Dari data di atas dapat dilihat bahwa jalan raya Tajur-Hambalang dan
Leuwinutug-Tangkil-Hambalang hampir 70% nya dalam keadaan rusak berat
sehingga para pelaksana proyek pembangunan di kedua Desa sebaiknya segera
memperbaiki kondisi jalan agar dapat dalalui oleh masyarakat di kedua desa dengan
nyaman. Di sektor pendidikan infrastruktur yang masih kurang memadai yaitu
sekolah setara Sekolah Menengah Atas (SMA), yang telah ada saat ini hanya
Madrasah Aliyah (MA) di Desa Hambalang dan masih dirasa kurang memadai.
Berikut ini data infrastruktur pendidikan di Desa Tangkil dan Hambalang yang
terdapat pada Tabel 15.
Tabel 15. Infrastruktur Pendidikan Di Desa Tangkil dan Hambalang Tahun 2011
Jumlah Tenaga Jumlah
Nama Jumlah Status
Pengajar Siswa
PAUD 3 Terdaftar 10 100
SD/MI /MD 12 Terakreditasi 60 1.415
SMP/TSANAWIYAH 2 Terakreditasi 28 378
SMA/ALIYAH 1 Terdaftar 6 87
PTN - - - -
Sumber : Profil dan Potensi Desa Tangkil dan Hambalang, 2011 (diolah)
6.2.1. Ekonomi
Keadaan ekonomi suatu daerah akan dapat mempengaruhi perekonomian di
perdesaan. Perekonomian yang stabil dan berkembang akan diikuti dengan
meningkatnya kesejahteraan rakyat. Peran serta masyarakat terutama dunia usaha
telah mampu mendorong berkembangnya pembangunan ekonomi Kabupaten Bogor.
Dengan keberhasilan Pembangunan di bidang ekonomi sangat memberikan dukungan
dan dorongan terhadap pembangunan di berbagai sektor lainnya. Hal ini juga menjadi
peluang bagi perluasan kesempatan kerja yang turut medukung peningkatan laju
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah. Hal ini dapat dilihat dari realisasi
indikator makro ekonomi menurut PDRB yang terdapat pada Tabel 18.
Tabel 18. Realisasi Indikator Makro Ekonomi Menurut PDRB Berdasarkan Harga
Berlaku Tahun 2007-2009
Sektor 2007 2008 2009
Primer 3.023.730 3.326.210 3.638.330
Sekunder 35.652.250 40.350.940 44.856.010
Tersier 12.604.230 14.712.260 16.718.360
Sumber: Diskominfo Kabupaten Bogor, 2011
Daerah perdesaan seperti Desa Tangkil dan Hambalang mempunyai
sumberdaya pertanian yang sangat besar, namun produk pertanian umumnya mudah
busuk, tidak efisien dalam tempat, dan musiman. Sehingga konsumen saat ini dan
yang akan datang akan cenderung mengkonsumsi produk agribisnis yang sehat,
dengan kualitas yang baik maka peranan agroindustri akan dominan. Kondisi
perekonomian Kabuapten Bogor yang labil secara tidak langsung mempengaruhi
perekonomian dalam di kedua desa.
6.2.2. Politik dan Kebijakan Pemerintah
Kondisi politik di Kabupaten Bogor belakangan ini terjadi euforia Otonomi
Daerah (Otda). Banyak masyarakat yang ingin mengembangkan wilayahnya menjadi
berdiri sendiri, seperti mendirikan kecamatan baru atau kelurahan baru. Hal ini
terkadang menimbulkan konflik baik horizontal maupun vertikal. Menurut sumber
yaitu Kodim Kabupaten Bogor konflik yang terjadi di Kabupaten Bogor mengandung
muatan politik. Demikian juga bila dilakukan Pilkada, selalu menimbulkan pro dan
kontra, serta berakhir dengan keributan atau konflik.
Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan oleh yang berwenang untuk dijadikan pedoman/ pegangan/ petunjuk dalam
pengembangan ataupun pelaksanaan program/kegiatan guna tercapainya kelancaran
dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan, serta visi dan misi instansi
pemerintah. Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, Kebijakan adalah
arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan.
