Anda di halaman 1dari 22

Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018

Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD


p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG MELALUI ALOKASI


DANA DESA

Gregorius Gehi Batafor


Politeknik Pertanian Negeri Kupang
gregorius.batafor@gmail.com

ABSTRAK
Fenomena yang terjadi saat ini tentang garis kemiskinan dan penduduk miskin serta
data produksi jagung (BPS Kabupaten Lembata tahun 2016), menjadi menarik untuk dikaji
karena menunjukkan dua fakta yang kontradiktif. Di satu sisi kecamatan ini, juga termasuk
Desa Lamatuka merupakan penghasil terbanyak komoditi jagung, tetapi di sisi lain jumlah
penduduknya masih berada pada garis kemiskinan dan terkategori penduduk miskin
terbanyak di Kabupaten Lembata. Metode-metode analisis data seperti fishbone analysis,
pareto chart dan matriks 5H-1H, diharapkan dapat mengidentifikasi seluruh permasalahan
yang dihadapi petani jagung; menentukan faktor paling dominan dan faktor potensial yang
juga berpengaruh terhadap rendahnya pendapatan petani jagung; merumuskan solusi yang
paling tepat dan rekomendasi program dan kegiatan pengelolaan alokasi dana desa untuk
diterapkan pada petani jagung di Desa Lamatuka. Dari hasil identifikasi faktor paling
dominan dan faktor potensial yang ikut berpengaruh terhadap permasalahan para petani
jagung, dapat disimpulkan bahwa faktor metode kerja menjadi faktor yang paling dominan
dan faktor material kerja menjadi faktor potensial yang ikut berpengaruh terhadap
rendahnya pendapatan perkapita petani jagung di Desa Lamatuka. Faktor metode kerja
merupakan faktor paling dominan berpengaruh yaitu sebesar 30,98%, dan faktor material
kerja merupakan faktor potensial yang ikut berpengaruh yaitu sebesar 30,85%.

Kata Kunci: Pendapatan Petani Jagung dan Alokasi Dana Desa

ABSTRACT
The current phenomena of the poverty line and the poor and data on corn production
(BPS Lembata District in 2016), is interesting to study because it shows two contradictory
facts. On one side of this sub district, also including Lamatuka Village is the largest
producer of corn commodities, but on the other hand the population is still at the highest
poverty line and categorized as the poorest population in Lembata District. Using data
analysis methods such as fishbone analysis, pareto chart and 5H-1H matrix, is expected to
identify all the problems faced by corn farmers; determine the most dominant factors and
potential factors that also affect the low income of corn farmers; formulating the most
appropriate solution and recommendation of program and management activities for
village fund allocation to be applied to corn farmers in Lamatuka Village. From the results
of the identification of the most dominant factors and potential factors that influence the
problems of corn farmers, it can be concluded that the working method factors become the
most dominant factor and work material factors become potential factors that influence the
low income per capita of corn farmers in Lamatuka Village. The working method factor is
the most dominant factor influencing that is 30.98%, and the work material factor is a
potential factor that influences that is 30.85%.

Keywords: Income of corn farmers and allocation of village fund

459
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

PENDAHULUAN pemerintahan desa dalam melaksanakan


kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan
Latar Belakang
masyarakat. Salah satu tujuan utama
Wilayah-wilayah perbatasan dan pedesaan
alokasi dana desa yaitu meningkatkan
memang menjadi perhatian khusus
pendapatan desa dan masyarakat desa
pemerintahan Presiden Joko Widodo saat
melalui Badan Usaha Milik Desa,
ini. Banyak sekali program pembangunan
sedangkan sasaran yang ingin dicapai
dan pemberdayaan yang dimulai dari
antara lain dapat meningkatkan efektivitas
lapisan masyarakat pedesaan. Dewasa ini,
penyelenggaraan pemerintahan desa;
marak diperbincangkan tentang program
meningkatkan pelaksanaan pembangunan
anggaran dana desa yang konon katanya
desa; meningkatkan kualitas pelayanan
bisa mencapai Rp. 1 Miliar per masing-
masyarakat dan meningkatkan partisipasi
masing desa di seluruh Indonesia. Selain
dan pemberdayaan masyarakat desa.
itu terdapat pula alokasi dana desa, yang
merupakan desentralisasi kekuasaan Berikut disajikan data BPS Kabupaten
pemerintahan pusat sejak era otonomi Lembata untuk total produksi beberapa
daerah, melalui Dirjen Perimbangan komoditi hasil pertanian, seperti pada
Keuangan Kementerian Keuangan. tabel 1.
Pada dasarnya alokasi dana desa
dimaksudkan untuk membiayai program
Tabel 1. Total Produksi Komoditi Pertanian
di Kabupaten Lembata Tahun 2016, (Ton)
No Nama Jagung Padi Ubi Ubi Bawang Cabai
Kecamatan Ladang Kayu Jalar Merah
1 Nagawutung 2.938 2.637 7.245 80 1,60 4,00
2 Wulandoni 2.003 1.560 4.276 96 - -
3 Atadei 2.939 3.087 22.211 392 - -
4 Ileape 2.774 3 6.389 12 4,00 -
5 Ileape Timur 2.861 50 2.492 20 - -
6 Lebatukan 3.459 1.433 4.459 32 - 5,40
7 Nubatukan 2.102 990 649 96 60,00 0,05
8 Omesuri 3.061 353 904 152 - 9,50
9 Buyasuri 3.033 600 611 120 - -
Kabupaten Lembata 25.170 10.713 49.236 1.000 65,60 18,95
Sumber: Data Diolah
Khusus pada data BPS Kabupaten tahun 2016, ternyata Kecamatan
Lembata tahun 2016, berkaitan dengan Lebatukan menjadi penghasil jagung
jumlah produksi komoditi jagung, terbanyak yakni mencapai 3.459 ton,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dibandingkan dengan 8 kecamatan yang
yang cukup signifikan antara Kecamatan lain.
Lebatukan dengan kecamatan lainnya, Namun apabila dibandingkan dengan data
yakni total produksi jagung yang secara tentang garis kemiskinan dan penduduk
kabupaten mencapai 25.170 ton pada miskin di Kabupaten Lembata pada tahun
460
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

