TESIS
oleh
Aris Muhamad Ramdani
NIM 1302529
Oleh
Aris Muhamad Ramdani
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Geografi
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi SPs Pendidikan Geografi
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSRAK
ABSTRACT
Humans are part of the ecological environment, the role of humans in the
environment of view of environmental ethics, how human beings have the right
and obligation to manage, utilize and conserve natural resources, especially water
resources (SDA) in the surrounding environment, in order to create harmony,
harmony, and the balance between natural resources to human needs. SDA is the
focus of research is on the SDA Watershed (DAS). Based on current watershed
conditions Cikapundung who have damage to quality and water quality need to be
overcome through the efforts of conservative, one through local knowledge
society, which is manifested in the form of ideas, ideas, processes, and forms or
artifacts to the conservation efforts of SDA. The conservation efforts to contain
the values of local wisdom that can be implemented as other information for
people and for the world of education especially in the form of learning
geography teaching materials. The purpose of this research is to identify the forms
of local wisdom, analyzing the business community face harassment and threats,
the development of the implementation of the values of local wisdom for other
communities, and the development of implementation as an educational resource
in high school geography class X and class XI. Through qualitative verification
methods, findings in the field in the form of local wisdom in preserving natural
resources by managing, utilizing and preserving components such watershed,
forest lands, water resources, prevention of erosion and sedimentation, cow
manure waste management, and conservation of the hillside. Identified forms of
local wisdom has pedagogical value, praxis and practical value, the value of
adaptation, the value of spatial, socio-cultural values, religious values, values of
harmony, balance values, values of sustainability, environmental management
value, the value of water resources efficiency, and value disaster mitigation. The
conclusions and recommendations of the values can be implemented to the public
on river basin or watershed Cikapundung others who do not perform as well as the
conservation can be implemented as an educational resource in high school
geography class X and class XI.
Halaman
PERNYATAAN ................................................................................................. i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
E. Struktur Organisasi ............................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 11
A. Manusia dan Lingkungannya ................................................................ 11
B. Etika Lingkungan dalam Pelestarian Sumber Daya Air ....................... 15
C. Upaya dalam mengatasi Gangguan dan Ancaman Kerusakan Daerah
Aliran Sungai (DAS) ........................................................................... 24
D. Kearifan Lokal dalam Pelestarian Sumber Daya Air ............................ 29
E. Nilai-nilai pada Kearifan lokal dalam Pelestarian Sumber Daya Air ... 34
F. Implikasi Penelitian terhadap Pendidikan Geografi ............................. 47
1. Sumber Belajar Geografi .................................................................. 48
2. Bahan Ajar Geografi ........................................................................ 50
3. Pengembangan Bahan Ajar Geografi ............................................... 53
4. Penerapan Nilai – Nilai Kearifan Lokal dalam Pelestarian Sumber
DayaAir pada DAS Cikapundung untuk pembelajaran Geografi .... 55
G. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 57
hijauan akibat buangan limbah kotoran sapi ke sungai dimulai dari pemukiman
penduduk di Kampung Batulonceng Desa Suntenjaya, selain itu di Desa
Suntenjaya, Desa Cibodas, Desa Cikidang, dan Desa Langgengsari air sungai
bewarna kecokelatan karena aktivitas pertanian di daerah kemiringan lereng bukit
dengan pola tanam yang kurang tepat sehingga menimbulkan erosi lereng dan
sedimentasi di aliran sungai.
Kerusakan pada DAS Cikapundung bagian hulu dapat memberi dampak
terhadap daerah tengah dan hilir. Jika, kondisi tersebut tanpa ada upaya
penanganan dan upaya pencegahan lebih lanjut akan mengancam fungsi dan
manfaat DAS Cikapundung, dikutip dari Website Cita Citarum (2014) dapat
diketahui DAS Cikapundung memiliki fungsi dan manfaatnya, sebagai berikut.
1) Drainase utama pusat kota.
2) Penggelontoran kotoran dan pembuangan limbah domestik maupun industri
sampah kota Bandung.
3) Objek wisata Bandung (maribaya, curug dago, kebun binatang, dll)
4) Penyediaan air baku perusahaan daerah air minum (PDAM) kota Bandung
yang membangun instalasi penyadapan di dago pakar, dago, dan badak
singa.
5) Pemanfaatan energi yang dikelola oleh PT Indonesia Power-Unit saguling
yang mendirikan energi instalasi di PLTA Bengkok dan PLTA Dago Pojok.
6) Sarana irigasi pertanian.
