Anda di halaman 1dari 12

7 Penerimaan Biaya

dan Keuntungan

Para ekonom pada umumnya mempunyai asumsi bahwa tujuan akhir kegiatan
perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan maksimum. Dengan kata lain,
perusahaan berusaha memaksimalkan selisih antara apa yang dikorbankan
untuk memperoleh input (total biaya) dan jumlah yang diterima dari barang
dan jasa atau yang diproduksinya (total pendapatan). Keuntungan adalah total
penerimaan (Total Revenue /TR) dikurangi total biaya (Total Cost/TC).

 = TR – TC.

Total penerimaan adalah jumlah penerimaan dari hasil penjualan barang dan
atau jasa. Dipihak lain biaya total terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit.
Bab in akan dimulai dengan pembahasan tentang produksi dalam kaitannya
dengan biaya.

7.1 Teori Produksi


Fungsi produksi
Fungsi produksi menjelaskan jumlah maksimum produk (output) yang dapat
dihasilkan perusahaan untuk setiap kombinasi faktor produksi (input) pada
tingkat teknologi yang sekarang. Terdapat banyak jenis input tetapi pada tahap
sekarang difokuskan hanya pada dua input yaitu tenaga kerja dan mesin. Untuk
menghasilkan output ada banyak pilihan kombinasi tenaga kerja dan mesin.
Yang ingin diketahui seberapa banyak output yang dapat diproduksi dengan
berbagai variasi input yang digunakan. Pada tingkat teknologi tertentu,
diasumsikan setiap penambahan kombinasi input tenaga kerja dan mesin akan
mengakibatkan output meningkat sampai pada tingkat produksi tertentu.
Antara tenaga kerja dan mesin dapat saling menggantikan (substitusi), sehingga
untuk menghasilkan tingkat output tertentu terdapat berbagai variasi
kombinasi tenaga kerja – mesin.

7. Penerimaan Biaya dan Keuntungan|75


Produksi total (total production)
Dalam jangka pendek dari dua input tersebut jumlah mesin tetap (input tetap)
sementara jumlah tenaga kerja dapat ditambah atau dikurangi (input variabel),
apa dampaknya terhadap jumlah output. Hal tersebut dapat digambarkan
seperti pada tabel 7.1 di bawah ini. Dari tabel 7.1 tersebut, dengan input tetap
mesin 1 buah (kolom 1), apabila jumlah tenaga kerja ditambah (kolom 2), jumlah
output juga akan bertambah (kolom 3). Tambahan satu tenaga kerja pertama
menghasilkan output 10 unit per jam. Pada saat tenaga kerja ditambah lagi
satu (tenaga kerja kedua), jumlah output menjadi 24, sehingga ada
pertambahan 14 unit per jam. Tambahan output karena tambahan tenaga kerja
disebut Marginal Product of Labour (MPL). Total output akan terus meningkat
sampai pada penggunaan tenaga kerja 6, tetapi Marginal product of labour
akan semakin berkurang. Kalau tenaga kerja terus ditambah bahkan bisa
produksi totalnya berkurang.

Produksi marjinal (marginal product).


Marginal product adalah perubahan produksi total sebagai akibat perubahan
pada penggunaan input variabel. Konsep ini ditunjukkan pada kolom terakhir
Tabel 7.1

Tabel 7.1. Jumlah produksi dengan satu input variabel


Input Output (per jam)
Tetap Variabel Total Marginal Product of
(mesin) (tenaga (Q) Labor
kerja) (Q/L)
1 0 0
1 1 10 10
1 2 24 14
1 3 36 12
1 4 46 10
1 5 50 4
1 6 51 1

Kedua konsep di atas dapat digambarkan sebagai berikut.


Kurva Marginal Product of Labour mula-mula meningkat karena pemanfaatan
input tetap yang semakin efektip dengan penambahan tenaga kerja misalnya

76|PENGANTAR ILMU EKONOMI|Konta Intan Damanik & Gatot Sasongko


karena adanya pembagian kerja dan spesialisasi. Tetapi kemu-dian produksi
marjinal menurun karena berlakunya Law of diminishing marginal product,
sebagai akibat pemanfaatan input tetap yang semakin tidak teratur karena
terlalu banyak tenaga kerja.
Total product

O
Jumlah Tenaga kerja
Marginal
product

O
Jumlah Tenaga kerja

Gambar 7.1 Total product dan marginal product

Law of diminishing marginal product


Hukum tambahan produksi yang semakin berkurang (law of diminishing
marginal product) menyatakan bahwa apabila input variabel ditambah
sementara input tetap konstan, sampai pada titik tertentu marginal product
(tambahan produksi) akan semakin kecil (berkurang). Pada kolom empat tabel
7.1 dapat dilihat angka marginal product yang semakin kecil. Kenyataan ini
dengan asumsi kualitas tenaga kerja sama, itu berarti kualitas tenaga kerja
yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sama.

