahatani Padi Sawah

e. Produksi Padi Sawah Per Ha

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pertanian adalah tenaga kerja, modal, luas
lahan, dan keahlian. Hasil Survei memperlihatkan bahwa produktifitas padi sawah
sebelum rehabilitasi jaringan irigasi DI Cikarang Geusan (produksi aktual) mencapai
5.000 kg/Ha (GKP). Diasumsikan bahwa produksi padi sawah setelah adanya
rehabilitasi jaringan irigasi DI Cikarang Geusan (Potensial) mencapai 8.000 kg
GKP/Ha. Kenyataan ini disebabkan sistem pengairan dan penggunaan saprodi lebih
baik. Lihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12.
Perbandingan Produksi Padi
Sawah
Potensial
Aktual 8.000
5.000

Gambar 3. 12 Perbandingan Produksi Padi Sawah

f. Pendapatan Kotor Usahatani

Pendapatan kotor atau penerimaan petani diperoleh dari volume produksi dikalikan
dengan harga jual. Penerimaan Petani dari usahatani padi sawah adalah penerimaan
dari penjualan beras dan penjualan dedak.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa penerimaan petani sebelum rehabilitasi jaringan
irigasi DI Cikarang Geusan dari jenis usahatani padi sawah sebesar Rp.19.725.000/Ha,
sedangkan penerimaan petani setelah rehabilitasi jaringan irigasi DICikarang

3-14
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

Geusansebesar Rp.39.450.000/Ha. Kenyataan ini disebabkan karena meningkatnya


produksi. Lihat pada Gambar 3.13.

Gambar 3.13.
Perbandingan Keuntungan kotor
Potensial
Aktual 39.450.00
29.951.11 0
5

Gambar 3. 13 Perbandingan Keuntungan kotor

g. Keuntugan Bersih usahatani Padi Sawah

Keuntungan atau Pendapatan bersih usahatani padi sawah diperoleh Penerimaan Petani
dikurangi Total Biaya Usahatani.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa keuntungan (pendapatan bersih) usahatani padi
sawah sebelum rehabilitasi jaringan irigasi DI Cikarang Geusan dari jenis usahatani
padi sawah sebesar Rp.13.855.615 /Ha. (Gambar 5.7; Tabel 5.1). Setelah rehabilitasi
jaringan irigasi DI Cikarang Geusan, pendapatan petani akan meningkat menjadi
Rp.28.020.984/Ha. Kenyataan ini disebabkan karena meningkatnya produksi. Lihat
pada Gambar 3.14.

Gamabar 3.14.
Keuntungan bersih usahatani
padi sawah
Aktual
13.855.6 Potesial
15 28.020.984

Gambar 3. 14 Keuntungan bersih usahatani padi sawah

3-15
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

3.1.6. Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan
Kabupaten Sukabumi khususnya di Kecamatan Jampang Kulon, Cibitung dan
Cimanggu yang termasuk dalam wilayah lokasi studi mempunyai fungsi untuk
mendorong pertumbuhan dan perkembangan daerah di sekitarnya. Hal ini mencakup
karakteristik daerah antara lain demografi, sosial ekonomi, sosial budaya, sarana dan
prasarana serta aktivitas penduduk di wilayah tersebut.

Dari hasil studi yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:


21079. Keberadaan fungsi dan manfaat jaringan irigasi di D.I. Cikaranggeusan
belum optimal mengairi lahan persawahan di sebagian Kecamatan Jampang
Kulon, Cibitung dan Cimanggu sehingga mengakibatkan sebagian hanya
melakukan penanaman padi satu tahun sekali atau menjadi sawah tadah hujan.
21080. Adanya respon atau harapan dari petani agar jaringan irigasi D.I.
Cikaranggeusan direhabilitasi untuk ditingkatkan fungsinya sehingga dapat
mengairi seluruh lahan persawahannya dan dapat menanam padi setahun dua kali
21081. Petani berharap agar pupuk bersubsidi selalu ada dan harga gabah minimal
Rp.5000/kg.
21082. Adanya kerusakan di hulu sungai Cikarang Geusan khususnya hutan
Hanjuang Selatan diperkirakan 70 % diakibatkan adanya aktivitas masyarakat hal
ini berdampak terhadap ketersediaan air di sungai Cikarang Geusan.
.
b. Saran
21079. Renovasi kembali jaringan irigasi DI Cikarang Geusan sangat diperlukan
untuk melestarikan sumberdaya air dan mengendalikan air pada waktu musim
hujan dan kemarau serta untuk mengoptimalkan usahatani dari segi pola tanam
minimal dapat menanam setahun dua kali.
21080. Renovasi/rehabilitasi DI Cikarang Geusan harus melibatkan masyarakat
setempat baik perencanaan sampai dengan pelaksanaan agar masyarakat merasa
memiliki hasil atau produk dari proyek tersebut..
21081. Harus ada rehabilitasi lahan kritis di hulu sungai Cikarang Geusan dengan
melibatkan stakeholder dan lintas sektoral khususnya instansi Kehutanan dan
Instansi Pengairan.

