Anda di halaman 1dari 6

Soal No 1 A

Untuk menyelesaikan masalah ini, kita perlu menggunakan beberapa rumus ekonomi dasar:

1. Manfaat marjinal adalah perubahan manfaat yang diperoleh dari satu unit tambahan
produk.

2. Pendapatan total adalah hasil kali harga dan kuantitas yang dijual.

3. Pendapatan marjinal adalah perubahan pendapatan yang diperoleh dari satu unit tambahan
produk.

4. Biaya total adalah jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu
kuantitas produk.

5. Biaya rata-rata adalah biaya total dibagi dengan kuantitas produk.

6. Biaya marjinal adalah perubahan biaya total yang diperoleh dari satu unit tambahan produk.

Dalam masalah ini, kita memiliki kurva permintaan dan biaya total sebagai berikut:

 Kurva permintaan: P = 55 - 2Q

 Biaya total: P = 30 - Q + 2Q^2

1. Manfaat Marjinal

Untuk menghitung manfaat marjinal, kita perlu mencari perubahan manfaat yang dihasilkan dari
satu unit tambahan produk. Manfaat marjinal dapat dihitung dengan turunan dari kurva permintaan:

dP/dQ = -2

Jadi, manfaat marjinal adalah -2.

2. Pendapatan Total

Pendapatan total adalah hasil kali harga dan kuantitas yang dijual. Harga dapat dihitung dari kurva
permintaan, sedangkan kuantitas dapat diambil dari Q.

P = 55 - 2Q Q = 1

Maka, pendapatan total adalah:

Pendapatan total = P x Q = (55 - 2Q) x Q = (55 - 2) x 1 = 53

Jadi, pendapatan total adalah Rp.53.000.

3. Pendapatan Marginal

Pendapatan marjinal adalah perubahan pendapatan yang diperoleh dari satu unit tambahan produk.
Pendapatan marjinal dapat dihitung dengan turunan dari kurva pendapatan total:

d(TR)/dQ = d/dQ (P x Q) = dP/dQ x Q + P = (-2 x 1) + (55 - 2Q) = 53 - 2Q

Maka, pendapatan marjinal adalah:

Pendapatan marjinal = d(TR)/dQ at Q = 1 = 53 - 2(1) = 51

Jadi, pendapatan marjinal adalah Rp.51.000.


4. Biaya Total

Biaya total adalah jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu kuantitas
produk. Biaya total dapat dihitung dari persamaan biaya total yang diberikan:

P = 30 - Q + 2Q^2 Q = 1

Maka, biaya total adalah:

Biaya total = 30 - Q + 2Q^2 = 30 - 1 + 2(1)^2 = 31

Jadi, biaya total adalah Rp.31.000.

5. Biaya Rata-Rata

Biaya rata-rata dapat dihitung dengan membagi biaya total dengan kuantitas produk:

Biaya rata-rata = Biaya total / Q

= 31 / 1

= 31

Jadi, biaya rata-rata adalah Rp.31.000 per 1 juta m3.

Biaya Marjinal

Biaya marjinal adalah perubahan biaya total yang diperoleh dari satu unit tambahan produk. Biaya
marjinal dapat dihitung dengan turunan dari persamaan biaya total:

dTC/dQ = d/dQ (P = 30 - Q + 2Q^2)

= -1 + 4Q

Maka, biaya marjinal adalah:

Biaya marjinal = dTC/dQ at Q = 1

= -1 + 4(1)

=3

Jadi, biaya marjinal adalah Rp.3.000 per 1 juta m3.

Q P Pendapatan Pendapatan Biaya Biaya Rata- Biaya


Total Marginal Total Rata Marjinal

1 53 53 53 31 31 3

2 51 102 49 34 17 7

3 49 147 45 39 13 11

4 47 188 41 46 11.5 15

5 45 225 37 55 11 19

6 43 258 33 66 11 23
7 41 287 29 79 11.29 27

8 39 312 25 94 11.75 31

9 37 333 21 111 12.33 35

10 35 350 17 130 13 39

Soal 1 B

Untuk memaksimalkan profit, perusahaan harus menetapkan harga yang sebanding dengan manfaat
marjinal (marginal cost = marginal revenue). Dalam kasus ini, harga harus diatur pada level di mana
manfaat marjinal sama dengan biaya marjinal.

Dari tabel perhitungan sebelumnya, kita dapat melihat bahwa pada tingkat harga Rp.35000 per m3,
manfaat marjinal adalah Rp.17. Pada tingkat yang sama, biaya marjinal adalah Rp.17 juga. Oleh
karena itu, perusahaan harus menetapkan harga sebesar Rp.35000 per m3 untuk memaksimalkan
keuntungan.

Untuk menghitung total keuntungan, kita dapat menghitung selisih antara pendapatan total dan
biaya total. Pada tingkat produksi 1 hingga 10 juta m3, total pendapatan adalah Rp.350 juta dan total
biaya adalah Rp.475,29 juta. Oleh karena itu, total keuntungan adalah:

Total Keuntungan = Pendapatan Total - Biaya Total = Rp.350 juta - Rp.475,29 juta = -Rp.125,29 juta

Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian dalam produksi dan penjualan air
bersih pada tingkat harga dan tingkat produksi ini.

Untuk menghitung surplus konsumen, kita perlu menghitung total nilai dari area di bawah kurva
permintaan dan di atas harga. Dalam kasus ini, harga yang dipilih adalah Rp.35000 per m3. Jadi,
surplus konsumen dapat dihitung sebagai berikut:

Surplus Konsumen = Luas Segitiga BAC = 1/2 x BC x AC = 1/2 x (55 - 35) x (10 - 0) = Rp.100 juta

Jadi, meskipun perusahaan mengalami kerugian dalam produksi dan penjualan air bersih pada
tingkat harga dan tingkat produksi ini, konsumen masih memperoleh surplus dari transaksi tersebut.

Soal 1 C

Untuk memaksimalkan profit, perusahaan harus menetapkan harga yang sebanding dengan manfaat
marjinal (marginal cost = marginal revenue). Dalam kasus ini, harga harus diatur pada level di mana
manfaat marjinal sama dengan biaya marjinal.

Dari tabel perhitungan sebelumnya, kita dapat melihat bahwa pada tingkat harga Rp.35000 per m3,
manfaat marjinal adalah Rp.17. Pada tingkat yang sama, biaya marjinal adalah Rp.17 juga. Oleh
karena itu, perusahaan harus menetapkan harga sebesar Rp.35000 per m3 untuk memaksimalkan
keuntungan.
Untuk menghitung total keuntungan, kita dapat menghitung selisih antara pendapatan total dan
biaya total. Pada tingkat produksi 1 hingga 10 juta m3, total pendapatan adalah Rp.350 juta dan total
biaya adalah Rp.475,29 juta. Oleh karena itu, total keuntungan adalah:

Total Keuntungan = Pendapatan Total - Biaya Total = Rp.350 juta - Rp.475,29 juta = -Rp.125,29 juta

Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian dalam produksi dan penjualan air
bersih pada tingkat harga dan tingkat produksi ini.

Untuk menghitung surplus konsumen, kita perlu menghitung total nilai dari area di bawah kurva
permintaan dan di atas harga. Dalam kasus ini, harga yang dipilih adalah Rp.35000 per m3. Jadi,
surplus konsumen dapat dihitung sebagai berikut:

Surplus Konsumen = Luas Segitiga BAC = 1/2 x BC x AC = 1/2 x (55 - 35) x (10 - 0) = Rp.100 juta

Jadi, meskipun perusahaan mengalami kerugian dalam produksi dan penjualan air bersih pada
tingkat harga dan tingkat produksi ini, konsumen masih memperoleh surplus dari transaksi tersebut.

Soal 1 D

Deadweight loss adalah kerugian ekonomi yang terjadi ketika surplus konsumen dan produsen
berkurang karena pasar tidak mengalokasikan sumber daya secara efisien. Dalam hal ini, deadweight
loss dapat dihitung sebagai selisih antara surplus konsumen yang tercipta pada tingkat harga yang
maksimum dan surplus konsumen yang akan tercipta pada tingkat harga yang akan memaksimalkan
total surplus konsumen.

Pada tingkat harga Rp.35000 per m3, surplus konsumen adalah Rp.100 juta seperti yang dihitung
sebelumnya. Untuk menghitung surplus konsumen pada tingkat harga yang akan memaksimalkan
total surplus konsumen, kita perlu menentukan titik di mana kurva permintaan bersilangan dengan
kurva biaya rata-rata (MR = MC).

Dari perhitungan sebelumnya, biaya rata-rata pada tingkat produksi 7 juta m3 adalah Rp.47,36 per
m3. Oleh karena itu, pada tingkat harga Rp.47,36 per m3, manfaat marjinal adalah Rp.8 dan biaya
marjinal adalah Rp.8 juga. Oleh karena itu, harga yang akan memaksimalkan total surplus konsumen
adalah Rp.47,36 per m3.

Pada tingkat harga tersebut, jumlah permintaan adalah 24 juta m3 dan jumlah penawaran adalah 7
juta m3, sehingga surplus konsumen adalah:

Surplus Konsumen = Luas Segitiga BAC

= 1/2 x BC x AC

= 1/2 x (55 - 47,36) x (24 - 0)

= Rp.91,08 juta

Jadi, deadweight loss adalah selisih antara surplus konsumen pada tingkat harga yang
memaksimalkan total surplus konsumen dan surplus konsumen pada tingkat harga yang
memaksimalkan keuntungan, yaitu:

Deadweight Loss = Rp.91,08 juta - Rp.100 juta

= -Rp.8,92 juta
Hasil negatif menunjukkan bahwa dalam hal ini, tidak ada deadweight loss karena surplus konsumen
pada tingkat harga yang memaksimalkan keuntungan lebih kecil daripada surplus konsumen pada
tingkat harga yang memaksimalkan total surplus konsumen.

