Anda di halaman 1dari 24

B

Ketentuan
Pemanfaatan Ruang

Buku Rencana 4- 1
4.1 Dasar Petimbangan Ketentuan Pemanfaatan Ruang

Ketentuan pemanfaatan ruang WP Cipeundeuy merupakan acuan dalam mewujudkan rencana pola
ruang dan rencana jaringan prasarana sesuai dengan RDTR Kecamatan Cipeundeuy.

Ketentuan pemanfaatan ruang berfungsi sebagai:

1. Dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman investasi pengembangan WP;


2. Arahan untuk sektor dalam penyusunan program;
3. Dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan dan
penyusunan program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima) tahun; dan
4. Acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.

Ketentuan pemanfaatan ruang disusun berdasarkan:

Rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana;

1. Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;


2. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan;
3. Masukan dan kesepakatan dengan para investor; dan
4. Prioritas pengembangan WP dan pentahapan rencana pelaksanaan program sesuai dengan
rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) daerah dan rencana pembangunan jangka
menengah (RPJM) daerah, serta rencana terpadu dan program investasi infrastruktur
jangka menengah (RPI2JM).

Ketentuan pemanfaatan ruang disusun dengan kriteria:

1. Mendukung perwujudan rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana di WP serta
perwujudan SWP;
2. Mendukung program penataan ruang wilayah kabupaten;
3. Realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu perencanaan;
4. Konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam jangka
waktu tahunan maupun lima tahunan; dan
5. Terjaganya sinkronisasi antarprogram dalam satu kerangka program terpadu
pengembangan wilayah kabupaten/kota.

Ketentuan pemanfaatan ruang terdiri atas:

1. Program perwujudan rencana pola ruang di WP;


2. Lokasi;
3. Sumber pendanaan;
4. Instansi pelaksana; dan
5. Waktu dan tahapan pelaksanaan.

Buku Rencana 4- 2
4.2 Indikasi Program

Salah satu fungsi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Cipeundeuy adalah sebagai
acuan bagi Pemerintah Kabupaten Subang dalam menyusun dan melaksanakan program tahunan
dalam jangka waktu 20 tahun sesuai dengan masa berlaku perencanaan. Indikasi program
pembangunan tersebut merupakan penjabaran kebijakan dan rencana pengembangan tata ruang
yang telah ditetapkan ke dalam program-program pembangunan. Dalam kurun waktu tersebut
diharapkan seluruh rencana yang telah disusun dapat dilaksanakan sehingga tujuan pengembangan
WP Cipeundeuy yang telah ditetapkan dapat dicapai pada akhir tahun perencanaan.

Indikasi program adalah bagian yang memuat rincian tahapan dan program-program pembangunan
yang akan diterapkan di wilayah perencanaan berkenaan dengan penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kecamatan Cipeundeuy. Pelaksanaan program pembangunan ditentukan sesuai
dengan prioritasnya, mengingat adanya keterbatasan sumber dana pembangunan. Kriteria yang
digunakan dalam menentukan prioritas pembangunan adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan tingkat kepentingan/kebutuhan yang mendesak.


2. Memperhatikan sektor-sektor yang dianggap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
wilayah dan kesejahteraan penduduk.
3. Mempertimbangkan masalah yang perlu segera ditangani dan antisipasi terhadap
permasalahan yang mungkin timbul.
4. Mempertimbangkan partisipasi dan aspirasi masyarakat serta keterkaitan pengusaha
swasta/investor untuk pengembangan suatu kegiatan tanpa bantuan atau dengan bantuan.
5. Mempertimbangkan sektor-sektor kegiatan wilayah yang mempunyai tingkat
perkembangan tinggi.
6. Mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektivitas pembangunan.

Untuk masing-masing tahapan pembangunan disusun indikasi programnya dengan komponen


program sebagai berikut :

1. Perencanaan dan legalisasi rencana tata ruang


2. Realisasi rencana pembangunan kawasan lindung
3. Pembangunan fasilitas yang mendukung terbentuknya sistem kota-kota
4. Pembangunan dan peningkatan jalan dan transportasi
5. Pembangunan dan peningkatan jaringan prasarana/infrastruktur
6. Pembangunan sarana produksi yang mendukung struktur perekonomian wilayah

Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan program yang akan dilaksanakan pada setiap


tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bahwa besarnya kebutuhan sarana dan prasarana pembangunan yang harus disediakan
dalam setiap tahapan adalah proporsional dengan peningkatan jumlah penduduk pada
setiap tahapan pembangunan.

Buku Rencana 4- 3
2. Program yang diprioritaskan adalah yang mendukung tercapai keteraturan tata ruang
sebagaimana yang diharapkan.
3. Ada beberapa unsur dalam wilayah yang perlu didahulukan pembangunannya dalam
upaya untuk merangsang arah pertumbuhan wilayah ataupun memberikan pelayanan
pelayanan bagi daerah yang mutlak memerlukan dalam waktu yang relatif lebih dekat
(lebih mendesak).