Konsep pengelolaan sumber daya air sungai secara holistik dan terpadu
dengan berbasis kearifan lokal merupakan alternatif dalam upaya mengatur
pengelolaan sumber daya air sungai. Hal ini berarti bahwa proses
perencanaan merupakan tahapan penting dan harus melibatkan berbagai
pemangku kepentingan (stakeholder) sebagai kunci pengelolaan sumber
daya air sungai di kawasan DAS.
Cinyusu rumatan
Pasir alunan
Lebak cairan
Samparan kebonan
Walungan rawatan
Legok balongan
Dataran sawahan
Situ pulsaraeun
Lembur uruseun
Basisi jagaeun
Pesan saur sepuh di atas, tumbuh dari dinamika keselarasan hidup masyarakat
Jawa barat (urang Sunda) terhadap kondisi lingkungannya, sebagaimana Rohmat
(2010, hlm. 28) menjelaskan.
Kata-kata yang tertulis dalam “saur sepuh” tersebut sungguh sangat tinggi
nilainya dilihat dari semangat dan maknanya bagi upaya konservasi Sumber
Daya Air (SDA) dalam rangka menjaga kesinambungan ketersediaan SDA.
Jika sejak dahulu makna ini dihayati dan dipahami secara sungguh-sungguh,
serta dijadikan cara pandang dan tuntutan kita dalam berprilaku terhadap
lingkungan, kemudian diwariskan dari generasi ke generasi, bisa jadi
bencana akibat air yang tidak terkendali, tidak akan terjadi sekarang ini.
Berdasarkan pesan dan pendapat tersebut, diketahui bahwa pesan saur sepuh
mengandung nilai luhur dan tuntunan sebagai manusia dalam berprilaku terhadap
lingkungannya khususnya nilai pelestarian SDA. Nilai yang terdapat di budaya
masyarakat sunda tertuang dalam bentuk kabuyutan/larangan untuk tetap dipatuhi
dan diterapkan masyarakatnya, khususnya hubungan dengan pelestarian SDA.
Pelestarian SDA yang tertuangnya pada pesan saur sepuh, menarik untuk
dikaji lebih lanjut, apakah masih ada nilai pesan tersebut pada masyrakat DAS
Cikapundung di bagian hulu, agar nilai-nilai pesan pelestarian SDA yang ada di
masyarakat DAS Cikapundung dapat diimplementasikan sebagai sumber
informasi ke masyarakat lainnya yang tidak melakukan pelestarian pada DAS
Cikapundung bagian hulu serta menjadi bahan ajar bagi peserta didik di dunia
pendidikan khususnya pada pembelajaran geografi.
Mengingat pembelajaran geografi hakekatnya dan ruang lingkupnya tekait
dengan fenomena atau gejala alam dengan aktivitas sosial, maka penelusuran
bentuk kearifan lokal menjadi bahan ajar bisa diterapkan pada pembelajaran untuk
memperkaya khasanah keilmuan geografi secara empiris dan praksis,
sebagaimana menurut Sumaatmadja (1997, hlm. 12)
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Berdasarkan penjelasan di atas, hakekat bahan ajar geografi salah satunya bisa
bersumber dari kajian peneliti mengenai kearifan lokal masyarakat dalam
pelestarian SDA pada DAS Cikapundung di bagian hulu untuk dijadikan bahan
ajar yang bermanfaat dan menjadi penghubung secara kontekstual dari fenomena
pelestarian SDA yang ada di masyarakat pada DAS Cikapundung di bagian Hulu
dengan proses pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan terkait geografi.
Indikator pembelajaran untuk pemahaman peserta didik mengenai
pemanfaatan dan pelestarian perairan darat dalam unit satuan DAS Cikapundung
di bagian hulu, bersumber belajar dari kearifan lokal masyarakat untuk diangkat
fenomena atau gejala apa saja yang ada di masyarakat dalam melakukan bentuk
pelestarian SDA pada DAS Cikapundung di bagian hulu. Agar masyarakat
lainnya dan peserta didik mampu menghubungkan secara konseptual dan kondisi
nyata dalam kehidupan sehari-hari bagaimana upaya pelestarian SDA pada DAS
berdasarkan nilai kearifan lokal yang ada di masyarakat.