3-16
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

3.2. KELEMBAGAAN
3.2.1. Kelembagaan Pengelola Irigasi
Kelembagaan pengelolaan irigasi di Indonesia diatur berdasarkan pada PP No.20 Tahun
2006 tentang Irigasi. Dimana pada PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, bahwa
kelembagaan pengelolaan irigasi adalah meliputi :
1. Instansi pemerintah yang membidangi irigasi
2. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
3. Komisi Irigasi

a.    Pemerintah :

Pemerintah Pusat diberi tugas dan wewenang untuk mengembangkan dan mengelola
irigasi di tingkat sekunder dan primer pada irigasi lintas propinsi, lintas negara, irigasi
strategis, dan irigasi yang luasnya lebih dari 3000 ha.  Provinsi  mengembangkan dan
mengelola irigasi di tingkat sekunder dan primer pada irigasi lintas kabupaten, dan irigasi
yang luasnya lebih dari 1000-3000 ha.  Kabupaten/Kota mengembangkan dan mengelola
irigasi di tingkat sekunder dan primer pada irigasi kabupaten/kota, dan irigasi yang
luasnya kurang dari 1000

b.    Petani Pengelola dan Pemakai Air (P3A) :

Petani Pengelola dan Pemakai Air (P3A) diberi tugas dan wewenang mengembangkan dan
mengelola irigasi di tingkat tersier.  Bila diperlukan dan memenuhi kebutuhan dibentuk
GP3A untuk bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah ikut mengelola
irigasi di tingkat sekunder (konsep partisipasi/voluntir).  Bila diperlukan dan memenuhi
kebutuhan dibentuk IP3A untuk bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
ikut mengelola irigasi di tingkat primer (konsep partisipasi/voluntir).
1. Pemerintah Desa diberi tugas dan wewenang mengembangkan dan mengelola irigasi
pedesaan yang dibangun oleh desa.
2. Perseorangan, lembaga sosial, dan swasta di wilayah irigasinya.

c.     Komisi Irigasi :

1. Pada tingkat Kabupaten dibentuk Komisi Irigasi Kabupaten.


2. Pada tingkat Propinsi dibentuk Komisi Irigasi Propinsi.
3. Terdapat Komisi irigasi yang dibentuk pada irigasi lintas Propinsi, lintas negara, dan
yang strategis.

3-17
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

Pembaharuan kebijakan pengelolaan irigasi telah dilaksanakan mulai tahun 1999 sampai
saat ini.  Pembaharuan kebijakan ini dilaksanakan  sebagai upaya untuk menangani
permasalahan  yang terjadi, seperti :
1. Meningkatnya pergeseran nilai air,
2. Terjadinya kerawanan air secara nasional,
3. Meningkatnya persaingan penggunaan air pertanian dengan non-pertanian,
4. Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian beririgasi kepada non pertanian,
5. Ketidakberdayaan petani,
6. Kerusakan infrastruktur dan jaringan irigasi sangat cepat sesudah konstruksi selesai;
7. Rendah partisipasi masyarakat,
8. Lemah kapasitas Kelembagaan Pengelolaan Irigasi,
9. Regulasi dan kebijakan perlu ditata ulang,
10. Lemahnya koordinasi dan perencanaan,
11. Rendahnya effisiensi  pada pengelolaan irigasi;
12. Kurangnya kemampuan institusi yang menangani irigasi untuk memelihara
kelangsungan pengelolaan irigasi.

