Anda di halaman 1dari 46

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN

SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAGIAN HULU DALAM USAHA


PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh


gelar Magister Pendidikan Geografi

oleh
Aris Muhamad Ramdani
NIM 1302529

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN
SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAGIAN HULU DALAM USAHA
PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR

Oleh
Aris Muhamad Ramdani

S.Pd UPI Bandung, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Geografi

© Aris Muhamad Ramdani 2015


Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ARIS MUHAMAD RAMDANI

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN


SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAGIAN HULU DALAM USAHA
PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT.


NIP. 19640603 198903 1 001

Pembimbing II

Dr. Ahmad Yani, M.Si.


NIP. 19670812 199702 1 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi SPs Pendidikan Geografi
Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS.


NIP. 19580526 198603 1 010

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN
SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAGIAN HULU DALAM USAHA
PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR

Oleh: Aris Muhamad Ramdani

Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT.


2. Dr. Ahmad Yani, M.Si.

ABSRAK

Manusia secara ekologis bagian dari lingkungan, peranan manusia dalam


lingkungan dari pandangan etika lingkungan, bagaimana manusia memiliki hak
dan kewajiban dalam mengelola, memanfaatkan dan melestarikan sumber daya
alam khususnya sumber daya air (SDA) yang ada di lingkungan sekitarnya, agar
terciptanya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara SDA dengan
kebutuhan manusia. SDA yang menjadi fokus penelitian adalah SDA pada Daerah
Aliran Sungai (DAS). Berdasarkan kondisi DAS Cikapundung saat ini yang
memiliki kerusakan kualitas dan kualitas air sungai perlu diatasi melalui upaya
konservatif, salah satunya melalui kearifan lokal masyarakat, yang diwujudkan
dalam bentuk ide, gagasan, proses, dan wujud atau artefak terhadap upaya
pelestarian SDA. Upaya pelestarian tersebut mengandung nilai-nilai kearifan lokal
yang dapat diimplementasikan sebagai informasi bagi masyarakat lainnya dan
bagi dunia pendidikan khusunya pembelajaran geografi berupa bahan ajar. Tujuan
penelitian ini untuk mengidentifikasi bentuk kearifan lokal, menganalisis usaha
masyarakat menghadapi gangguan dan ancaman, pengembangan implementasi
nilai-nilai kearifan lokal bagi masyarakat lainnya, dan pengembangan
implementasi sebagai bahan ajar pendidikan geografi di SMA kelas X dan kelas
XI. Melalui metode kualitatif verifikatif, temuan di lapangan berupa kearifan lokal
masyarakat dalam melestarikan SDA dengan cara mengelola, memanfaatkan, dan
melestarikan komponen DAS diantaranya, lahan hutan, sumber air, pencegahan
erosi dan sedimentasi, pengelolaan limbah kotoran sapi, dan konservasi lereng
bukit. Bentuk kearifan lokal yang teridentifikasi tersebut memiliki nilai
pedagogis, nilai praksis dan praktis, nilai adaptasi, nilai keruangan, nilai sosial-
budaya, nilai religi, nilai keselarasan, nilai keseimbangan, nilai keberlanjutan,
nilai manajemen lingkungan, nilai efesiensi sumber daya air, dan nilai mitigasi
bencana. Kesimpulan dan rekomendasi dari nilai-nilai tersebut dapat
diimplementasikan kepada masyarakat pada DAS Cikapundung atau DAS lainnya
yang tidak melakukan pelestarian serta dapat diimplementasikan sebagai bahan
ajar pendidikan geografi di SMA kelas X dan kelas XI.

Kata Kunci : Kearifan Lokal, Pelestarian SDA, Bahan Ajar.

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
VALUES OF THE LOCAL WISDOM WATERSHED (DAS)
CIKAPUNDUNG UPSTREAM OF THE BUSINESS OF WATER
RESOURCES CONSERVATION

by: Aris Muhamad Ramdani

Collage Instructor : 1. Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT.


2. Dr. Ahmad Yani, M.Si.

ABSTRACT

Humans are part of the ecological environment, the role of humans in the
environment of view of environmental ethics, how human beings have the right
and obligation to manage, utilize and conserve natural resources, especially water
resources (SDA) in the surrounding environment, in order to create harmony,
harmony, and the balance between natural resources to human needs. SDA is the
focus of research is on the SDA Watershed (DAS). Based on current watershed
conditions Cikapundung who have damage to quality and water quality need to be
overcome through the efforts of conservative, one through local knowledge
society, which is manifested in the form of ideas, ideas, processes, and forms or
artifacts to the conservation efforts of SDA. The conservation efforts to contain
the values of local wisdom that can be implemented as other information for
people and for the world of education especially in the form of learning
geography teaching materials. The purpose of this research is to identify the forms
of local wisdom, analyzing the business community face harassment and threats,
the development of the implementation of the values of local wisdom for other
communities, and the development of implementation as an educational resource
in high school geography class X and class XI. Through qualitative verification
methods, findings in the field in the form of local wisdom in preserving natural
resources by managing, utilizing and preserving components such watershed,
forest lands, water resources, prevention of erosion and sedimentation, cow
manure waste management, and conservation of the hillside. Identified forms of
local wisdom has pedagogical value, praxis and practical value, the value of
adaptation, the value of spatial, socio-cultural values, religious values, values of
harmony, balance values, values of sustainability, environmental management
value, the value of water resources efficiency, and value disaster mitigation. The
conclusions and recommendations of the values can be implemented to the public
on river basin or watershed Cikapundung others who do not perform as well as the
conservation can be implemented as an educational resource in high school
geography class X and class XI.

Keywords: Local Wisdom, Conservation of Water Resources, Teaching Material.

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN ................................................................................................. i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
E. Struktur Organisasi ............................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 11
A. Manusia dan Lingkungannya ................................................................ 11
B. Etika Lingkungan dalam Pelestarian Sumber Daya Air ....................... 15
C. Upaya dalam mengatasi Gangguan dan Ancaman Kerusakan Daerah
Aliran Sungai (DAS) ........................................................................... 24
D. Kearifan Lokal dalam Pelestarian Sumber Daya Air ............................ 29
E. Nilai-nilai pada Kearifan lokal dalam Pelestarian Sumber Daya Air ... 34
F. Implikasi Penelitian terhadap Pendidikan Geografi ............................. 47
1. Sumber Belajar Geografi .................................................................. 48
2. Bahan Ajar Geografi ........................................................................ 50
3. Pengembangan Bahan Ajar Geografi ............................................... 53
4. Penerapan Nilai – Nilai Kearifan Lokal dalam Pelestarian Sumber
DayaAir pada DAS Cikapundung untuk pembelajaran Geografi .... 55
G. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 57

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 59
A. Desain Penelitian .................................................................................. 59
B. Peran Peneliti ........................................................................................ 61
C. Subjek Penelitian ................................................................................. 61
D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 64
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 64
F. Teknis Analisis Data ............................................................................. 68
G. Pengujian Keabsahan Data ................................................................... 69
H. Rancangan Jadwal Penelitian ................................................................ 70
I. Bagan Alur Penelitian ........................................................................... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 72
A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ........................................................... 72
B. Kondisi Sosial Daerah Penelitian.......................................................... 78
C. Identifikasi Bentuk-bentuk Kearifan Lokal Masyarakat dalam
Pelestarian Sumber Daya Air ............................................................... 80
1. Bentuk Kearifan Lokal Dalam Pelestarian Hutan Gunung Lingkung....... 83
2. Bentuk Kearifan lokal dalam Pelestarian Sumber Air dan Jaringan
Air Bersih ......................................................................................... 89
3. Bentuk Kearifan Lokal dalam Pengendalian Erosi dan Sedimentasi ........ 107
4. Bentuk Kearifan Lokal dalam Aktivitas Konservasi........................ 113
D. Klasifikasi bentuk kearifan lokal masyarakat dalam pelestarian
sumber daya air pada DAS Cikapundung bagian hulu ......................... 120
E. Identifikasi Nilai-Nilai yang Terkandung dalam bentuk Kearifan Lokal
terhadap Pelestarian Sumber Daya Air ................................................. 129
F. Analisis Usaha Masyarakat dalam Mengatasi Bentuk Gangguan dan
Ancaman terhadap Keberadaan Sumber Daya Air .............................. 153
G. Pengembangan Implementasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam
Pelestarian Sumber Daya Air ................................................................ 176
H. Identifikasi dan Implementasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam
Pelestarian Sumber Daya Air sebagai Bahan Ajar Geografi di Sekolah
Menengah Atas ..................................................................................... 203

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................. 229
A. Simpulan ............................................................................................... 229
B. Rekomendasi ......................................................................................... 232
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 235
LAMPIRAN ....................................................................................................... 243

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Manusia merupakan salah satu bagian dari lingkungan, secara ekologi
kedudukan manusia dalam lingkungan sama seperti makhluk hidup lainnya yakni
saling dipengaruhi dan mempengaruhi. Salmah (2010, hlm. 13) menjelaskan.
Manusia secara ekologis bagian dari lingkungan hidup. Kelangsungan hidup
manusia bergantung pada kebutuhan lingkungan hidupnya. Hal ini memberi
arti bahwa keberadaan manusia di atas bumi sangat dipengaruhi oleh
komponen lingkungan. Sebagai tempat hidup mensyaratkan harus ada
keserasian antara manusia dan lingkungannya.

Penjelasan di atas, dapat dimaknai bahwa manusia memiliki peranan penting


terhadap setiap komponen lingkungan lainnya, sebagai satu kesatuan utuh untuk
terciptanya kehidupan yang selaras, serasi, dan seimbang antara kehidupan
manusia dengan lingkungannya. Peranan manusia secara ekologi memberikan
peranan fungsional bahwa dalam menjalankan hak dan kewajiban manusia
dituntut agar memikirkan dan melakukan pengelolaan dan pelestarian
lingkungannya.
Ekologi manusia ditunjukan dalam aktivitas mengelola, memanfaatkan, dan
melestarikan lingkungannya agar terciptanya kehidupan yang layak saat ini dan di
masa depan. Mutakin dan Pasya (2006, hlm. 44) menjelaskan bahwa berpikir
mengenai lingkungan, sebaiknya tidak sekedar sampai tema fisikal dan non
fisikal, namun mesti melintas ke aspek penampilan dan pengalaman manusia itu
sendiri. Kemampuan berpikir manusia tersebut dipersepsikan pada etika
lingkungan, Keraf (2005) menjelaskan etika lingkungan kemudian mengacu pada
kerangka kerja formal yang memberikan penekanan pada praktek keterkaitan
dengan hubungan manusia dan alam. Melalui etika lingkungan manusia dapat
melakukan berbagai langkah praktis dalam berperilaku terhadap sumber daya
alam yang ada dilingkungannya. Etika yang dipegang teguh oleh manusia di
pemikirannya karena memiliki nilai-nilai kehidupan untuk menganggap mana
perilaku yang baik atau buruk, benar atau salah dalam mengelola, memanfaatkan,