Bahkan apabila jumlah tenaga kerja terus ditambah, maka tambahan produksi
akan negatif. Misalnya di sebuah toko terlalu banyak pelayan yang justru
mengganggu pelanggan yang akan berbelanja. Dalam kondisi demikian
pengurangan jumlah tenaga kerja justru akan meningkatkan produksi total.

7. Penerimaan Biaya dan Keuntungan|77


7.2. Teori Biaya
Teori biaya jangka pendek
Hubungan antara input dengan output juga dapat dilihat dari sisi biaya. Di
bawah ini akan diuraikan berbagai hal yang berkaitan dengan biaya seperti
misalnya jenis-jenis biaya, biaya total, biaya marginal, dan sebagainya.

Jenis-jenis Biaya

a. Biaya tetap (fixed cost — FC)


Biaya tetap adalah pengeluaran perusahaan yang jumlahnya tidak
tergantung pada jumlah output. Misal-nya sewa gedung. Sewa gedung
dikeluarkan untuk periode waktu tertentu. Jumlah ini tidak akan berubah
apakah perusahaan memproduksi dalam jumlah banyak atau sedikit bahkan
tidak berproduksi sama sekalipun jumlah tidak berubah. Beberapa contoh
biaya tetap lain adalah asuransi, biaya bunga pinjaman pajak atas kekayaan
dan sebagainya.
Beberapa pengeluaran tenaga termasuk biaya tetap misalnya tenaga
manajer yang dikontrak untuk jangka waktu lima tahun. Sementara biaya
tenaga kerja lain pada umumnya berkaitan dengan kegiatan produksi
sehingga bukan merupakan biaya tetap.

b. Biaya variabel (variable cost — VC)


Biaya variabel akan berubah manakala jumlah produksi berubah. Pada
umumnya biaya tenaga kerja (upah) merupakan biaya variabel apabila pada
saat produksi akan ditingkatkan, harus mengeluarkan biaya upah lebih
banyak untuk membayar tenaga kerja bagian produksi. Disamping upah,
jenis biaya variabel yang lain : biaya bahan baku, biaya bahan penolong dan
sebagainya.

Disamping mengetahui biaya total, juga diperlukan pemahaman tentang


biaya rata-rata per satuan output. Kalau untuk memproduksi roti dibutuhkan
biaya tetap Rp. 1.500.000,-, biaya variabel Rp. 2.500.000,- , maka biaya
totalnya Rp. 4.000.000,-.

TC = FC + VC

78|PENGANTAR ILMU EKONOMI|Konta Intan Damanik & Gatot Sasongko


Kalau jumlah produksi pada periode waktu tertentu 1.000 unit, maka :
c. Biaya total rata-rata (Average Total Cost — ATC)

TC
ATC = ————
Q
Rp. 4.000.000,-
= ——————————
1.000
= Rp. 4.000,-
Dari perhitungan di atas, biaya total rata-rata per unit output adalah
Rp. 4.000,-

d. Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost — AFC)

FC
AFC = ————
Q
Rp. 1.500.000,-
= ——————————
1.000
= Rp. 1.500,-
Dari perhitungan di atas, biaya tetap rata-rata per unit output adalah
Rp. 1.500,-

e. Rata-rata biaya variabel (Average Variable Cost – AVC)

VC
AVC = ————
Q
Rp. 2.500.000,-
= ——————————
1.000
= Rp. 2.500,-

Dari perhitungan di atas, biaya variabel rata-rata per unit output adalah
Rp. 2.500,-
7. Penerimaan Biaya dan Keuntungan|79
f. Biaya marginal (MARGINAL COST — MC)
Biaya marjinal adalah tambahan biaya yang harus dikeluarkan untuk setiap
tambahan output yang dihasilkan. Bila misalnya total biaya menghasilkan 9
unit adalah Rp 220.000,- dan untuk menghasilkan 10 unit dibutuhkan biaya
Rp 250.000,- maka biaya marginal adalah Rp 30.000.-