Dari kondisi tersebut terlihat bahwa salah satunya telah terjadi kelemahan dalam
kelembagaan pengelolaan irigasi.  Untuk itu, Pemerintah melaksanakan  Pembaharuan
Kebijakan Pengelolaan irigasi yang ditujukan untuk penguatan kelembagaan Pengelolaan
Irigasi (KPI), sepeti   :
1. Meningkatkan apresiasi kesadaran masyarakat untuk  berpartisipasi secara aktif
dalam pengelolaan irigasi;
2. Meningkatkan penguatan kapasitas kelembagaan Dinas Propinsi, Kabupaten/Kota
dalam pengelolaan irigasi secara partisipatif ;
3. Meningkatkan penguatan kapasitas P3A/GP3A/IP3A dalam pengelolaan irigasi
secara partisipatif;
4. Meningkatkan sinkronisasi program keirigasian antara Kelembagaan Pengelola
Irigasi terkait di tingkat Pusat dan Daerah;
5. Meningkatkan penguatan Kelembagaan Pengelola Irigasi dalam pengelolaan irigasi
secara partisipatif;
6. Meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani dan memberdayakan
masyarakat petani;

3-18
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

7. Meningkatkan pendanaan pengelolaan irigasi secara efektif dan efisien, transparan


dan akuntable;

3.2.2. Kondisi Kelompok Petani Pemakai Air (P3A) D.I. Cikaranggeusan

Jumlah P3A yang ada di D.I. Cikaranggeusan sebanyak 10 kelompok, yang secara
administratif berada di 6 (enam) wilayah desa dari 10 (sepuluh) desa yang areal
persawahannya berada di kawasan DI. Cikaranggeusan. Legalitas yang dimiliki P3A
tersebut, adalah 5 kelompok P3A sudah memiliki Akta Notaris dan 5 kelompok P3A baru
memiliki SK Desa. Pembuatan legalitas tersebut belum didukung dengan peningkatan
kemampuan pengelolaan irigasi, sehingga masih diperlukan program peningkatan
kapasitas kelembagaan P3A baik dalam bidang teknis maupun dalam bidang manajemen
pengelolaan. Selain itu, koordinasi antar P3A di D.I. Cikaranggeusan belum terbentuk
dengan baik, rapat-rapat anggota P3A belum terlaksana secara routin dengan baik,
sehingga informasi dan program yang dicanangkan tidak diperoleh. Kondisi ini
disebabkan belum terbentuknya GP3A dan IP3A sebagai wadah bagi P3A. Menurut
informasi dari beberapa pengurus P3A, bahwa pembentukan GP3A dan IP3A ini
terkendala dalam siapa yang harus mengeluarkan SK Pembentukannya, karena secara
wilayah administratif berada di tiga wilayah kecamatan. Mereka berharap pemerintah
kabupaten Sukabumi dapat memfasilitasi pembentukan GP3A dan IP3A di wilayah ini.
Untuk menanggulangi permasalahan kelembagaan dalam rangka peningkatan kinerja
Daerah Irigasi Cikaranggeusan, maka perlu dilakukan saran-saran bidang kelembagaan
sebagai berikut:
1. Pembentukan GP3A dan IP3A di Daerah Irigasi Cikaranggeusan
2. Pembentukan P3A di desa-desa yang belum terbentuk P3A
3. Pelatihan Teknis Irigasi dan Manajemen Pengelolaan Irigasi bagi pengurus P3A
4. Penguatan kelembagaan P3A sebagai perkumpulan yang mandirir
5. TP-OP (PPA) menjaga kemandirian P3A dalam menjalankan kegiatannya.

3-19
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

Tabel 3. 3 Daftar Petani Pemakai Air (P3A) D.I. Cikaranggeusan


Luas Areal
No. Nama P3A Wil Kerja Ketua  Alamat Legalitas
(ha)
Desa Karang Mekar, Kec.
1 Karang Bakti Saluran Induk Oman SK Kepala Desa
Cimanggu

Desa Karang Mekar, Kec.