Bahan ajar yang bersumber dari nilai kearifan lokal, dijelaskan menurut
Rohmat (2010, hlm. 15) bahwa “Strategi peningkatan kualitas sumber daya
manusia harus difokuskan pada pendidikan usia sekolah melalui pendidikan
lingkungan hidup, baik di sekolah maupun di luar sekolah”. Pembelajaran
geografi yang terintegrasi antara kondisi fisik yang ada di lingkungan dengan
beragam aktivitas masyarakat dalam mengelola, memanfaatkan, dan melestarian
SDA. Dapat diaktualisasikan dalam proses peningkatan pendidikan di masyarakat
dan pendidikan di sekolah bagi peserta didik, agar pengetahuan secara konseptual
dan kepekaan terhadap DAS sebagai penyangga kehidupan masyarakat di masa
mendatang, menjadi lebih memiliki sikap rasa tanggung jawab dan peduli
lingkungan, serta lebih jauh memiliki rasa cinta tanah air sebagaimana karakter
yang diharapkan dari tujuan pendidikan nasional negara Indonesia dengan
memanfaatkan bahan ajar berbasis kearifan lokal dalam pelestarian SDA.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan hasil rumusan masalah dan fokus penelitian, selanjutnya
diidentifikasi melalui tujuan dalam penelitian sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan bentuk kearifan lokal masyarakat dalam pelestarian SDA
pada DAS Cikapundung di bagian hulu.
2. Mengetahui usaha masyarakat dalam mengatasi gangguan dan ancaman
terhadap keberadaan SDA pada DAS Cikapundung di bagian hulu.
3. Menganalisis implementasi nilai-nilai yang terkandung dalam bentuk kearifan
lokal dalam pelestarian SDA oleh masyarakat pada DAS Cikapundung di
bagian hulu sebagai informasi bagi masyarakat lainnya.
4. Mengembangkan implementasi nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung
dalam pelestarian SDA oleh masyrakat pada DAS Cikapundung di bagian hulu
sebagai bahan ajar geografi pada kelas X dan XI-IPS.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian menjadi pengayaan bahan ajar pada mata kuliah Hidrologi
dan Pengelolaan Sumber daya Air (PSDA).
b. Hasil penelitian menjadi pengayaan bahan ajar bagi guru pada mata
pelajaran Geografi SMA pada kelas X dan XI-IPS terkait sub bab materi
sumber daya air dan kearifan dalam penggunaan sumber daya alam.
c. Hasil penelitian menjadi sumber bahan ajar sebagai contoh bagi peserta
didik pada mata pelajaran Geografi SMA pada kelas X dan XI-IPS dalam
penerapan terkait sub bab materi sumber daya air dan kearifan dalam
penggunaan sumber daya alam.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk kebijakan atau sebagai masukan bagi stakeholder yang menangani
usaha perlindungan dan pelestarian pada DAS Cikapundung di bagian hulu
berbasis kearifan lokal.
b. Bagi instansi-instansi yang terkait, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan bahan masukan dalam usaha perlindungan dan pelestarian
pada DAS Cikapundung di bagian hulu berbasis kearifan lokal.
c. Sebagai bahan masukan bagi peneliti yang terkait dengan usaha
perlindungan dan pelestarian pada DAS Cikapundung di bagian hulu
berbasis kearifan lokal.
d. Sebagai sumber data bagi peneliti lain.
E. Struktur Organisasi
Bab I pada penelitian ini memuat lima aspek, yaitu latar belakang masalah
penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
struktur organisasi. Latar belakang masalah pada penelitian ini berkaitan dengan
air sebagai sumber daya untuk kebutuhan dasar manusia, namun kesadaran
manusia akan keberadaan sumber daya air masih rendah. Teridindikasi adanya
pencemaran yang terjadi pada DAS Cikapundung di bagian hulu. Maka perlu
dilakukan upaya pelestarian pada DAS melalui kearifan lokal yang dilakukan
masyarakat setempat. Pada kearifan lokal tersebut terdapat nilai-nilai kehidupan
yang dapat diimplementasikan bagi masyarakat lainnya dan sebagai bahan ajar
pendidikan geografi di SMA. Rumusan masalah pada penelitian ini terdapat tiga
pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang yang dipaparkan oleh peneliti.
Tujuan penelitian terdapat dua segi, yaitu segi teori dan segi praktik. Strukut
organisasi pada penelitian ini memberikan pemaparan isi, urutan penulisan, dan
keterkaitan antara bab mengenai nilai-nilai kearifan lokal masyarakat terhadap
upaya pelestarian sumber daya air pada DAS Cikapundung di bagian hulu.