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2

dan melestarikan lingkungannya. Nilai kehidupan tersebut merupakan sebuah


persepsi dan keyakinan yang dimiliki setiap individu atau kelompok terhadap
lingkungannya, dari hasil aktualisasi berupa kultur budaya lokal yang diciptakan
oleh hubungan manusia dengan lingkungan.
Hubungan manusia dengan lingkungan dinilai berdasarkan etika lingkungan
yang direfleksikan dari pemahaman perilaku manusia secara arif dan bijak,
termuat pada kearifan lokal individu atau kelompok masyarakat lokal untuk
mewujudkan kehidupan yang layak. Dalam konteks kearifan lokal dimuat
berdasarkan ide, gagasan, proses, dan bentuk atau artefak yang ada di masyarakat
lokal terkait dengan nilai kebenaran akan peranan manusia dalam mengelola,
memanfaatkan, dan melestarikan sumber daya alam yang ada di lingkungan
sekitarnya.
Sumber daya alam yang menjadi fokus penelitian adalah sumber daya air,
karena air merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia, tanpa air manusia akan
kesulitan dalam menjalankan aktifititas kehidupan sehari-hari, diantaranya
kebutuhan rumah tangga, pertanian, perkebunan, industri, dan lain-lain. Agar
terpenuhi kebutuhan air bagi manusia, maka dilakukan tindakan berupa
mengelola, memanfaatkan, dan melestarikan SDA yang ada. SDA yang diteliti
pada penelitian adalah SDA pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung,
dikutip dari Website Cita Citarum (2014), DAS Cikapundung sebagai Sub DAS
Citarum, memiliki panjang aliran sungai utama ± 38,29 Km dengan luas daerah
aliran sebesar 111,3 Km², serta meliputi wilayah administrasi Kabupaten Bandung
Barat, Kota Bandung, dan Kabupaten Bandung. Secara kondisi fisik DAS
Cikapundung dibagi menjadi tiga bagian, yakni pada bagian hulu, tengah dan
hilir, pembagian tersebut berdasarkan fungsi dan pemanfaatannya, untuk bagian
hulu berada di daerah pegunungan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung
Barat, daerah Cigilung, dan Maribaya, bagian tengah berada di daerah Dago,
Gandok dan DAS Cikapundung daerah Pasir Luyu (Kota Bandung), dan bagian
hilir daerah di Kecamatan Balendah (Kabupaten Bandung). Khusus daerah hulu
menjadi lokasi penelitian, karena terindikasi terdapat kerusakan DAS.
Kerusakan pada DAS Cikapundung bagian hulu hasil survei peneliti
(Desember, 2014) ditemukan perubahan warna air sungai yang bewarna kehijau-

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3

hijauan akibat buangan limbah kotoran sapi ke sungai dimulai dari pemukiman
penduduk di Kampung Batulonceng Desa Suntenjaya, selain itu di Desa
Suntenjaya, Desa Cibodas, Desa Cikidang, dan Desa Langgengsari air sungai
bewarna kecokelatan karena aktivitas pertanian di daerah kemiringan lereng bukit
dengan pola tanam yang kurang tepat sehingga menimbulkan erosi lereng dan
sedimentasi di aliran sungai.
Kerusakan pada DAS Cikapundung bagian hulu dapat memberi dampak
terhadap daerah tengah dan hilir. Jika, kondisi tersebut tanpa ada upaya
penanganan dan upaya pencegahan lebih lanjut akan mengancam fungsi dan
manfaat DAS Cikapundung, dikutip dari Website Cita Citarum (2014) dapat
diketahui DAS Cikapundung memiliki fungsi dan manfaatnya, sebagai berikut.
1) Drainase utama pusat kota.
2) Penggelontoran kotoran dan pembuangan limbah domestik maupun industri
sampah kota Bandung.
3) Objek wisata Bandung (maribaya, curug dago, kebun binatang, dll)
4) Penyediaan air baku perusahaan daerah air minum (PDAM) kota Bandung
yang membangun instalasi penyadapan di dago pakar, dago, dan badak
singa.
5) Pemanfaatan energi yang dikelola oleh PT Indonesia Power-Unit saguling
yang mendirikan energi instalasi di PLTA Bengkok dan PLTA Dago Pojok.
6) Sarana irigasi pertanian.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di identifikasi besarnya fungsi dan manfaat


SDA pada DAS Cikapundung sebagai penyedia air baku yang dikelola oleh
PDAM Tirtawening dan pemanfaatan SDA pada DAS Cikapundung untuk PLTA
Dago-Bengkok. Keberlangsungan PDAM sebagai penyedia air baku serta PLTA
sebagai penyedia energi listrik sangat dipengaruhi oleh kondisi sebelumnya yakni
kondisi DAS Cikapundung pada bagian hulu. Berdasarkan fungsi dan manfaat
SDA pada DAS Cikapundung tersebut, diperlukan upaya pengelolaan dan
pelestarian pada setiap komponen DAS di bagian hulu, dengan cara upaya
peningkatan kesadaran, pengetahuan, dan tindakan yang seharusnya masyrakat
lakukan dalam menyikapi kondisi SDA pada DAS Cikapundung di bagian hulu
dengan beragam aktivitas masyarakat.
Bentuk pengelolaan dan pelestarian SDA pada DAS Cikapundung di bagian
hulu dapat dilakukan berdasarkan kegiatan masyarakat yang arif dan bijak atau
berbasis kearifan lokal, Sulastriyono (2008, hlm. 421) berpendapat bahwa.
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4

Konsep pengelolaan sumber daya air sungai secara holistik dan terpadu
dengan berbasis kearifan lokal merupakan alternatif dalam upaya mengatur
pengelolaan sumber daya air sungai. Hal ini berarti bahwa proses
perencanaan merupakan tahapan penting dan harus melibatkan berbagai
pemangku kepentingan (stakeholder) sebagai kunci pengelolaan sumber
daya air sungai di kawasan DAS.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa konsep pengelolaan SDA


berbasis kearifan lokal merupakan upaya mengatur pengelolaan dan pelestarian
SDA pada DAS. Tahapan penting yang melibatkan pemangku kepentingan dari
masyarakat lokal sampai dengan pemerintahan sebagai kunci dalam pengelolaan
dan pelestarian SDA berbasis kearifan lokal.
Penerapan pengelolaan dan pelestarian SDA berbasis kearifan lokal yang
ada di masyarakat terbukti secara empiris mampu mencegah berbagai macam
kerusakan SDA, karena kearifan lokalmengandung makna dalam menyelesaikan
beragam kerusakan lingkungan, sebagaimana Kurniasari & Reswati (2013)
menjelaskan.
…kearifan lokal membawa pesan bagi masyarakat lain dalam rangka
menyelesaikan permasalahan-permasalahan lingkungan di daerahnya,
sehingga generasi mendatang akan menerima warisan alam dengan kondisi
yang semestinya mereka terima.

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa kearifan lokal memberi andil yang


sistematis agar terciptanya keseimbangan kehidupan antara manusia dan
komponen alam saat ini dan di masa depan. Berbagai bentuk kearifan lokal yang
ada di masyarakat terhadap lingkungannya, salah satunya upaya pengelolaan,
pemanfaatan, dan pelestarian SDA pada DAS yang menjadi penyangga bagi
makhluk hidup khususnya manusia dalam menjalankan aktivitas kehidupan
sehari-hari.
Pelestarian SDA yang ada di masyarakat tertuang dalam kearifan lokal yang
memiliki nilai-nilai yang mencerminkan konsep pengelolaan dan pelestarian agar
terciptanya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan hidup manusia dengan
lingkungannya. Sebagaimana kearifan lokal di lingkungan masyarakat Sunda
yang tertuang dalam pesan saur sepuh, sebagai berikut.
SAUR SEPUH
Gunung kaian
Gawir awian
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5

Cinyusu rumatan
Pasir alunan
Lebak cairan
Samparan kebonan
Walungan rawatan
Legok balongan
Dataran sawahan
Situ pulsaraeun
Lembur uruseun
Basisi jagaeun

Pesan saur sepuh di atas, tumbuh dari dinamika keselarasan hidup masyarakat
Jawa barat (urang Sunda) terhadap kondisi lingkungannya, sebagaimana Rohmat
(2010, hlm. 28) menjelaskan.
Kata-kata yang tertulis dalam “saur sepuh” tersebut sungguh sangat tinggi
nilainya dilihat dari semangat dan maknanya bagi upaya konservasi Sumber
Daya Air (SDA) dalam rangka menjaga kesinambungan ketersediaan SDA.
Jika sejak dahulu makna ini dihayati dan dipahami secara sungguh-sungguh,
serta dijadikan cara pandang dan tuntutan kita dalam berprilaku terhadap
lingkungan, kemudian diwariskan dari generasi ke generasi, bisa jadi
bencana akibat air yang tidak terkendali, tidak akan terjadi sekarang ini.

Berdasarkan pesan dan pendapat tersebut, diketahui bahwa pesan saur sepuh
mengandung nilai luhur dan tuntunan sebagai manusia dalam berprilaku terhadap
lingkungannya khususnya nilai pelestarian SDA. Nilai yang terdapat di budaya
masyarakat sunda tertuang dalam bentuk kabuyutan/larangan untuk tetap dipatuhi
dan diterapkan masyarakatnya, khususnya hubungan dengan pelestarian SDA.
Pelestarian SDA yang tertuangnya pada pesan saur sepuh, menarik untuk
dikaji lebih lanjut, apakah masih ada nilai pesan tersebut pada masyrakat DAS
Cikapundung di bagian hulu, agar nilai-nilai pesan pelestarian SDA yang ada di
masyarakat DAS Cikapundung dapat diimplementasikan sebagai sumber
informasi ke masyarakat lainnya yang tidak melakukan pelestarian pada DAS
Cikapundung bagian hulu serta menjadi bahan ajar bagi peserta didik di dunia
pendidikan khususnya pada pembelajaran geografi.
Mengingat pembelajaran geografi hakekatnya dan ruang lingkupnya tekait
dengan fenomena atau gejala alam dengan aktivitas sosial, maka penelusuran
bentuk kearifan lokal menjadi bahan ajar bisa diterapkan pada pembelajaran untuk
memperkaya khasanah keilmuan geografi secara empiris dan praksis,
sebagaimana menurut Sumaatmadja (1997, hlm. 12)
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6

Dari hakekat dan ruang lingkup pengajaran geografi yang telah


dikemukakan di atas, menjadi jelas di mana materi geografi itu dicari.
Kehidupan manusia di masyarakat, alam lingkungan dengan segala sumber
dayanya, region-region di permukaan bumi, menjadi sumber pengajaran
geografi.