2  Mitra Subur SS. Cipanali   Hamdani Akta Notaris NOMOR AHU-0073545.AH.01.07.TAHUN 2016 )
Cimanggu

Desa Karang Mekar, Kec.


3  Mitra Setia  SS. Pasir Laja Acep Sujani  Akta Notaris
Cimanggu 

Desa Mekarjaya, kec.


4 Sariluyu SS. Pasir Suuk H. Karja Akta Notaris NOMOR AHU-0073547.AH.01.07.TAHUN 2016 
Jampangkulon

Desa Mekarjaya, Kec.


5  Padaasih SS. Curughilir  Burhanudin   Akta Notaris NOMOR : 141.1 / 14 / SK / 2008-04 / 2014
Ujungkulon 

Desa Cidahu, Kecamatan


6 Subur Tani SS. Pataruman & SS. Pamoyanan Acik Akta Notaris NOMOR AHU-0073545.AH.01.07.TAHUN 2016
Cibitung

Desa Bojonggenteng kec.


7 Tunas Harapan SS. Cikidang H. Sunjani SK Kepala Desa
Jampang Kulon

Desa Cibodas Bojongsari


8 Saluyu 1 SS. Cijorong & Cisempur Misbah SK Kepala Desa
Kec. Jampang Kulon

Desa Cibodas Kec Jampag


9 Anugrah 2 SS. Cikupa & Ciseti Asep Hendra SK Kepala Desa
Kulon

Desa Banyu Murni Kec.


10 Tani Murni SS. Cikangkung Sulyana SK Kepala Desa
Cibitung

Sumber : Balai SDA Wilayah Sungai Cisadea - Cibareno

3.3. SUMBER DAYA MANUSIA


Petugas TP-OP di DI. Cikaranggeusan terdiri dari Juru, POB dan PPA secara keseluruhan
berjumlah 27 orang. Jumlah personil dan Struktur operator jaringan dapat dilihat pada
Tabel dan Gambar dibawah ini.

3-20
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

Tabel 3. 4 Daftar Pekerja TP-OP D.I. Cikaraggeusan

NO NAMA JABATAN LOKASI

1 EDY SURYADI JURU D I CIKARANGGEUSAN

2 MUSLIH POB BENDUNG

3 BURHANUDIN PPA INDUK

4 SOLEH PPA INDUK

5 DUDU RUSTIAWAN PPA CIPANALI

6 ABUDIN PPA CIPANALI

7 UDAY PPA CIPANALI

8 RUSMAN PPA CIPANALI

9 IYAS PPA CIPANALI

10 SAEPUDIN PPA PASIRLAJA

11 HILMAN BUDIANSYAH PPA CIKANGKUNG

12 WANDI PPA CIKANGKUNG

13 ASEP BANDAN PPA CIKANGKUNG

14 HERMAN PPA PASIRSUUK

15 RUSLAN PPA PASIRSUUK

16 CUCU PPA CURUGHILIR


HARUMAN DIA
17 PPA CURUGHILIR
RUSWANDI
18 AJIDIN PPA TALAGASARI

19 MULYANA PPA CIJORONG

20 UAEDIN PPA CIKUPA

21 RISWAN GINALDI PPA CISEUTI

22 RISMAYANTO PPA CISEPUR

23 YUDI BUHORI PPA CIBINONG

24 JENAL PPA CIKIDANG

25 ENDANG SURYANA PPA PATARUMAN

26 SUHARMAN PPA PATARUMAN

27 ABAS BASARI PPA PAMOYANAN

Sumber : Balai SDA Wilayah Sugai Cisadea - Cibareno

3-21
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

STRUKTUR ORGANISASI KEMANTREN


D.I. CIKARANG GEUSAN [4.038 ha]
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

JURU

Edi Suryadi

POB

Muslih

Sal. Sekunder : Sal. Sekunder :