Dengan berdasarkan tiga prinsip tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bagi rencana tata
ruang yang telah disusun perlu dibuat suatu sistem prioritas, baik prioritas yang menyangkut lokasi
maupun prioritas sektoral. Setelah tahap penyusunan elemen-elemen pembangunan diselesaikan,
maka dapat dilakukan penyusunan tahapan pelaksanaan rencana pembangunan. Pentahapan
pelaksanaan merupakan penjabaran jenis kegiatan pembangunan yang harus dilakukan setiap lima
tahun. Pelaksanaan pembangunan akan menjadi lebih terarah dan dapat mencapai tujuan
pembangunan itu sendiri bila rencana pembangunan ditunjang oleh dasar hukum yang kuat. Hal ini
antara lain dapat ditunjang oleh adanya kerjasama antara semua pihak, baik swasta/perorangan
maupun instansi pemerintahan. Secara rinci tahapan rencana pembangunan yang dijabarkan dalam
indikasi program dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Buku Rencana 4- 4
Tabel Indikasi Program

Waktu Pelaksanaan
Instansi PJM- PJM- PJM-
N Besaran Sumber PJM 1
Program Utama Lokasi Pelaksa 2 3 4
o. (Ha/Km) Dana
na 20 20 20 20 20 2027- 2032- 2037-
22 23 24 25 26 2031 2036 2041
Pengembangan Sistem Pusat
1
Pelayanan Kota (SPPK)
1. Penyediaan RTH Publik Skala
1 Kawasan
APBD Dinas
Kabupat PUPR
Pembangunan Taman Kota SWP B 1 paket V V
en dan dan
Swasta Swasta
APBD Dinas
Kabupat PUPR
Pembangunan Hutan Kota SWP A dan SWP B 1 paket V V
en dan dan
Swasta Swasta

APBD Dinas
Blok
Kabupat PUPR
Penyediaan jalur hijau A.18,A.23,B.1,B.2,B.3,B.4,B.5,B.6,C.1,C.4,C.5,C.6,C.7 269,19 Ha V V V
en dan dan
, dan C.8
Swasta Swasta

Pembangunan jalur pedestrian


1. Blok A.10,A.11,A.13,A.15,A.17,A.21,A.22C.3, C.4 dan Dinas
penghubung simpul-simpul 8,29 km V V
2 C.5 PUPR
pusat kegiatan

Buku Rencana 4- 5
Waktu Pelaksanaan
Instansi PJM- PJM- PJM-
N Besaran Sumber PJM 1
Program Utama Lokasi Pelaksa 2 3 4
o. (Ha/Km) Dana
na 20 20 20 20 20 2027- 2032- 2037-
22 23 24 25 26 2031 2036 2041

1. Blok A.10,A.11,A.13,A.15,A.17,A.21,A.22C.3, C.4 dan Dinas


Penyediaan jalur sepeda 8,29 Km V V
3 C.5 PUPR

Pembangunan kawasan
1.
perdagangan dan jasa skala Blok A.10 5,86 km Swasta Swasta V V
4
kota
Pengembangan Sub Pusat Pelayanan
2
Kota
APBD Dinas
2. Pengembangan Sub Pusat Kabupat PUPR
SWP B 1 paket V V
1 Pelayanan Kota en dan dan
Swasta Swasta
menurut
luas sub
2. Pengembangan Pertokoan dan
Blok B.1,B.2 dan B.4 zona dan Swasta Swasta V V V
1 Perhotelan
skala
pelayanan
menurut
Pembangunan kawasan luas sub
2.
perdagangan dan jasa skala Blok B.1,B.2 dan B.4 zona dan Swasta Swasta V V V
2
kota skala
pelayanan
APBD
Pengembangan Pusat Pelayanan Dinas
3 SWP C 1 paket Kabupat V
Lingkungan PUPR
en
4 Rencana Jaringan Pergerakan
Pengembangan dan
4.
Peningkatan Kualitas Jalan
1
serta Pembangunan Jalan

Buku Rencana 4- 6
Waktu Pelaksanaan
Instansi PJM- PJM- PJM-
N Besaran Sumber PJM 1
Program Utama Lokasi Pelaksa 2 3 4
o. (Ha/Km) Dana
na 20 20 20 20 20 2027- 2032- 2037-
22 23 24 25 26 2031 2036 2041
APBD
Pengembangan jalan
Blok A.27 dan A.29 1 paket Kabupat Dishub V V
Serangpanjang-Cipeundeuy
en

APBD Dinas
Blok
Pengembangan Jalan Kolektor Kabupat PUPR
A.10,A.11,A.12,A.13,A.15,A.16,A.17,A.18,A.20,A.22, 28,49 km V V V V
Primer en dan dan
A.23,B.1,B.2,B.3,B.4,B.5,B.6,C.1,C.2,C.3,C.4, dan C.5
Swasta Swasta

APBD
Peningkatan kelas jalan dan Blok A.10,A.11,A.13,A.15,A.17,A.21,A.22C.3, C.4 dan Dinas
8,29 Km Kabupat V V V V
lebar jalan (Lokal ke Kolektor) C.5 PUPR
en

Buku Rencana 4- 7
Waktu Pelaksanaan
Instansi PJM- PJM- PJM-
N Besaran Sumber PJM 1
Program Utama Lokasi Pelaksa 2 3 4
o. (Ha/Km) Dana
na 20 20 20 20 20 2027- 2032- 2037-
22 23 24 25 26 2031 2036 2041

APBD Dinas
Peningkatan kelas jalan dan Blok
Kabupat PUPR
lebar jalan (lingkungan ke A.1,A.2,A.5,A.7,A.8,A.9,A.10,A.11,A.21,A.30,A.31,B. 49,89 Km V V V V
en dan dan
lokal) 1,B.2,B.3,B.4,B.5 dan B.6
Swasta Swasta

