Anda di halaman 1dari 12

VI.

ANALISIS LINGKUNGAN PERDESAAN

Analisis lingkungan bertujuan untuk memantau lingkungan organisasi dalam


hal ini organisasi perdesaan. Lingkungan perdesaan mencakup semua faktor yang
dapat memenuhi kelangsungan pencapaian tujuan yang diinginkan dalam kegiatan
agribisnis. Secara garis besar analisis lingkungan dapat dibagi menjadi lingkungan
internal dan lingkungan eksternal perdesaan.

6.1. Analisis Lingkungan Internal


Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada dalam perdesaan tersebut
dan secara normal memiliki implikasi langsung pada perdesaan. Analisis faktor
internal merupakan proses identifikasi terhadap faktor kelemahan dan kekuatan
perdesaan.
Analisis lingkungan internal perdesaan di Desa Tangkil dan Hambalang
menggunakan pendekatan kerangka Penghidupan Berkelanjutan yang diterjemahkan
dari bahasa Inggris Sustainable Livelihoods (SL). Kelima aset modal dalam kerangka
SL tersebut antara lain sebagai berikut.

6.1.1. Sumber Daya Manusia (Human Asset)


Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang terkandung dalam diri
manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan
transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang
terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang
seimbang dan berkelanjutan. Saat ini hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai
pengembangan SDM di perdesaan dimana perdesaan merupakan penopang ekonomi
perkotaan.
Jika SDM di perdesaan dibangun dan diorganisasi serta diberi pendidikan dan
pelatihan yang baik, bukan tidak mungkin akan berkembang seperti SDM yang
berada di perkotaan dimana mereka dapat menguasai teknologi. Sehingga diharapkan
jika SDM baik di perkotaan maupun perdesaan dapat berkembang dengan pesat dan
baik, maka Negara Indonesia yang termasuk dalam lima besar negara berpenduduk
terbesar di dunia akan maju dan menjadi negara yang makmur dan sejahtera. Saat ini
tingkat SDM di kedua desa yaitu Desa Tangkil dan Hambalang dapat dikatakan
rendah karena disebabkan tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah.
Ketermapilan yang dimiliki oleh masyarakat di kedua desa mayoritas di bidang
agribisnis yaitu di bidang pertanian dan peternakan.
Rendahnya kualitas SDM di Desa Hambalang dapat dilihat dari masih
banyaknya masyarakat desa yang tuna aksara dan masyarakat yang pendidikannya
hanya tamat SD. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pendidikan menjadi faktor
utama rendahnya SDM di Desa Hambalang, terutama bagi kaum wanita yang tingkat
pendidikannya lebih rendah dari pria. Rendahnya kualitas angkatan kerja di Desa
Hambalang dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Tingkat Kualitas Angkatan Kerja Desa Hambalang Tahun 2011
PRIA WANITA
ANGKATAN KERJA
(orang) (orang)
Penduduk usia 18-56 tahun yang buta aksara dan
88 135
huruf / angka latin
Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tidak tamat SD 399 614
Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat SD 1.714 1.728
Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat SLTP 895 604
Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat SLTA 298 217
Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat Perguruan
104 31
Tinggi
Jumlah 3.540 3.329
Sumber : Profil dan Potensi Desa Hambalang, 2011

Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan masyarakat desa berbagai


upaya dilakukan oleh berbagai pihak, upaya-upaya tersebut antara lain adanya
pelatihan membuat tas dari daur ulang plastik, pelatihan budidaya jamur, pelatihan
menjahit helem, pelatihan dan pendampingan usaha produksi keset, dan berbagai
pelatihan lainnya. Merurut pihak perangkat desa kandala dari adanya berbagai
pelatihan yaitu peserta yang tidak bisa hadir secara konsisten untuk mengikuti
pelatihan dikarenakan harus mencari nafkah untuk kebutuhan konsumsi keluarganya
segari-hari.
Dalam hal bidang pendidikan di Desa Tangkil, sekolah tidak ada sama sekali
bahkan untuk ukuran Sekolah Dasar (SD) sekalipun tidak ada dan untuk bidang
kesehatan, tidak ada puskesmas di desa ini yang ada hanya Posyandu. Banyak anak di
desa ini yang putus sekolah dan tidak melanjutkan kembali ke SMP atau SMA dan
hanya sampai SD saja. Hal ini karena memang mereka tidak lulus atau karena ongkos
yang mahal karena jarak sekolah yang jauh.
Saat ini di Desa Tangkil sudah memiliki 1 PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini) dan 1 MI (Madrasah Iftidaiyah) dan keduanya tidak membebankan biaya pada
muridnya. Namun hal ini menyebabkan tidak ada dana untuk menggaji guru yang
bekerja disana. Selain itu, untuk pengadaan buku pelajaran maka dilakukan dengan
cara swadaya.