Di bawah ini ditampilkan konsep biaya dalam jangka pendek seperti terlihat
dalam Tabel 7.2.
Tabel 7.2. Konsep Biaya Jangka Pendek
No Konsep Notasi Definisi
1 Total Cost TC Total pengeluaran untuk
menjalankan usaha
2 Fixed Cost FC Biaya yang tidak berubah untuk
setiap tingkat output
3 Variable Cost VC Biaya yang bervariasi sejalan
dengan perubahan output
4 Average Total ATC Rata-rata biaya total per satuan
Cost output  TC/Q
5 Average Fixed AFC Rata-rata biaya tetap per satuan
Cost output  FC/Q
6 Average AVC Rata-rata biaya variabel per satuan
Variabel Cost output  VC/Q
7 Marginal Cost MC Tambahan biaya untuk menambah
satu unit output

Tabel 7.3 Perhitungan biaya produksi roti


Output Biaya
(Q) FC VC TC AFC AVC ATC MC
0 100 0 100
1 100 10 110 100,00 10,00 110,00 10,00
2 100 18 118 50,00 9,00 59,00 8,00
3 100 25 125 33,33 8,33 41,67 7,00
4 100 35 135 25,00 8,75 33,75 10,00
5 100 47 147 20,00 9,40 29,40 12,00
6 100 60 160 16,67 10,00 26,67 13,00
7 100 75 175 14,29 10,71 25,00 15,00
8 100 95 195 12,50 11,88 24,38 20,00
9 100 120 220 11,11 13,33 24,44 25,00
10 100 150 250 10,00 15,00 25,00 30,00

80|PENGANTAR ILMU EKONOMI|Konta Intan Damanik & Gatot Sasongko


Dari Tabel 7.2 dan Tabel 7.3, dapat diketahui saling hubungan antara konsep
biaya yang satu dengan yang lain, demikian juga hubungan antara biaya dengan
output.
Di samping saling hubungan secara matematis dan dalam bentuk tabel, dari
tabel tersebut dapat digambarkan grafik biaya sebagai berikut.
Biaya per unit

Biaya per unit


50
MC
25 AT
4
0 TC C
20 0
3 AVC
0 VC
15 0
2
0
10 0 AFC
FC 1
0
0
O 1 2 3 4 5 O 1 2 3 4 5 6
Jumlah output Jumlah output

Gambar 7.2 FC, VC dan TC Gambar 7.3 ATC, AVC, AFC dan MC

Dari Gambar 7.2 dan Gambar 7.3 di atas terlihat saling hubungan antara
berbagai konsep biaya. FC berbentuk garis, sejajar sumbu output yang berarti
jumlah konstan berapapun jumlah output diproduksi. TC dengan VC selisihnya
sebesar FC. Sementara AFC merupakan kurva selalu turun mendekati sumbu
jumlah output, yang berarti semakin besar jumlah out yang diproduksi AFC
akan semakin kecil. Kurva AVC, ATC dan MC berbentuk “U” dalam arti mula-
mula semakin kecil dengan semakin meningkatnya jumlah output, tetapi
setelah titik tertentu meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah output.

7.3. Hubungan Antara Biaya Marjinal dengan Produksi Marjinal


Perilaku biaya marjinal dengan produksi marjinal mempunyai hubungan. Kalau
input variabelnya tenaga kerja, mula-mula dengan penambahan tenaga kerja
MPL meningkat. Ketika MPL meningkat, MC akan menurun karena dengan
penambahan tenaga kerja mampu menambah jumlah output lebih besar
dibandingkan dengan penambahan tenaga kerja sebelumnya, sehingga MC
akan turun. Namun, apabila MP L menurun, MC akan meningkat karena
tambahan tenaga kerja akan menambah jumlah output yang lebih kecil
dibandingkan sebelumnya, sehingga MC meningkat. Hal tersebut dapat dilihat
pada Gambar 7.4.

7. Penerimaan Biaya dan Keuntungan|81


Dari Gambar 7.4 terlihat bentuk kurva MP L dan MC berkebalikan. Pada saat
MPL naik MC turun (area A), sedangkan di area B menunjukkan MP L turun
sedangkan MC justru naik.