Sesuai
Peningkatan jalan lingkungan Setiap SWP Swasta Swasta V V V V
sub zona
Dinas
APBD
Penyediaan jalur pedestrian di PUPR
Setiap SWP 91,31 km dan V V
setiap jalan kolektor dan lokal dan
Swasta
Swasta
APBD
Provinsi
dan Dinas
Pembangunan Jembatan Blok A.1 1 paket V
APBD PUPR
Kabupat
en
Rencana Pengembangan Jaringan
5
Energi/Listrik
Pembangunan instalasi listrik
jaringan dan pengoperasian
instalasi melalui distribusi
jaringan tegangan menengah
5.
(JTM), jaringan tegangan Setiap SWP paket PLN PLN V V V V V V V V
1
rendah (JTR) dan travo
penghubung seluruh wilayah
kecamatan dan permukiman
penduduk

Buku Rencana 4- 8
Waktu Pelaksanaan
Instansi PJM- PJM- PJM-
N Besaran Sumber PJM 1
Program Utama Lokasi Pelaksa 2 3 4
o. (Ha/Km) Dana
na 20 20 20 20 20 2027- 2032- 2037-
22 23 24 25 26 2031 2036 2041
Menyediakan tiang listrik
Jumlah
sebagai penerangan jalan APBD
5. titik/50 Dinas
dengan tinggi > 5 meter dari Jalan Kolektor dan lokal Kabupat V V V V V V V V
2 meter Perkim
muka tanah memiliki kuat en
jarak
penerangan 500 lux
Menyediakan gardu listrik
Setiap
untuk setiap 200 KVA daya Setiap SWP PLN PLN V V V V V V V V
200 KVA
listrik
6 Rencana Pengembangan Air Minum

6. Pengembangan jaringan air Swasta/P Swasta/P


Sepanjang jalan kolektor primer dan lokal primer paket V V V V V V V V
1 minum primer DAM DAM

6. Pengembangan jaringan air Swasta/P Swasta/P


Sepanjang jalan kolektor sekunder dan lokal sekunder paket V V V V V V V V
2 minum sekunder DAM DAM

6. Penyediaan penampungan air Swasta/P Swasta/P


Setiap SWP 6 unit
3 bersih DAM DAM
Rencana Pengembangan Jaringan Swasta/ Swasta/
7
Telekomunikasi Telkom Telkom
7. Swasta/ Swasta/
Pengembangan tower bersama Setiap SWP 1 paket V V V V V
1 Telkom Telkom
Pembangunan sarana wifi di
7. Swasta/ Swasta/
tempat pelayanan umum dan Setiap SWP 1 paket V V V V V
2 Telkom Telkom
taman kota

Buku Rencana 4- 9
Waktu Pelaksanaan
Instansi PJM- PJM- PJM-
N Besaran Sumber PJM 1
Program Utama Lokasi Pelaksa 2 3 4
o. (Ha/Km) Dana
na 20 20 20 20 20 2027- 2032- 2037-
22 23 24 25 26 2031 2036 2041

7. pengembangan jaringan serat Swasta/ Swasta/


Sepanjang Jalan Kolektor dan Lokal paket V V V V V
3 fiber Telkom Telkom

Rencana Pengembangan
8
Persampahan
Dinas
APBD
8. Perkim
Pengalokasian TPST Blok A.25 1 paket Kabupat V
1 dan
en
DLH
Dinas
APBD
8. Pengembangan dan Perkim
Setiap SWP 1 paket Kabupat V V
2 Pembangunan TPS3R dan
en
DLH
Dinas
Peningkatan sarana dan APBD
8. Perkim
prasarana pengangkutan WP Cipeundeuy 5 unit Kabupat V V V V
3 dan
persampahan (dump truk) en
DLH
9 Rencana Pengembangan Air Limbah
Dinas
APBD
Pembangunan instalasi air Perkim
9. Kabupat
limbah pada setiap industri SWP A dan SWP B 1 paket dan V V
1 en dan
menengah DLH,
Swasta
Swasta
Dinas
APBD
Pembangunan instalasi air Perkim
Kabupat
limbah komunal pada setiap Setiap SWP 1 paket dan V V V
en dan
kegiatan industri rumah tangga DLH,
Swasta
Swasta
Dinas
Pembangunan instalasi APBD
Perkim
pengolahan air limbah Kabupat
SWP B 1 paket dan V V
komunal (IPAL) pada en dan
DLH,
permukiman padat Swasta
Swasta