2016, maka terlihat bahwa jumlah merupakan yang terbanyak dibandingkan


penduduk yang berada di bawah garis dengan 8 kecamatan yang lain, seperti
kemiskinan dan terkategori penduduk pada tabel 2 berikut ini.
miskin di Kecamatan Lebatukan
Tabel 2. Jumlah Penduduk, Garis Kemiskinan
dan Penduduk Miskin di Kabupaten Lembata Tahun 2016, (Ribu)
No Nama Kecamatan Jumlah Penduduk GK dan PM
1 Nagawutung 9.368 3.281
2 Wulandoni 8.503 3.334
3 Atadei 7.568 3.532
4 Ileape 12.158 3.118
5 Ileape Timur 5.119 3.508
6 Lebatukan 8.899 3.583
7 Nubatukan 45.485 2.257
8 Omesuri 15.548 3.392
9 Buyasuri 19.523 3.063
Kabupaten Lembata 132.171 29.068
Sumber: BPS Kabupaten Lembata, 2016
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah faktor potensial yang juga berpengaruh
penduduk di Kecamatan Lebatukan yang terhadap rendahnya pendapatan petani
berjumlah 8.899 jiwa, ternyata terdapat jagung; bagaimana merumuskan solusi
3.583 jiwa yang berada pada garis yang paling tepat dan bagaimana
kemiskinan dan terkategori penduduk menghasilkan rekomendasi penelitian
miskin, dan merupakan kecamatan dengan melalui program dan kegiatan pengelolaan
jumlah penduduk miskin terbanyak di alokasi dana desa untuk diterapkan pada
Kabupaten Lembata. petani jagung di Desa Lamatuka.
Fakta ini kemudian dapat menimbulkan Tujuan Penelitian
berbagai dugaan, misalnya tentang Salah satu tujuan utama alokasi dana desa
peranan pemerintah pusat, pemerintah (Permen PDTT No. 21 Tahun 2015) dan
provinsi dan pemerintah kabupaten menjadi target khusus penelitian ini
melalui program dan kegiatan pengelolaan adalah dengan adanya rekomendasi hasil
alokasi dana desa, yang katanya penelitian yang akan dirumuskan dalam
membangun dan memberdayakan program kegiatan pengelolaan alokasi
masyarakat di tingkat desa. dana desa di tahun anggaran 2019, dapat
Rumusan Permasalahan meningkatkan pendapatan para petani
jagung. Sedangkan tujuan jangka panjang
Berdasarkan uraian pada latar belakang
yang ingin dicapai yaitu kontinuitas usaha
permasalahan sebelumnya, maka rumusan
petani jagung melalui Badan Usaha Milik
permasalahan penelitian ini antara lain
Desa (BUMDesa). Tujuan ini tidak akan
bagaimana mengidentifikasi seluruh
tercapai apabila fakta saat ini yang terjadi
permasalahan yang dihadapi petani
di Desa Lamatuka, tidak dapat dicarikan
jagung; bagaimana melakukan analisis
alternatif pemecahannya. Oleh karena itu,
faktor-faktor penyebab; bagaimana
menentukan faktor paling dominan dan dengan menggunakan metode-metode

461
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

analisis data seperti fishbone analysis, berpengaruh terhadap rendahnya


pareto chart dan matriks 5H-1H, pendapatan petani jagung; merumuskan
diharapkan dapat mengidentifikasi seluruh solusi yang paling tepat dan menghasilkan
permasalahan yang dihadapi para petani rekomendasi penelitian melalui program
jagung; menganalisis faktor-faktor dan kegiatan pengelolaan alokasi dana
penyebab; menentukan faktor yang paling desa untuk diterapkan pada petani jagung
dominan dan faktor potensial yang juga di Desa Lamatuka.
METODE PENELITIAN dengan saat ini (BPS Kabupaten Lembata,
2016).
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam mengumpulkan data, peneliti
Model penelitian ini merupakan penelitian
menetapkan beberapa sumber data sebagai
deskriptif kualitatif, yaitu suatu model
berikut:
penelitian yang fokus menyelesaikan
masalah yang ada pada masa sekarang, a. Data primer berupa informasi langsung
pada masa-masa yang aktual, data yang yang diperoleh melalui household
dikumpulkan mula-mula disusun, interview terhadap 30 responden rumah
dijelaskan dan kemudian dianalisis, tangga petani jagung, selain itu melalui
sehingga model penelitian ini juga sering key informance interview terhadap
disebut dengan model penelitian analitik Kepala Desa, Ketua BPD, Tokoh
(Surakhmat, 1994). Masyarakat dan Petugas Penyuluh
Pertanian di Desa Lamatukan
Lokasi Penelitian dan Sumber Data
Kecamatan Lebatukan.
Metode penentuan lokasi penelitian
b. Data sekunder yang diperoleh dari
dilakukan secara purposive, yaitu
literatur atau referensi dan dokumentasi
penentuan lokasi penelitian secara sengaja
lainnya yang ada kaitannya dengan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
masalah yang dikaji dalam penelitian
tertentu (Surakhmat, 1994).
ini.
Penelitian ini dilakukan di Desa
Prosedur Pengumpulan dan Analisis
Lamatuka, Kecamatan Lebatukan,
Data
Kabupaten Lembata, Provinsi NTT.
Alasan pemilihan lokasi penelitian ini, Populasi penelitian ini adalah petani
selain karena Desa Lamatuka merupakan jagung di Desa Lamatuka, dengan metode
salah satu desa pilot Kementerian Riset pemilihan sampel secara acak dan
Teknologi dan Pendidikan Tinggi tahun diperoleh tiga puluh sampel rumah tangga
2017, tetapi lebih karena; pertama, hampir petani jagung. Adapun teknik
seluruh penduduk Desa Lamatuka pengumpulan data penelitian antara lain:
merupakan petani penghasil jagung a. Observasi; mengadakan pengamatan
terbesar di Kecamatan Lebatukan; kedua, langsung terhadap obyek penelitian,
para petani penghasil jagung terbanyak ini
sehingga didapat gambaran yang jelas
dan juga para petani jagung di desa-desa mengenai obyek yang akan diteliti.
lain di Kecamatan Lebatukan merupakan
penduduk terkategori miskin sampai
462
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