Berdasarkan penjelasan di atas, hakekat bahan ajar geografi salah satunya bisa
bersumber dari kajian peneliti mengenai kearifan lokal masyarakat dalam
pelestarian SDA pada DAS Cikapundung di bagian hulu untuk dijadikan bahan
ajar yang bermanfaat dan menjadi penghubung secara kontekstual dari fenomena
pelestarian SDA yang ada di masyarakat pada DAS Cikapundung di bagian Hulu
dengan proses pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan terkait geografi.
Indikator pembelajaran untuk pemahaman peserta didik mengenai
pemanfaatan dan pelestarian perairan darat dalam unit satuan DAS Cikapundung
di bagian hulu, bersumber belajar dari kearifan lokal masyarakat untuk diangkat
fenomena atau gejala apa saja yang ada di masyarakat dalam melakukan bentuk
pelestarian SDA pada DAS Cikapundung di bagian hulu. Agar masyarakat
lainnya dan peserta didik mampu menghubungkan secara konseptual dan kondisi
nyata dalam kehidupan sehari-hari bagaimana upaya pelestarian SDA pada DAS
berdasarkan nilai kearifan lokal yang ada di masyarakat.
Bahan ajar yang bersumber dari nilai kearifan lokal, dijelaskan menurut
Rohmat (2010, hlm. 15) bahwa “Strategi peningkatan kualitas sumber daya
manusia harus difokuskan pada pendidikan usia sekolah melalui pendidikan
lingkungan hidup, baik di sekolah maupun di luar sekolah”. Pembelajaran
geografi yang terintegrasi antara kondisi fisik yang ada di lingkungan dengan
beragam aktivitas masyarakat dalam mengelola, memanfaatkan, dan melestarian
SDA. Dapat diaktualisasikan dalam proses peningkatan pendidikan di masyarakat
dan pendidikan di sekolah bagi peserta didik, agar pengetahuan secara konseptual
dan kepekaan terhadap DAS sebagai penyangga kehidupan masyarakat di masa
mendatang, menjadi lebih memiliki sikap rasa tanggung jawab dan peduli
lingkungan, serta lebih jauh memiliki rasa cinta tanah air sebagaimana karakter
yang diharapkan dari tujuan pendidikan nasional negara Indonesia dengan
memanfaatkan bahan ajar berbasis kearifan lokal dalam pelestarian SDA.

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7

Kajian nilai kearifan lokal masyarakat pada DAS Cikapundung di bagian


hulu dalam upaya pelestarian SDA, dapat dikemas ke dalam bahan ajar geografi
pada pembelajaran kelas X dan kelas XI-IPS terkait pelestarian sumber daya air
guna membangun peserta didik yang berkarakter dan memahami relasi antar
gejala di dalam suatu ruang kehidupan.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini, selanjutnya
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat dalam pelestarian SDA
pada DAS Cikapundung di bagian hulu?
2. Sejauh mana usaha masyarakat dalam mengatasi gangguan dan ancaman
terhadap keberadaan SDA pada DAS Cikapundung di bagian hulu?
3. Bagaimana implementasi nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam
pelestarian SDA oleh masyrakat pada DAS Cikapundung di bagian hulu
sebagai informasi bagi masyarakat lainnya?
4. Bagaimana implementasi nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam
pelestarian SDA oleh masyrakat pada DAS Cikapundung di bagian hulu
sebagai bahan ajar geografi di kelas X dan XI-IPS?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan hasil rumusan masalah dan fokus penelitian, selanjutnya
diidentifikasi melalui tujuan dalam penelitian sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan bentuk kearifan lokal masyarakat dalam pelestarian SDA
pada DAS Cikapundung di bagian hulu.
2. Mengetahui usaha masyarakat dalam mengatasi gangguan dan ancaman
terhadap keberadaan SDA pada DAS Cikapundung di bagian hulu.
3. Menganalisis implementasi nilai-nilai yang terkandung dalam bentuk kearifan
lokal dalam pelestarian SDA oleh masyarakat pada DAS Cikapundung di
bagian hulu sebagai informasi bagi masyarakat lainnya.
4. Mengembangkan implementasi nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung
dalam pelestarian SDA oleh masyrakat pada DAS Cikapundung di bagian hulu
sebagai bahan ajar geografi pada kelas X dan XI-IPS.

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian menjadi pengayaan bahan ajar pada mata kuliah Hidrologi
dan Pengelolaan Sumber daya Air (PSDA).
b. Hasil penelitian menjadi pengayaan bahan ajar bagi guru pada mata
pelajaran Geografi SMA pada kelas X dan XI-IPS terkait sub bab materi
sumber daya air dan kearifan dalam penggunaan sumber daya alam.
c. Hasil penelitian menjadi sumber bahan ajar sebagai contoh bagi peserta
didik pada mata pelajaran Geografi SMA pada kelas X dan XI-IPS dalam
penerapan terkait sub bab materi sumber daya air dan kearifan dalam
penggunaan sumber daya alam.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk kebijakan atau sebagai masukan bagi stakeholder yang menangani
usaha perlindungan dan pelestarian pada DAS Cikapundung di bagian hulu
berbasis kearifan lokal.
b. Bagi instansi-instansi yang terkait, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan bahan masukan dalam usaha perlindungan dan pelestarian
pada DAS Cikapundung di bagian hulu berbasis kearifan lokal.
c. Sebagai bahan masukan bagi peneliti yang terkait dengan usaha
perlindungan dan pelestarian pada DAS Cikapundung di bagian hulu
berbasis kearifan lokal.
d. Sebagai sumber data bagi peneliti lain.

E. Struktur Organisasi
Bab I pada penelitian ini memuat lima aspek, yaitu latar belakang masalah
penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
struktur organisasi. Latar belakang masalah pada penelitian ini berkaitan dengan
air sebagai sumber daya untuk kebutuhan dasar manusia, namun kesadaran

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9

manusia akan keberadaan sumber daya air masih rendah. Teridindikasi adanya
pencemaran yang terjadi pada DAS Cikapundung di bagian hulu. Maka perlu
dilakukan upaya pelestarian pada DAS melalui kearifan lokal yang dilakukan
masyarakat setempat. Pada kearifan lokal tersebut terdapat nilai-nilai kehidupan
yang dapat diimplementasikan bagi masyarakat lainnya dan sebagai bahan ajar
pendidikan geografi di SMA. Rumusan masalah pada penelitian ini terdapat tiga
pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang yang dipaparkan oleh peneliti.
Tujuan penelitian terdapat dua segi, yaitu segi teori dan segi praktik. Strukut
organisasi pada penelitian ini memberikan pemaparan isi, urutan penulisan, dan
keterkaitan antara bab mengenai nilai-nilai kearifan lokal masyarakat terhadap
upaya pelestarian sumber daya air pada DAS Cikapundung di bagian hulu.
Bab II dalam penelitian ini memuat kajian pustaka mengenai nilai-nilai
kearifan lokal masyarakat terhadap upaya pelestarian sumber daya air pada DAS
Cikapundung di bagian hulu. Terdapat enam aspek yang dibahas pada bab ini
yaitu, manusia dan lingkungannya, etika lingkungan dalam pelestarian sumber
daya air, upaya mengatasi gangguan dan ancaman kerusakan DAS, kearifan lokal
dalam upaya pelestarian sumber daya air, nilai-nilai dalam kearifan lokal terhadap
pelestarian sumber daya air, implikasi penelitian terhadap pendidikan geografi,
dan penelitian yang relevan.
Bab III dalam penelitian ini memuat aspek yaitu, desain penelitian, peran
peneliti, subjek penelitian, prosedur pengumpulan data, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, pengujian keabsahan data, bagan alur penelitian, dan
rancangan jadwal penelitian. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini
yaitu desain kualitatif verifikatif dengan strategi fenomenologi, karena hakekat
penelitian mengutamakan pengalaman manusia terhadap suatu fenomena
pelestarian sumber daya air. Peran peneliti untuk menetapkan menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan
atas temuan. Subjek peneliti terdiri dari informan pokok dan informan pangkal.
Prosedur pengumpulan data melalui suatu tahapan yang terlebih dahulu membuat
schedule penelitian dan melakukan pendekatan dengan pihak informan. Teknik
pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dokumen kualitatif, materi

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10

audio-visual, dan triangulasi. Teknik analisis data untuk menyajikan hasil


temuannya menggunakan analisis kualitatif verifikatif. Pengujian keabsahan data
diantaranya melalui uji, credibility (validitas inverbal), transferability (validitas
Eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas). Bagan
alur untuk mengetahui pola pikir penulis dalam menguraikan penulisan, dan
rancangan jadwal penelitian untuk menentukan target penelitian.
Bab IV pada penelitian ini membahas temuan dan pembahasan. Temuan
membahas mengenai hasil temuan di lapangan menggunakan observasi.
Pembahasan yang dimaksud adalah hasil-hasil temuan kemudian ditriangulasikan
antara observasi, wawancara, dan dokumentasi lapangan. Temuan dan
pembahasan pada bab ini yaitu, kondisi fisik daerah penelitian, kondisi sosial
daerah penelitian, bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat terhadap pelestarian
sumber daya air, klasifikasi bentuk kearifan lokal masyrakat dalam pelestarian
sumber daya air pada DAS Cikapundung di bagian hulu, analisis usaha
masyarakat dalam mengatasi bentuk gangguan dan ancaman terhadap keberadaan
sumber daya air, identifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam bentuk kearifan
lokal terhadap pelestarian sumber daya air, pengembangan implementasi nilai-
nilai kearifan lokal dalam pelestarian sumber daya air, dan identifikasi dan
implementasi nilai-nilai kearifan lokal dalam pelestarian sumber daya air sebagai
bahan ajar geografi di Sekolah Menengah Atas (SMA) pada kelas X dan kelas XI-
IPS.
Bab V berisikan simpulan dan rekomendasi. Simpulan pada bab ini
berisikan jawaban dari rumusan masalah yang telah peneliti buat sebelumnya
yaitu nilai-nilai kearifan lokal terhadap pelestarian sumber daya air oleh
masyarakat pada DAS Cikapundung di bagian hulu untuk dikembangkan untuk
informasi masyarakat pada DAS lainnya dan sebagai bahan ajar geografi di
Sekolah Menengah Atas (SMA). Rekomendasi pada penelitian ini berisikan
kekurangan yang dapat digali kembali oleh penelitian selanjutnya, baik itu berupa
pengembangan implementasi untuk masyarakat pada DAS lainnya atau penerapan
di pembelajaran geografi melalui metode-metode yang efektif melalui bahan ajar
berbasis kearifan lokal.

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang dapat dilakukan seorang peneliti
untuk mengungkap atau menggali kebenaran dari sebuah fenomena. Tujuan penelitian
ini untuk memperoleh data dari bentuk-bentuk kearifan lokal, dan mengidentifikasi
implementasi nilai-nilai kearifan lokal, serta mengemas bentuk-bentuk kearifan lokal
ke dalam bahan ajar geografi. Maka, untuk memperoleh data tersebut digunakan
pendekatan kualitatif.
Pendekatan penelitian kualitatif menurut Fraenkel & Wallen (dalam Creswell,
2012, hlm.293) penelitian kualitatif menekankan pada persepsi-persepsi dan
pengalaman partisipan, dan cara mereka memaknai hidup, dijelaskan pula menurut
Bungin (2007, hlm.42) sebagai berikut.
Penelitian kualitatif lahir dan berkembang dari tradisi ilmu-ilmu sosial Jerman
yang sarat diwarnai pemikiran filsafat ala platonik sebagaimana yang kental dan
tercermin pada pemikiran Kant maupun Hegel. Penelitian kualitatif diwarnai
oleh filsafat idealisme, rasionalisme, humanisme, fenomenologisme, dan
interpretivisme yang digunakan untuk dapat memahami fenomena sosial
(tindakan manusia).