Soal 1 E

Dalam soal ini, terdapat kegagalan pasar berupa deadweight loss, yang muncul akibat adanya
perbedaan antara harga yang dikenakan oleh produsen dengan nilai sebenarnya dari barang atau
jasa tersebut. Kegagalan pasar ini disebabkan oleh kekuatan pasar yang tidak seimbang antara
permintaan dan penawaran.

Pada situasi ini, produsen mengenakan harga yang lebih tinggi daripada biaya produksinya sehingga
menyebabkan penurunan surplus konsumen dan meningkatkan surplus produsen. Hal ini
mengurangi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dan menghasilkan deadweight loss, yaitu
kerugian ekonomi karena pengurangan kuantitas yang diperdagangkan akibat harga yang lebih
tinggi.

Dalam hal ini, solusi yang mungkin adalah mengatur kebijakan pemerintah untuk membatasi harga
yang dapat dikenakan oleh produsen atau menetapkan batas-batas pada surplus produsen untuk
mengurangi dampak negatif pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Soal 2

Seiring dengan perkembangan dan kompleksitas isu-isu kebijakan yang semakin meningkat di
Indonesia dan negara-negara lainnya, saya memperkirakan bahwa pertumbuhan analisis kebijakan
akan terus meningkat di masa depan. Analisis kebijakan yang baik sangat penting dalam menyusun
kebijakan yang efektif dan efisien dalam menanggulangi masalah praktis dan krisis yang muncul.

Pentingnya analisis kebijakan terlihat dari krisis-krisis yang terjadi di berbagai negara, seperti
pandemi COVID-19, perubahan iklim, dan krisis keuangan. Semua krisis ini membutuhkan analisis
kebijakan yang teliti dan tepat untuk menciptakan kebijakan yang dapat mengatasi krisis tersebut.
Kebijakan yang dibuat berdasarkan analisis yang baik akan lebih efektif dalam mengatasi masalah,
mengurangi biaya, dan menghasilkan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.

Perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan analisis data besar (big data) dapat
membantu meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam analisis kebijakan. Namun, teknologi ini tidak
dapat menggantikan peran analis kebijakan manusia, yang memerlukan pemahaman mendalam
tentang konteks sosial, politik, dan ekonomi yang kompleks.

Oleh karena itu, saya percaya bahwa pertumbuhan analisis kebijakan akan terus meningkat di masa
depan. Sementara teknologi akan memainkan peran penting dalam membantu analisis kebijakan,
tetapi keahlian analis kebijakan manusia masih sangat diperlukan untuk memastikan kebijakan yang
dihasilkan tepat sasaran dan efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Soal 3
Masalah pengangguran tingkat sarjana adalah masalah multidimensional yang melibatkan faktor-
faktor ekonomi, sosial, dan politik. Beberapa penyebab utama dari masalah ini termasuk kegagalan
pasar dan kegagalan pemerintah.

Kegagalan pasar terjadi ketika pasar tidak dapat menciptakan cukup lapangan kerja untuk memenuhi
permintaan tenaga kerja. Faktor yang mempengaruhi kegagalan pasar termasuk kurangnya
permintaan tenaga kerja di sektor-sektor tertentu, misalnya karena pergeseran teknologi atau
perubahan dalam pola konsumsi masyarakat. Selain itu, kegagalan pasar juga dapat terjadi karena
adanya ketidakmampuan atau ketidakcocokan antara keterampilan yang dimiliki oleh pencari kerja
dengan permintaan pasar kerja.

Di sisi lain, kegagalan pemerintah terkait dengan kebijakan yang tidak mendukung penciptaan
lapangan kerja atau kebijakan yang kurang efektif dalam meningkatkan keterampilan tenaga kerja.
Faktor-faktor seperti regulasi yang berlebihan, birokrasi yang rumit, dan kebijakan fiskal yang tidak
tepat dapat menyebabkan penghambatan terhadap pertumbuhan ekonomi dan menciptakan
lapangan kerja.

Solusi kebijakan yang dapat ditawarkan pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran tingkat
sarjana dapat meliputi beberapa tindakan, seperti:

Meningkatkan investasi dalam sektor-sektor yang dapat menciptakan lapangan kerja baru, seperti
sektor industri dan jasa. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan insentif bagi investor, seperti
pemotongan pajak atau pengurangan biaya regulasi.

Meningkatkan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja. Pemerintah dapat meningkatkan akses ke
pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, sehingga pencari kerja
memiliki keterampilan yang sesuai dengan permintaan pasar kerja.

Mengurangi birokrasi dan regulasi yang berlebihan. Hal ini dapat dilakukan dengan mempercepat
proses perizinan dan mengurangi biaya regulasi yang membebani sektor usaha.

Soal 4

Anda mungkin juga menyukai