Bab II dalam penelitian ini memuat kajian pustaka mengenai nilai-nilai
kearifan lokal masyarakat terhadap upaya pelestarian sumber daya air pada DAS
Cikapundung di bagian hulu. Terdapat enam aspek yang dibahas pada bab ini
yaitu, manusia dan lingkungannya, etika lingkungan dalam pelestarian sumber
daya air, upaya mengatasi gangguan dan ancaman kerusakan DAS, kearifan lokal
dalam upaya pelestarian sumber daya air, nilai-nilai dalam kearifan lokal terhadap
pelestarian sumber daya air, implikasi penelitian terhadap pendidikan geografi,
dan penelitian yang relevan.
Bab III dalam penelitian ini memuat aspek yaitu, desain penelitian, peran
peneliti, subjek penelitian, prosedur pengumpulan data, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, pengujian keabsahan data, bagan alur penelitian, dan
rancangan jadwal penelitian. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini
yaitu desain kualitatif verifikatif dengan strategi fenomenologi, karena hakekat
penelitian mengutamakan pengalaman manusia terhadap suatu fenomena
pelestarian sumber daya air. Peran peneliti untuk menetapkan menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan
atas temuan. Subjek peneliti terdiri dari informan pokok dan informan pangkal.
Prosedur pengumpulan data melalui suatu tahapan yang terlebih dahulu membuat
schedule penelitian dan melakukan pendekatan dengan pihak informan. Teknik
pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dokumen kualitatif, materi
A. Desain Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang dapat dilakukan seorang peneliti
untuk mengungkap atau menggali kebenaran dari sebuah fenomena. Tujuan penelitian
ini untuk memperoleh data dari bentuk-bentuk kearifan lokal, dan mengidentifikasi
implementasi nilai-nilai kearifan lokal, serta mengemas bentuk-bentuk kearifan lokal
ke dalam bahan ajar geografi. Maka, untuk memperoleh data tersebut digunakan
pendekatan kualitatif.
Pendekatan penelitian kualitatif menurut Fraenkel & Wallen (dalam Creswell,
2012, hlm.293) penelitian kualitatif menekankan pada persepsi-persepsi dan
pengalaman partisipan, dan cara mereka memaknai hidup, dijelaskan pula menurut
Bungin (2007, hlm.42) sebagai berikut.
Penelitian kualitatif lahir dan berkembang dari tradisi ilmu-ilmu sosial Jerman
yang sarat diwarnai pemikiran filsafat ala platonik sebagaimana yang kental dan
tercermin pada pemikiran Kant maupun Hegel. Penelitian kualitatif diwarnai
oleh filsafat idealisme, rasionalisme, humanisme, fenomenologisme, dan
interpretivisme yang digunakan untuk dapat memahami fenomena sosial
(tindakan manusia).
B. Peran Peneliti
Peran peneliti dalam tradisi metode penelitian kualitatif menurut Creswell
(2012, hlm.264) ...penelitian kualitatif merupakan penelitian interpretatif, yang
didalamnya peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-
menerus dengan para partisipan. Peran penelitian tersebut guna memperoleh
masukan data yang diperoleh dari partisipan, sebagaimana dijelaskan pula peran
peneliti sebagai human instrumen menurut Sugiyono (2012, hlm.306) human
instrument, yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis
data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam
penelitian ini, segala sesuatu yang akan dicari dari objek penelitian belum jelas
dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum
jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti memasuki subjek dan objek penelitian.
Penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun
selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan
dikembangkan instrumen penelitian yang diharapkan dapat melengkapi dan
membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan
wawancara.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian kualitatif, adanya informan merupakan
indikator utama, adapun informan yang ada dibagi menjadi dua, yaitu informan
pokok dan informan pangkal. Informan pokok merupakan orang yang memahami
kearifan lokal yang ada pada DAS Cikapundung bagian hulu, sedangkan informan
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
Pemilihan informan atau partisipan sebagai sumber data menjadi syarat utama
yang harus kredibel dan kaya akan informasi sesuai kebutuhan. Penentuan
informan sebagai sampel dalam penelitian kualitatif tidak ada standar partisipasi,
terpenting adalah kekayaan informasi yang dimiliki untuk digali dan dipahami
hingga menjadi penjelasan yang utuh dan jenuh.