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menerapkan penelitian kualitatif untuk


menyajikan hubungan secara langsung dari pemahaman fenomena sosial berupa
proses, prinsip, dan prosedur terhadap pelestarian sumber daya air pada DAS
Cikapundung bagian hulu menjadi dasar pemikiran untuk memperoleh jenis data
yang ingin diperoleh.
Metode penelitian kualitatif terdiri dari tiga model desain penelitian, yakni
deskriptif kualitatif, kualitatif verifikatif, dan grounded Research (Bungin, 2007,
hlm.67) ketiga model tersebut dapat digunakan tergantung pada data dan hasil
yang ingin diperoleh, Salah satunya melalui desain kualitatif verifikatif
diupayakan seluruh proses yang dilakukan dalam memperoleh data dilapangan
dapat memiliki format untuk menghasilkan jawaban dari rumusan masalah
mengenai pelestarian sumber daya air pada DAS Cikapundung bagian hulu.
Desain kualitatif verifikatif menurut Bungin (2007, hlm.71) dijelaskan bahwa.

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60

1) Secara ontologis, positivisme bersifat critival ralism yang memandang


realitas sosial memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam,
tetapi suatu hal yang mustahil apabila suatu realita sosial dapat dilihat secara
benar oleh manusia (peneliti).
2) Secara metodologis pendekatan eksperimental melalui observasi tidaklah
cukup untuk menemukan “kebenaran data”, tetapi harus menggunakan
metode triangulasi, yaitu menggunakan bermacam-macam metode, sumber
data, peneliti, dan teori.
3) Secara epistemologis hubungan antara pengamat atau peneliti dengan objek
atau realita yang diteliti tidaklah bisa dipisahkan.

Desain penelitian kualitatif verifikatif sebagaimana dijelaskan di atas, menekankan


suatu kebenaran dapat dilihat dari realitas sosial sebagai objek penelitian dengan
menyatukan terhadap observed atau peneliti, maka hubungan antara peneliti dan objek
yang diteliti memiliki penempatan pemikiran yang netral agar tidak adanya
subjektivitas dalam mencari realita sosial.
Desain penelitan kualitatif verifikatif yang digunakan peneliti mengacu pada
objek yang diteliti hasil temuan dilapangan berupa fenomena sosial. Stategi metode
pendekatan yang digunakan adalah fenomenologi untuk mengungkap makna dari
suatu realitas sosial, dijelaskan menurut Raco, Richard J (2010, hlm.84) bahwa.
Peneliti harus mendekati objek penelitiannya dengan pikiran polos tanpa asumsi,
praduga, ataupun konsep. Pandangan gagasan, asumsi, konsep, yang dimiliki
oleh peneliti tentang gejala penelitian harus dikurung sementara (bracketing)
dan membiarkan partisipan mengungkapkan pengalamannya sehingga nanti
akan diperoleh hakekat terdalam dari pengalaman tersebut.

Dijelaskan pula menurut Moustakas (dalam Creswell, 2012, hlm.20-21) bahwa.


Fenomenologi merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti
mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu.
Memahami pengalaman-pengalaman hidup manusia menjadikan filsafat
fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang prosedur-prosedurnya
mengharuskan peneliti untuk mengkaji sejumlah subjek dengan terlibat
langsung dan relatif lama dalam mengembangkan pola-pola dan relasi-relasi
makna.

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa strategi penelitian menggunakan fenomenologi


mempunyai pandangan bahwa peneliti menempatkan pengalaman informan sebagai
data yang sangat berharga, sehingga proses berpikir dan persepsi terhadap objek
penelitian harus disisihkan terlebih dahulu sampai informan selesai mengungkapkan
pengalamannya.

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
61

Penerapan strategi penelitian tersebut diharapkan memperoleh gambaran utuh


berupa bentuk kearifan lokal masyarakat dalam pelestarian sumber daya air pada
DAS Cikapundung bagian hulu. Nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal
perlu diperkenalkan pada generasi masa kini dan masa depan melalui institusi
pendidikan salah satunya pendidikan geografi. Implementasi nilai-nilai kearifan
lokal diidentifikasi untuk dijadikan bahan ajar pendidikan geografi pada
kompetensi yang relevan terkait dengan pelestarian sumber daya air.

B. Peran Peneliti
Peran peneliti dalam tradisi metode penelitian kualitatif menurut Creswell
(2012, hlm.264) ...penelitian kualitatif merupakan penelitian interpretatif, yang
didalamnya peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-
menerus dengan para partisipan. Peran penelitian tersebut guna memperoleh
masukan data yang diperoleh dari partisipan, sebagaimana dijelaskan pula peran
peneliti sebagai human instrumen menurut Sugiyono (2012, hlm.306) human
instrument, yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis
data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam
penelitian ini, segala sesuatu yang akan dicari dari objek penelitian belum jelas
dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum
jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti memasuki subjek dan objek penelitian.
Penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun
selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan
dikembangkan instrumen penelitian yang diharapkan dapat melengkapi dan
membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan
wawancara.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian kualitatif, adanya informan merupakan
indikator utama, adapun informan yang ada dibagi menjadi dua, yaitu informan
pokok dan informan pangkal. Informan pokok merupakan orang yang memahami
kearifan lokal yang ada pada DAS Cikapundung bagian hulu, sedangkan informan
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62

pangkal merupakan orang yang memberikan perluasan, pelengkap atas informasi


yang diperoleh, sehingga informasi yang diperoleh semakin detil, mendalam, dan
jenuh. Setiap informan harus memiliki karakteristik yang baik. Adapun ciri-ciri
informan menurut Hermanto (2012, hlm.7) sebagai berikut:
1) Informan harus memiliki data informasi potensial atas budaya yang dimiliki
melalui proses enkulturasi.
2) Informan harus memiliki keterlibatan langsung dalam memberikan masalah
penelitian.
3) Informan memiliki ketersediaan waktu banyak dalam memberikan data
informasi
4) Informan yang baik menyampaikan apa yang diketahui dan alami dalam
bahasanya sendiri serta harapannya.

Sebagaimana dijelaskan pula menurut Raco, Richard. J (2010, hlm.109) bahwa


ada kriteria dalam pemilihan informan atau partisipan yaitu :
Pertama, partisipan adalah mereka yang tentunya memiliki informasi yang
dibutuhkan. Kedua, mereka yang memiliki kemampuan untuk menceritakan
pengalamannya atau memberikan informasi yang dibutuhkan. Ketiga, yang
benar-benar terlibat dengan gejala, peristiwa, masalah itu, dalam arti mereka
mengalaminya secara langsung. Keempat, bersedia untuk ikut serta
diwawancarai. Kelima, mereka harus berada tidak di bawah tekanan, tetapi
penuh kerelaan dan kesadaran akan keterlibatannya.

Pemilihan informan atau partisipan sebagai sumber data menjadi syarat utama
yang harus kredibel dan kaya akan informasi sesuai kebutuhan. Penentuan
informan sebagai sampel dalam penelitian kualitatif tidak ada standar partisipasi,
terpenting adalah kekayaan informasi yang dimiliki untuk digali dan dipahami
hingga menjadi penjelasan yang utuh dan jenuh.
Tabel 3.1
Informan Pokok dan Informan Pangkal

Sesepuh dan masyarakat yang 


No Informan Pokok Informan Pangkal
1 Camat, Lurah, dan RW/RT pada

DAS 
memfungsikan dan DAS Cikapundung bagian hulu
memanfaatkan

Tokoh masyarakat
Cikapundung pada bagian hulu

Guru Mata Pelajaran
Masyarakat pada DAS

DAS 
Cikapundung bagian hulu


2 Komunitas Pencinta Ketua komunitas
Cikapundung pada bagian hulu Anggota komunitas
Sumber : Rancanngan Peneliti, 2015

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
63

Informan pokok dan informan pangkal yang dijadikan sumber data,


dijelaskan pada Tabel 3.1. berdasarkan tabel 3.1 tersebut, dapat diketahui bahwa
informan pokok merupakan orang dianggap mempunyai pengetahuan lebih
(Information Rich) sehingga menjadi sumber informasi utama yang dapat
memberikan data atau keterangan tentang penelitian ini, kemudian informan
pangkal merupakan orang yang sering berinteraksi dengan informan pokok
sehingga dipercaya menerima pengetahuan dari informan pokok dan diharapkan
mampu memberikan keterangan utuh dalam penelitian ini. Kedua kategori baik
informan pokok ataupun informan pangkal diharapkan dapat memberikan sumber
data yang valid tentang pembentukan kearifan lokal dalam pelestarian DAS
Cikapundung bagian hulu sebagai upaya dalam menambah khasanah pengetahuan
bagi sumber belajar geografi. Adapun bagan informan dalam penelitian,
dijelaskan pada Gambar 3.1.

Keterangan:
: Hasil data yang diperoleh informan pokok dan pangkal
: Kegiatan pengumpulan data dari Informan Pokok
: Kegiatan pengumpulan data dari Informan Pangkal

Gambar 3.1. Bagan Alur Perolehan data penelitian

Pada Gambar 3.1 di atas, dapat diketahui bahwa peneliti memulai pencarian data
dengan langsung menuju informan/partisipan pangkal, dari kedua informan
pangkal ini selanjutnya menunjuk orang yang dianggap kaya akan informasi
disebut informan pokok adalah seseorang yang dianggap mempunyai kekayaan
informasi yang perlu digali.
Selanjutnya proses penggalian data berakhir jika data/informasi telah jenuh
artinya setiap pertanyaan yang diajukan dari hasil berbagai teknik penggalian
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64

data/informasi diantaranya dengan triangulasi (wawancara, dokumentasi,


observasi) dari informan atau partisipan menunjukan makna yang sama dan tidak
ada data negatif, semuanya relatif sama. Hasil kedua informasi baik dari informan
pangkal maupun pokok selanjutnya disandingkan, hal ini bertujuan
mempermudah pemahaman terhadap data untuk dianalisis dan melakukan
diskusikan kelompok dengan setiap informan secara langsung saat member check
, pada tahapan setelah analisis telah selesai untuk meyakinkan bahwa data tersebut
valid. Member Check bagian dari uji kridibilitas bagi keabsahan data.

D. Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam penelitian
karena memiliki tujuan terhadap penelitian untuk mendapatkan data yang
diinginkan. Tahapan pengumpulan data pada metode ini melalui suatu tahapan
yang terlebih dahulu membuat schedule penelitian, hal ini dibutuhkan untuk
mengendalikan arah pelaksanaan penelitian tersebut. Persiapan menuju langkah
selanjutnya yang diperlukan adalah melakukan pendekatan dengan situasi dan
kondisi objek yang ada di lapangan, hal ini penting jika peneliti dirasa asing oleh
informan dan ini akan menghambat proses pencarian data, maka perlu tahapan-
tahapan sebagaimana menurut Bungin (2011, hlm.137) :
untuk mencapai harmonisasi hubungan tersebut, maka ada dua cara yang
dapat dilakukan pertama, keterbukaan kedua belah pihak, yang secara aktif
diciptakan dan dimulai oleh peneliti. Kedua, dengan penyamaran, identitas
diri. Kedua cara di atas dapat dipertimbangkan sendiri oleh peneliti yang
didasarkan dengan tingkat kepekaan penerimaan objek penelitian
(masyarakat) terhadap orang luar maupun objek yang di telitinya.

Tahapan pengumpulan di atas diinformasikan mendalam tergantung kemampuan


peneliti dalam melakukan pendekatan dengan pihak informan, keharmonisan akan
tercipta tergantung pengolahan situasi yang dilakukan peneliti saat bertemu
dengan informan tersebut.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber,
dan berbagai cara dapat dilakukan dengan teknik observasi (pengamatan),
interview (wawancara), dokumentasi, dan gabungan ketiganya (Sugiyono, 2014,
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
65

hlm.63). Kemudian operasional dalam penentuan teknik pengumpulan data


setelah melihat situasi dan kondisi saat dilapangan menyangkut efektivitas dalam
pengumpulan data sebagai berikut.

1. Observasi
Peneliti melakukan observasi partisipan langsung melihat situasi sosial yang
sesuai dengan tujuan penelitian. Aktivitas yang dilakukan oleh peneliti hanya
sebagai pengamat saja tanpa langsung terlibat dalam situasi sosial dari informan.
Proses observasi ini dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang hendak diteliti,
setelah tempat teridentifikasi mulai melakukan pemetaan sehingga ditemukan
gambaran umum tentang sasaran penelitian. Sebagaimana menurut Nasution
(2003, hlm.58) bahwa dalam tiap pengamatan harus selalu kita kaitkan dua hal
yakni informasi (misalnya apa yang terjadi) dan konteks (hal-hal yang berkaitan
disekitarnya). Informasi yang dilepaskan dari konteksnya akan kehilangan makna.
Jadi makna sesuatu hanya diperoleh dalam kaitan informasi dengan konteksnya.
Kemudian peneliti mengidentifikasi siapa yang akan diobservasi, kapan, berapa
lama dan bagaimana. Intinya selama observasi peneliti bersama-sama dengan
informan supaya mendapatkan informasi yang tersembunyi dan mungkin tidak
dapat terungkap selama wawancara. Selanjutnya kelebihan observasi menurut
Satori (2013, hlm.125) menggunakan metode observasi banyak kelebihannya,
diantaranya adalah.
a) Peneliti mengetahui kejadian sebenarnya sehingga informasinya diperoleh
langsung dan hasilnya akurat.
b) Peneliti dapat mencatat kebenaran yang sedang terjadi.
c) Peneliti dapat memahami substansi sehingga ia dapat belajar dari
pengalamanyang sulit dilupakan.
d) Memudahkan peneliti dalam memahami perilaku yang kompleks.
e) Bagi informan yang tidak memiliki waktu masih bisa memberikan
kontribusi dengan mengijinkan untuk diobservasi.
f) Observasi memungkinkan pengumpulan data yang tidak mungkin dilakukan
teknik lain.

Kelebihan yang dimiliki dengan teknik observasi akan menghasilkan data yang
sulit untuk diungkapkan dengan teknik lain, karena dengan teknik observasi
partisipasi memungkinkan ada penyatuan antara peneliti dan informan, walau
peneliti hanya sebagai pengamat saja dan tidak terlibat langsung.
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66

2. Wawancara
Melakukan wawancara (interview), menurut Basrowi (2008, hlm.127)
wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu
pewawancara sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai
sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Informasi yang didapat tidak dapat
diperoleh melalui observasi dan dari sumber data berupa dokumen saja, akan
tetapi memerlukan teknik wawancara, sebagaimana menurut Raco (2010,
hlm.117) dalam wawancara, peneliti bukan hanya mengajukan pertanyaan, tetapi
mendapatkan pengertian tentang pengalaman hidup orang lain. Dan hal ini hanya
dapat diperoleh dengan indepth interview. Pelaksanaan wawancara sebenarnya
dilakukan dengan teknik triangulasi yaitu teknik mendapatkan informasi dengan
melibatkan seluruh teknik untuk mendapatkan informasi. Ukuran jenuh bisa
ditentukan jika semua data atau informasi dari partisipan sudah menghasilkan
kesan yang sama.

3. Dokumen Kualitatif
Dokumen kualitatif diperlukan unruk mendapatkan informasi dari berbagai
sumber tertulis guna mendukung mengenai kajian penelitian. Menurut Bungin
(2007, hlm.269) Analisis dokumen tertulis kualitatif, dokumen ini bisa berupa
dokumen publik (seperti Koran, makalah, laporan kantor, ataupun dokumen
private (seperti, buku guku harian, diary, surat, email). Teknik dokumentasi ini
bagi peneliti akan mendapatkan manfaat yaitu memperoleh data/informasi dari
berbagai macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam
bentuk catatan-catatan perihal pelestarian DAS Cikapundung bagian hulu.

4. Materi Audio-Visual
Melakukan pengamatan foto yang sesuai dengan situasi objek penelitian
yakni DAS Cikapundung bagian hulu. Melakukan kegiatan pemotretan terhadap
obyak yang kita untuk mempermudah dalam proses pengecekan data, jika ada
yang lupa terhadap unsur-unsur di lapangan saat observasi dari pihak peneliti,
serta menggunakan alat bantu perekam suara, agar catatan alamiah yang tidak
cepat hilang untuk tahapan analisis data.
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
67

5. Triangulasi
Teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2014, hlm.83). Triangulasi berarti
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama,
seperti pada gambar 3.2. Pada Gambar 3.2, dapat diketahui bahwa tujuan
penelitian dalam teknik triangulasi adalah mengetahui data yang diperoleh dari
hasil pengamatan, wawancara, dan dokumentasi untuk mencari lebaran dan
penguatan pemahaman dalam penguatan data.

Observasi

Sumber
Wawancara data sama

Dokumentasi

Gambar 3.2 Teknik Triangulasi


Sumber : Sugiyono, (2014:84)

Teknik triangulasi merupakan teknik validasi data yang digunakan penulis


untuk menguji kredibilitas data, dijelaskan pula menurut Mathinson (dalam
Sugiyono, 2007, hlm.332) “the value of triangulation Lies in providing evidence
convergent incosistent of contracdictory”. Nilai dan teknik analisis data dengan
triangulasi untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak
konsisten, menggunakan teknik triangulasi dalam analisis data, maka data yang
akan diperoleh lebih konsisten, tuntas, dan pasti.
Melakukan triangulasi diharapkan memberikan makna yang sesuai dengan
kajian yang dirancang peneliti, yang bersumber pada instrumen yang
dikembangkan dilapangan. Sebagaimana menurut Sugiyono (2007, hlm.241) ...
penelitian melakukan analisis data triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek
kredibilitas data observasi, partisipan/informan, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data. Penggunaan pedoman wawancara, panduan
observasi, dan penggunana dokumentasi berfungsi sebagai triangulasi alat

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68

pengumpul data agar data yang diperoleh dari informan dapat


dipertanggungjawabkan.
Prosedur pengumpulan secara operasional dari sejumlah langkah di atas
peneliti berusaha mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dengan beberapa
teknik pengambilan data sehingga data atau informasi yang diperoleh sesuai
dengan tujuan penelitian secara detil dan jenuh.

F. Teknik Analisis Data


Analisa data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis
dari data wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat
menyajikan hasil temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan,
pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola,
pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang dilaporkan. Analisis
data difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data,
dalam hal ini menggunakan analisis data induktif pada prosedur Bungin (2011,
hlm.144), menjelaskan model tahapan analisis induktif, sebagai berikut:
1) Melakukan pengamatan terhadap fenomena sosial, melakukan identifikasi
revisi-revisi, dan pengecekan ulang terhadap data yang ada;
2) Melakukan kategorisasi terhadap data yang diperoleh;
3) Menelusuri dan menjelaskan kategori;
4) Menjelaskan hubungan-hubungan kategori;
5) Menarik kesimpulan umum; dan
6) Membangun atau menjelaskan teori.

Berdasarkan langkah analisis induktif tersebut maka dapat disimpulkan bahwa


analisis dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan. Dimulai dari pengamatan
dan identifikasi sampai pada pemaknaan dari data yang ada. Setelah itu data
dianalisis menggunakan strategi analisis data kualitatif-verifikasi.
Strategi analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi
analisis data kualitatif-verifikasi. Bungin (2011, hlm.151) menjelaskan bahwa:
Stategi analisis data kualitatif-verifikasi adalah sebuah upaya analisis
induktif terhadap data penelitian yang dilakukan pada seluruh proses
penelitian yang dilakukan, format penelitian kualitatif-verifikasi
merekontruksi format penelitian dan strategi untuk lebih awal memperoleh
data sebanyak-banyaknya dilapangan dengan mengesampingkan pesan teori
dengan kata lain peran data lebih penting dari teori itu sendiri.

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
69

Penjelasan di atas, mengkonstruksi format penelitian dan strategi untuk lebih awal
memperoleh data sebayak-banyaknya di lapangan, dengan mengkesampingkan
peran teori. Format strategi analisis data kualitatif-verifikasi, dibuat pada
Gambar 3.3 model stategi analisis data kualitatif verifikasi.

Gambar 3.3 Model Stategi Analisis Data Kualitatif Verifikasi


Sumber : Diadopsi dari Bungin, (2007:148)

Berdasarkan gambar 3.3 tersebut dijelaskan penelitian menggali data


tentang bentuk kearifan lokal secara menyeluruh dan detil, kemudian memaknai
arti dibalik bentuk kearifan lokal tersebut, kemudian mengidentifikasi nilai-nilai
bentuk kearifan lokal dari generalisasi empiris dan teorisasi data, sehingga bisa
diolah dan menghasilkan kesimpulan sebagai sumber belajar geografi.