Sal. Sekunder : Cikangkung Curug Hilir Sal. Sekunder :
Sal. Induk
Cipanali [B.Ckn] [B.Ch] Pasir Laja
[B.Ckg]
[B.Cpn] [A = 575 ha] [A = 401 ha] [B.Pl]
[A = 69 ha]
[A = 580 ha] [A = 384 ha]
[L = 2.700 m'] [L = 13.400 [L = 2.700
[L = 5.000 m'] [L = 3.500 m']
m'] m']
PPA PPA PPA PPA PPA
1. Burhanudin 1. Dudu R. 1. Hilman 1. Cucu 1. Saefudin
2. Rusman 2. Abudin Budiansyah 2. Haruman D.
3. uday 2. Wandi
4. Rusman 3. Asep Bandan
5. Iyas

Sal. Sekunder : Sal. Sekunder : Sal. Sekunder :


Pataruman Sal. Sekunder : Pamoyanan Cibinong Sal. Sekunder :
[B.Pt] Cikupa [B.Ckp] [B.Pm] [B.Cbn] Ciseuti [B.Cs]
[A = 362 ha] [A = 358 ha] [A = 264 ha] [A = 210 ha] [A = 208 ha]
[L = 5.100 [L = 3.400 m'] [L = 2.200 [L = 3.900 [L = 3.900 m']
m'] m'] m']
PPA PPA PPA PPA PPA
1. Suharman 1. Uwaedin 1. Abas Bashari 1. yudibuhori 1. U Suparman
2. E. Suryana

Sal. Sekunder : Sal. Sekunder : Sal. Sekunder : Sal. Sekunder :


Sal. Sekunder :
Pasir Suuk Cisempur Talaga Sari Cikidang
Cijorong
[B.Ps] [B.Csp] [B.Tls] [B.Ckd]
[B.Cjr]
[A = 186 ha] [A = 156 ha] [A = 125 ha] [A = 59 ha]
[A = 101 ha]
[L = 3.300 [L = 1.100 [L = 2.300 [L = 2.400 m']
[L = 2.200
m'] m'] m'] m']
PPA PPA PPA PPA PPA

1. herman 1. rismayanto 1. Ajidin - Mulyana - Jenal


2. ruslan

Sumber: Sekretariat PPA DI. Cikaranggeusan, 2019

Gambar 3. 15 Struktur Orgaisasi Kemantren D.I. Cikaranggeusan

3-22
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

3.3.1. Tugas Pokok Dan Fungsi Petugas Pemeliharaan

Tugas pokok dan fungsi dari petugas pemeliharaan yang berada di lapangan dapat diuraikan hal-
hal sebagai berikut.

a) Pengamat/Ranting/UPTD
 Rapat di kantor setiap bulan untuk mengetahui permasalahan pemeliharaan, hadir para
mantri / juru pengairan, petugas pintu air (PPA), petugas operasi bendung (POB) serta
P3A/GP3A/IP3A.
 Menghadiri rapat di kecamatan dan dinas/pengelola irigasi dalam kegiatan pemeliharaan.
 Membina P3A/GP3A/IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemeliharaan.
 Membantu proses pengajuan bantuan biaya pemeliharaan yang diajukan
P3A/GP3A/IP3A.
 Membuat laporan kegiatan pemeliharaan ke Dinas

b) Mantri/Juru
 Membantu kepala ranting untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan pemeliharaan.
 Mengawasi pekerjaan pemeliharaan rutin yang dikerjakan oleh para pekerja saluran (PS)
dan petugas pintu air (PPA).
 Mengawasi pekerjaan pemelihraan berkala yang dikerjakan oleh pemborong.
 Membuat laporan pemeliharaan mengenai :
 Kerusakan saluran dan bangunan air
 Realisasi pelaksanaan pemeliharaan rutin maupun berkala
 Menaksir biaya pemeliharaan berkala
 Bersama masyarakat petani P3A/GP3A/IP3A melakukan penelusuran jaringan utnuk
mengetahui kerusakan jaringan yang perlu segera diatasi.
 Menyusun / memilih secara bersama kebutuhan biaya pada kerusakan yang dipilih atau
disepakati.

c) Staf Ranting/Pengamat/UPTD/Cabang Dinas/Korwil


 Membantu kepala ranting / pengamat / UPTD/ cabang dinas / korwil dalam pelaksanaan
pemeliharaan jaringan irigasi.

d) Petugas Operasi Bendung (POB)


 Melaksanakan pengurasan kantong lumpur
 Memberi minyak pelumas pada pintu-pintu air.
 Melaksanakan pengecatan pintu dan rumah pintu secara periodik
 Mencatat kerusakan bangunan dan pintu air pada Blangko pemeliharaan
 Membersihkan semak belukar di sekitar bendung.