Tabel 3.1
Informan Pokok dan Informan Pangkal
DAS
memfungsikan dan DAS Cikapundung bagian hulu
memanfaatkan
Tokoh masyarakat
Cikapundung pada bagian hulu
Guru Mata Pelajaran
Masyarakat pada DAS
DAS
Cikapundung bagian hulu
2 Komunitas Pencinta Ketua komunitas
Cikapundung pada bagian hulu Anggota komunitas
Sumber : Rancanngan Peneliti, 2015
Keterangan:
: Hasil data yang diperoleh informan pokok dan pangkal
: Kegiatan pengumpulan data dari Informan Pokok
: Kegiatan pengumpulan data dari Informan Pangkal
Pada Gambar 3.1 di atas, dapat diketahui bahwa peneliti memulai pencarian data
dengan langsung menuju informan/partisipan pangkal, dari kedua informan
pangkal ini selanjutnya menunjuk orang yang dianggap kaya akan informasi
disebut informan pokok adalah seseorang yang dianggap mempunyai kekayaan
informasi yang perlu digali.
Selanjutnya proses penggalian data berakhir jika data/informasi telah jenuh
artinya setiap pertanyaan yang diajukan dari hasil berbagai teknik penggalian
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
1. Observasi
Peneliti melakukan observasi partisipan langsung melihat situasi sosial yang
sesuai dengan tujuan penelitian. Aktivitas yang dilakukan oleh peneliti hanya
sebagai pengamat saja tanpa langsung terlibat dalam situasi sosial dari informan.
Proses observasi ini dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang hendak diteliti,
setelah tempat teridentifikasi mulai melakukan pemetaan sehingga ditemukan
gambaran umum tentang sasaran penelitian. Sebagaimana menurut Nasution
(2003, hlm.58) bahwa dalam tiap pengamatan harus selalu kita kaitkan dua hal
yakni informasi (misalnya apa yang terjadi) dan konteks (hal-hal yang berkaitan
disekitarnya). Informasi yang dilepaskan dari konteksnya akan kehilangan makna.
Jadi makna sesuatu hanya diperoleh dalam kaitan informasi dengan konteksnya.
Kemudian peneliti mengidentifikasi siapa yang akan diobservasi, kapan, berapa
lama dan bagaimana. Intinya selama observasi peneliti bersama-sama dengan
informan supaya mendapatkan informasi yang tersembunyi dan mungkin tidak
dapat terungkap selama wawancara. Selanjutnya kelebihan observasi menurut
Satori (2013, hlm.125) menggunakan metode observasi banyak kelebihannya,
diantaranya adalah.
a) Peneliti mengetahui kejadian sebenarnya sehingga informasinya diperoleh
langsung dan hasilnya akurat.
b) Peneliti dapat mencatat kebenaran yang sedang terjadi.
c) Peneliti dapat memahami substansi sehingga ia dapat belajar dari
pengalamanyang sulit dilupakan.
d) Memudahkan peneliti dalam memahami perilaku yang kompleks.
e) Bagi informan yang tidak memiliki waktu masih bisa memberikan
kontribusi dengan mengijinkan untuk diobservasi.
f) Observasi memungkinkan pengumpulan data yang tidak mungkin dilakukan
teknik lain.
Kelebihan yang dimiliki dengan teknik observasi akan menghasilkan data yang
sulit untuk diungkapkan dengan teknik lain, karena dengan teknik observasi
partisipasi memungkinkan ada penyatuan antara peneliti dan informan, walau
peneliti hanya sebagai pengamat saja dan tidak terlibat langsung.
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
2. Wawancara
Melakukan wawancara (interview), menurut Basrowi (2008, hlm.127)
wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu
pewawancara sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai
sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Informasi yang didapat tidak dapat
diperoleh melalui observasi dan dari sumber data berupa dokumen saja, akan
tetapi memerlukan teknik wawancara, sebagaimana menurut Raco (2010,
hlm.117) dalam wawancara, peneliti bukan hanya mengajukan pertanyaan, tetapi
mendapatkan pengertian tentang pengalaman hidup orang lain. Dan hal ini hanya
dapat diperoleh dengan indepth interview. Pelaksanaan wawancara sebenarnya
dilakukan dengan teknik triangulasi yaitu teknik mendapatkan informasi dengan
melibatkan seluruh teknik untuk mendapatkan informasi. Ukuran jenuh bisa
ditentukan jika semua data atau informasi dari partisipan sudah menghasilkan
kesan yang sama.
3. Dokumen Kualitatif
Dokumen kualitatif diperlukan unruk mendapatkan informasi dari berbagai
sumber tertulis guna mendukung mengenai kajian penelitian. Menurut Bungin
(2007, hlm.269) Analisis dokumen tertulis kualitatif, dokumen ini bisa berupa
dokumen publik (seperti Koran, makalah, laporan kantor, ataupun dokumen
private (seperti, buku guku harian, diary, surat, email). Teknik dokumentasi ini
bagi peneliti akan mendapatkan manfaat yaitu memperoleh data/informasi dari
berbagai macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam
bentuk catatan-catatan perihal pelestarian DAS Cikapundung bagian hulu.