6.1.2. Keuangan (Financial Asset)


Keuangan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam setiap
usaha, begitu juga bagi para pelaku usaha agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang.
Modal awal bagi para pelaku usaha agribisnis di kedua desa sebagian besar berasal
dari modal sendiri, program ekonomi bergulir dari PNPM, tengkulak dan ada juga
yang berasal dari rentenir. Modal awal yang digunakan oleh pada pelaku usaha
agribisnis cukup bervariatif, namun dari hasil wawancara modal awal yang digunakan
rata-rata berkisar di antara Rp. 500.000 sampai Rp. 5.000.000. Dengan modal awal
tersebut para pelaku usaha dapat membeli kebutuhan awal untuk memulai melakukan
usaha.
Dalam perkembangannya, modal yang digunakan untuk usaha di kedua desa
dapat cukup berkembang dan semakin maju dengan semangat berusaha yang baik.
Kondisi tersebut mendorong para pengusaha untuk menambah modal usahanya.
Untuk itu, para pelaku membutuhkan bantuan modal untuk mengembangkan
usahanya. Modal tambahan tersebut dibelikan kelengkapan sarana dan prasarana
produksi. Pada sistem keuangannya, para pelaku usaha di kedua desa rata-rata masih
menggunakan sistem keuangan yang sederhana.
Hambatan dalam hal keuangan dan permodalan yaitu pengembalian dana dari
pinjaman yang agak susah karena banyak yang digunakan untuk hal lain seperti
duganakan untuk konsumsi sehari-hari atau biaya pendidikan anak. Selain itu, mereka
juga tidak mempunyai pekerjaan dan usaha yang tetap. Hal ini mayoritas terjadi pada
masyarakat yang baru ingin memulai usaha atau para pelaku usaha dengan skala yang
sangat kecil dan tergolong sebagai masyarakat miskin. Tidak adanya lembaga
keuangan seperti koperasi juga cukup menghambat perkembangan usaha para pelaku
agribisnis di kedua desa.

6.1.3. Infrastruktur Perdesaan (Phisycal Asset)


Infrastruktur di Desa Tangkil dan Hambalang kondisinya kurang memadai,
terutama kondisi infrastruktur jalan utama yang merupakan akses masuk menuju
kedua desa dalam keadaan rusak. Di sepanjang perjalanan menuju Desa Tangkil dan
Hambalang terdapat aktivitas pembangunan markas komando Pusat Misi
Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI). Pembangunan
pada lahan seluas 259 hektare di Desa Tangkil dan Desa Sukahati inilah yang
menyebabkan rusaknya jalan karena sering dilalui kendaraan proyek. Rusaknya jalan
cukup menghambat masyarakat untuk melakukan aktivitas terutama aktivitas
perekonomian. Berikut ini data sarana dan kondisi jalan kabupaten di wilayah
Kecamatan Citereup pada Tabel 14.
Tabel 14. Data Sarana dan Kondisi Jalan Kabupaten di Wilayah Kecamatan Citereup
Tahun 2010
Panjang Rusak
Nama Ruas Baik Sedang Rusak Berat
No. Jalan Ringan
Jalan
(meter) PJ % PJ % PJ % PJ %
Jl. Lingkar
1 1.000 - - 1.000 100 - - - -
Pusapanegara
Jl. Lingkar
2 800 - - - - 800 100 - -
Citereup
Citereup -
3 9.400 - - 7.000 74,47 - - 2.400 25,53
Citaringgul
Citereup –
4 4.600 2.600 56,52 2.000 43,48 - - - -
Tajur
Tajur –
5 4.475 - - 3.475 77,65 1.000 22,35 - -
Leuwibilik
Tajur –
6 3.000 - - 1.000 33,33 - - 2.000 66,67
Hambalang
Leuwinutug-
7 Tangkil – 8.400 5.500 65,48 - - 1.000 11,90 1,900 22,62
Hambalang
Krg. Asem
8 Barat – 6.750 - - 4.250 62,96 2.500 37,04 - -
Sentul
Tarikolot –
9 2.100 - - - - - - 2.100 100
Gunungsari
Jl. Lingkar
10 Pasar 600 400 66,67 - - 200 33,33 - -
Citereup
Tarikolot -
11 1.650 - - 600 36,36 - - 1.050 63,64
Sukahati
Total 42.775 6.500 17,16 19.325 38,93 5.500 18,80 9.450 25,31
Sumber: Data Sarana Jalan UPTD Teknik Jalan dan Jembatan Wilayah Cileungsi