G. Pengujian Keabsahan Data


Uji keabsahan data pada penelitian ini, ditekankan pada uji validitas dan
kredibilitas data. Kredibilitas hasil penelitian akan menunjukan seberapa jauh
kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya. Dalam meneliti kredibilitas
menggunakan teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang
diperdalam, pembahasan sejawatnya analisis kasus negatif; pelacakan kesesuaian
hasil dan pengecekan anggota, dan triangulasi (menggunakan beberapa sumber,
metode, penelitian, teori).
Uji keabsahan dijelaskan pula menurut Sugiyono (2012, hlm.366) meliputi
uji, credibility (validitas inverbal), transferability (validitas Eksternal),
dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas). Dalam pengecekan
dapat atau tidaknya ditransfer melalui uji, sebagai berikut:
1. Uji credibility untuk menunjukan tingkat kepercayaan terhadap data hasil
penelitian hal ini bisa dilakukan dengan teknik-teknik seperti perpanjangan
pengamatan si peneliti dilapangan, peningkatan ketekunan peneliti dilapangan,

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
70

triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member
chek.
2. Uji transferability, merupakan validitas eksternal yang menunjukan derajat
ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian pada situasi yang lain.
Supaya hasil penelitian dapat diterima dan diterapakan pada situasi lain maka
dalam penyususnan laporan peneliti harus secara sistematis dan terperinci
supaya mudah dipahami.
3. Uji dependability uji berkaitan dengan seluruh proses yang dilakukan oleh
peneliti, jadi rekam jejak aktivitas peneliti harus mampu ditunjukan kepada
tim auditor.
4. Uji Konfirmability dalam penelitian kualitatif tahapan uji keabsahan ini
disebut dengan uji obyektivitas penelitian. Uji ini untuk mengetahui proses
yang sudah dilakukan. Bila proses terbukti maka hasil penelitian dikatakan
memenuhi konfirmability.

H. Rancangan Jadwal Penelitian


Jadwal penelitian dilakukan untuk merancang penelitian mencapai waktu
yang ingin dicapai, sebagai berikut:
Tabel 3.2
Rencana Pelaksanaan Penelitian

Rencana Pelaksanaan
No Tahapan Kegiatan Juni-Aug Sep Oct Nov Maret Mei Keterangan
2014 2014 2014 2014- 2014 2015
Feb


Persiapan


Kajian Mandiri


Survey Awal
1


Orientasi lokasi


Proposal
Seminar Proposal

 Wawancara
2 Pelaksanaan

 Observasi
 Studi Dokumentasi
3 Uji Keabsahan data
4 Implikasi Bagi
pembelajaran geogafi

Penyusunan Laporan
5
Pemberkasan
6 Sidang
Sumber: Rancangan Penelitian, 2015

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
71

I. Bagan Alur Penelitian

Temuan dan Pembahasan Penelitian Tinjauan Teoritis


Pentingnya air bagi DAS sebagai salah satu
kehidupan manusia sumber air Manusia dan
Metode Kualitatif Verifikatif Lingkungan

Fungsi dan Kondisi DAS Kearifan Lokal


dalam pelestarian
Cikapundung bagian hulu Kondisi Fisik Kondisi Sosial DAS
1.Bentuk/Artefak 3.Ide atau gagasan
kearifan lokal 4.Proses pelestaraian
2.Gangguan atau
Bahan Ajar
DAS
Bentuk pengelolaan Pencemaran atau ancaman Geografi
5.Kondisi ekonomi
DAS saat ini gangguan DAS pelestaraian DAS masyarakat

Pentingnya Pelestarian DAS Bentuk Kearifan Lokal Klasifikasi Identifikasi Nilai-Nilai


Cikapundung bagian hulu Terhadap Pelestarian Kearifan Lokal Kearifan Lokal

Pendidikan Geografi sebagai media pembelajaran bagi


Implementasi Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam
masayarakat pelestarian DAS Cikapundung bagian hulu
pelestarian DAS Cikapundung pada bagian hulu

Informasi bagi Masyarakat Pengembangan Bahan Ajar


Latar Belakang
lainnya Geografi Kelas X dan XI-IPS
Penelitian
Tujuan dan Manfaat
Penelitian
Rumusan Masalah Pentingnya pelestarian DAS Cikapundung bagian hulu
Penelitian sebagai sumber air bagi kehidupan manusia

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRANGambar SUNGAI 3.4 Bagan
(DAS) alur penelitian
CIKAPUNDUNG BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
Air merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia, tanpa air manusia akan
kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Keberadaan air di muka bumi
terdiri dari dua yakni air asin di laut dan air tawar di daratan. Khusus air yang
berada di darat, akan dipengaruhi oleh eksistensi manusia didalamnya sebagai
satu kesatuan komponen ekosistem perairan darat. Karena umumnya manusia
sebagian besar berada di daratan dan keberadaannya sebagian besar termasuk
pada perairan darat yang cakupannya termasuk ke dalam Daerah Aliran Sungai
(DAS). Khaidahnya hubungan manusia dengan air yang terdapat di darat, harus
memposisikan diri dalam mengambil bagian untuk pengelolaan DAS.
Bentuk pengelolaan DAS mencakup pengelolaan komponen-komponen
DAS, untuk bagian hulu, tengah dan hilir. Pada DAS bagian hulu terdapat
komponen seperti hutan, pengendalian erosi, waduk/situ/danau, aktivitas
konservasi, jaringan air bersih, sistem drainase, dan pengendalian sedimentasi,
yang menjadi penting posisinya karena akan berpengaruh pada daerah tengah dan
hilir. Maka, komponen yang terdapat di bagian hulu seharusnya diarahkan pada
bentuk pelestarian DAS.
Temuan di lapangan hasil observasi dan wawancara pada DAS
Cikapundung bagian hulu, terdapat aktivitas masyarakat sunda yang bersinergi
dengan lingkungannya sebagai suatu hubungan timbal balik antara manusia
dengan lingkungannya yang terdapat pada satu daerah yakni daerah aliran sungai
cikapundung di bagian hulu. Pada aktivitas masyarakat tersebut terdapat sebuah
bentuk ide, gagasan, proses, dan artefak atau wujud konkret yang teridentifikasi
sebagai kearifan lokal masyarakat setempat sebagai upaya pelestarian komponen-
komponen DAS bagian hulu.
Upaya pelestarian yang teridentifikasi sebagai bentuk kearifan lokal
masyarakat pada DAS Cikapundung bagian hulu diantaranya berupa ide, gagasan,
proses, dan artefak atau wujud konkret yang terdapat pada upaya pelestarian

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
230

lahan hutan gunung lingkung di Kampung Cikareumbi, pelestarian sumber-


sumber air seperti mata air Cikahuripan di Kampung Cikareumbi, mata air Ciseke
di Kampung Gunungputri, mata air Cisarua di Kampung Pasirangling, mata air
Ciherang di Kampung Cisarua, dan upaya mengatasi ancaman erosi tebing di
lahan kebun Kampung Cidadap dan Kampung Cikawari, upaya mengatasi
ancaman sedimentasi di aliran sungai cikapundung hulu daerah Kampung Cisarua,
serta upaya mengurangi tingkat pencemaran kualitas air sungai akibat limbah
kotoran sapi di Kampung Batulonceng. Upaya-upaya tersebut terjadi karena atas
dasar berpegang teguh pada aturan-aturan karuhun (leluhur) dalam menindak
lanjuti pengaruh kuantitas dan kualitas sumber daya air terhadap kehidupan
manusia serta lingkungan di sekitarnya.
Namun di tengah upaya pelestarian sumber daya air melalui bentuk kearifan
lokal masyarakat pada DAS Cikapundung bagian hulu, tidak terlepas dari
ancaman dan gangguan kelestarian sumber daya air, hasil penelitian ditemukan
bentuk gangguan dan ancaman berupa penebangan liar di areal hutan, alih fungsi
lahan, rendahnya kesadaran masyarakat, desakan kebutuhan ekonomi,
pencemaran kualitas air akibat sampah dan limbah kotoran sapi, serta pola tanam
perkebunan di areal lereng. Bentuk ancaman dan gangguan tersebut saat ini dapat
diatasi oleh masyarakat sekitar dan dapat diupayakan kedepannya melalui
musyawarah, meningkatkan kesadaran masayarakat di berbagai generasi, dan
intervensi pemerintah dari aspek biaya, agar gangguan dan ancaman dapat
diminimalisir.
Gangguan dan ancaman terhadap usaha pelestarian sumber daya air, pada
dasarnya terjadi sejak dahulu, akan tetapi upaya yang dilakukan oleh masyarakat
yang terbentuk melalui kearifan lokal dari masa lalu hingga masa sekarang
terbukti ampun dalam meminimalis gangguan dan ancaman tersebut. Bila bentuk
kearifan lokal di masyarakat pada DAS Cikapundung bagian hulu disandingkan
dengan petuah yang berlaku di budaya sunda umumnya, terdapat 7 dari 12 petuah
kearifan lokal, diantaranya gunung kaian, gawir awian, cinyusu rumatan, lebak
caian, walungan rawatan, legok balongan, dan lembur uruseun. Petuah tersebut
mengandung makna yang mendasari setiap bentuk kearifan lokal pada lokasi
penelitian berupa ide, gagasan, proses, dan artefak atau wujud konkret yang

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
231

memiliki makna atau nilai dari relevansi hasil penelitian dengan petuah di budaya
sunda umumya terhadap pelestarian sumber daya air.
Bentuk kearifan lokal berdasarkan pengalaman dan pengetahuan di
masyarakat pada DAS Cikapundung bagian hulu inilah sebagai nilai kehidupan
yang dianggap benar untuk selanjutnya disampaikan pada ke generasi berikutnya,
dalam melestarikan sumber daya air yang memiliki fungsi sebagai sumber air
baku bagi penduduk dan kebutuhan air bagi makhluk hidup lainnya. Selanjutnya
nilai-nilai dalam kearifan lokal masyarakat dimaknai terdapat nilai pedagogis,
praksis, praktis, adaptasi, keruangan, religi, sosial-budaya, keselarasan,
keseimbangan, keberlangsungan, efesiensi, manajemen lingkungan, dan mitigasi
bencana. Nilai-nilai yang terkandung pada bentuk kearifan lokal tersebut,
terimplikasi melalui ide, gagasan, proses, dan artefak sebagai upaya pelestarian
yang dilakukan oleh masyarakat DAS Cikapundung di bagian hulu.
Nilai-nilai kearifan lokal tersebut, seyogyanya dapat diterapkan pula oleh
masyarakat pada kondisi DAS lainnya, sebagai langkah pelestarian sumber daya
air yang terdapat disekitar atau lokasi masyarakat itu berada. Penerapan nilai-nilai
kearifan lokal tersebut dikemas melalui pengembangan implementasi untuk
diterapkan oleh masyarakat, diantaranya.
1. Implementasi pelestarian lahan hutan di daerah pegunungan.
2. Implementasi pelestarian sumber air, melalui upaya.
a. Pelestarian sumber air yang berasal dari celah tebing/dinding tanah,
menggunakan teknik pancuran air dan pembuatan lubang di permukaan
tanah
b. Pelestarian sumber air yang berasal dari aliran anak sungai
3. Implementasi Pencegahan Ancaman Erosi Lereng
a. Mempertahankan rumpun bambu di kemiringan lereng
b. Membuat pancuran air untuk mencegah erosi lereng
4. Implementasi Pencegahan Pendangkalan Sungai (Sedimentasi)
5. Implementasi Pelestarian Kualitas Air Sungai dari pencemaran Limbah
Kotoran Sapi.
Pengembangan implementasi tersebut sebagai desain upaya yang dapat dilakukan
oleh masyarakat pada kondisi DAS lainnya, sebagai bentuk upaya pelestarian

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
232

sumber daya air pada DAS. implementasi dapat disesuaikan pada kondisi bentang
lahan dan kultur budaya setempat dalam memandang dan memikirkan
keberlanjutan sumber daya air yang menopang kehidupan masyarakat serta
keseimbangan lingkungan di sekitarnya.
Selain itu kebermanfaatan nilai-nilai kearifan lokal terhadap pelestarian
sumber daya air yang dilakukan oleh masyarakat pada DAS Cikapundung bagian
hulu, dapat dikembangkan melalui informasi yang disampaikan kepada setiap
generasi saat ini dan di masa depan. Melalui pengembangan implementasi nilai-
nilai kearifan lokal sebagai bahan ajar (terlampir) pada mata pelajaran geografi di
Kelas X dan XI-IPS Sekolah Menengah Atas (SMA) Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yaitu pada materi pembelajaran yang terkait sumber daya air
dan pelestarian, diantaranya sub bab materi pengertian, faktor kerusakan, dan
upaya pelestarian Daerah aliran sungai (DAS) yang dibahas pada kelas X semester
2. Selain itu sub bab materi persebaran sumber daya alam khususnya air,
lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan, dan pelestarian lingkungan
hidup dengan melihat air sebagai bagian dari lingkungan yang dibahas pada kelas
XI-IPS.
Implementasi nilai-nilai kearifan lokal terhadap dunia pendidikan tersebut,
diharapkan mampu meningkatkan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif peserta
didik di kelas X dan XI-IPS pada pembelajaran geografi, agar mencapai
kompetensi yang diharapkan melalui bahan ajar berbasis nilai-nilai kearifan lokal
terhadap terkait sumber daya air dan pelestarian sumber daya air.