4. Materi Audio-Visual
Melakukan pengamatan foto yang sesuai dengan situasi objek penelitian
yakni DAS Cikapundung bagian hulu. Melakukan kegiatan pemotretan terhadap
obyak yang kita untuk mempermudah dalam proses pengecekan data, jika ada
yang lupa terhadap unsur-unsur di lapangan saat observasi dari pihak peneliti,
serta menggunakan alat bantu perekam suara, agar catatan alamiah yang tidak
cepat hilang untuk tahapan analisis data.
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
67
5. Triangulasi
Teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2014, hlm.83). Triangulasi berarti
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama,
seperti pada gambar 3.2. Pada Gambar 3.2, dapat diketahui bahwa tujuan
penelitian dalam teknik triangulasi adalah mengetahui data yang diperoleh dari
hasil pengamatan, wawancara, dan dokumentasi untuk mencari lebaran dan
penguatan pemahaman dalam penguatan data.
Observasi
Sumber
Wawancara data sama
Dokumentasi
Penjelasan di atas, mengkonstruksi format penelitian dan strategi untuk lebih awal
memperoleh data sebayak-banyaknya di lapangan, dengan mengkesampingkan
peran teori. Format strategi analisis data kualitatif-verifikasi, dibuat pada
Gambar 3.3 model stategi analisis data kualitatif verifikasi.
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member
chek.
2. Uji transferability, merupakan validitas eksternal yang menunjukan derajat
ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian pada situasi yang lain.
Supaya hasil penelitian dapat diterima dan diterapakan pada situasi lain maka
dalam penyususnan laporan peneliti harus secara sistematis dan terperinci
supaya mudah dipahami.
3. Uji dependability uji berkaitan dengan seluruh proses yang dilakukan oleh
peneliti, jadi rekam jejak aktivitas peneliti harus mampu ditunjukan kepada
tim auditor.
4. Uji Konfirmability dalam penelitian kualitatif tahapan uji keabsahan ini
disebut dengan uji obyektivitas penelitian. Uji ini untuk mengetahui proses
yang sudah dilakukan. Bila proses terbukti maka hasil penelitian dikatakan
memenuhi konfirmability.
Rencana Pelaksanaan
No Tahapan Kegiatan Juni-Aug Sep Oct Nov Maret Mei Keterangan
2014 2014 2014 2014- 2014 2015
Feb
Persiapan
Kajian Mandiri
Survey Awal
1
Orientasi lokasi
Proposal
Seminar Proposal
Wawancara
2 Pelaksanaan
Observasi
Studi Dokumentasi
3 Uji Keabsahan data
4 Implikasi Bagi
pembelajaran geogafi
Penyusunan Laporan
5
Pemberkasan
6 Sidang
Sumber: Rancangan Penelitian, 2015
A. Simpulan
Air merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia, tanpa air manusia akan
kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Keberadaan air di muka bumi
terdiri dari dua yakni air asin di laut dan air tawar di daratan. Khusus air yang
berada di darat, akan dipengaruhi oleh eksistensi manusia didalamnya sebagai
satu kesatuan komponen ekosistem perairan darat. Karena umumnya manusia
sebagian besar berada di daratan dan keberadaannya sebagian besar termasuk
pada perairan darat yang cakupannya termasuk ke dalam Daerah Aliran Sungai
(DAS). Khaidahnya hubungan manusia dengan air yang terdapat di darat, harus
memposisikan diri dalam mengambil bagian untuk pengelolaan DAS.
Bentuk pengelolaan DAS mencakup pengelolaan komponen-komponen
DAS, untuk bagian hulu, tengah dan hilir. Pada DAS bagian hulu terdapat
komponen seperti hutan, pengendalian erosi, waduk/situ/danau, aktivitas
konservasi, jaringan air bersih, sistem drainase, dan pengendalian sedimentasi,
yang menjadi penting posisinya karena akan berpengaruh pada daerah tengah dan
hilir. Maka, komponen yang terdapat di bagian hulu seharusnya diarahkan pada
bentuk pelestarian DAS.
Temuan di lapangan hasil observasi dan wawancara pada DAS
Cikapundung bagian hulu, terdapat aktivitas masyarakat sunda yang bersinergi
dengan lingkungannya sebagai suatu hubungan timbal balik antara manusia
dengan lingkungannya yang terdapat pada satu daerah yakni daerah aliran sungai
cikapundung di bagian hulu. Pada aktivitas masyarakat tersebut terdapat sebuah
bentuk ide, gagasan, proses, dan artefak atau wujud konkret yang teridentifikasi
sebagai kearifan lokal masyarakat setempat sebagai upaya pelestarian komponen-
komponen DAS bagian hulu.