b. Wawancara; teknik ini digunakan a. Check Sheet; digunakan untuk


untuk memperoleh data primer melalui mengidentifikasi seluruh penyebab
wawancara langsung dengan responden permasalahan rendahnya pendapatan
berdasarkan daftar pertanyaan yang petani jagung;
telah disiapkan sebelumnya. b. Fishbone Analysis; digunakan untuk
Teknik ini dilakukan dalam dua bentuk, menganalisis faktor-faktor apa saja
yaitu pertama; interview responden yang berpengaruh terhadap rendahnya
rumah tangga (houshold interview) pendapatan petani jagung;
petani jagung untuk mengidentifikasi c. Pareto Chart; digunakan untuk
seluruh permasalahan yang dihadapi menentukan faktor mana yang paling
para petani jagung, kedua; interview dominan dan faktor potensial yang juga
responden utama (key informance berpengaruh terhadap rendahnya
interview), terhadap Kepala Desa,
pendapatan petani jagung;
Kepala BPD, Tokoh Masyarakat dan
Petugas Penyuluh Pertanian, untuk d. Matriks 5W-IH (what, who, why,
merumuskan solusi yang paling tepat where, when, How); digunakan untuk
melalui program dan kegiatan merumuskan solusi yang paling tepat
pengelolaan alokasi dana desa. melalui program dan kegiatan
pengelolaan alokasi dana desa untuk
c. Pencatatan; dilakukan untuk diterapkan pada petani jagung di Desa
mengumpulkan data sekunder, yaitu Lamatuka.
dengan mencatat data-data pendukung
lainnya yang mempunyai keterkaitan Prosedur pengumpulan dan analisis data
dengan obyek penelitian. penelitian ini dapat dijelaskan dengan alur
penelitian sebagai berikut :
Teknik analisis data yang digunakan
antara lain sebagai berikut :
Gambar 1. Alur Penelitian
Pendapatan Petani Jagung

Identifikasi Penyebab • Household Interview


• Check Sheet
Analisis Fishbone Analysis
Faktor Penyebab
1. Man
2. Material Menentukan Faktor Paling Pareto Chart
3. Method Dominan dan Faktor Potensial
4. Tecnology
5. Environment
Merumuskan • Key Informance
Solusi Yang Tepat Interview
• Matriks 5W-1H
Rekomendasi
Program 463
& Kegiatan
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini diarahkan untuk dapat


mengidentifikasi seluruh penyebab
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
permasalahan rendahnya pendapatan
Luas wilayah Kecamatan Lebatukan petani jagung; melakukan analisis faktor-
241,91 km2, berada pada ketinggian faktor penyebab; menentukan faktor
kurang lebih 100 meter dari permukaan paling dominan dan faktor potensial yang
laut, berjarak kurang lebih 18 meter dari ikut berpengaruh terhadap rendahnya
ibukota Kabupaten Lembata, dan terdapat pendapatan petani jagung; serta
17 desa. Salah satu desa yang ada di merumuskan solusi yang paling tepat
Kecamatan Lebatukan adalah Desa melalui program dan kegiatan pengelolaan
Lamatuka dengan jumlah penduduknya alokasi dana desa untuk diterapkan pada
kurang lebih 502 jiwa dan 144 kepala petani jagung di Desa Lamatuka
keluarga pada tahun 2016. Dari total Kecamatan Lebatukan Kabupaten
penduduk tersebut hampir 94% berprofesi Lembata.
sebagai petani. Komoditi utama yang
a. Identifikasi Penyebab Permasalahan
dihasilkan di desa ini adalah jagung,
kemudian diikuti ubi kayu dan padi Pada tahapan identifikasi penyebab
ladang. permasalahan, peneliti melakukan
pengamatan langsung dan mengadakan
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
wawancara rumah tangga (houshold
Desa Lamatuka menjadi representasi
interview) sebanyak tiga puluh lima
kondisi sebenarnya yang terjadi di
kepala keluarga yang merupakan petani
Kecamatan Lebatukan, karena merupakan
jagung. Pertanyaan-pertanyaan penelitian
desa dengan komoditi utama jagung. Data
dan hasil wawancara responden rumah
BPS Kabupaten Lembata tahun 2016,
tangga dilampirkan pada bagian lampiran
tentang garis kemiskinan dan penduduk
laporan penelitian ini. Pertanyaan
miskin pada tahun 2016, serta data
penelitian difokuskan pada permasalahan
produksi sektor pertanian tahun 2016
rendahnya pendapatan petani jagung di
khusunya produksi jagung menjadi
Desa Lamatuka yang dikategorikan
menarik untuk dikaji, karena
sebagai penduduk miskin berdasarkan
menunjukkan dua fakta yang kontradiktif.
data Badan Pusat Statistik Kabupaten
Di satu sisi kecamatan ini, juga termasuk
Lembata tahun 2016.
Desa Lamatuka merupakan pengahasil
terbanyak komoditi jagung, tetapi di sisi b. Analisis Faktor-Faktor Penyebab
lain jumlah penduduknya masih berada Berdasarkan hasil identifikasi penyebab
pada garis kemiskinan dan terkategori permasalahan penelitian, kemudian
penduduk miskin terbanyak di Kabupaten dilakukan analisis faktor-faktor penyebab
Lembata. rendahnya pendapatan petani jagung di
Pembahasan Desa Lamatuka. Beberapa faktor
464
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

penyebab tersebut diklasifikasikan


berdasarkan fishbone analysis factors
seperti pada tabel 3 berikut :
Tabel 3. Analisis Faktor Penyebab Permasalahan
Faktor Yang Diteliti Masalah Yang Terjadi
1. Man a. Pengetahuan dan keterampilan petani jagung tentang budidaya
jagung yang kurang memadai
b. Banyak petani yang usianya sudah tidak produktif
c. Minat sebagian besar generasi muda untuk menjadi petani
jagung sangat rendah
2. Materials a. Jenis bibit jagung yang digunakan sangat terbatas dan pada
umumnya masih memilih varietas jagung lokal.
b. Tidak adanya penggunaan pupuk dan insektisida selama proses
budidaya dan pemeliharaan
c. Lahan tanam hanya dimanfaatkan di musim penghujan, yaitu
rata-rata pada bulan oktober sampai bulan maret (selama enam
bulan)
3. Methods a. Teknik pengolahan lahan yang konvensional. Petani hanya
mengenal teknik pengolahan lahan menggunakan terasering
b. Tidak dilakukan seleksi dan persiapan benih secara baik
c. Pola tanam yang tidak sesuai dengan standar baku
d. Kegiatan budidaya dan pemeliharaan tanpa memperhatikan
fase tumbuh dan berkembangnya tanaman jagung
e. Tidak adanya metode penentuan waktu panen yang pasti,
sehingga banyak tanaman yang tidak produktif
f. Penanganan hasil jagung pasca panen yang tidak efektif,
sehingga banyak yang rusak dan bertunas
4. Technology Tidak adanya perlakuan teknologi mekanisaisi dalam setiap
tahapan kegiatan budidaya jagung
5. Environment a. Curah hujan dan suhu yang unpredictable
b. Kebakaran hutan dan lahan pertanian di setiap musim kemarau