3-23
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

e) Petugas Pintu Air (PPA)


 Memberi minyak pelumas pada pintu air
 Melaksanakan pengecatan pintu dan rumah pintu secara periodik
 Membersihkan endapan sampah di sekitar bangunan sadap / bagi-sadap dan di sekitar alat
pengukur debit.
 Mencatat kerusakan bangunan air / pintu air pada Blangko pemeliharaan.
 Memelihara saluran sepanjang 50 m di sebelah hilir bangunan sadap.

f) Pekerja/Pekarya Saluran (PS)


 Membersihkan saluran dari gangguan rumput, sampah, dan lain-lain (misal hewan dan
ternak)
 Membersihkan endapan dan sampah di sekitar bangunan penting (bangunan bagi, siphon,
talang dll).
 Menutup bocoran kecil di sepanjang saluran termasuk pengambilan air tanpa izin (liar).
 Merapikan kemiringan talud saluran.
 Menghalau ternak (kerbau dll) supaya tidak masuk dan merusak saluran.
 Melaporkan kalau ada kerusakan saluran yang cukup parah

3.3.2. Kebutuhan Tenaga Pelaksana Operasi Dan Pemeliharaan

Dasar acuan penentuan kebutuhan tenaga pelaksana operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
adalah sebagai berikut :
 Kepala Ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil : 1 orang + 5 staff per 5.000 – 7.500
Ha
 Mantri / Juru pengairan : 1 orang per 750 – 1.500 Ha
 Petugas Operasi Bendung (POB) : 1 orang per bendung, dapat ditambah beberapa pekerja
untuk bendung besar
 Petugas Pintu Air (PPA) : 1 orang per 3 – 5 bangunan sadap dan bangunan bagi pada saluran
berjarak antara 2 - 3 km atau daerah layanan 150 sd. 500 ha
 Pekerja/pekarya Saluran (PS) : 1 orang per 2-3 km panjang saluran

Kelembagaan dan Sumber daya manusia yang ada dilapangan yang berhadapan langsung dalam
pengelolaan irigasi di DI. Cikaranggeusan adalah sebanyak 27 orang, seperti dapat dilihat pada
Tabel 3.5. di bawah ini.

3-24
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

Tabel 3. 5 Daftar Personil Pengelola Yang Ada Pada D.I. Cikaranggeusan


Ketersediaan Kebutuhan Kekuragan Kelebihan
No. Tenaga O & P Keterangan
orang PNS NPNS (orang) (orang) (orang)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


1 UPTD / Pengamat 1 1 -
2 Staf UPTD /Pengawas 7 2 5
3 Juru / Mantri Pengairan 1 1 -
4 Petugas Operasi Bendung (POB) 1 - 1
5 Petugas Pintu Air (PPA) 26 - 26
6 Pekerja / Pelayan Saluran - - -
36 4 32
Sumber : UPTD WS Cisadea - Cibareno

Data Daerah Irigasi Cikaranggeusan :


1. Luas Areal Fungsional : 2587.33 ha
2. Jumlah Bendung : 2 buah
3. Bangunan Sadap : 52 buah
4. Bagunan Bagi Sadap ; 8 buah
5. Bangunan Bagi : 4 buah
6. Panjang Saluran pembawa : 52.291 km

Berdasarkan data Daerah Irigasi diatas, personil yang dibutuhkan untuk mengelola jaringan
irigasi Cikaranggeusan adalah 42 orang, sehingga kekurangan tenaga personil sebanyak 6
Orang, yang terdiri 2 orang juru / mantri pengairan, 1 orang POB dan 3 orang pekerja /
pelayan saluran ditambah dari kelebihan 15 orang.