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jalan raya Tajur-Hambalang dan
Leuwinutug-Tangkil-Hambalang hampir 70% nya dalam keadaan rusak berat
sehingga para pelaksana proyek pembangunan di kedua Desa sebaiknya segera
memperbaiki kondisi jalan agar dapat dalalui oleh masyarakat di kedua desa dengan
nyaman. Di sektor pendidikan infrastruktur yang masih kurang memadai yaitu
sekolah setara Sekolah Menengah Atas (SMA), yang telah ada saat ini hanya
Madrasah Aliyah (MA) di Desa Hambalang dan masih dirasa kurang memadai.
Berikut ini data infrastruktur pendidikan di Desa Tangkil dan Hambalang yang
terdapat pada Tabel 15.
Tabel 15. Infrastruktur Pendidikan Di Desa Tangkil dan Hambalang Tahun 2011
Jumlah Tenaga Jumlah
Nama Jumlah Status
Pengajar Siswa
PAUD 3 Terdaftar 10 100
SD/MI /MD 12 Terakreditasi 60 1.415
SMP/TSANAWIYAH 2 Terakreditasi 28 378
SMA/ALIYAH 1 Terdaftar 6 87
PTN - - - -
Sumber : Profil dan Potensi Desa Tangkil dan Hambalang, 2011 (diolah)

6.1.4. Sumber Daya Alam (Natural Asset)


Pada umumnya, Sumber Daya Alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan
menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui. SDA yang
dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama
penggunaannya tidak diekspliotasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme,
sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan. Walaupun
jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi dan dijaga
untuk dapat terus berkelanjutan.
Sebagian besar kondisi tanah di Desa Tangkil dan Desa Hambalang berwarna
merah dengan tekstur tanah lempung. Tingkat kemiringan tanah mencapai 65°
dengan lahan kritis dan terlantar sekitar 400 ha. Tingkat erosi tanah di kedua desa
sekitar 80 ha untuk erosi ringan dan 20 ha untuk erosi berat dan luas tanah yang tidak
ada ancaman erosi sekitar 2.140 ha. Berikut ini terdapat data luasan lahan di Desa
Hambalang berdasarkan peruntukannya yang terdapat pada Tabel 16.
Tabel 16. Luas Lahan Berdasarkan Peruntukannya di Desa Hambalang Tahun 2011
Lahan Peruntukan Luas Lahan
Pemukiman 495 ha/m2
Persawahan 399,5 ha/m2
Perkebunan 1.315 ha/m2
Kuburan 10 ha/m2
Pekarangan 120 ha/m2
Taman 105 ha/m2
Perkantoran 0,5 ha/m2
Prasarana Umum Lainnya 40 ha/m2
Total luas 2.474,42 ha/m2
Sumber : Profil dan Potensi Desa Hambalang, 2011
Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial
bagi manusia. Kegunaan air di Desa Tangkil dan Hambalang meliputi penggunaan di
bidang pertanian, industri, rumah tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan lainnya.
Pengelolaan sumber daya air di kedua desa semakin hari semakin dihadapkan ke
berbagai permasalahan. Permasalahan umum dalam pengelolaan sumber daya air di
kedua desa yaitu saluran air bersih ke rumah warga yang belum tertata dengan baik,
pengelolaan air ke rumah tangga sebagian besar masih menggunakan selang yang
rentan kebocoran. Berikut ini data potensi sumber daya air di Desa Tangkil dan
Hambalang yang terdapat pada Tabel 17.
Tabel 17. Potensi Sumber Daya Air
Jumlah Pemanfaat Kondisi
Jenis
(Unit) (KK) Baik/Rusak
Mata air 18 1.500 Baik
Sumur gali 713 900 Baik
Sumur pompa 520 600 Baik
Sumber : Profil dan Potensi Desa Tangkil dan Desa Hambalang, 2011