Dari Tabel 3 maka dapat dibuatkan fishbone chart sebagai berikut :

465
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

MANS METHODS
Penanganan hasil jagung
pasca panen yang tidak efektif
Tidak ada metode penentuan
waktu panen yang pasti
Tidak memperhatikan fase tumbuh
dan berkembangnya tanaman jagung
Minat generasi muda menjadi Pola tanam yang tidak sesuai
petani jagung sangat rendah dengan standar baku
Banyak petani yang usianya Tidak dilakukan seleksi dan
sudah tidak produktif persiapan benih secara baik
Kurangnya Pengetahuan Teknik pengolahan lahan
dan Keterampilan yang konvensional
Rendahnya Pendapatan
Petani Jagung
Bibit jagung yang
Tidak ada perlakuan Curah hujan dan suhu
digunakan
sangat terbatas teknologi mekanisaisi yang unpredictable
Tidak adanya
Kebakaran hutan dan lahan
penggunaan
pupuk dan insektisida pertanian di setiap musim kemarau
Lahan tanam hanya dimanfaatkan
di musim penghujan

TECHNOLOGY ENVIRONMENT
MATERIALS

SEBAB AKIBAT

466
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

Gambar 2. Fishbone Chart Rendahnya Pendapatan Petani Jagung Desa Lamatuka

467
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

Berikut ini rincian permasalahan dari b. Tidak adanya penggunaan pupuk


kelima faktor tersebut di atas. dan insektisida selama proses
budidaya dan pemeliharaan. Pada
1. Man (manusia atau tenaga kerja)
umumnya para petani di Desa
a. Pengetahuan dan keterampilan Lamatukan menggunakan gulma
petani jagung tentang budidaya ketika melakukan penyiangan
tanaman jagung yang kurang sebagai pengganti pupuk, dengan
memadai. Hasil household interview cara dibenamkan di sekitar batang
menunjukkan bahwa hampir tanaman jagung. Ketika terlihat
sebagian besar petani jagung di tanda-tanda adanya hama penyakit
Desa Lamatuka hanya yang menyerang tanaman jagung,
berpendidikan Sekolah Dasar, dan biasanya ditebas atau tidak jarang
belum dibekali dengan pelatihan dibiarkan begitu saja tanpa ada
keterampilan yang memadai tentang tindakan pencegahan apapun yang
proses budidaya dan pemeliharaan dilakukan.
tanaman jagung.
c. Lahan tanam hanya dimanfaatkan di
b. Banyak petani yang usianya sudah musim penghujan, yaitu rata-rata
tidak produktif lagi karena rata-rata pada bulan oktober sampai bulan
usia petani jagung yang aktif sampai maret (selama enam bulan),
saat ini berada di atas lima puluh sedangkan pada musim kemarau
tahun. (bulan april sampai bulan
c. Minat sebagian besar generasi muda september) dibiarkan dan tidak
untuk menjadi petani jagung sangat dimanfaatkan. Hal ini sangat
rendah. Hasil observasi dan dipengaruhi oleh faktor geografis
wawancara pada responden rumah setempat yang sangat rendah curah
tangga, menunjukkan bahwa hujannya dan tidak ada pilihan
sebagian besar anggota keluarga teknologi irigasi yang digunakan.
petani jagung lebih memilih untuk 3. Methode
merantau ke luar negeri ataupun
a. Teknik pengolahan lahan yang
mencari pekerjaan di bidang
konvensional yaitu pada umumnya
lainnya.
masih dilakukan dengan mencakul
2. Material (Bahan Baku) lahan tanam. Petani hanya mengenal
a. Jenis bibit jagung yang digunakan teknik pengolahan lahan
sangat terbatas dan pada umumnya menggunakan terasering yang dapat
masih memilih varietas jagung membantu penyerapan air hujan ke
lokal. Para petani jagung di Desa dalam tanah
Lamatuka belum mengenal adanya b. Tidak dilakukan seleksi dan
varietas Hibrida Bima 1 dan Sri persiapan benih secara baik, karena
Kandi Putih sebagai varietas unggul pada umumnya bibit jagung yang
dalam budidaya tanaman jagung. akan ditanam kembali biasanya
sengaja disisihkan dari hasil panen,
468
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

dan biasanya berdasarkan asumsi panen jagung pada periode


pribadi dengan mengamati ciri fisik sebelumnya secara umum
setiap bulir jagung. diproritaskan untuk pemenuhan
kebutuhan pangan rumah tangga
c. Pola tanam yang tidak sesuai dengan
sambil menunggu periode tanam
standar baku, misalnya jarak tanam
berikutnya. Jika terdapat kelebihan
yang ideal antara satu lubang tanam
hasil panen, para petani baru akan
dengan lubang tanam yang lainnya.
berpikir untuk menjual sebagian
d. Kegiatan budidaya dan hasil panennya kepada para
pemeliharaan tanpa memperhatikan pengepul.
fase tumbuh dan berkembangnya
4. Technology (Teknologi)
tanaman jagung. Hal ini terbukti
dengan tidak adanya kegiatan Tidak adanya perlakuan teknologi atau
pemeliharaan tanaman jagung selain mekanisasi di dalam seluruh kegiatan
hanya dengan membersihkan setiap budidaya tanaman jagung, dikarenakan
gulma atau tanaman parasit yang pola bercocok tanam yang masih
tumbuh di sekitar batang jagung. konvensional.
Misalnya, para petani tidak pernah 5. Environment (Lingkungan)
melakukan pemangkasan daun
jagung yang tampak kuning mulai a. Curah hujan dan suhu yang
dari bawah tanah, ataupun kegiatan unpredictable, tidak dapat diprediksi
pemeliharaan lainnya secara tepat. karena aspek geografis wilayah ini,
dengan perubahan iklim yang
e. Tidak adanya metode penentuan dinamis dan jumlah curah hujan
waktu panen yang pasti, sehingga yang sangat rendah.
banyak tanaman yang tidak
produktif. Waktu panen selalu b. Kebakaran hutan dan lahan
berdasarkan hasil pengamatan dan pertanian di setiap musim kemarau,
asumsi pribadi masing-masing. yang kemudian berdampak pada
Petani jagung di Desa Lamatuka terbentuknya pola bercocok tanam
tidak mengetahui secara pasti, ciri yang hanya dilakukan di saat musim
khusus yang menandakan jagung hujan (antara bulan oktober sampai
yang telah siap dipanen, misalnya dengan bulan maret), karena pada
mengamati kelobot jagung yang periode tersebut tidak pernah terjadi
sudah berwarna putih kecoklatan kebakaran. Asumsi tersebut dapat
dan tidak meniggalkan bekas bila dibenarkan karena ketika di musim
bijinya ditekan menggunakan kuku. kemarau selalu terjadi kebakaran
hutan dan lahan pertanian secara
f. Penanganan hasil jagung pasca luas dan tanaman yang ditanam
panen tidak efektif, sehingga banyak tentu akan ikut terbakar dan tidak
yang rusak dan bertunas. Kebiasaan
memberikan hasil bagi para petani.
para petani jagung yaitu dengan
menyimpan begitu saja di lumbung, c. Identifikasi Faktor Paling Dominan
hal ini disebabkan karena hasil dan Faktor Potensial
469
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