B. Rekomendasi
Metode penelitian menggunakan desain kualitatif verifikatif untuk
mengumpulkan data, analisis data, dan menguji keabsahan data mengenai nilai-
nilai kearifan lokal masyarakat DAS Cikapundung bagian hulu terhadap upaya
pelestarian sumber daya air, dihasilkan informasi yang bisa disampaikan sebagai
bahan ajar bagi pendidikan secara formal dan non-formal atau bagi peserta didik
dan masayrakat lainnya terhadap upaya pelestarian DAS. Mengingat tujuan
penelitian berfokus pada pelestarian sumber daya air melalui bentuk kearifan
lokal, gangguan dan ancaman, terhadap pelestarian sumber daya air, dan

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
233

pengembangan implementasi bagi masyarakat umum dan dunia pendidikan formal


khususnya peserta didik. Akan tetapi pada proses penelitian, ditemukan aspek-
aspek yang dapat dikembangkan serta ditindak lanjuti oleh peneliti lain atau
pemerhati kuantitas dan kualitas sumber daya air pada DAS, maka peneliti
merekomendasikan beberapa poin, diantaranya.
1. Perlu adanya langkah operasional sebagai upaya peningkatan usaha sadar
masyarakat lainnya pada DAS Cikapundung bagian hulu, untuk turut serta
melestarikan sumber daya air bagi masyarakat lainnya. Dengan menerangkan
informasi dan menerapkan implementasi nilai-nilai kearifan lokal terhadap
pelestarian sumber daya air yang disesuaikan terhadap bentang lahan atau
kondisi morfologi, sosial-budaya, dan mata pencaharian masyarakat setempat.
2. Intervensi pemerintah untuk menjadikan pengembangan implementasi nilai-
nilai kearifan lokal sebagai landasan kebijakan terhadap pengelolaan,
peningkatan, dan pelestarian sumber daya air DAS Cikapundung khususnya di
bagian hulu.
3. Intergrasi antara masyarakat yang melakukan kearifan lokal dengan instansi
dan organisasi pencinta atau pemerhati kelestarian DAS Cikapundung.
Melalaui langkah pengawasan terhadap penerapan dan pengembangan
implementasi nilai-nilai kearifan lokal dalam upaya pelestarian sumber daya
air.
4. Pengembangan lanjutan terhadap implementasi nilai-nilai kearifan lokal
sebagai bahan ajar pada pembelajaran geografi di kelas X dan XI-IPS melalui
metode-metode pembelajaran yang efektif dan disesuaikan pada kurikulum
KTSP atau kurikulum 2013 yang telah disempurnakan.
5. Terdapat kajian-kajian pernelitian bagi peneliti lain pada aspek, diantaranya.
a. Evaluasi arahan tata ruang Kecamatan Lembang pengaruhnya terhadap
eksistensi kuantitas dan kualitas Sungai Cikapundung
b. Pemetaan daerah rawan bencana longsor akibat erosi lahan di areal lereng
perbukitan atau pegunungan akibat alih fungsi lahan menjadi perkebunan,
pemukiman penduduk, dan bangunan objek wisata bari di Kecamatan
Lembang.

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
234

c. Kajian lebih lanjut mengenai aspek pengaruh pola tanam perkebunan


masyarakat terhadap besaran tingkat bahaya erosi dan sedimentasi.
d. Kajian lebih lanjut mengenai pengaruh kondisi sosial ekonomi dan desakan
kebutuhan lahan terhadap keberlanjutan sumber air baku di Kecamatan
Lembang, dengan cakupan cekungan air tanah atau daerah aliran sungai.
e. Pengukuran kuantitas dan kualitas aliran sungai cikapundung sebagai air
baku bagi PDAM Tirtawening Kota Bandung akibat pencemaran limbah
kotoran sapi.
f. Tindak lanjut implementasi kearifan lokal terhadap pelestarian sumber daya
air bagi masyarakat lain dan penerapan pada kondisi DAS lainnya yang
tidak melakukan upaya pelestarian sumber daya air pada DAS.
g. Kajian lanjutan mengenai bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat yang
masih nampak di daerah aliran sungai Cikapundung pada bagian tengah dan
hilir.

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Press.

Asdak, C.( 2004). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.

Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka


Cipta.

Bunasor, Sanim. (2011). Sumberdaya Air dan Kesejahteraan Publik (Suatu


Tinjauan Teoritis dan Kajian Praktis). Bogor: IPB Press.

Bungin, Burhan. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana.

Bungin, Burhan. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi


Metodologis ke Arah Ragam Varian Konteporer). Jakarta: Raja Grafindo
Persana.

Creswell, John W. (2012). Research Desain Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cunningswort, Alan. (1995). Choosing Your Course Book. Oxford: Heineman.

Daldjoeni, N & Suyitno, A. (1979). Pedesaan Lingkungan dan Pembangunan.


Bandung: Alumni.

Daldjoeni. (1992). Pengantar Geografi untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah.


Bandung: Alumni.

Darsono, Valentinus. 1995. Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Universitas


Atmajaya Press.

Daryanto. (1998). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Enda. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Fauzi.A. (2004). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gerungan. (1991). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Hasibuan, Malayu, S.P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan


kesembilan. Jakarta: Bumi Aksara.
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
236

Irwan. (1996). Prinsip-prinsip Ekologi, Ekosistem, Lingkungan dan


Pelestariannya. Jakarta : Bumi Aksara.

Iskandar, Zulriszka, TB. (2013). Prsikologi Lingkungan Metode dan Aplikasi.


Bandung: Rafika Aditama.

Iskandar, Johan. (2011). Upaya Pelestarian Tatar Sunda. Bandung : Yayasan


Rancage (Konferensi Internasional Budaya Sunda II Revitalisasi Budaya
Sunda Sunda : Peluang dan Tantangan dalam Dunia Global).

Kartasapoetra. (1987). Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Rineka.


Cipta.

Keraf, Sonny, A. (2005). Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Kompas Penerbit


Buku.

Keraf, Sony. (2010) Etika Lingkungan Hidup. Jakarta. Kompas Penerbit Buku.

Kodoatie, R. J.dan Rustam, S. (2010). Tata Ruang Air. Yogyakarta: ANDI.

Kodoatie, R.J. dan Sjarief, R. (2005). Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu.


Yogyakarta: ANDI.

Koentjoroningrat. (1981). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:


Gramedia.

Larry A Samovar, dkk. (2010). Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba


Humanika.

Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi Padang:


Akademia Permata.

Marfai, Aris, M. (2012). Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Marfai, Aris, M. (2013). Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mubarok, Achmad. (2003). Sunnatullah dalam Jiwa Manusia, Sebuah


Pendekatan Psikologi Islami. Jakarta: IIIT

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan


Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mutakin, Awan. (2005). Nilai – Nilai Kearifan Adat dan Tradisi di Balik simbol
(Totem) Kuda Kuningan. UPI: Press.

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
237

Mutakin, A.dan Pasya, G.K. (2006). Geografi Budaya. Bandung. Buana


Nusantara

Muhaimin. (2005). Pengembangan Kurikulum Pendidikan agama Islam, di


sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Naess, A. (1993). Ecology, Community, and Lifestyle. Cambridge: Cambridge


University Press.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT Tarsito.

Nugraha, Djawadi Hadi. (2013) Strategi Pemebelajaran Geografi. Yogyakarta.


Ombak

Ningrum, Epon. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi


Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.

Pasya, Gurniwan K. (2006). Geografi Pemahaman Konsep dan Metodologi.


Bandung: Buana Nusantara.

PLPG. (2011). Buku Bahan Ajar Geografi untuk SMA / SMK. Bandung: UPI

Prastowo,A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Menciptakan


Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Yogyakarta:
Diva Press.

Raco, Richard J (2010). Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakter dan


Keunggulannya. Jakarta: Grasindo.

Rohani, Ahmad. (1997). Media Intruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Rosidi, Ajip. (2011). Kearifan Lokal dalam Prespektif Budaya Sunda. Bandung:
Kiblat Buku Utama

Salmah, Sjarifah. (2010). Penataan bantaran sungai ditijau dari aspek


lingkungan. Jakarta: Trans Info Media.

Satori, Djam’an & Komariah, Aan (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: Alfabeta.

Soerjani, M, Ahmad Rofiq; dan Munir Rozy. (1987). Lingkungan Sumberdaya


alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta. Universitas
Indonesia Press.

Suardi, Edi. (1979). Pedagogik. Bandung: Angkasa Offset.

Sungkowo, Adi. (2001). Isu Lingkungan. Yogyakarta: UPN.

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
238

Sugiyono (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatifdan R&D). Bandung: Alfabet.

Sugiyono (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabet.

Sumintarsih. (2005). Kearifan Lokal Nelayan Madura. Yogyakarta: BKSNT.

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa


Keruangan. Bandung: Alumni.

Sumaatmadja, Nursid. (1989). Studi Lingkungan Hidup. IKAPI

Sumaatmadja, Nursid. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Bandung: Bumi


Aksara.

Sumaatmadja, Nursid. (2010). Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan


Lingkungan Hidup. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, Jatna. (2010).Peran Kearifan Lokal dalam pelestarian Lingkungan.


Jakarta: UI

Susilawati, Indah. (2010). Etika dan Lingkungan. Yogyakarta: Fakultas Teknik


dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana.

Yakin, Addinul. (1997). Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Teori dan


Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Akademika Presindo.

Yani, Ahmad. (2009). Pengembangan Materi dan Bahan Ajar Geografi.