6.1.5. Modal Sosial (Social Asset)


Modal sosial adalah bagian-bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan,
norma dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan
memfasilitasi tindakan-tindakan yang terkoordinasi. Modal sosial juga didefinisikan
sebagai kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat
atau bagian-bagian tertentu dari masyarakat tersebut. Selain itu, konsep ini juga
diartikan sebagai serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama di
antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama.
Modal sosial yang terdapat di Desa Tangkil dan Hambalang yaitu modal dasar
dari adanya ikatan sosial yang kuat dengan adanya kerjasama di antara anggota
masyarakat dalam suatu kelompok atau organisasi. Dalam hal ini komunitas
perdesaan dengan ikatan sosial akan terbanguan dengan kerjasama di antara semua
warga masyarakat. Nilai-nilai modal sosial yang terdapat di kedua desa yaitu nilai-
nilai seperti gotong-royong antar masyarakat, toleransi antar umat beragama dan
kepercayaan dan dukungan terhadap pemerintah desa.
6.2. Analisis Faktor Eksternal
Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang berada diluar lingkungan
perdesaan yang secara langsung ataupun tidak, dapat mempengaruhi kegiatan
agribisnis dan perekonomian di Desa Tangkil dan Hambalang. Adapun yang
termasuk lingkungan eksternal diantaranya faktor ekonomi, politik dan kebijakan
pemerintah, teknologi, demografi, serta sosial, budaya, dan lingkungan.