Tahapan identifikasi faktor paling Pertanyaan-pertanyaan penelitian dan


dominan dan potensial pengaruhnya hasil wawancara responden utama
terhadap rendahnya pendapatan petani dilampirkan pada bagian lampiran
jagung di Desa Lamatuka, dilakukan laporan penelitian ini.
dengan wawancara responden utama Berdasarkan hasil wawancara
(key informance interview) yang terdiri responden utama di atas, dapat
dari Kepala Desa, Kepala Badan dijelaskan menggunakan tabel 4 berikut
Permusyawaratan, Tokoh Masyarakat
ini:
Desa Lamatuka dan Tenaga Penyuluh
Pertanian Kecamatan Lebatukan.
Tabel 4. Hasil Identifikasi Faktor Paling Dominan dan
Faktor Potensial Pengaruhnya berdasarkan Wawancara Responden Utama (%)
Responden Man Materials Methods Technology Environment
Kepala Desa 26% 28,4% 30,2% 10% 5,4%
Kepala BPD 22% 34% 27,8% 9,5% 6,7%
Tokoh Masyarakat 19% 30,8% 33,4% 12% 4,8%
Petugas PPL 23% 30,2% 32,5% 9,3% 5%
Rata-rata 22,5% 30,85% 30,98% 10,2% 5,48%
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan tabel 4 di atas, maka terhadap rendahnya pendapatan petani
jawaban responden utama pada tahapan jagung dapat digambarkan sebagai
identifikasi faktor paling dominan dan berikut:
faktor yang potensial berpengaruh
Gambar 3. Diagram Batang Hasil Identifikasi
Faktor Paling Dominan dan Faktor Potensial Pengaruhnya

Series1
Series2
Series3
Series4

Sumber: Data Diolah


Keterangan:
: Responden Kepala Desa Lamatuka
: Responden Kepala Badan Permusyawaratan Desa Lamatuka
: Responden Tokoh Masyarakat Desa Lamatuka
: Responden Tenaga Penyuluh Pertanian Kecamatan Lebatukan
470
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

Berdasarkan diagram batang di atas, potensial berpengaruh terhadap


maka rata-rata jawaban responden rendahnya pendapatan petani jagung
utama pada tahapan identifikasi faktor dapat digambarkan sebagai berikut :
paling dominan dan faktor yang
Gambar 4. Diagram Garis Rerata Hasil Identifikasi
Faktor Paling Dominan dan Potensial Pengaruhnya

Man
Materials
Methods
Technology
Environment

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan diagram garis di atas, pemanfaatan lahan tanam hanya


maka dapat dijelaskan sebagai berikut : dilakukan di musim penghujan.
1. Faktor Man; memberikan pengaruh 3. Faktor Methods; memberikan
sebesar 22,5%, dengan rincian pengaruh sebesar 30,98%, dengan
permasalahan antara lain; tingkat rincian permasalahan antara lain;
pengetahuan dan keterampilan teknik pengolahan lahan yang
petani yang kurang memadai konvensional, tidak dilakukan
tentang budidaya jagung, banyak seleksi dan persiapan benih secara
petani yang usianya sudah tidak baik, pola tanam yang tidak sesuai
produktif lagi, dan minat sebagian dengan standar baku, budidaya dan
besar generasi muda untuk menjadi pemeliharaan jagung tanpa
petani jagung yang sangat rendah. memperhatikan fase tumbuh dan
berkembangnya tanaman jagung,
2. Faktor Materials; memberikan
tidak ada metode penentuan waktu
pengaruh sebesar 30,85%, dengan
panen yang pasti, dan penanganan
rincian permasalahan antara lain;
hasil jagung pasca panen yang tidak
jenis bibit yang digunakan hanya
efektif.
varietas jagung lokal, tidak adanya
penggunaan pupuk dan insektisida, 4. Faktor Technology; memberikan
dan proses budidaya dan pengaruh sebesar 10,2%, karena
tidak adanya perlakuan teknologi
471
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

atau mekanisasi di dalam seluruh yang ikut berpengaruh terhadap


kegiatan budidaya tanaman jagung, rendahnya pendapatan petani jagung di
dikarenakan pola bercocok tanam Desa Lamatuka, Kecamatan
yang masih konvensional. Lebatukan, Kabupaten Lembata.
5. Faktor Environment; memberikan d. Perumusan Solusi Yang Paling
pengaruh sebesar 5,48%, dengan Tepat
rincian permasalahan antara lain Setelah diketahui faktor penyebab
curah hujan dan suhu yang paling dominan dan faktor potensial
unpredictable, dan kebakaran hutan yang ikut berpengaruh terhadap
dan lahan pertanian di setiap musim rendahnya pendapatan petani jagung,
kemarau. langkah selanjutnya yaitu merumuskan
Dari hasil identifikasi dapat dijelaskan solusi yang paling tepat. Dengan
bahwa faktor metode kerja (30,98%) menggunakan metode key informance
merupakan faktor yang paling interview terhadap respenden utama
dominan. Hasil identifikasi juga antara lain Kepala Desa, Kepala BPD,
menjelaskan bahwa faktor material Tokoh Masyarakat dan Petugas
kerja (30,85%) menjadi faktor Penyuluh Pertanian Lapangan yang
potensial yang ikut berpengaruh, bertugas di Desa Lamatuka, dan
karena memiliki perbedaan yang tidak menggunakan teknik analisis matriks
signifikan di antara keduanya. Oleh 5W-1H, maka dapat dirumuskan solusi
karena itu dapat disimpulkan bahwa yang paling tepat guna memecahkan
faktor metode kerja menjadi faktor permasalahan yang dihadapi petani
yang paling dominan dan faktor jagung di Desa Lamatuka dapat dilihat
material kerja menjadi faktor potensial pada tabel 5 berikut ini.