Produksi Marjinal
Area A Area B

MPL

O Jumlah tenaga

MC
Biaya Marjinal

Area A Area B

O Jumlah output

Gambar 7.4 MPL dan MC

KURVA ATC BERBENTUK “U”


Dalam jangka pendek perusahaan dapat merubah input variabel (tenaga kerja,
bahan baku, bahan penolong), tetapi jumlah mesin tertentu karena
membutuhkan waktu untuk menambah atau mengurangi. Mesin adalah input
tetap sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membiayai mesin merupakan
biaya tetap. Kalau output bertambah, rata-rata biaya tetap per satuan output
(AFC) akan turun dengan cepat karena biaya tetap dibagi dengan jumlah output
yang semakin banyak. Inilah alasan utama rata-rata biaya total per unit output
(ATC) turun pada tingkat produksi sedikit.

ATC akan meningkat pada tingkat produksi yang lebih banyak karena berlakunya
law of diminishing marginal product of labour. Kalau dengan mesin tertentu,
jumlah tenaga kerja ditambah dan terus ditambah, akibatnya kondisi tempat
kerja menjadi kacau dan mungkin biaya pemeliharaan mesin menjadi

82|PENGANTAR ILMU EKONOMI|Konta Intan Damanik & Gatot Sasongko


meningkat. Akibatnya penggunaan mesin menjadi tidak lagi efisien dengan
semakin meningkatnya output. Dengan demikian diminishing marginal product
mengakibatkan biaya marjinal meningkat.

7.4.Hubungan Antara Biaya Marjinal Dengan Rata-rata Biaya Tetap


Pada saat rata-rata biaya total (ATC) semakin kecil (turun), biaya marjinal (MC)
harus lebih kecil diban-dingkan dengan rata-rata biaya total. Kalau ATC me-
ningkat maka MC harus lebih besar dari ATC. Dengan demikian antara ATC
dengan MC akan berpotongan pada saat ATC mencapai titiknya yang terendah.
Pada saat ATC berada pada titik terendah merupakan produksi yang paling
efisien karena pada tingkat produksi tersebut rata-rata biaya totalnya terendah.

MC ATC
biaya

MC < ATC MC > ATC


ATC turun ATC meningkat
O Q1 Output

Gambar 7.5 Marginal Cost dan Average Total Cost

Pada Gambar 7.5, menunjukkan bahwa MC berpotongan dengan ATC pada


saat ATC berada pada titik terendah. Tingkat produksi Q1 adalah tingkat produksi
yang paling efisien karena berproduksi dengan rata-rata biaya total terendah.

7.5. Biaya Eksplisit (Explicit Cost) Dan Biaya Implisit (Implicit Cost)
Biaya eksplisit : sebagian besar biaya yang dihitung merupakan biaya eksplisit.
biaya eksplisit adalah biaya yang memungkinkan untuk dihitung, dapat
dinyatakan dengan pengeluaran uang atau penggunaan faktor produksi dan
sering berupa kontrak. beberapa contoh biaya eksplisit: upah, pembelian bahan
baku, pembayaran bunga, sewa tanah dan sewa peralatan modal dan sebagainya.

Biaya implisit: biaya implisit tidak berupa pengeluaran uang atau kewajiban
kontrak tetapi merupakan secara nyata dapat diperhitungkan. Contohnya:
apabila telah diputuskan investasi pada bidang tertentu maka tidak ada lagi
7. Penerimaan Biaya dan Keuntungan|83
kesempatan untuk melakukan investasi pada bidang lain, dan hilangnya
kesempatan melakukan investasi di bidang lain tersebut merupakan biaya
implisit yang kemudian dihitung dalam total biaya oleh para ekonom walaupun
tidak ada uang yang keluar dari saku. Contoh lain petani yang mengerjakan sendiri
tanahnya tidak menerima upah. Tetapi alternatif penerimaan seandainya petani
tersebut bekerja di tempat lain merupakan biaya implisit (implicit /opportunity
cost). Biaya kesempatan implisit yang lain juga harus dihitung dalam total
biaya dalam hal pengusaha (petani) menggunakan faktor produksi miliknya sendiri
misalnya: tanah atau perlengkapan yang dimanfaatkan tanpa ada pembayaran
untuk penggunaan tersebut. Sebagai dasar perhitungan adalah jumlah
penerimaan apabila faktor produksi tersebut digunakan oleh orang lain.

7.6. Penerimaan (Revenue)


Produk yang dihasilkan oleh perusahaan akan dijual ke pasar agar dapat dbeli
oleh konsumen. Hasil penjualan disebut sebagai total penerimaan (Total
Revenue / TR = Quantity x Price). Total penerimaan akan naik apabila: a) jumlah
barang yang terjual naik, harga tidak berubah; b) jumlah barang yang terjual
tetap, tetapi harga naik; dan c) baik jumlah barang yang terjual maupun harga
kedua-duanya naik).