Tabel 3. 6 Daftar Personil Pengelola Yang Dibutuhkan D.I. Cikaranggeusan


Ketersediaan Kebutuhan Kekuragan Kelebihan
No. Tenaga O & P Keterangan
orang PNS NPNS (orang) (orang) (orang)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


1 UPTD / Pengamat 1 1 - 1 - -
2 Staf UPTD /Pengawas 7 2 5 2 - 5
3 Juru / Mantri Pengairan 1 1 - 3 2 -
4 Petugas Operasi Bendung (POB) 1 - 1 2 1 -
5 Petugas Pintu Air (PPA) 26 - 26 16 - 10
6 Pekerja / Pelayan Saluran - - - 18 18 -
36 4 32 42 21 15
Sumber : Hasil Analisa Konsultan 2019

3-25
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

BAB. 3 ANALISA SOSIAL EKONOMI KELEMBAGAAN DAN SDM......................................................3-1


3.1. ANALISA SOSIAL EKONOMI............................................................................................3-1

3.1.1. Komponen Ligkungan yang Dikaji..............................................................................3-1

3.1.2. Kondisi Ekonomi........................................................................................................3-2

3.1.3. Sosial Budaya Daerah Kajian......................................................................................3-7

3.1.4. Persepsi dan Aspirasi Masyarakat.............................................................................3-8

3.1.5. Analisa Usaha Tani Padi Sawah...............................................................................3-11

3.1.6. Kesimpulan dan Saran.............................................................................................3-16

3.2. KELEMBAGAAN...........................................................................................................3-17

3.2.1. Kelembagaan Pengelola Irigasi................................................................................3-17

3.2.2. Kondisi Kelompok Petani Pemakai Air (P3A) D.I. Cikaranggeusan...........................3-19

3.3. SUMBER DAYA MANUSIA............................................................................................3-20

3.3.1. Tugas Pokok Dan Fungsi Petugas Pemeliharaan......................................................3-23

3.3.2. Kebutuhan Tenaga Pelaksana Operasi Dan Pemeliharaan......................................3-24

Tabel 3. 1 Jumlah Penduduk Menurut kelompok Umur Produktif dan Tidak Produktif di
Kabupaten Sukabumi....................................................................................................................3-3

Tabel 3. 2 Kepemilikan Lahan........................................................................................................3-4

Tabel 3. 3 Daftar Petani Pemakai Air (P3A) D.I. Cikaranggeusan.................................................3-20

Tabel 3. 4 Daftar Pekerja TP-OP D.I. Cikaraggeusan....................................................................3-21

Tabel 3. 5 Daftar Personil Pengelola Yang Ada Pada D.I. Cikaranggeusan...................................3-25

Tabel 3. 6 Daftar Personil Pengelola Yang Dibutuhkan D.I. Cikaranggeusan...............................3-25

Gambar 3. 1 Tata Guna Lahan di Lokasi Studi...............................................................................3-3

Gambar 3. 2 Kondisi Perumahan Penduduk..................................................................................3-5

Gambar 3. 3 Aktifitas Ekonomi di Pasar Jampang Kulon...............................................................3-5

Gambar 3. 4 Kondisi Jalan di Lokasi Studi......................................................................................3-6

3-26
FINAL LAPORAN AKHIR
PT. SAKA BUANA YASA SELARAS

Gambar 3. 5 Padi Sawah Irigasi di Kecamatan Jampang Kulon.....................................................3-6

Gambar 3. 6 Kebun Campuran di Kec. Jampang Kulon..................................................................3-7

Gambar 3. 7 Penggalian Aspirasi Masyarakat Melalui Kuisioner...................................................3-9

Gambar 3. 8 Perbandingan Pemanfaatan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah.................3-12

Gambar 3. 9 Perbandingan Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah......................................3-12

Gambar 3. 10 Perbandingan Biaya Saprodi Usahatani Padi Sawah.............................................3-13

Gambar 3. 11 Perbandingan Total Biaya Usahatani Padi Sawah.................................................3-14

Gambar 3. 12 Perbandingan Produksi Padi Sawah....................................................................3-14

Gambar 3. 13 Perbandingan Keuntungan kotor..........................................................................3-15

Gambar 3. 14 Keuntungan bersih usahatani padi sawah............................................................3-15

Gambar 3. 15 Struktur Orgaisasi Kemantren D.I. Cikaranggeusan.............................................3-22

3-27
FINAL LAPORAN AKHIR

Anda mungkin juga menyukai