472
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

Tabel 5. Matriks 5W-1H Untuk Perumusan Solusi


Faktor Rincian Why (Alasan What (Apa yang Who (Siapa Where(Dimana When (Kapan How (Bagaimana Kesimpulan
yang Diamati Permasalahan Terjadinya) dilakukan) yangMelakukan) akanDilakukan) akanDilakukan) Cara Melakukan)
Methods Teknik pengolahan Tidak memiliki Melakukan Pemerintah Desa Barang Tahun Dimasukkan ke Harus disetujui dalam
lahan yang hand tractor atau pembelian hand Lamatuka inventaris milik Anggaran 2019 dalam rancangan Musrembangdes2018
konvensional yang sejenis tractor desa APBDes 2019
Tidak dilakukan Pengetahuan Melakukan Tenaga PPL, Kelompok tani Segera Pertemuan dan Diharapkan ada
seleksi dan persiapan petani jagung yang pendampingan dan Aparat Desa dan yang ada dan dipersiapkan evaluasi bulanan peningkatan
benih secara baik masih terbatas penyuluhan terus Kelompok Tani yang akan dalam tahun antara anggota pengetahuan petani
menerus dibentuk 2018 kelompok, petugas jagung tentang bibit
PPL dan aparat desa jagung yang unggul
Pola tanam yang Pengetahuan dan Melakukan Petugas PPL, Kelompok tani Segera Pertemuan dan Diharapkan ada
tidak sesuai dengan keterampilan pendampingan, Aparat Desa dan yang ada dan dipersiapkan evaluasi bulanan peningkatan
standar baku petani jagung yang penyuluhan terus Kelompok Tani yang akan dalam tahun antara anggota pengetahuan petani
masih terbatas menerus dan simulasi dibentuk 2018 kelompok, petugas jagung tentang pola
tanam PPL dan aparat desa tanam yang
dianjurkan
Budidaya dan Pengetahuan dan Melakukan Petugas PPL, Kelompok tani Segera Pertemuan dan Diharapkan ada
pemeliharaan tanpa keterampilan pendampingan, Aparat Desa dan yang ada dan dipersiapkan evaluasi bulanan peningkatan
memperhatikan fase petani jagung yang penyuluhan terus Kelompok Tani yang akan dalam tahun antara anggota pengetahuan petani
tumbuh dan masih terbatas menerus, simulasi dibentuk 2018 kelompok, petugas jagung tentang
berkembangnya budidaya dan PPL dan aparat desa tahapan budidaya dan
tanaman jagung membuat kalender fase tumbuh dan
kerja petani berkembangnya
tanaman jagung
Tidak adanya metode Pengetahuan dan Melakukan Petugas PPL, Kelompok tani Segera Pertemuan dan Diharapkan ada
penentuan waktu keterampilan pendampingan, Aparat Desa dan yang ada dan dipersiapkan evaluasi bulanan peningkatan
panen yang pasti petani jagung yang penyuluhan terus Kelompok Tani yang akan dalam tahun antara anggota pengetahuan petani
masih terbatas menerus, simulasi dibentuk 2018 kelompok, petugas jagung tentang
budidaya dan PPL dan aparat desa penentuan waktu
membuat kalender panen tanaman
kerja petani jagung yang pasti
Penanganan hasil Tidak ada gudang • Restrukturisasi • Unit Serba • BUMDesa • Program • Pengelolaan Unit • Disahkan oleh Surat
jagung pasca panen penyimpanan yang BUMDesa dan Usaha restrukturisasi Serba Usaha di Ketetapan Kepala
yang tidak efektif baik membentuk Toko BUMDesa bawah pengawasan Desa serta
Serba Usaha untuk tahun 2018 disampaikan ke
473
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

membeli dan BPD dan masyarakat tingkat kecamatan


menampung seluruh desa dan kabupaten
hasil panen kelompok
tani
• Membangun gudang • • Barang • Tahun • Harus disetujui dalam
induk, instalasi • Pemerintah Desa inventaris milik Anggaran 2019 • Dimasukkan ke Musrembangdes
pengatur suhu Lamatuka desa dalam rancangan 2018
ruangan dan APBDes 2019
pembelian alat
pemipil biji jagung
untuk mempermudah
proses penyimpanan
Materials Menggunakan Akses BUMDesa BUMDesa Unit Serba Program BUMDesa Petani tidak membeli
varietas bibit jagung mendapatkan menyediakan varietas Usaha restrukturisasi menyediakan varietas secara langsung
lokal benih varietas unggul bibit jagung BUMDesa unggul bibit jagung tetapi dibayar ketika
unggul sangat tahun 2018 penjualan hasil panen
terbatas
Tidak menggunakan Selain faktor BUMDesa menjamin BUMDesa Unit Serba Program BUMDesa Petani tidak membeli
pupuk dan insektisida kelangkaan pupuk ketersediaan pupuk Usaha restrukturisasi melakukan secara langsung
dan insektisida, dan insektisida BUMDesa koordinasi dengan tetapi dibayar ketika
juga harganya tahun 2018 Dinas Pertanian penjualan hasil panen
relatif mahal (non terkait distribusi
subsidi) berbagai jenis pupuk
dan insektisida
bersubsidi
Lahan tanam hanya Tidak ada sistem Membangun jaringan Pemerintah Desa Barang Tahun Pembangunan Alokasi dana desa
dimanfaatkan di irigasi lahan di irigasi sumur bor Lamatuka inventaris milik Anggaran 2019 jaringan irigasi pada harus memberikan
musim penghujan musim kemarau secara bertahap desa lahan-lahan dampak jangka
kelompok tani panjang yaitu
dilakukan bertahap diinvestasikan
berdasarkan evaluasi melalui
tingkat kesiapan dan pembangunan
kinerja setiap jaringan irigasi yang
kelompok tani dapat dimanfaatkan
petani untuk tetap