Upaya pelestarian yang teridentifikasi sebagai bentuk kearifan lokal
masyarakat pada DAS Cikapundung bagian hulu diantaranya berupa ide, gagasan,
proses, dan artefak atau wujud konkret yang terdapat pada upaya pelestarian
memiliki makna atau nilai dari relevansi hasil penelitian dengan petuah di budaya
sunda umumya terhadap pelestarian sumber daya air.
Bentuk kearifan lokal berdasarkan pengalaman dan pengetahuan di
masyarakat pada DAS Cikapundung bagian hulu inilah sebagai nilai kehidupan
yang dianggap benar untuk selanjutnya disampaikan pada ke generasi berikutnya,
dalam melestarikan sumber daya air yang memiliki fungsi sebagai sumber air
baku bagi penduduk dan kebutuhan air bagi makhluk hidup lainnya. Selanjutnya
nilai-nilai dalam kearifan lokal masyarakat dimaknai terdapat nilai pedagogis,
praksis, praktis, adaptasi, keruangan, religi, sosial-budaya, keselarasan,
keseimbangan, keberlangsungan, efesiensi, manajemen lingkungan, dan mitigasi
bencana. Nilai-nilai yang terkandung pada bentuk kearifan lokal tersebut,
terimplikasi melalui ide, gagasan, proses, dan artefak sebagai upaya pelestarian
yang dilakukan oleh masyarakat DAS Cikapundung di bagian hulu.
Nilai-nilai kearifan lokal tersebut, seyogyanya dapat diterapkan pula oleh
masyarakat pada kondisi DAS lainnya, sebagai langkah pelestarian sumber daya
air yang terdapat disekitar atau lokasi masyarakat itu berada. Penerapan nilai-nilai
kearifan lokal tersebut dikemas melalui pengembangan implementasi untuk
diterapkan oleh masyarakat, diantaranya.
1. Implementasi pelestarian lahan hutan di daerah pegunungan.
2. Implementasi pelestarian sumber air, melalui upaya.
a. Pelestarian sumber air yang berasal dari celah tebing/dinding tanah,
menggunakan teknik pancuran air dan pembuatan lubang di permukaan
tanah
b. Pelestarian sumber air yang berasal dari aliran anak sungai
3. Implementasi Pencegahan Ancaman Erosi Lereng
a. Mempertahankan rumpun bambu di kemiringan lereng
b. Membuat pancuran air untuk mencegah erosi lereng
4. Implementasi Pencegahan Pendangkalan Sungai (Sedimentasi)
5. Implementasi Pelestarian Kualitas Air Sungai dari pencemaran Limbah
Kotoran Sapi.
Pengembangan implementasi tersebut sebagai desain upaya yang dapat dilakukan
oleh masyarakat pada kondisi DAS lainnya, sebagai bentuk upaya pelestarian
sumber daya air pada DAS. implementasi dapat disesuaikan pada kondisi bentang
lahan dan kultur budaya setempat dalam memandang dan memikirkan
keberlanjutan sumber daya air yang menopang kehidupan masyarakat serta
keseimbangan lingkungan di sekitarnya.
Selain itu kebermanfaatan nilai-nilai kearifan lokal terhadap pelestarian
sumber daya air yang dilakukan oleh masyarakat pada DAS Cikapundung bagian
hulu, dapat dikembangkan melalui informasi yang disampaikan kepada setiap
generasi saat ini dan di masa depan. Melalui pengembangan implementasi nilai-
nilai kearifan lokal sebagai bahan ajar (terlampir) pada mata pelajaran geografi di
Kelas X dan XI-IPS Sekolah Menengah Atas (SMA) Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yaitu pada materi pembelajaran yang terkait sumber daya air
dan pelestarian, diantaranya sub bab materi pengertian, faktor kerusakan, dan
upaya pelestarian Daerah aliran sungai (DAS) yang dibahas pada kelas X semester
2. Selain itu sub bab materi persebaran sumber daya alam khususnya air,
lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan, dan pelestarian lingkungan
hidup dengan melihat air sebagai bagian dari lingkungan yang dibahas pada kelas
XI-IPS.