6.2.1. Ekonomi
Keadaan ekonomi suatu daerah akan dapat mempengaruhi perekonomian di
perdesaan. Perekonomian yang stabil dan berkembang akan diikuti dengan
meningkatnya kesejahteraan rakyat. Peran serta masyarakat terutama dunia usaha
telah mampu mendorong berkembangnya pembangunan ekonomi Kabupaten Bogor.
Dengan keberhasilan Pembangunan di bidang ekonomi sangat memberikan dukungan
dan dorongan terhadap pembangunan di berbagai sektor lainnya. Hal ini juga menjadi
peluang bagi perluasan kesempatan kerja yang turut medukung peningkatan laju
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah. Hal ini dapat dilihat dari realisasi
indikator makro ekonomi menurut PDRB yang terdapat pada Tabel 18.
Tabel 18. Realisasi Indikator Makro Ekonomi Menurut PDRB Berdasarkan Harga
Berlaku Tahun 2007-2009
Sektor 2007 2008 2009
Primer 3.023.730 3.326.210 3.638.330
Sekunder 35.652.250 40.350.940 44.856.010
Tersier 12.604.230 14.712.260 16.718.360
Sumber: Diskominfo Kabupaten Bogor, 2011
Daerah perdesaan seperti Desa Tangkil dan Hambalang mempunyai
sumberdaya pertanian yang sangat besar, namun produk pertanian umumnya mudah
busuk, tidak efisien dalam tempat, dan musiman. Sehingga konsumen saat ini dan
yang akan datang akan cenderung mengkonsumsi produk agribisnis yang sehat,
dengan kualitas yang baik maka peranan agroindustri akan dominan. Kondisi
perekonomian Kabuapten Bogor yang labil secara tidak langsung mempengaruhi
perekonomian dalam di kedua desa.
6.2.2. Politik dan Kebijakan Pemerintah
Kondisi politik di Kabupaten Bogor belakangan ini terjadi euforia Otonomi
Daerah (Otda). Banyak masyarakat yang ingin mengembangkan wilayahnya menjadi
berdiri sendiri, seperti mendirikan kecamatan baru atau kelurahan baru. Hal ini
terkadang menimbulkan konflik baik horizontal maupun vertikal. Menurut sumber
yaitu Kodim Kabupaten Bogor konflik yang terjadi di Kabupaten Bogor mengandung
muatan politik. Demikian juga bila dilakukan Pilkada, selalu menimbulkan pro dan
kontra, serta berakhir dengan keributan atau konflik.
Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan oleh yang berwenang untuk dijadikan pedoman/ pegangan/ petunjuk dalam
pengembangan ataupun pelaksanaan program/kegiatan guna tercapainya kelancaran
dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan, serta visi dan misi instansi
pemerintah. Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, Kebijakan adalah
arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan.
Berikut ini Kebijakan di Kabupaten Bogor dalam rangka mengarahkan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Misi Pertama yaitu: Meningkatkan fasilitasi
penataan infrastruktur wilayah. Misi Kedua yaitu: Meningkatkan fasilitasi dan
aksesibilitas perekonomian serta iklim usaha yang kondusif, serta meningkatkan
revitalisasi pertanian. Misi Ketiga yaitu: Meningkatkan kuantitas dan kualitas
pelayanan publik serta meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan Kecamatan
dan Desa.

6.2.3. Teknologi
Perkembangan teknologi mendorong pada perkembangan teknik produksi
suatu produk, terutama produk pertanian. Teknik budidaya merupakan bagian dari
kegiatan agribisnis yang harus berorientasi pada pasar. Artinya teknik budidaya
dilakukan berdasarkan pada kualitas yang diinginkan oleh pihak konsumen sehingga
produk tersebut dapat dipasarkan dengan baik. Sehingga teknik budidaya harus
mempunyai daya saing dan teknologi yang unggul.
Saat ini mayoritas teknik budidaya usaha agribisnis di Kabupaten Bogor
khususnya di Desa Tangkil dan Hambalang masih tergolong sederhana, ini
dikarenakan kurangnya pengetahuan, dan kemampuan mengaplikasikan teknologi
yang efektif dan efesien. Disamping itu kurangnya akses informasi menyebabkan
masyarakat di kedua desa kurang berminat untuk mengaplikasikan teknik baru dalam
mengolah lahannya. Kurangnya penerapan teknologi yang tepat menyebabkan
kegiatan agribisnis di kedua desa sulit berkembang. Contohnya pada industri
penggilingan singkong menjadi aci, mesin yang digunakan masih tergolong
sederhana sehingga kegiatan produksi menjadi kurang maksimal.
Sesungguhnya alternatif teknologi untuk usaha agribisnis di perdesaan untuk
pengolahan hasil-hasil pertanian cukup bervariasi, mulai dari teknologi tradisional
yang digunakan oleh industri kecil (cottage industry) sampai kepada teknologi
canggih yang biasanya digunakan oleh industri besar. Dengan demikian alternatif
teknologi tersebut bervariasi dari teknologi yang padat karya sampai ke teknologi
yang padat modal. Teknologi maju yang efektif dan efisien dapat mengurangi biaya
peubah (variable cost) seperti biaya tenaga kerja per unit output serta dapat
memperkuat kedudukan suatu usaha agribisnis, karena kualitas outputnya yang
tinggi, standar kualitasnya yang konsisten, dan volume produksinya yang besar
sehingga dapat menarik pembeli dengan jumlah pembelian besar.
Tingkat produksi dan teknologi yang tinggi menuntut pengembangan
prasarana, pengelolaan, dan tenaga kerja terampil. Disamping itu, karena biaya tetap
(fixed cost) yang tinggi maka perdesaan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang
harus memiliki kepastian penyediaan bahan baku serta kepastian pasar untuk produk
yang dihasilkan dan beroperasi mendekati kapasitas efektifnya agar perdesaan
tersebut berjalan sehat (viable).