474
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

berproduksi pada
musim kemarau

475
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

Dengan menggunakan matriks 5W-1H pengetahuan tentang waktu panen


dalam key informance interview yang baik sehingga dapat
terhadap sejumlah responden utama, memberikan hasil panen yang
maka telah dirumuskan beberapa solusi maksimal.
yang dapat diterapkan pada petani 3. Tahapan pascapanen:
jagung dengan memanfaatkan alokasi
dana desa, antara lain sebagai berikut: BUMDesa melalui Unit Serba
Usaha harus membeli dan
1. Tahapan pra budidaya: menampung seluruh hasil panen
Melalui restrukturisasi BUMDesa petani jagung, melakukan usaha
harus dibentuk sebuah Unit Serba penyimpanan sebelum dilakukan
Usaha yang berfungsi menjamin penjualan kembali kepada pihak
ketersediaan sarana-sarana luar. Oleh karena itu, dengan
pendukung kegiatan produksi memanfaatkan alokasi dana desa,
jagung, seperti penyediaan varietas pemerintah desa dapat membangun
unggul bibit jagung dan berbagai gudang induk penyimpanan
jenis pupuk dan insektisida. Selain dilengkapi dengan instalasi pengatur
itu alokasi dana desa harus dapat suhu ruang penyimpanan, alat
dimanfaatkan oleh pemerintah desa pemipil jagung untuk
untuk menyediakan prasarana mempermudah proses penyimpanan,
pendukung seperti hand tractor sehingga risiko kerusakan hasil
yang dapat membantu proses panen dapat teratasi dengan baik.
pengolahan dan persiapan lahan Selain itu pemerintah desa dapat
tanam oleh para petani jagung. memanfaatkan alokasi dana desa
untuk membangun jaringan irigasi
2. Tahapan budidaya:
sumur bor secara bertahap pada
Kegiatan penyuluhan, masing-masing kelompok tani
pendampingan dan simulasi oleh berdasarkan evaluasi tingkat
petugas penyuluhan pertanian harus kesiapan dan kinerja kelompok tani.
dilakukan secara terus-menerus Hal ini dimaksudkan untuk tetap
terhadap petani jagung melalui menjaga tingkat produksi jagung
kelompok-kelompok tani yang telah pada musim kemarau.
dan akan dibentuk oleh pemerintah
e. Rekomendasi
desa, akan sangat bermanfaat guna
meningkatkan pengetahuan dan Berdasarkan rumusan solusi tersebut di
keterampilan petani dalam atas, maka hasil penelitian ini dapat
melakukan seleksi dan persiapan memberikan beberapa rekomendasi
benih yang akan digunakan, sebagai berikut:
pengetahuan tentang pola tanam 1. Petani jagung dan organisasi
yang dianjurkan, keterampilan para
kelompok tani:
petani pada setiap tahapan budidaya
dan fase tumbuh dan Upaya meningkatkan pengetahuan
berkembangnya tanaman jagung, dan keterampilan para petani jagung
476
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

sangat diperlukan mengingat pola suhu ruang penyimpanan, alat


budidaya yang selama ini dilakukan pemipil jagung sehingga
sangat konvensional. Oleh karena mempermudah proses penyimpanan
itu, petani jagung melalui kelompok nantinya. Selain itu pemerintah desa
tani masing-masing, harus bekerja harus membangun jaringan irigasi
sama baik antar-anggota kelompok, sumur bor secara bertahap pada
petugas penyuluhan pertanian masing-masing kelompok tani untuk
maupun dengan pemerintah desa, tetap menjaga tingkat produksi
secara periodik membuat kelender jagung pada musim kemarau.
kerja, program pendampingan dan 3. Dinas Pertanian dan Perkebunan
evaluasi yang dilakukan terus Kabupaten Lembata
menerus. Dengan memiliki kelender
kerja, didukung program BUMDesa melalui Unit Serba
pendampingan dan evaluasi yang Usaha harus dapat membangun
dilakukan, maka pemahaman, kerjasama dan koordinasi yang baik
pengetahuan dan keterampilan dengan Dinas Pertanian dan
petani jagung di dalam kegiatan Perkebunan untuk menjamin
budidaya tanaman jagung dapat ketersediaan berbagai jenis pupuk
tercapai. dan insektisida dengan harga
bersubsidi. Dinas Pertanian dan
2. Pemerintah Desa Lamatuka Perkebunan melalui Tenaga
Peranan pemerintah desa dalam Penyuluh Pertanian harus secara
menyediakan saran pendukung periodik membuat kelender kerja
kegiatan budidaya tanaman jagung dan terus-menerus melakukan
sangat dibutuhkan oleh para petani. program pendampingan dan evaluasi
Melalui restrukturisasi BUMDesa terhadap masing-masing kelompok
harus dibentuk sebuah Unit Serba tani yang ada di Desa Lamatuka.
Usaha yang khusus menyediakan
berbagai varietas unggul bibit
jagung, menjamin ketersediaan
berbagai jenis pupuk dan insektisida KESIMPULAN DAN SARAN
bersubsidi yang dapat dimanfaatkan
Kesimpulan
oleh para petani dalam kegiatan
budidaya tanaman jagung. Dari hasil identifikasi faktor paling
Pemerintah desa melalui alokasi dominan dan faktor potensial yang ikut
dana desa harus menyediakan berpengaruh terhadap permasalahan para
prasarana pendukung seperti hand petani jagung, dapat disimpulkan bahwa
tractor untuk membantu kegiatan faktor metode kerja menjadi faktor yang
pengolahan dan persiapan lahan paling dominan dan faktor material kerja
tanam, gudang induk penyimpanan menjadi faktor potensial yang ikut
jagung hasil panen para petani yang berpengaruh terhadap rendahnya
dilengkapi dengan instalasi pengatur pendapatan perkapita petani jagung di
Desa Lamatuka, Kecamatan Lebatukan,
477
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