Dari TR dapat diketahui Average Revenue yaitu Total Revenue dibagi dengan
jumlah barang yang terjual atau TR/Q = AR = Price. TR pada jumlah 30 unit
barang terjual misalnya Rp 150.000,- (TR = 30 x Rp 5) sedangkan pada jumlah
40 unit barang yang terjual, harganya turun menjadi Rp 4,50 maka TR = 40 x
Rp 4,50 = Rp 180.000. Pertamabhan revenue karena pertambahan satuan
tertentu barang yang terjual disebut sebagai Marginal Revenue (MR). MR =
TRn+1 – TRn.

Setiap perusahaan selalu berharap dapat menaikkan TR nya dengan semakin


besarnya jumlah barang yang terjual. Selain itu perusahaan juga selalu berharap
agar MR selalu lebih besar dari AR.

7.7. Keuntungan (Profit)


Setelah dipahami konsep pendapatan dan biaya lebih lanjut dapat dihitung
besarnya keuntungan. Seperti telah dinyatakan sebelumnya keuntungan adalah
selisih antara Total Revenue (TR) dengan Total Biaya (TC).
84|PENGANTAR ILMU EKONOMI|Konta Intan Damanik & Gatot Sasongko
= TR – TC

Keuntungan dapat hasilnya negatif yang berarti perusahaan menderita


kerugian.

Contoh:
a. Tahun 2000, TR = Rp. 10.000 .000,- dan TC = Rp. 9.000.000,-, maka
keuntungan selama tahun 2000 :
= TR – TC
 = Rp. 10.000.000,- - Rp. 9.000.000,-
= Rp. 1.000.000,-

b. Tahun 2001, TR = Rp. 11.000 .000,- dan TC = Rp. 12.000.000,-, maka


keuntungan selama tahun 2001 :
 = Rp. 11.000.000,- - Rp. 12.000.000,-
= - Rp. 1.000.000,- (rugi).
Seperti halnya pendapatan dan biaya, keuntungan menunjuk pada periode
waktu tertentu. Kalau dinyatakan keuntungannya Rp. 500.000,- harus dijelaskan
periode waktunya apakah per minggu, per bulan atau per tahun.

Keuntungan akuntansi dan keuntungan ekonomis


Perusahaan memperoleh keuntungan kalau total pendapatan kas yang diterima
melebihi total uang yang dikeluarkan untuk kegiatan bisnisnya. Pengertian inilah
yang disebut keuntungan akuntansi. Keuntungan akuntansi didasarkan pada catatan
pendapatan kas nyata (actual cash revenues) dan pengeluaran kas nyata (explicit
cost). Dengan demikian keuntungan akuntansi tidak menghitung biaya implisit).

Ekonom mempunyai alternatif untuk mengukur keuntungan yang dikenal


dengan istilah keuntungan ekonomis. Perhitungan keuntungan ekonomis sudah
termasuk memperhitungkan biaya implisit (opportunity cost). Perusahaan yang
memperoleh keuntungan ekonomis positif berarti perusahaan tersebut berhasil
karena pilihan investasinya lebih baik dibandingkan alternatif investasi lain.

Apakah tujuan perusahaan hanya keuntungan maksimum?


Asumsi bahwa tujuan perusahaan hanya untuk mem-peroleh keuntungan
maksimum perlu dimodifikasi. Kalau perusahaan hanya mempunyai tujuan

7. Penerimaan Biaya dan Keuntungan|85


untuk memperoleh keuntungan maksimum per hari, per minggu atau per bulan
maka yang dilakukan adalah mengoperasikan mesin tanpa istirahat dan tidak
memberikan minyak untuk mengurangi biaya atau menjual barang yang kurang
baik. Pilihan seperti ini hanya menguntungkan dalam jangka pendek tetapi
akan mengganggu kondisi usaha pada masa yang akan datang. Untuk itu
diasumsikan pilihan perusahaan adalah upaya memaksimalkan nilai aliran
keuntungan pada masa yang akan datang dalam arti keuntungan untuk jangka
waktu yang lama.

86|PENGANTAR ILMU EKONOMI|Konta Intan Damanik & Gatot Sasongko

Anda mungkin juga menyukai