6.2.4. Demografi

Demografi atau kependudukan adalah ilmu yang mempelajari kependudukan


manusia, yang didalamnya meliputi ukuran, strukur, distribusi penduduk, serta
bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian,
migrasi serta penuaan. Pada tahun 2009 Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan
populasi penduduk tertinggi dari 17 Kabupaten dan sembilan kota di Jawa Barat
dengan jumlah 4.347.296 jiwa, angka penduduk tersebut yang terbagi atas 2.228.981
jiwa laki-laki dan 2.111.284 jiwa perempuan. Kabupaten Bogor mengungguli
Kabupaten Bandung diposisi kedua dengan jumlah penduduk 3.033.038 jiwa. Berikut
ini data jumlah penduduk di Kabupaten Bogor yang terdapat pada Tabel 19.

Tabel 19. Jumlah Penduduk di Kabupaten Bogor Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun
2004-2009
Tahun Laki-laki Perempuan
2004 1.728.631 1.680.179
2005 2.023.400 2.077.534
2006 2.163.929 2.051.656
2007 2.178.831 2.059.131
2008 2.230.314 2.110.206
2009 2.228.981 2.118.315
Sumber: Diskominfo Kabupaten Bogor, 2011
Dengan semakin bertumbuhnya peningkatan penduduk maka permintaan akan
bahan pangan semakin meningkat juga, maka dari itu pertumbuhan penduduk yang
terus meningkat dapat menjadi peluang untuk usaha di bidang agribisnis.
Pengembangan agribisnis di perdesaan seperti di Desa Tangkil dan Hambalang
menjadi sangat diperlukan untuk dapat mengatasi ancaman ketahanan pangan.
Pemerintah sebagai pelaksana pembangunan harus dapat merancang program yang
tepat dalam usaha budidaya komoditas tanaman pangan agar dapat memenuhi
kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia akan kebutuhan pangan.

6.2.5. Sosial, Budaya dan Lingkungan


Usaha di bidang pertanian atau agribisnis merupakan usaha yang sangat
rentan terhadap pengaruh iklim dan cuaca. Komoditas agribisnis memiliki sifat yang
mudah rusak. Proses produksi di sektor agribisnis dari mulai tanam hingga panen
tidak dijamin akan berhasil dengan baik. hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan
seperti tingkat kesuburan tanah, curah hujan dan ketersediaan air.
Beras masih merupakan pangan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat
umumnya termasuk masyarakat Desa Tangkil dan Hambalang. Diversifikasi pangan
yang diprogramkan pemerintah tidak berpengaruh sama sekali terhadap besarnya
konsumsi masyarakat terhadap beras. Diversifikasi yang dilakukan pemerintah tidak
dapat disosialisasikan dengan baik karena sebenarnya setiap daerah memiliki budaya
yang berbeda dengan komoditas pangan yang akan mereka konsumsi. Hal ini
diakibatkan karena budaya masyarakat yang menjadikan beras sebagai pangan utama.
Aktifitas masyarakat di wilayah Kabuapten Bogor seperti di Desa Tangkil dan
Hambalang tidak terlepas dari pengaruh aktivitas kota lainnya dalam Jakarta Bogor
Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek) sebagai wilayah metropolitan. Tingkat
mobilitas penduduk Kabupaten Bogor dan wilayah Jabodetabek mengalami
pertumbuhan yang relatif tinggi sejalan dengan peningkatan pendapatan. Dengan
kemajuan jaman dan kemajuan teknologi, daerah seperti Desa Tangkil dan
Hambalang cukup terpengaruh pada gaya hidup masyarakat di perkotaan.
Berkurangnya kehidupan sosial dan budaya masyarakat perdesaan dapat dilihat dari
kehidupan remaja di perdesaan yang sudah meninggalkan identitas mereka sebagai
masyarakat desa.

Anda mungkin juga menyukai