Kabupaten Lembata. Faktor metode kerja tumbuh dan berkembangnya tanaman


merupakan faktor paling dominan jagung, pengetahuan tentang waktu
berpengaruh yaitu sebesar 30,98%, dan panen yang baik sehingga dapat
faktor material kerja merupakan faktor memberikan hasil panen yang
potensial yang ikut berpengaruh yaitu maksimal.
sebesar 30,85%. 3. Tahapan pascapanen; BUMDesa
Dengan menggunakan matriks 5W-1H melalui Unit Serba Usaha harus
dalam key informance interview terhadap membeli dan menampung seluruh hasil
responden utama penelitian ini, maka panen para petani jagung, melakukan
dirumuskan beberapa solusi yang dapat usaha penyimpanan sebelum dilakukan
diterapkan dengan memanfaatkan alokasi penjualan kembali kepada pihak luar.
dana desa, antara lain sebagai berikut: Oleh karena itu, dengan memanfaatkan
alokasi dana desa, pemerintah desa
1. Tahapan pra budidaya; melalui
dapat membangun gudang induk
restrukturisasi BUMDesa harus
penyimpanan dilengkapi dengan
dibentuk sebuah Unit Serba Usaha
instalasi pengatur suhu ruang
yang berfungsi menjamin ketersediaan
penyimpanan, alat pemipil jagung
sarana-sarana pendukung kegiatan
untuk mempermudah proses
produksi jagung, seperti penyediaan
penyimpanan, sehingga risiko
varietas unggul bibit jagung, berbagai
kerusakan hasil panen dapat teratasi
jenis pupuk dan insektisida. Selain itu
dengan baik. Selain itu pemerintah desa
alokasi dana desa harus dapat
dapat memanfaatkan alokasi dana desa
dimanfaatkan oleh pemerintah desa
untuk membangun jaringan irigasi
untuk menyediakan prasarana
sumur bor secara bertahap pada
pendukung seperti hand tractor yang
masing-masing kelompok tani
dapat membantu proses pengolahan
berdasarkan evaluasi tingkat kesiapan
dan persiapan lahan tanam oleh para
dan kinerja kelompok tani yang ada.
petani jagung.
Hal ini dimaksudkan untuk tetap
2. Tahapan budidaya; kegiatan menjaga tingkat produksi jagung pada
penyuluhan, pendampingan dan musim kemarau.
simulasi oleh petugas penyuluhan
Saran
pertanian dan secara terus-menerus
bagi para petani melalui kelompok- Saran yang dapat disampaikan merupakan
kelompok tani yang telah dan akan rekomendasi penelitian sebagai tindak
dibentuk oleh pemerintah desa, akan lanjut dari perumusan solusi yang dapat
sangat bermanfaat guna meningkatkan diterapkan pada para petani jagung
pengetahuan dan keterampilan petani dengan memanfaatkan alokasi dana desa.
dalam melakukan seleksi dan persiapan Saran tersebut antara lain sebagai berikut:
benih yang akan digunakan, 1. Para petani jagung dan organisasi
pengetahuan tentang pola tanam yang kelompok tani; harus bekerja sama baik
dianjurkan, keterampilan para petani antar-anggota kelompok, petugas
pada setiap tahapan budidaya dan fase penyuluhan pertanian maupun dengan
478
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

pemerintah desa, secara periodik penyimpanan jagung hasil panen para


membuat kelender kerja, program petani yang dilengkapi dengan instalasi
pendampingan dan evaluasi yang pengatur suhu ruang penyimpanan, alat
dilakukan terus menerus. Dengan pemipil jagung sehingga
memiliki kelender kerja, didukung mempermudah proses penyimpanan
dengan program pendampingan dan nantinya. Selain itu pemerintah desa
evaluasi yang dilakukan, maka harus membangun jaringan irigasi
pemahaman, pengetahuan dan sumur bor secara bertahap pada
keterampilan petani jagung di dalam masing-masing kelompok tani untuk
kegiatan budidaya tanaman jagung tetap menjaga tingkat produksi jagung
dapat tercapai. pada musim kemarau.
2. Pemerintah Desa Lamatuka; melalui 3. Dinas Pertanian dan Perkebunan
restrukturisasi BUMDesa harus Kabupaten Lembata; bersama
dibentuk sebuah Unit Serba Usaha BUMDesa melalui Unit Serba Usaha
yang khusus menyediakan berbagai harus dapat menjamin ketersediaan
varietas unggul bibit jagung, menjamin berbagai jenis pupuk dan insektisida
ketersediaan berbagai jenis pupuk dan dengan harga bersubsidi. Selain itu,
insektisida bersubsidi yang dapat Dinas Pertanian dan Perkebunan
dimanfaatkan oleh para petani dalam melalui Tenaga Penyuluh Pertanian
kegiatan budidaya tanaman jagung. harus secara periodik membuat
Pemerintah desa melalui alokasi dana kelender kerja dan terus-menerus
desa harus menyediakan prasarana melakukan program pendampingan dan
pendukung seperti hand tractor untuk evaluasi terhadap masing-masing
membantu kegiatan pengolahan dan kelompok tani yang ada di Desa
persiapan lahan tanam, gudang induk Lamatuka.

DAFTAR PUSTAKA Peraturan Bupati Lembata Nomor 14


Tahun 2014 tentang Pedoman
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Lembata. 2016. Kabupaten Lembata
Kabupaten Lembata. Lewoleba:
Dalam Angka. ISSN: 2541-5026.
Sekretariat Daerah Kabupeten
Lewoleba
Lembata
Fauziah, Naily. 2009. Skripsi. Aplikasi
Peraturan Daerah Kabupaten Lembata
Fishbone Analysis Dalam
Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Meningkatkan Kualitas Produksi
Keuangan Desa. Lewoleba:
Teh Pada PT. Rumpun Sari
Sekretariat Daerah Kabupeten
Kemuning. Surakarta
Lembata
Hirschman, Alberth. 2013. Strategi
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
Pembangunan Ekonomi. Jakarta :
37 Tahun 2007. tentang Pedoman
Gramedia

479
Agricore Volume 3 Nomor 2, Desember 2018
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
p-ISSN No. 2528-4576 / e-ISSN No. 2615-7411

Pengelolaan Keuangan Desa. Umar, H. 2002. Strategic Management in


Jakarta : Departemen Dalam Negeri Action. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 49/PMK.07/2016 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Tata Cara Pengalokasian, tentang Desa. Jakarta: Sekretariat
Penyaluran, Penggunaan, Negara.
Pemantauan dan Evaluasi Dana Undang-undang Nomor. 23 Tahun 2014
Desa. Jakarta: Kementerian tentang Pemerintahan Daerah.
Keuangan Jakarta: Sekretariat Negara
Peraturan Menteri Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi
(PDTT) Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2015 tentang Pelaksana
Pendamping Desa. Jakarta:
Kementerian Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi
Peraturan Menteri Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi
(PDTT) Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2015 tentang Penetapan
Prioritas Penggunaan Dana Desa
Tahun 2016. Jakarta: Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa. Jakarta: Sekretariat Negara
Purba, H. 2008. Jurnal : Diagram
Fishbone dari Ishikawa.
www.hardipurba.com. Diakses pada
tanggal 4 April 2017
Rahardi, D. 2016. Fishbone Analysis.
http://dickyrahardi.blockspot.com.
Diakses tanggal 29 November 2016
Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek
(Dari Konseptual Sampai
Operasional). Erlangga. Jakarta

480

Anda mungkin juga menyukai