Buku Rencana 4 - 10
Waktu Pelaksanaan
Instansi PJM- PJM- PJM-
N Besaran Sumber PJM 1
Program Utama Lokasi Pelaksa 2 3 4
o. (Ha/Km) Dana
na 20 20 20 20 20 2027- 2032- 2037-
22 23 24 25 26 2031 2036 2041
Dinas
APBD
Pembangunan instalasi Perkim
Kabupat
pengolahan lumpur tinja SWP B 1 paket dan V V
en dan
(IPLT) kapasitas 100m3/hari DLH,
Swasta
Swasta
1 Rencana Pengembangan Jaringan
0 Drainase
Dinas
PUPR/D
1 APBD
Pengembangan Jaringan inas
0. Setiap SWP 1 paket Kabupat V V
Primer Perkim
1 en
dan
DLH
Dinas
PUPR/D
1 APBD
Pengembangan Jaringan inas
0. Setiap SWP 1 paket Kabupat V V
Sekunder Perkim
2 en
dan
DLH
1 Rencana Pembangunan Prasarana
1 Subang Smartpolitan
APBD
1 Studi Kelayakan Dinas
Kabupat
0. pembangunan prasarana SWP A dan SWP B 1 paket PUPR/S V
en dan
1 Subang Smartpolitan wasta
Swasta
APBD
1 Dinas
Kabupat
0. DED Subang Smartpolitan SWP A dan SWP B 1 paket PUPR/S V
en dan
2 wasta
Swasta
APBD
1 Dinas
Pembangunan Prasarana Kabupat
0. SWP A dan SWP B 1 paket PUPR/S V V V
Subang Smartpolitan en dan
3 wasta
Swasta

Buku Rencana 4 - 11
4.3 Indikasi Pentahapan Pembangunan

Mengacu pada pemikiran bahwa dalam penataan ruang terdapat berbagai keterbatas dalam
kaitannya dengan waktu, biaya dan kemampuan aparat, maka perlu adanya pengaturan terhadap
pelaksanaan pembangunan. Pengaturan pelaksanaan pembangunan meliputi pentahapan
pelaksanaan pembangunan, dimana tahapan pelaksanaan dalam Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan (RDTR) Kecamatan Cipeundey pada hakekatnya dapat dilakukan melalui tiga jalur yaitu
:

1. Pemerintah, dalam hal ini direalisasikan dengan penyusunan rencana jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang.
2. Masyarakat, hal ini direalisasikan melalui berbagai investasi masyarakat, baik perorangan
maupun kelompok, baik sendiri-sendiri maupun secara gabungan. Ataupun juga dapat
dilakukan dengan menggalang partisipasi aktif dari masyarakat.
3. Pihak swasta, hal ini dapat dilakukan oleh pihak swasta yang berminat, yang dalam
pelaksanaannya harus ada bimbingan dan pengarahan dari pemerintah.

Seluruh penyelenggaraan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan diharapkan untuk dapat


disesuaikan dengan arahan rencana tata ruang. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengendalian
dan pengawasan, melalui perijinan kegiatan dan bangunan. Selanjutnya untuk dapat mengikuti
perubahan-perubahan yang terjadi, perlu pemantapan sistem koordinasi, mekanisme perijinan dan
berbagai perantara serta sarana lain yang diperlukan harus dilakukan.

Mengacu pada prinsip dasar fungsi dan kegunaannya, Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan
Cipeundeuy yang telah disusun perlu didukung oleh arahan-arahan yang menyangkut aspek
pelaksanaannya. Hal ini diharapkan dapat memberikan arahan mengenai mekanisme pengelolaan
tata ruang dalam kurun waktu 20 tahun. Didalamnya tercakup pemantauan dan pengendalian
pemanfaatan ruang, serta peninjauan kembali rencana tata ruang tersebut.

Selanjutnya agar pembangunan daerah berhasil guna dan berdaya guna serta mencapai sasaran
menurut arah yang telah digariskan, maka rencana pembangunan yang ada perlu didukung dengan
ketentuan hukum yang berlaku, guna memperoleh kekuatan hukum. Perolehan kepastian hukum
dari rencana pembangunan ini melalui musyawarah antara pihak eksekutif dengan pihak legislatif
dalam bentuk peraturan daerah. Sedangkan untuk menjamin keefektifan mekanisme pengelolaan
tata ruang ini, perlu didukung oleh kelembagaan yang memadai guna mengoperasionalisasikan
perencanaan yang sudah disusun/dibuat.

Indikasi program pembangunan dalam pengembangan Rencana Detail Tata Ruang WP


Cipeundeuy dimaksudkan sebagai panduan bagi perencanaan program dan proyek dalam rangka
mencapai tujuan penataan ruang yang diharapkan. Program-program yang yang diindikasikan

Buku Rencana 4 - 12
merupakan panduan bagi pemerintah daerah dan instansi terkait dalam memanfaatkan ruang WP
Cipeundeuy untuk mengembangkan kawasan lindung dan budidaya, sektor-sektor ekonomi
dominan, pengembangan sistem permukiman, sistem transportasi, pengembangan sarana dan
prasarana serta kawasan khusus secara optimal, berkelanjutan dan ramah terhadap lingkungan.

4.4 Indikasi Pembiayaan dan Kelembagaan


4.4.1 Pembiayaan

Sumber-Sumber Pendanaan Urusan Pemerintahan

1. Pajak

Pengertian pajak menurut Undang-undang No 28 Tahun 2009, Pajak daerah adalah kontribusi
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas :

1) Pajak Hotel
Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran
termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan
kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olehraga dan hiburan. Jasa penunjang
tersebut adalah fasilitas telepon, faksimile, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika,
transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang sediakan atau dikelola Hotel. Subjek pajak
hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada orang probadi
atau Badan yang mengusahakan Hotel. Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar
10% terhadap tarif hotel.
2) Pajak restoran
Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang meliputi
pelayanan penjualan makanan/atau minumanyang dikonsumsi oleh pembeli, baik
dikonsumsi diempat pelayanan maupun di tempat lain. Subjek pajak restoran adalah
orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran. Tarif
pajak Restoran paling tinggi sebesar 10% dari tarif penjualan.
3) Pajak hiburan
Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.
Hiburan tersebut meliputi tontonan film, pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana
dan sebagainya. Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati
hiburan. Tarif pajak hiburan paling tinggi sebesar 10% dari tarif penjualan tiket.
4) Pajak reklame