Berikut ini Kebijakan di Kabupaten Bogor dalam rangka mengarahkan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Misi Pertama yaitu: Meningkatkan fasilitasi
penataan infrastruktur wilayah. Misi Kedua yaitu: Meningkatkan fasilitasi dan
aksesibilitas perekonomian serta iklim usaha yang kondusif, serta meningkatkan
revitalisasi pertanian. Misi Ketiga yaitu: Meningkatkan kuantitas dan kualitas
pelayanan publik serta meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan Kecamatan
dan Desa.
6.2.3. Teknologi
Perkembangan teknologi mendorong pada perkembangan teknik produksi
suatu produk, terutama produk pertanian. Teknik budidaya merupakan bagian dari
kegiatan agribisnis yang harus berorientasi pada pasar. Artinya teknik budidaya
dilakukan berdasarkan pada kualitas yang diinginkan oleh pihak konsumen sehingga
produk tersebut dapat dipasarkan dengan baik. Sehingga teknik budidaya harus
mempunyai daya saing dan teknologi yang unggul.
Saat ini mayoritas teknik budidaya usaha agribisnis di Kabupaten Bogor
khususnya di Desa Tangkil dan Hambalang masih tergolong sederhana, ini
dikarenakan kurangnya pengetahuan, dan kemampuan mengaplikasikan teknologi
yang efektif dan efesien. Disamping itu kurangnya akses informasi menyebabkan
masyarakat di kedua desa kurang berminat untuk mengaplikasikan teknik baru dalam
mengolah lahannya. Kurangnya penerapan teknologi yang tepat menyebabkan
kegiatan agribisnis di kedua desa sulit berkembang. Contohnya pada industri
penggilingan singkong menjadi aci, mesin yang digunakan masih tergolong
sederhana sehingga kegiatan produksi menjadi kurang maksimal.
Sesungguhnya alternatif teknologi untuk usaha agribisnis di perdesaan untuk
pengolahan hasil-hasil pertanian cukup bervariasi, mulai dari teknologi tradisional
yang digunakan oleh industri kecil (cottage industry) sampai kepada teknologi
canggih yang biasanya digunakan oleh industri besar. Dengan demikian alternatif
teknologi tersebut bervariasi dari teknologi yang padat karya sampai ke teknologi
yang padat modal. Teknologi maju yang efektif dan efisien dapat mengurangi biaya
peubah (variable cost) seperti biaya tenaga kerja per unit output serta dapat
memperkuat kedudukan suatu usaha agribisnis, karena kualitas outputnya yang
tinggi, standar kualitasnya yang konsisten, dan volume produksinya yang besar
sehingga dapat menarik pembeli dengan jumlah pembelian besar.
Tingkat produksi dan teknologi yang tinggi menuntut pengembangan
prasarana, pengelolaan, dan tenaga kerja terampil. Disamping itu, karena biaya tetap
(fixed cost) yang tinggi maka perdesaan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang
harus memiliki kepastian penyediaan bahan baku serta kepastian pasar untuk produk
yang dihasilkan dan beroperasi mendekati kapasitas efektifnya agar perdesaan
tersebut berjalan sehat (viable).
6.2.4. Demografi
Tabel 19. Jumlah Penduduk di Kabupaten Bogor Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun
2004-2009
Tahun Laki-laki Perempuan
2004 1.728.631 1.680.179
2005 2.023.400 2.077.534
2006 2.163.929 2.051.656
2007 2.178.831 2.059.131
2008 2.230.314 2.110.206
2009 2.228.981 2.118.315
Sumber: Diskominfo Kabupaten Bogor, 2011
Dengan semakin bertumbuhnya peningkatan penduduk maka permintaan akan
bahan pangan semakin meningkat juga, maka dari itu pertumbuhan penduduk yang
terus meningkat dapat menjadi peluang untuk usaha di bidang agribisnis.
Pengembangan agribisnis di perdesaan seperti di Desa Tangkil dan Hambalang
menjadi sangat diperlukan untuk dapat mengatasi ancaman ketahanan pangan.
Pemerintah sebagai pelaksana pembangunan harus dapat merancang program yang
tepat dalam usaha budidaya komoditas tanaman pangan agar dapat memenuhi
kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia akan kebutuhan pangan.