Implementasi nilai-nilai kearifan lokal terhadap dunia pendidikan tersebut,
diharapkan mampu meningkatkan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif peserta
didik di kelas X dan XI-IPS pada pembelajaran geografi, agar mencapai
kompetensi yang diharapkan melalui bahan ajar berbasis nilai-nilai kearifan lokal
terhadap terkait sumber daya air dan pelestarian sumber daya air.
B. Rekomendasi
Metode penelitian menggunakan desain kualitatif verifikatif untuk
mengumpulkan data, analisis data, dan menguji keabsahan data mengenai nilai-
nilai kearifan lokal masyarakat DAS Cikapundung bagian hulu terhadap upaya
pelestarian sumber daya air, dihasilkan informasi yang bisa disampaikan sebagai
bahan ajar bagi pendidikan secara formal dan non-formal atau bagi peserta didik
dan masayrakat lainnya terhadap upaya pelestarian DAS. Mengingat tujuan
penelitian berfokus pada pelestarian sumber daya air melalui bentuk kearifan
lokal, gangguan dan ancaman, terhadap pelestarian sumber daya air, dan
Arsyad, S. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Press.
Asdak, C.( 2004). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Fauzi.A. (2004). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Keraf, Sony. (2010) Etika Lingkungan Hidup. Jakarta. Kompas Penerbit Buku.
Mutakin, Awan. (2005). Nilai – Nilai Kearifan Adat dan Tradisi di Balik simbol
(Totem) Kuda Kuningan. UPI: Press.
PLPG. (2011). Buku Bahan Ajar Geografi untuk SMA / SMK. Bandung: UPI
Rosidi, Ajip. (2011). Kearifan Lokal dalam Prespektif Budaya Sunda. Bandung:
Kiblat Buku Utama
______. (2004). Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Republik Indonesia: UUD.
Arsyad S. (1983). Konservasi tanah dan air. Bogor: Diktat Kuliah Institut
Pertanian Bogor.
Edwin P., dkk. (2010). Integrasi Pengembangan Wisata Pantai dan Permukiman
Nelayan di Pesisir Barat Kabupaten Bengkulu Selatan dalam Rangka
Konservasi Alam. Jurusan Arsitektur ITS: Seminar Nasional Perumahan
Pemukiman dalam Pembangunan Kota.
Enok Maryani dan Ahmad Yani (2013). Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam
Memitigasi Bencana. GEA Jurnal Pendidikan Geografi.
Maryani, Enok dan Yani, Ahmad (2013). Kearifan Lokal Masyarakat Sunda
dalam Memitigasi Bencana dan Aplikasinya sebagai Sumber Pembelajaran
IPS Berbasis Nilai. Bandung. Diseminasi Hasil Penelitian Dosen UPI
Aris Muhamad Ramdani, 2015
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAGIAN HULU DALAM USAHA PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
240
Rohmat, Dede (2010). Posisi dan Proporsi Ketersediaan Air. (Pidato pengukuhan
Guru Besar). UPI: Press.
Setiawati, Tity wahju. (2009). Hak, Kewajiban, Peran Serta Masyarakat dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Media Hukum/Vol.IX/No2/April-Juni/
2009.
Siswandi, Tukiman Taruna, dan Hartuti Purnaweni. (2011). Kearifan Lokal dalam
Melestarikan Mata Air (Studi Kasus di Desa Purwogondo, Kecamatan Boja,
Kabupaten Kendal. Jurnal Ilmu Lingkungan. Volume 9, Issue 2; 63-68.
Wibowo, Hendro Ari, dkk. (2012) Kearifan Lokal dalam Menjaga Lingkungan
Hidup (Studi Kasus asyarakat di Desa Colo Kecamatan Dawe Kabupaten
Kudus). Journal of Educational Social Studies 1 (1) (2012).
Diana, Dian. (2015). Pelestarian dan Peran Masyarakat di Kawasan Sekitar Situ
Ci Santi (suatu kajian untuk pengembangan bahan ajar). Tesis/jurusan
Pendidikan Geografi Sps UPI: Tidak diterbitkan.
Suryadi, Edi. (2014). Pelestarian Sumber Daya Air sebagai Kearifan Lokal
Masyarakat Cibiru Utara Kota Bandung. Tesis/jurusan Pendidikan
Geografi Sps UPI: Tidak diterbitkan.
KBBI. (2015). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus versi Online/daring (dalam
jaringan). [Online]. Tersedia: http://kbbi.web.id/. Diakses [10 April 2015].
Priawan. K..A., Galyndra (2014). Kesenian Tiban Refleksi Budaya dan Agama.
[Online]. Tersedia: http://cacingabangan.blogspot.com/. Diakses [10 April
2015].