Buku Rencana 4 - 13
Objek pajak reklame adalah semua penyenggaraan reklame. Objek pajak reklame
meliputi :
 Reklame papan/ sejenisnya
 Reklame kain
 Reklame melekat stiker
 Reklame selebaran
 Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan
 Reklame udara
 Reklame apung
 Reklame suara
 Reklame film
 Reklame peragaan

Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame,
wajib pajak reklame adalah pribadi atau badan, sedangkan wajib pajak reklame
adalah orang pribadi atau badan yang menyenggarakan reklame. Tarif pajak reklame
ditetapkan 25% dari tarif reklame.

5) Pajak penerangan jalan


Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang hasil sendiri
maupun yang diperoleh dari sumber lain. Subjek pajak penerangan jalan adalah orang
pribadi atau badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Wajib pajak penerangan jalan
adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Jika sumber listrik
yang diselenggarakan oleh sumber lain, maka wajib pajak penerangan jalan adalah
penyediaan tenaga listrik. Tarif pajak penerangan jalan ditetapkan paling tinggi sebesar
10%, jika tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan
gas alam, tarif pajak penerangan jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3%.
6) Pajak mineral bukan logam dan buatan
Subjek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah orang pribadi atau badan yang
dapat mengambil mineral bukan logam atau batuan, wajib pajaknya adalah orang pribadi
atau badan yang mengambil mineral bukan logam dan batuan. Dasar pengenaan pajak
mineral bukan logam dan batuan adalah nilai jual hasil pengambilan mineral bukan logam
dan batuan. Tarif pajak mineral bukan logam dan batuan ditetapkan paling tinggi sebesar
25%.
7) Pajak parker
Pajak parkir adalah pajak atas penyenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Tarif parkir ditetapkan paling
tinggi 30% terhadap tarif parkir, dipungut di lokasi parkir.
8) Pajak air tanah

Buku Rencana 4 - 14
Objek pajak air tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Yang tidak
termasuk objek pajak air tanah adalah :
 Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga,
pengairan pertanian, dan perikanan rakyat, serta peribadatan.
 Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah lainnya yang diatur dengan peraturan
daerah.

Subjek pajak air tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan
dan/atau pemanfaatan air tanah, sedangkan wajib pajak air tanah adalah orang pribadi
atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Dasar
pengenaan pajak air tanah adalah nilai perolehan air tanah yang dinyatakan dalam rupiah
yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagian dan seluruh faktor-faktor sebagai
berikut :

 Jenis sumber air


 Lokasi sumber air
 Tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air
 Volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan
 Kualitas air
 Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau
pemanfaatan air.

Tarif pajak atas air tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% dari nilai pemanfaatan air
tanah.

9) Pajak sarang burung wallet


Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan
sarang burung walet. Tarif pajak sarang burung walet ditetapkan paling tinggi sebesar
10% terhadap tarif sarang burung walet, dan dipungut ditempat pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung walet.
10) Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
Objek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah bumi dan/atau bangunan
yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan. Subjek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah orang
pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atau bumi dan/atau
memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh
manfaat atas bangunan. Wajib pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah
orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau
memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh
manfaat atau bangunan. Tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan

Buku Rencana 4 - 15
ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% dari tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan yang ditetapkan dalam peraturan daerah.
11) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
Objek pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah perolehan hak atas tanah
dan/atau bangunan. Subjek pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah
orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan. Tarif bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% dari tarif hak
atas tanah dan bangunan yang ditetapkan dalam peraturan daerah.
2. Retribusi

Pengertian restribusi menurut Undang-undang No 28 Tahun 2009, restribusi adalah pungutan


daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan Jenis-jenis retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan
retribusi perizinan tertentu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah berdasarkan kriteria sebagai
berikut :

1) Retribusi Jasa Umum :

a. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa
Usaha atau Retribusi PerizinanTertentu;
b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi;
c. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang
diharuskan membayar Retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan
kemanfaatan umum;
d. Jenis restribusi jasa umum adalah :
 Restribusi pelayanan kesehatan
 Restribusi pelayanan persampahan/kebersihan
 Restribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta
catatan sipil
 Restribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
 Restribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
 Restribusi pelayanan pasar
 Restribusi pengujian kendaraan bermotor
 Restribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
 Restribusi penggantian biaya cetak peta
 Restribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus
 Restribusi pengolahan limbah cair
 Restribusi pelayanan tera/tera ulang
 Restribusi pelayanan pendidikan

Buku Rencana 4 - 16
 Restribusi pengendalian menara telekomunikasi
e. Jasa tersebut layak untuk dikenakan Retribusi;
f. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai
penyelenggaraannya;
g. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu
sumber pendapatan Daerah yang potensial; dan
h. Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat
dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

2) Retribusi Jasa Usaha :

a. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa
Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu.
b. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya
disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang
dimiliki/dikuasai Daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh
Pemerintah Daerah.
c. Jenis restribusi jasa usaha adalah :
 Restribusi pemakaian kekayaan daerah
 Restribusi pasar grosir dan/atau pertokoan
 Restribusi tempat pelelangan
 Restribusi terminal
 Restribusi tempat khusus parkir
 Restribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa
 Restribusi rumah potong hewan
 Restribusi pelayanan pelabuhan
 Restribusi tempat rekreasi dan olahraga
 Restribusi penyeberangan di air
 Restribusi penjualan produksi usaha daerah

3) Retribusi Perizinan Tertentu :

a. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada


Daerah dalam rangka asas desentralisasi;
b. Jenis restribusi perizinan tertentu adalah :
 Restribusi izin mendirikan bangunan
 Restribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol
 Restribusi izin gangguan
 Restribusi izin trayek
 Restribusi izin usaha perikanan

Buku Rencana 4 - 17
c. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum;
dan
d. Biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan
biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup
besar sehingga layak dibiayai dari Retribusi perizinan.

Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Pengelolaan keuangan daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010
terstruktur sebagai berikut :

1. Pendapatan Asli Daerah

Yaitu penerimaan yang diperoleh Daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perudang-undangan yang berlaku.
Dimana PAD terdiri dari :

1) Hasil pajak daerah


2) Hasil retribusi daerah
3) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
dipisahkan
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, antara lain hasil penjualan tetap asset daerah,
dan jasa giro
2. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk
mendukung pelaksanaan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada
daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan dan kesejahtraan masyarakat yang semakin baik.
Dana perimbangan merupakan kelompok sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi yang
alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, mengingat tujuan masing-masing
tersebut saling mengisi dan melengkapi. Dana Perimbangan terdiri dari :

1) Pajak/Bagi Hasil bukan pajak


Adalah bagian daerah dari penerimaan PBB, BPHTB, dan penerimaan sumber daya alam.
2) Dana Alokasi Umum
Adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam
rangka desentralisasi, sehingga perbedaan antara daerah yang maju dengan daerah yang
belum berkembang dapat diperkecil.
3) Dana Alokasi Khusus

Buku Rencana 4 - 18
Adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu
membiayai kebutuhan tertentu. DAU bertujuan untuk membantu membiayai kebutuhan-
kebutuhan khusus daerah.

3. Pinjaman Daerah

Merupakan pelengkap dari sumber-sumber penerimaan daerah yang ada dan ditujukan untuk
membiayai pengadaan sarana dan prasarana atau harta tetap lain yang berkaitan dengan kegiatan
yang bersifat meningkatkan penerimaan yang dapat digunakan untuk mengembalikan pinjaman
serta memberikan manfaat bagi masyarakat. Jenis pinjaman daerah terdiri dari :

1) Pinjaman dalam negeri


2) Pinjaman luar negeri

Sedangkan anggaran Belanja Daerah meliputi :

1) Belanja tidak langsung


a. Belanja pegawai
b. Belanja bunga
c. Belanja subsidi
d. Belanja hibah
e. Belanja bantuan sosial
f. Belanja bagi hasil kepada pemerintahan desa
g. Belanja bantuan keuangan
h. Belanja tidak terduga
2) Belanja langsung
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang dan jasa
c. Belanja Modal
3) Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
4) Belanja Tidak Tersangka

Kendala Peningkatan Keuangan Daerah

Kendala-kendala yang dihadapi dalam peningkatan keuangan daerah meliputi :

1. Lemahnya manajemen/pengelolaan pendapatan daerah di unit-unit pengelola PAD.


2. Lemahnya penegakan peraturan-peraturan yang ada.
3. Banyaknya peraturan daerah yang sudah tidak sesuai dengan situasi sekarang.
4. Belum akuratnya data dan sistem yang ada sehingga kurang mendukung perhitungnan
penerimaan pendapatan daerah.
5. Lemahnya koordinasi dalam rangka optimalisasi PAD.

Buku Rencana 4 - 19
Sumber Pembiayaan Pembangunan

Sumber pembiayaan Pemerintah Daerah Kabupaten pada dasarnya berasal dari Pemerintah,
Swasta dan Masyarakat. Pada bagian ini akan dibahas mengenai sumber-sumber dana bagi
pembiayaan pembangunan. Kemampuan pembiayaan pembangunan wilayah menunjukkan
besarnya pendapatan wilayah yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
pembinaan perkotaan tidak akan terlepas dari ketentuan-ketentuan hukum yang berkenaan dengan
pendapatan atau penghasilan pemerintahan kabupaten. Untuk melaksanakan pembiayaan program-
program pembangunan daerah, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pembiayaan program lebih diarahkan untuk menangani kegiatan yang mempunyai


implikasi langsung terhadap pengembangan wilayah.
2. Pembiayaan program diarahkan pada upaya peningkatan produktivitas produksi,
distribusi pemasaran dan pelayanan.
3. Pembiayaan program diarahkan pada penciptaan langan kerja dan dapat menumbuhkan
roda perekonomian tingkat kecamatan dan kelurahan/desa.
4. Pembiayaan pembangunan diarahkan pada penggalian potensi sumber pendapatan serta
melestarikan kelestarian lingkungan.
5. Pembiayaan pembangunan diarahkan pada peningkatan kuantitas dan kualitas
infrastruktur wilayah.
6. Pembiayaan pembangunan diarahkan pada upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah
melalui pemantapan kinerja aparat untuk menggali sumber pendapatan baru.

Untuk merealisasikan kegiatan penataan ruang kawasan perkotaan tentunya memerlukan biaya
yang tidak sedikit. Biaya tersebut akan tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
yang pada umumnya didasarkan atas :

1. Pemenuhan kebutuhan rutin pemerintah


2. Usaha-usaha pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya
3. Pemenuhan kebutuhan jangka pendek

Secara garis besar belanja daerah ini terdiri atas belanja rutin dan belanja pembangunan. Selain
pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Subang, ada juga beberapa
pembangunan fisik yang dilaksanakan dan dibiayai oleh masyarakat (swadaya murni).
Pembangunan dengan sistem swadaya murni akan sangat membantu kegiatan-kegiatan
pembangunan Kawasan Perkotaan disamping yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Subang. Sektor swasta dapat pula turut melaksanakan pembangunan melalui investasi bidang fisik
prasarana atau perumahan. Hal ini akan sangat membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Subang
dalam melaksanakan kegiatan pembangunan tanpa memberatkan/menambah anggaran belanja
Pemerinah Daerah.

Buku Rencana 4 - 20
Kebutuhan pembiayaan pembangunan yang akan diperkirakan hanyalah pembiayaan yang
ditangani Pemerintah Daerah Kabupaten Subang, yaitu yang tertuang dalam anggaran belanja
daerah. Belanja daerah ini terdiri dari belanja rutin dan belanja pembangunan. Belanja rutin
biasanya memiliki pola linier, sedangkan belanja pembangunan biasanya tidak teratur polanya.
Keadaan ini menyebabkan pola belanja total daerah menjadi tidak teratur pula. Pola belanja rutin
lebih teratur polanya karena bagaimanapun juga belanja rutin ini harus dikeluarkan, yaitu yang
meliputi belanja pegawai, barang, pemeliharaan dan sebagainya. Belanja pembangunan agak sulit
diperkirakan mengingat besarnya sangat tergantung pada ketersediaan dana serta jumlah proyek
yang direncanakan. Jika dana pembangunan terbatas, maka prioritas utama adalah belanja rutin,
sedangkan belanja pembangunan menjadi prioritas kedua. Apabila anggaran dirasakan terlalu
besar secara keseluruhan, maka prioritas pelaksanaan sebaiknya dibatasi pada pembangunan jalan
yang diusulkan sebagai prioritas pertama saja.

Sumber - sumber dana yang diperkirakan dapat dijadikan modal pembangunan berasal dari sektor
pajak, retribusi daerah dan penerimaan dari sumber dana lain dan menurut undang-undang menjadi
hak pemerintah daerah untuk memungutnya. Dengan demikian maka pembiayaan bagi
penyelenggaraan pemerintah di daerah ini diupayakan dari sumber-sumber di daerah itu sendiri
melalui pembayaran kewajiban masyarakat dalam bentuk pajak daerah dan retribusi daerah yang
dipungut oleh pemerintah daerah.

Dalam upaya menggali sumber-sumber pembiayaan bagi pelaksanaan pembangunan, maka perlu
dilakukan :

1. Peningkatan Penadapatan Asli Daerah (PAD) melalui iuran dan retribusi Daerah
2. Peningkatan dan pemanfaatan usaha-usaha swasta yang memiliki kekuatan pembiayan
yang potensial bagi pembangunan
3. Melakukan usaha-usaha pembangunan dengan pinjaman jangka panjang dan menengah
untuk usaha produktif dan pembangunan sarana dan prasarana pelayanan umum
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat secara swadaya agar mampu memelihara hasil-hasil
pembangunan sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan dari pemerintah.

Disamping itu untuk dapat mengembangkan wilayah sebagaimana yang direncanakan dan
mengatasi keterbatasan kemampuan pendanaan Pemerintah Daerah, perlu dilakukan upaya/usaha
pelibatan swasta yang kondisi pelibatannya akan menguntungkan bagi Pemerintah Daerah maupun
masyarakat dalam jangka panjang. Pelibatan swasta yang demikian, dapat dilakukan dengan
melaksanakan pola-pola kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan swasta. Keterlibatan
Pemerintah Daerah dapat secara langsung maupun melalui suatu badan usaha daerah yang
dibentuk untuk keperluan tersebut. Pola-pola kerjasama dapat diterapkan pada lokasi-lokasi
pengembangan yang memiliki nilai ekonomis dan dalam perhitungan usaha akan memenuhi skala
ekonomis yang menguntungkan sehingga swasta akan bersedia melakukan kerjasama.

Buku Rencana 4 - 21
Beberapa blok kawasan yang memiliki nilai ekonomis untuk dikerjasamakan dengan swasta,
diataranya sebagai berikut :

1. Pusat kegiatan komersial (perdagangan dan jasa) yang terletak di pusat kota (koridor jalan
kolektor primer)
2. Kavling pada blok permukiman.
3. Kawasan sekitar interchange Tol Subang-Patimban
4. Kawasan sekitar pusat kawasan pemerintahan
5. Kawasan Industri di dalam Kawasan Peruntukkan Industri di SWP B

Dengan Pemerintah Daerah memiliki Hak Atas Tanah pada blok kawasan yang memilki nilai
ekonomis untuk dikerjasamakan dengan pihak ketiga/swasta, maka kesempatan untuk
mewujudkan pemanfaatan ruang sesuai dengan yang direncanakan sekaligus mendapatkan
keuntungan jangka panjang menjadi lebih mungkin didapatkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Subang.

Adapun pola-pola kerjasama yang dapat dilakukan, diantaranya dengan pola sebagai berikut :

1. Pola kerjasama Build-Operate-Transfer


2. Pola kerjasama Build-Operate-Own
3. Pola kerjasama Build-Operate-Lease
4. Pola kerjasama Joint-Venture
5. Dan bentuk-bentuk kerjasama lainnya.

Adapun detail klausul kerjasama dapat dibicarakan secara teknis antar kedua belah pihak, dengan
mempertimbangkan aspek keuntungan yang akan diperoleh, waktu pengembalian, dan skala
ekonomis dari usaha yang akan dikerjasamakan. Hal-hal tersebut dapat dibicarakan dan dapat
dibuat berbeda dari pola kerjasama yang selama ini dijalankan oleh daerah lainnya, selama hal
tersebut tidak melanggar ketentuan perundangan yang berlaku di Indonesia.

4.4.2 Kelembagaan

Prinsip dasar pengelolaan pembangunan sesuai dengan jiwa Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 dengan menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Karena itu
diperlukan perubahan dalam organisasi pembangunan yang selama ini didominasi oleh birokrat.
Landasan utama pengelolaan pembangunan adalah Good Governance. Good Governance
(kepemerintahan yang baik) merupakan isu yang utama di dalam pengelolaan urusan publik
maupun privat dewasa ini. Pemerintah yang bersih (clean Governance) akan ditentukan oleh
adanya masyarakat yang bersih (clean sosiety). Dengan demikian selalu terkait antara
kepengurusan suatu urusan oleh masyarakat maupun kepengurusan suatu urusan oleh masyarakat
maupun kepengurusan suatu urusan publik oleh pemerintahan. Konsep Good Governance
dirincikan oleh karakteristik :

Buku Rencana 4 - 22
1. Paticipation
2. Rule of law
3. Transparance
4. Responsiveness
5. Consensus orientation
6. Equity, effectiveness and effecince, accountability
7. Strategic palnning

Karena itu Good Governance merupakan konsep yang mencakup kepengurusan di sektor publik
maupun privat. Artinya seberapa jauh pemerintah dapat menerapkan konsep ini, dan seberapa jauh
pula sektor privat mampu menerapkannya pula, sehingga antara keduanya akan saling bersinergi.
Pada sektor publik Good Governance harus dijalankan oleh aparatur pemerintah (pejabat publik)
sedangkan pada sektor privat dilakukan oleh para pelaku bisnis (usaha swasta/Good Cooperate
Governance). Disamping itu sektor privat, masyarakat dalam hal ini lembaga swadaya masyarakat
(LSM) pun harus mampu menjalankan konsep ini.

Penerapan konsep Good Governance memerlukan kesejajaran peran antara pemerintah,


masyarakat, dan pelaku bisnis. Bagi sektor pemerintahan yang harus dilakukan adalah mengubah
cara pandang mengenai fungsi-fungsi pemerintahan dengan melakukan Reinventing Governance
sebagai acuan dalam pembaharuan manajemen pemerintah. Perubahan fungsi pemerintah
diarahkan pada pemerintah yang menekankan fungsi katalisasi, antisipasi dan desentralisasi.
Mewujudkan kesejajaran masyarakat dilakukan melalui pemberdayaan dengan memberikan ruang
untuk meningkatkan partisipasi dalam masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan.
Sedangkan pelaku bisnis diarahkan untuk memiliki tanggung jawab terhadap publik.

Selain itu perlu disiapkan manajemen pemerintahhan dan pelayanan publik yang mudah, murah
dan cepat yang menggunakan metode manajemen modern, seperti penerapan standar Sertifikasi
ISO 9003 untuk pelayanan publik. Dalam penyusunan organisasi harus berdasarkan kebijaksanaan
yang obyektif dan riil, sehingga struktur organisasi Pemerintahan Daerah Kabupaten
mencerminkan pengurusan dan pelayanan tuntutan kebutuhan hidup masyarakat, seperti kebutuhan
akan perumahan, tempat-tempat rekreasi dan hiburan, air bersih dan kebutuhan fisik lainnya
disamping kebutuhan akan keamanan jiwa dan harta.

Struktur organisasi ini harus disusun sesederhana mungkin tetapi dapat mencakup keseluruhan
fungsi dan tugas yang diperlukan untuk mencapai tujuan Pemerintah Daerah Kabupaten. Struktur
organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten dimasa mendatang disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan hidup masyarakat. Umumnya suatu struktur Pemerintah Daerah Kabupaten terdiri dari :

1. Kepala wilayah sebagai unsur pimpinan.


2. Sekretariat yang terdiri dari Staf pelaksana dengan sebutan Seksi dan Staf administrasi
dengan sebutan Sub Bagian.
3. Pelaksana teknis dengan sebutan Suku Dinas.

Buku Rencana 4 - 23
4. Khusus untuk Suku Dinas ini jumlah dan/atau jenisnya sangat situasional bergantung
pada tingkat kebutuhan dan permasalahan setempat.
5. Organisasi Pemerintah Kecamatan dengan sebutan Pemerintah Kecamatan.

Buku Rencana 4 - 24

Anda mungkin juga menyukai