Bandung. Pelatihan Induksi Lesson Study dan Team Teaching Bagi Guru
Geografi SMA Kabupaten Bandung.

Sumber dari : Departemen atau Lembaga Pemerintah

______. (2003). Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional. Republik Indonesia: UUD.

______. (2004). Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana. Republik Indonesia: UUD.

______. (2004). Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Republik Indonesia: UUD.

______. (2009). Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan. Republik Indonesia: UUD.

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
239

Badan Pusat Statistik Kab. Bandung Barat. (2014). Data Kependudukan


Kabupaten Bandung Barat tahun 2014. Kab. Bandung Barat: BPS

Badan Pusat Statistik Kab. Bandung. (2014). Data Kependudukan Kabupaten


Bandung tahun 2014. Kab. Bandung: BPS

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional


No. 22 dan 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Republik Indonesia: Permendiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun


2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Republik Indonesia: Depdiknas.

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. (2003). Keputusan Menteri Dalam


Negeri Nomor 131 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penanggulangan Bencana
dan Penanganan Pengungsi di Daerah Menteri Dalam Negeri. Republik
Indonesia: Mendagri.

Sumber dari : Jurnal, Makalah dan Artikel

Andrew, M. M., & Boyle, J. S. (1995). Trancultural Concepts in Nursing Care.


Philadelphia: J. B. Lippincott Company.

Arsyad S. (1983). Konservasi tanah dan air. Bogor: Diktat Kuliah Institut
Pertanian Bogor.

Edwin P., dkk. (2010). Integrasi Pengembangan Wisata Pantai dan Permukiman
Nelayan di Pesisir Barat Kabupaten Bengkulu Selatan dalam Rangka
Konservasi Alam. Jurusan Arsitektur ITS: Seminar Nasional Perumahan
Pemukiman dalam Pembangunan Kota.

Enok Maryani dan Ahmad Yani (2013). Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam
Memitigasi Bencana. GEA Jurnal Pendidikan Geografi.

Hasan. (2013). Cikapundung Promenade di Bandung Mulai Dibangun. Ditjen PU:


Pusat Komunikasi Publik.

Jaya, Askar. (2004). Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable


Development). Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

Juknis Pengembangan Bahan Ajar SMA .(2014). Petunjuk Pengembangan Bahan


Ajar di Sekolah Menengah Atas (SMA). Direktorat Pembinaan SMA.

Maryani, Enok dan Yani, Ahmad (2013). Kearifan Lokal Masyarakat Sunda
dalam Memitigasi Bencana dan Aplikasinya sebagai Sumber Pembelajaran
IPS Berbasis Nilai. Bandung. Diseminasi Hasil Penelitian Dosen UPI
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
240

Nakhornthap, S. (1996). Report of the Study on Patterns of Process in Promoting


Teacher and School Participation for Prevention and Solution of Problems
Concerning Child Labor in Thailand. Journal of Research on Humanities
Information Study: Office of the National Education Commission.

Rohmat, Dede (2010). Posisi dan Proporsi Ketersediaan Air. (Pidato pengukuhan
Guru Besar). UPI: Press.

Setiawati, Tity wahju. (2009). Hak, Kewajiban, Peran Serta Masyarakat dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Media Hukum/Vol.IX/No2/April-Juni/
2009.
Siswandi, Tukiman Taruna, dan Hartuti Purnaweni. (2011). Kearifan Lokal dalam
Melestarikan Mata Air (Studi Kasus di Desa Purwogondo, Kecamatan Boja,
Kabupaten Kendal. Jurnal Ilmu Lingkungan. Volume 9, Issue 2; 63-68.

Sulastriyono. (2008). Pembangunan Hukum Sumber Daya Air Sungai yang


Berbasis Kearifan Lokal: Peuang dan Tantangannya. Mimbar Hukum
Volume 20, Nomor 3, Oktober 2008.

Waluya, J. (2010). Pengelolaan sungai, danau dan waduk untuk konservasi


sumberdaya air. Region. Pendidikan Geografi FKIP UNISMA Bekasi.
Volume II, No 2 September 2010.

Wibowo, Hendro Ari, dkk. (2012) Kearifan Lokal dalam Menjaga Lingkungan
Hidup (Studi Kasus asyarakat di Desa Colo Kecamatan Dawe Kabupaten
Kudus). Journal of Educational Social Studies 1 (1) (2012).

Sumber dari Skripsi/Tesis/Disertasi

Asep Y. S., (2013). Nilai-Nilai Tata lingkungan Terhadap Kelestarian


Lingkungan di Kamoung Cikondang Kabupaten Bandung dan Implikasinya
dalam Pembelajaran Geografi. Tesis/Pendidikan Geografi Sps UPI: Tidak
diterbitkan.

Darsono. (1995). Penggunaan Media Pengajaran Dalam Pembelajaran


Pendidikan Ips Di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas Tentang
Penggunaan Media Pengajaran Berupa Gambar Diam dan Lingkungan
Sekitar dalam Pembelajaran Pendidikan Gips Pokok Bahasan Lingkungan
Sekitar, Sub Pokok Bahasan Lingkungan Keluarga Dan Lingkungan Rumah
Pada Kelas Kiai Ards Al’quran Metro, Kotif Metro Kabupaten Lampung
Tengah). Tesis/Jurusan IPS-UPI: Tidak diterbitkan.

Diana, Dian. (2015). Pelestarian dan Peran Masyarakat di Kawasan Sekitar Situ
Ci Santi (suatu kajian untuk pengembangan bahan ajar). Tesis/jurusan
Pendidikan Geografi Sps UPI: Tidak diterbitkan.

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
241

Holilah, Mina (2014). Implementasi Nilai-Nilai Kearifan Ekologis dalam Budaya


Lokal Masyarakat Adat Cigugur Kuningan Sebagai Sumber Belajar IPS.
Bandung. UPI.

Hermanto. (2012). Kearifan Lokal Kesatuan Masyarakat Adat Kesepuhan Banten


Kidul (Kajian Etnopedagogi). Bandung: Disertasi/jurusan IPS Sps UPI:
Tidak diterbitkan.

Suryadi, Edi. (2014). Pelestarian Sumber Daya Air sebagai Kearifan Lokal
Masyarakat Cibiru Utara Kota Bandung. Tesis/jurusan Pendidikan
Geografi Sps UPI: Tidak diterbitkan.

Yuvenalis Anggi Aditya. (2013). Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Cigugur-


Kuningan Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup Sebagai Sumber Belajar
Geografi. Tesis/Pendidikan Geografi Sps UPI: Tidak diterbitkan.

Sumber dari : Internet/Media Massa

Baharudin, Erwan. (2012). Kearifan Lokal,Pengetahuan Lokal, dan Degradasi


Lingkungan. [Online]. Tersedia: http://www.esaunggul.ac.id/
epaper/kearifan-lokal pengetahuan lokal-dan-degradasi-lingkungan/.
[Diakses 1 Juni 2015].

Cita Citarum. (2014). Gambaran Umum Sungai Cikapundung. [online], tersedia


http://www.citarum.org/node/1174. Diakses [5 Oktober 2014].

Darhim. (2013). Pengembangan Bahan Ajar. [Online], tersedia di


http://file.upi.edu/Direktori /FPMIPA/ JUR._PEND._ MATEMATIKA/
195503031980021 - DARHIM/ Media_Pemb_Mat/ Pengembangan
BahanAjar .pdf. Diakses [18 Oktober 2014].

Hertanto, Hendrik Boby. (2011). Melestarikan Lingkungan. [Online]. Tersedia:


http://geoenviron.blogspot.com/2011/12/melestarikan-lingkungan-suatu-
upaya.html. Diakses [1 Juni 2015].

KBBI. (2015). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus versi Online/daring (dalam
jaringan). [Online]. Tersedia: http://kbbi.web.id/. Diakses [10 April 2015].

Kurniasari, Nenden & Reswati, Elly (2013), Kearifan Lokal Masyarakat


Lamarera : Sebuah Ekspresi Hubungan Manusia dengan laut. Balai Besar
Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. (Buletin Riset Sosek
Kelautan dan Perikanan Vol. 6 No. 2). [Online]. Tersedia:
http://www.bbrse.kkp.go.id/publikasi/buletin_2011_v6_no2_%281%29_full
.pdf . Diakses [10 September 2014].

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
242

Murbojono, Rahmat. (2013). Penulisan Bahan Ajar. [Online]. Tersedia:


http://biologi-lestari.blogspot.com/2013/03/penulisan-bahan-ajar.html.
Diakses [1 Juni 2015]

Pratomo, Suko. (2013). Keseimbangan Lingkungan. [online]. Tersedia:


http://www.academia.edu/9407091/Pendidikan_Lingkungan_di_SD.
Diakses [10 April 2015].

Priawan. K..A., Galyndra (2014). Kesenian Tiban Refleksi Budaya dan Agama.
[Online]. Tersedia: http://cacingabangan.blogspot.com/. Diakses [10 April
2015].

Purwanto, Andie T. (2004). Manajemen Lingkungan: Dulu, Sekarang, dan Masa


Depan. [Online]. Tersedia: http:// andietri.tripod.com/ jurnal/ Manajemen_
Lingkungan_x.pdf. Diakses [10 April 2015].

Ridyani,Yani. (2013). Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan Hidup.


[Online]. Tersedia: http://kbbentara.blogspot.com/2011/01/peranan-
masyarakat-dalam-pelestarian.html. Diakses [1 Juni 2015].

Rahayu, Ucu & Sekarwinahyu, Mestika. (2011). Penanaman Konsep


Pemeliharaan Lingkungan Di Daerah Rawan Banjir Melalui Pembelajaran
Kreatif Produktif Berbasis Kearifan Lokal. UT. [online], tersedia
http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/ pdfprosiding2/fmipa201139.pdf .
Diakses [10 September 2014].

Rohilah, Ika. (2010) Religiusitas dan Perilaku Manusia. [Online]. Tersedia:


http://www.nuansaislam.com/index.php?option=com_content&view=article
&id=321:religiusitas-dan-perilaku-
manusia&catid=89:psikologiislam&Itemid=277. Diakses [10 April 2010].

Scazda. (2012). Menjadikan Lingkungan Lestari Surga Dunia Kita. [Online].


Tersedia: http://scazda.wordpress.com/2012/04/26/lingkungan/. Diakses [1
Juni 2015].

Sumardjo, J. (2009). Budaya Air di Sunda. Kompas [Online]. Tersedia:


http://www.bangadang.com/perspektif/53-artikel/1930-budaya-air-di-sunda.
Diakses [5 Oktober 2014].

Surasmi, Asrining, Wuwuh (2013). Menggugah Kesadaran Guru Dalam


Pelesterian Kearifan Lokal Pada Era Globalisasi. Surabaya : UPBJJ.
[Online]. Tersedia: http://utsurabaya. files.wordpress.com /2013/01/
wuwuh.pdf. Diakses[10 September 2014].

Danfar. (2009). Definisi/Pengertian Efesiensi. [Online]. Tersedia:


https://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efisiensi/. Diakses [10
April 2015].

Aris Muhamad Ramdani, 2015


NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai