Ketentuan
Pemanfaatan Ruang
Buku Rencana 4- 1
4.1 Dasar Petimbangan Ketentuan Pemanfaatan Ruang
Ketentuan pemanfaatan ruang WP Cipeundeuy merupakan acuan dalam mewujudkan rencana pola
ruang dan rencana jaringan prasarana sesuai dengan RDTR Kecamatan Cipeundeuy.
1. Mendukung perwujudan rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana di WP serta
perwujudan SWP;
2. Mendukung program penataan ruang wilayah kabupaten;
3. Realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu perencanaan;
4. Konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam jangka
waktu tahunan maupun lima tahunan; dan
5. Terjaganya sinkronisasi antarprogram dalam satu kerangka program terpadu
pengembangan wilayah kabupaten/kota.
Buku Rencana 4- 2
4.2 Indikasi Program
Salah satu fungsi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Cipeundeuy adalah sebagai
acuan bagi Pemerintah Kabupaten Subang dalam menyusun dan melaksanakan program tahunan
dalam jangka waktu 20 tahun sesuai dengan masa berlaku perencanaan. Indikasi program
pembangunan tersebut merupakan penjabaran kebijakan dan rencana pengembangan tata ruang
yang telah ditetapkan ke dalam program-program pembangunan. Dalam kurun waktu tersebut
diharapkan seluruh rencana yang telah disusun dapat dilaksanakan sehingga tujuan pengembangan
WP Cipeundeuy yang telah ditetapkan dapat dicapai pada akhir tahun perencanaan.
Indikasi program adalah bagian yang memuat rincian tahapan dan program-program pembangunan
yang akan diterapkan di wilayah perencanaan berkenaan dengan penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kecamatan Cipeundeuy. Pelaksanaan program pembangunan ditentukan sesuai
dengan prioritasnya, mengingat adanya keterbatasan sumber dana pembangunan. Kriteria yang
digunakan dalam menentukan prioritas pembangunan adalah sebagai berikut :
1. Bahwa besarnya kebutuhan sarana dan prasarana pembangunan yang harus disediakan
dalam setiap tahapan adalah proporsional dengan peningkatan jumlah penduduk pada
setiap tahapan pembangunan.
Buku Rencana 4- 3
2. Program yang diprioritaskan adalah yang mendukung tercapai keteraturan tata ruang
sebagaimana yang diharapkan.
3. Ada beberapa unsur dalam wilayah yang perlu didahulukan pembangunannya dalam
upaya untuk merangsang arah pertumbuhan wilayah ataupun memberikan pelayanan
pelayanan bagi daerah yang mutlak memerlukan dalam waktu yang relatif lebih dekat
(lebih mendesak).
Dengan berdasarkan tiga prinsip tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bagi rencana tata
ruang yang telah disusun perlu dibuat suatu sistem prioritas, baik prioritas yang menyangkut lokasi
maupun prioritas sektoral. Setelah tahap penyusunan elemen-elemen pembangunan diselesaikan,
maka dapat dilakukan penyusunan tahapan pelaksanaan rencana pembangunan. Pentahapan
pelaksanaan merupakan penjabaran jenis kegiatan pembangunan yang harus dilakukan setiap lima
tahun. Pelaksanaan pembangunan akan menjadi lebih terarah dan dapat mencapai tujuan
pembangunan itu sendiri bila rencana pembangunan ditunjang oleh dasar hukum yang kuat. Hal ini
antara lain dapat ditunjang oleh adanya kerjasama antara semua pihak, baik swasta/perorangan
maupun instansi pemerintahan. Secara rinci tahapan rencana pembangunan yang dijabarkan dalam
indikasi program dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Buku Rencana 4- 4
Tabel Indikasi Program
Waktu Pelaksanaan
Instansi PJM- PJM- PJM-
N Besaran Sumber PJM 1
Program Utama Lokasi Pelaksa 2 3 4
o. (Ha/Km) Dana
na 20 20 20 20 20 2027- 2032- 2037-
22 23 24 25 26 2031 2036 2041
Pengembangan Sistem Pusat
1
Pelayanan Kota (SPPK)
1. Penyediaan RTH Publik Skala
1 Kawasan
APBD Dinas
Kabupat PUPR
Pembangunan Taman Kota SWP B 1 paket V V
en dan dan
Swasta Swasta
APBD Dinas
Kabupat PUPR
Pembangunan Hutan Kota SWP A dan SWP B 1 paket V V
en dan dan
Swasta Swasta
APBD Dinas
Blok
Kabupat PUPR
Penyediaan jalur hijau A.18,A.23,B.1,B.2,B.3,B.4,B.5,B.6,C.1,C.4,C.5,C.6,C.7 269,19 Ha V V V
en dan dan
, dan C.8
Swasta Swasta
Buku Rencana 4- 5
Waktu Pelaksanaan
Instansi PJM- PJM- PJM-
N Besaran Sumber PJM 1
Program Utama Lokasi Pelaksa 2 3 4
o. (Ha/Km) Dana
na 20 20 20 20 20 2027- 2032- 2037-
22 23 24 25 26 2031 2036 2041
Pembangunan kawasan
1.
perdagangan dan jasa skala Blok A.10 5,86 km Swasta Swasta V V
4
kota
Pengembangan Sub Pusat Pelayanan
2
Kota
APBD Dinas
2. Pengembangan Sub Pusat Kabupat PUPR
SWP B 1 paket V V
1 Pelayanan Kota en dan dan
Swasta Swasta
menurut
luas sub
2. Pengembangan Pertokoan dan
Blok B.1,B.2 dan B.4 zona dan Swasta Swasta V V V
1 Perhotelan
skala
pelayanan
menurut
Pembangunan kawasan luas sub
2.
perdagangan dan jasa skala Blok B.1,B.2 dan B.4 zona dan Swasta Swasta V V V
2
kota skala
pelayanan
APBD
Pengembangan Pusat Pelayanan Dinas
3 SWP C 1 paket Kabupat V
Lingkungan PUPR
en
4 Rencana Jaringan Pergerakan
Pengembangan dan
4.
Peningkatan Kualitas Jalan
1
serta Pembangunan Jalan
Buku Rencana 4- 6
Waktu Pelaksanaan
Instansi PJM- PJM- PJM-
N Besaran Sumber PJM 1
Program Utama Lokasi Pelaksa 2 3 4
o. (Ha/Km) Dana
na 20 20 20 20 20 2027- 2032- 2037-
22 23 24 25 26 2031 2036 2041
APBD
Pengembangan jalan
Blok A.27 dan A.29 1 paket Kabupat Dishub V V
Serangpanjang-Cipeundeuy
en
APBD Dinas
Blok
Pengembangan Jalan Kolektor Kabupat PUPR
A.10,A.11,A.12,A.13,A.15,A.16,A.17,A.18,A.20,A.22, 28,49 km V V V V
Primer en dan dan
A.23,B.1,B.2,B.3,B.4,B.5,B.6,C.1,C.2,C.3,C.4, dan C.5
Swasta Swasta
APBD
Peningkatan kelas jalan dan Blok A.10,A.11,A.13,A.15,A.17,A.21,A.22C.3, C.4 dan Dinas
8,29 Km Kabupat V V V V
lebar jalan (Lokal ke Kolektor) C.5 PUPR
en
Buku Rencana 4- 7
Waktu Pelaksanaan
Instansi PJM- PJM- PJM-
N Besaran Sumber PJM 1
Program Utama Lokasi Pelaksa 2 3 4
o. (Ha/Km) Dana
na 20 20 20 20 20 2027- 2032- 2037-
22 23 24 25 26 2031 2036 2041
APBD Dinas
Peningkatan kelas jalan dan Blok
Kabupat PUPR
lebar jalan (lingkungan ke A.1,A.2,A.5,A.7,A.8,A.9,A.10,A.11,A.21,A.30,A.31,B. 49,89 Km V V V V
en dan dan
lokal) 1,B.2,B.3,B.4,B.5 dan B.6
Swasta Swasta
Sesuai
Peningkatan jalan lingkungan Setiap SWP Swasta Swasta V V V V
sub zona
Dinas
APBD
Penyediaan jalur pedestrian di PUPR
Setiap SWP 91,31 km dan V V
setiap jalan kolektor dan lokal dan
Swasta
Swasta
APBD
Provinsi
dan Dinas
Pembangunan Jembatan Blok A.1 1 paket V
APBD PUPR
Kabupat
en
Rencana Pengembangan Jaringan
5
Energi/Listrik
Pembangunan instalasi listrik
jaringan dan pengoperasian
instalasi melalui distribusi
jaringan tegangan menengah
5.
(JTM), jaringan tegangan Setiap SWP paket PLN PLN V V V V V V V V
1
rendah (JTR) dan travo
penghubung seluruh wilayah
kecamatan dan permukiman
penduduk
Buku Rencana 4- 8
Waktu Pelaksanaan
Instansi PJM- PJM- PJM-
N Besaran Sumber PJM 1
Program Utama Lokasi Pelaksa 2 3 4
o. (Ha/Km) Dana
na 20 20 20 20 20 2027- 2032- 2037-
22 23 24 25 26 2031 2036 2041
Menyediakan tiang listrik
Jumlah
sebagai penerangan jalan APBD
5. titik/50 Dinas
dengan tinggi > 5 meter dari Jalan Kolektor dan lokal Kabupat V V V V V V V V
2 meter Perkim
muka tanah memiliki kuat en
jarak
penerangan 500 lux
Menyediakan gardu listrik
Setiap
untuk setiap 200 KVA daya Setiap SWP PLN PLN V V V V V V V V
200 KVA
listrik
6 Rencana Pengembangan Air Minum
Buku Rencana 4- 9
Waktu Pelaksanaan
Instansi PJM- PJM- PJM-
N Besaran Sumber PJM 1
Program Utama Lokasi Pelaksa 2 3 4
o. (Ha/Km) Dana
na 20 20 20 20 20 2027- 2032- 2037-
22 23 24 25 26 2031 2036 2041
Rencana Pengembangan
8
Persampahan
Dinas
APBD
8. Perkim
Pengalokasian TPST Blok A.25 1 paket Kabupat V
1 dan
en
DLH
Dinas
APBD
8. Pengembangan dan Perkim
Setiap SWP 1 paket Kabupat V V
2 Pembangunan TPS3R dan
en
DLH
Dinas
Peningkatan sarana dan APBD
8. Perkim
prasarana pengangkutan WP Cipeundeuy 5 unit Kabupat V V V V
3 dan
persampahan (dump truk) en
DLH
9 Rencana Pengembangan Air Limbah
Dinas
APBD
Pembangunan instalasi air Perkim
9. Kabupat
limbah pada setiap industri SWP A dan SWP B 1 paket dan V V
1 en dan
menengah DLH,
Swasta
Swasta
Dinas
APBD
Pembangunan instalasi air Perkim
Kabupat
limbah komunal pada setiap Setiap SWP 1 paket dan V V V
en dan
kegiatan industri rumah tangga DLH,
Swasta
Swasta
Dinas
Pembangunan instalasi APBD
Perkim
pengolahan air limbah Kabupat
SWP B 1 paket dan V V
komunal (IPAL) pada en dan
DLH,
permukiman padat Swasta
Swasta
Buku Rencana 4 - 10
Waktu Pelaksanaan
Instansi PJM- PJM- PJM-
N Besaran Sumber PJM 1
Program Utama Lokasi Pelaksa 2 3 4
o. (Ha/Km) Dana
na 20 20 20 20 20 2027- 2032- 2037-
22 23 24 25 26 2031 2036 2041
Dinas
APBD
Pembangunan instalasi Perkim
Kabupat
pengolahan lumpur tinja SWP B 1 paket dan V V
en dan
(IPLT) kapasitas 100m3/hari DLH,
Swasta
Swasta
1 Rencana Pengembangan Jaringan
0 Drainase
Dinas
PUPR/D
1 APBD
Pengembangan Jaringan inas
0. Setiap SWP 1 paket Kabupat V V
Primer Perkim
1 en
dan
DLH
Dinas
PUPR/D
1 APBD
Pengembangan Jaringan inas
0. Setiap SWP 1 paket Kabupat V V
Sekunder Perkim
2 en
dan
DLH
1 Rencana Pembangunan Prasarana
1 Subang Smartpolitan
APBD
1 Studi Kelayakan Dinas
Kabupat
0. pembangunan prasarana SWP A dan SWP B 1 paket PUPR/S V
en dan
1 Subang Smartpolitan wasta
Swasta
APBD
1 Dinas
Kabupat
0. DED Subang Smartpolitan SWP A dan SWP B 1 paket PUPR/S V
en dan
2 wasta
Swasta
APBD
1 Dinas
Pembangunan Prasarana Kabupat
0. SWP A dan SWP B 1 paket PUPR/S V V V
Subang Smartpolitan en dan
3 wasta
Swasta
Buku Rencana 4 - 11
4.3 Indikasi Pentahapan Pembangunan
Mengacu pada pemikiran bahwa dalam penataan ruang terdapat berbagai keterbatas dalam
kaitannya dengan waktu, biaya dan kemampuan aparat, maka perlu adanya pengaturan terhadap
pelaksanaan pembangunan. Pengaturan pelaksanaan pembangunan meliputi pentahapan
pelaksanaan pembangunan, dimana tahapan pelaksanaan dalam Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan (RDTR) Kecamatan Cipeundey pada hakekatnya dapat dilakukan melalui tiga jalur yaitu
:
1. Pemerintah, dalam hal ini direalisasikan dengan penyusunan rencana jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang.
2. Masyarakat, hal ini direalisasikan melalui berbagai investasi masyarakat, baik perorangan
maupun kelompok, baik sendiri-sendiri maupun secara gabungan. Ataupun juga dapat
dilakukan dengan menggalang partisipasi aktif dari masyarakat.
3. Pihak swasta, hal ini dapat dilakukan oleh pihak swasta yang berminat, yang dalam
pelaksanaannya harus ada bimbingan dan pengarahan dari pemerintah.
Mengacu pada prinsip dasar fungsi dan kegunaannya, Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan
Cipeundeuy yang telah disusun perlu didukung oleh arahan-arahan yang menyangkut aspek
pelaksanaannya. Hal ini diharapkan dapat memberikan arahan mengenai mekanisme pengelolaan
tata ruang dalam kurun waktu 20 tahun. Didalamnya tercakup pemantauan dan pengendalian
pemanfaatan ruang, serta peninjauan kembali rencana tata ruang tersebut.
Selanjutnya agar pembangunan daerah berhasil guna dan berdaya guna serta mencapai sasaran
menurut arah yang telah digariskan, maka rencana pembangunan yang ada perlu didukung dengan
ketentuan hukum yang berlaku, guna memperoleh kekuatan hukum. Perolehan kepastian hukum
dari rencana pembangunan ini melalui musyawarah antara pihak eksekutif dengan pihak legislatif
dalam bentuk peraturan daerah. Sedangkan untuk menjamin keefektifan mekanisme pengelolaan
tata ruang ini, perlu didukung oleh kelembagaan yang memadai guna mengoperasionalisasikan
perencanaan yang sudah disusun/dibuat.
Buku Rencana 4 - 12
merupakan panduan bagi pemerintah daerah dan instansi terkait dalam memanfaatkan ruang WP
Cipeundeuy untuk mengembangkan kawasan lindung dan budidaya, sektor-sektor ekonomi
dominan, pengembangan sistem permukiman, sistem transportasi, pengembangan sarana dan
prasarana serta kawasan khusus secara optimal, berkelanjutan dan ramah terhadap lingkungan.
1. Pajak
Pengertian pajak menurut Undang-undang No 28 Tahun 2009, Pajak daerah adalah kontribusi
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
1) Pajak Hotel
Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran
termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan
kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olehraga dan hiburan. Jasa penunjang
tersebut adalah fasilitas telepon, faksimile, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika,
transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang sediakan atau dikelola Hotel. Subjek pajak
hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada orang probadi
atau Badan yang mengusahakan Hotel. Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar
10% terhadap tarif hotel.
2) Pajak restoran
Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang meliputi
pelayanan penjualan makanan/atau minumanyang dikonsumsi oleh pembeli, baik
dikonsumsi diempat pelayanan maupun di tempat lain. Subjek pajak restoran adalah
orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran. Tarif
pajak Restoran paling tinggi sebesar 10% dari tarif penjualan.
3) Pajak hiburan
Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.
Hiburan tersebut meliputi tontonan film, pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana
dan sebagainya. Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati
hiburan. Tarif pajak hiburan paling tinggi sebesar 10% dari tarif penjualan tiket.
4) Pajak reklame
Buku Rencana 4 - 13
Objek pajak reklame adalah semua penyenggaraan reklame. Objek pajak reklame
meliputi :
Reklame papan/ sejenisnya
Reklame kain
Reklame melekat stiker
Reklame selebaran
Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan
Reklame udara
Reklame apung
Reklame suara
Reklame film
Reklame peragaan
Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame,
wajib pajak reklame adalah pribadi atau badan, sedangkan wajib pajak reklame
adalah orang pribadi atau badan yang menyenggarakan reklame. Tarif pajak reklame
ditetapkan 25% dari tarif reklame.
Buku Rencana 4 - 14
Objek pajak air tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Yang tidak
termasuk objek pajak air tanah adalah :
Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga,
pengairan pertanian, dan perikanan rakyat, serta peribadatan.
Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah lainnya yang diatur dengan peraturan
daerah.
Subjek pajak air tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan
dan/atau pemanfaatan air tanah, sedangkan wajib pajak air tanah adalah orang pribadi
atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Dasar
pengenaan pajak air tanah adalah nilai perolehan air tanah yang dinyatakan dalam rupiah
yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagian dan seluruh faktor-faktor sebagai
berikut :
Tarif pajak atas air tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% dari nilai pemanfaatan air
tanah.
Buku Rencana 4 - 15
ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% dari tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan yang ditetapkan dalam peraturan daerah.
11) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
Objek pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah perolehan hak atas tanah
dan/atau bangunan. Subjek pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah
orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan. Tarif bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% dari tarif hak
atas tanah dan bangunan yang ditetapkan dalam peraturan daerah.
2. Retribusi
a. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa
Usaha atau Retribusi PerizinanTertentu;
b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi;
c. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang
diharuskan membayar Retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan
kemanfaatan umum;
d. Jenis restribusi jasa umum adalah :
Restribusi pelayanan kesehatan
Restribusi pelayanan persampahan/kebersihan
Restribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta
catatan sipil
Restribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
Restribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
Restribusi pelayanan pasar
Restribusi pengujian kendaraan bermotor
Restribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
Restribusi penggantian biaya cetak peta
Restribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus
Restribusi pengolahan limbah cair
Restribusi pelayanan tera/tera ulang
Restribusi pelayanan pendidikan
Buku Rencana 4 - 16
Restribusi pengendalian menara telekomunikasi
e. Jasa tersebut layak untuk dikenakan Retribusi;
f. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai
penyelenggaraannya;
g. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu
sumber pendapatan Daerah yang potensial; dan
h. Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat
dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
a. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa
Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu.
b. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya
disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang
dimiliki/dikuasai Daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh
Pemerintah Daerah.
c. Jenis restribusi jasa usaha adalah :
Restribusi pemakaian kekayaan daerah
Restribusi pasar grosir dan/atau pertokoan
Restribusi tempat pelelangan
Restribusi terminal
Restribusi tempat khusus parkir
Restribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa
Restribusi rumah potong hewan
Restribusi pelayanan pelabuhan
Restribusi tempat rekreasi dan olahraga
Restribusi penyeberangan di air
Restribusi penjualan produksi usaha daerah
Buku Rencana 4 - 17
c. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum;
dan
d. Biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan
biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup
besar sehingga layak dibiayai dari Retribusi perizinan.
Pengelolaan keuangan daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010
terstruktur sebagai berikut :
Yaitu penerimaan yang diperoleh Daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perudang-undangan yang berlaku.
Dimana PAD terdiri dari :
Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk
mendukung pelaksanaan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada
daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan dan kesejahtraan masyarakat yang semakin baik.
Dana perimbangan merupakan kelompok sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi yang
alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, mengingat tujuan masing-masing
tersebut saling mengisi dan melengkapi. Dana Perimbangan terdiri dari :
Buku Rencana 4 - 18
Adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu
membiayai kebutuhan tertentu. DAU bertujuan untuk membantu membiayai kebutuhan-
kebutuhan khusus daerah.
3. Pinjaman Daerah
Merupakan pelengkap dari sumber-sumber penerimaan daerah yang ada dan ditujukan untuk
membiayai pengadaan sarana dan prasarana atau harta tetap lain yang berkaitan dengan kegiatan
yang bersifat meningkatkan penerimaan yang dapat digunakan untuk mengembalikan pinjaman
serta memberikan manfaat bagi masyarakat. Jenis pinjaman daerah terdiri dari :
Buku Rencana 4 - 19
Sumber Pembiayaan Pembangunan
Sumber pembiayaan Pemerintah Daerah Kabupaten pada dasarnya berasal dari Pemerintah,
Swasta dan Masyarakat. Pada bagian ini akan dibahas mengenai sumber-sumber dana bagi
pembiayaan pembangunan. Kemampuan pembiayaan pembangunan wilayah menunjukkan
besarnya pendapatan wilayah yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
pembinaan perkotaan tidak akan terlepas dari ketentuan-ketentuan hukum yang berkenaan dengan
pendapatan atau penghasilan pemerintahan kabupaten. Untuk melaksanakan pembiayaan program-
program pembangunan daerah, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Untuk merealisasikan kegiatan penataan ruang kawasan perkotaan tentunya memerlukan biaya
yang tidak sedikit. Biaya tersebut akan tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
yang pada umumnya didasarkan atas :
Secara garis besar belanja daerah ini terdiri atas belanja rutin dan belanja pembangunan. Selain
pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Subang, ada juga beberapa
pembangunan fisik yang dilaksanakan dan dibiayai oleh masyarakat (swadaya murni).
Pembangunan dengan sistem swadaya murni akan sangat membantu kegiatan-kegiatan
pembangunan Kawasan Perkotaan disamping yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Subang. Sektor swasta dapat pula turut melaksanakan pembangunan melalui investasi bidang fisik
prasarana atau perumahan. Hal ini akan sangat membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Subang
dalam melaksanakan kegiatan pembangunan tanpa memberatkan/menambah anggaran belanja
Pemerinah Daerah.
Buku Rencana 4 - 20
Kebutuhan pembiayaan pembangunan yang akan diperkirakan hanyalah pembiayaan yang
ditangani Pemerintah Daerah Kabupaten Subang, yaitu yang tertuang dalam anggaran belanja
daerah. Belanja daerah ini terdiri dari belanja rutin dan belanja pembangunan. Belanja rutin
biasanya memiliki pola linier, sedangkan belanja pembangunan biasanya tidak teratur polanya.
Keadaan ini menyebabkan pola belanja total daerah menjadi tidak teratur pula. Pola belanja rutin
lebih teratur polanya karena bagaimanapun juga belanja rutin ini harus dikeluarkan, yaitu yang
meliputi belanja pegawai, barang, pemeliharaan dan sebagainya. Belanja pembangunan agak sulit
diperkirakan mengingat besarnya sangat tergantung pada ketersediaan dana serta jumlah proyek
yang direncanakan. Jika dana pembangunan terbatas, maka prioritas utama adalah belanja rutin,
sedangkan belanja pembangunan menjadi prioritas kedua. Apabila anggaran dirasakan terlalu
besar secara keseluruhan, maka prioritas pelaksanaan sebaiknya dibatasi pada pembangunan jalan
yang diusulkan sebagai prioritas pertama saja.
Sumber - sumber dana yang diperkirakan dapat dijadikan modal pembangunan berasal dari sektor
pajak, retribusi daerah dan penerimaan dari sumber dana lain dan menurut undang-undang menjadi
hak pemerintah daerah untuk memungutnya. Dengan demikian maka pembiayaan bagi
penyelenggaraan pemerintah di daerah ini diupayakan dari sumber-sumber di daerah itu sendiri
melalui pembayaran kewajiban masyarakat dalam bentuk pajak daerah dan retribusi daerah yang
dipungut oleh pemerintah daerah.
Dalam upaya menggali sumber-sumber pembiayaan bagi pelaksanaan pembangunan, maka perlu
dilakukan :
1. Peningkatan Penadapatan Asli Daerah (PAD) melalui iuran dan retribusi Daerah
2. Peningkatan dan pemanfaatan usaha-usaha swasta yang memiliki kekuatan pembiayan
yang potensial bagi pembangunan
3. Melakukan usaha-usaha pembangunan dengan pinjaman jangka panjang dan menengah
untuk usaha produktif dan pembangunan sarana dan prasarana pelayanan umum
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat secara swadaya agar mampu memelihara hasil-hasil
pembangunan sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan dari pemerintah.
Disamping itu untuk dapat mengembangkan wilayah sebagaimana yang direncanakan dan
mengatasi keterbatasan kemampuan pendanaan Pemerintah Daerah, perlu dilakukan upaya/usaha
pelibatan swasta yang kondisi pelibatannya akan menguntungkan bagi Pemerintah Daerah maupun
masyarakat dalam jangka panjang. Pelibatan swasta yang demikian, dapat dilakukan dengan
melaksanakan pola-pola kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan swasta. Keterlibatan
Pemerintah Daerah dapat secara langsung maupun melalui suatu badan usaha daerah yang
dibentuk untuk keperluan tersebut. Pola-pola kerjasama dapat diterapkan pada lokasi-lokasi
pengembangan yang memiliki nilai ekonomis dan dalam perhitungan usaha akan memenuhi skala
ekonomis yang menguntungkan sehingga swasta akan bersedia melakukan kerjasama.
Buku Rencana 4 - 21
Beberapa blok kawasan yang memiliki nilai ekonomis untuk dikerjasamakan dengan swasta,
diataranya sebagai berikut :
1. Pusat kegiatan komersial (perdagangan dan jasa) yang terletak di pusat kota (koridor jalan
kolektor primer)
2. Kavling pada blok permukiman.
3. Kawasan sekitar interchange Tol Subang-Patimban
4. Kawasan sekitar pusat kawasan pemerintahan
5. Kawasan Industri di dalam Kawasan Peruntukkan Industri di SWP B
Dengan Pemerintah Daerah memiliki Hak Atas Tanah pada blok kawasan yang memilki nilai
ekonomis untuk dikerjasamakan dengan pihak ketiga/swasta, maka kesempatan untuk
mewujudkan pemanfaatan ruang sesuai dengan yang direncanakan sekaligus mendapatkan
keuntungan jangka panjang menjadi lebih mungkin didapatkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Subang.
Adapun pola-pola kerjasama yang dapat dilakukan, diantaranya dengan pola sebagai berikut :
Adapun detail klausul kerjasama dapat dibicarakan secara teknis antar kedua belah pihak, dengan
mempertimbangkan aspek keuntungan yang akan diperoleh, waktu pengembalian, dan skala
ekonomis dari usaha yang akan dikerjasamakan. Hal-hal tersebut dapat dibicarakan dan dapat
dibuat berbeda dari pola kerjasama yang selama ini dijalankan oleh daerah lainnya, selama hal
tersebut tidak melanggar ketentuan perundangan yang berlaku di Indonesia.
4.4.2 Kelembagaan
Prinsip dasar pengelolaan pembangunan sesuai dengan jiwa Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 dengan menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Karena itu
diperlukan perubahan dalam organisasi pembangunan yang selama ini didominasi oleh birokrat.
Landasan utama pengelolaan pembangunan adalah Good Governance. Good Governance
(kepemerintahan yang baik) merupakan isu yang utama di dalam pengelolaan urusan publik
maupun privat dewasa ini. Pemerintah yang bersih (clean Governance) akan ditentukan oleh
adanya masyarakat yang bersih (clean sosiety). Dengan demikian selalu terkait antara
kepengurusan suatu urusan oleh masyarakat maupun kepengurusan suatu urusan oleh masyarakat
maupun kepengurusan suatu urusan publik oleh pemerintahan. Konsep Good Governance
dirincikan oleh karakteristik :
Buku Rencana 4 - 22
1. Paticipation
2. Rule of law
3. Transparance
4. Responsiveness
5. Consensus orientation
6. Equity, effectiveness and effecince, accountability
7. Strategic palnning
Karena itu Good Governance merupakan konsep yang mencakup kepengurusan di sektor publik
maupun privat. Artinya seberapa jauh pemerintah dapat menerapkan konsep ini, dan seberapa jauh
pula sektor privat mampu menerapkannya pula, sehingga antara keduanya akan saling bersinergi.
Pada sektor publik Good Governance harus dijalankan oleh aparatur pemerintah (pejabat publik)
sedangkan pada sektor privat dilakukan oleh para pelaku bisnis (usaha swasta/Good Cooperate
Governance). Disamping itu sektor privat, masyarakat dalam hal ini lembaga swadaya masyarakat
(LSM) pun harus mampu menjalankan konsep ini.
Selain itu perlu disiapkan manajemen pemerintahhan dan pelayanan publik yang mudah, murah
dan cepat yang menggunakan metode manajemen modern, seperti penerapan standar Sertifikasi
ISO 9003 untuk pelayanan publik. Dalam penyusunan organisasi harus berdasarkan kebijaksanaan
yang obyektif dan riil, sehingga struktur organisasi Pemerintahan Daerah Kabupaten
mencerminkan pengurusan dan pelayanan tuntutan kebutuhan hidup masyarakat, seperti kebutuhan
akan perumahan, tempat-tempat rekreasi dan hiburan, air bersih dan kebutuhan fisik lainnya
disamping kebutuhan akan keamanan jiwa dan harta.
Struktur organisasi ini harus disusun sesederhana mungkin tetapi dapat mencakup keseluruhan
fungsi dan tugas yang diperlukan untuk mencapai tujuan Pemerintah Daerah Kabupaten. Struktur
organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten dimasa mendatang disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan hidup masyarakat. Umumnya suatu struktur Pemerintah Daerah Kabupaten terdiri dari :
Buku Rencana 4 - 23
4. Khusus untuk Suku Dinas ini jumlah dan/atau jenisnya sangat situasional bergantung
pada tingkat kebutuhan dan permasalahan setempat.
5. Organisasi Pemerintah Kecamatan dengan sebutan Pemerintah Kecamatan.
Buku Rencana 4 - 24