Anda di halaman 1dari 69

ANALISIS EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN PETANI

DALAM SKEMA MAJENE FOOD STATE

Oleh:
KELOMPOK 3
SUNDARI A0120352
RINI A0120333
SALPIA A0120306
ALMUNAWIR A0120010
ARJUN A0120518

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

MAJENE

2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-NYA sehingga penulis berhasil menyelesaikan laporan Metodologi
Penelitian Ssosial Ekonomi, dengan judul analisis Analisis Ekonomi Dan
Kesejahteraan Petani Dalam Skema Majene Food State di Kelurahan Baruga,
Kecamatan Banggae Timur.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai


pihak, dari saat pengerjaan hingga penyusunan laporan ini, sangat sulit bagi
penulis untuk menyelesaikannya laporan ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam pembuatan
laporan ini.

Namun penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh
dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan bahasanya maupun dari segi
lainnya. Sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
motivasi penyusun kedepannya sehingga dapat memperbaiki laporan kedepannya
menjadi lebih baik.

Akhir kata, penulis berharap mengharapkan semoga Tuhan Yang Maha


Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak telah membantu. Semoga
dari laporan penelitian ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................ 5
1.3 Tujuan penelitian......................................................................... 5
1.4 Manfaat penelitian....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Food State.................................................................................. 7
2.2. Ekonomi pertanian.................................................................... 8
2.3. Kesejahteraan petani................................................................. 10
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan tempat penelitian...................................................... 25
3.2 Populasi dan sampel................................................................... 25
3.3 Jenis dan sumber data................................................................. 26
3.4 Teknik pengumpulan data.......................................................... 26
3.5 Analisis data............................................................................... 27
3.6 Defenisis operasional................................................................. 27
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAM................. 30
4.1 Gambaran umum kabupaten Majene......................................... 30
4.2 Kondisi geografis wilayah kelurahan Tannde............................ 30
4.3 Kondisi geografi kelurahan Tande............................................ 31
4.4 sejarah Kampung Tande............................................................. 32
4.5 Sejarah food estate dikelurahan Tande....................................... 32
BAB V HASIL PEMBAHASAN.......................................................... 33
5.1 Penyajian data............................................................................ 33
5.2 Hasil penelitian........................................................................... 36
5.3 Pembahasan................................................................................ 52
BAB VI PENUTUP............................................................................... 56
6.1 Kesimpulan................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 57
LAMPIRAN............................................................................................ 65

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang
berlimpah sehingga sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Seperti
diketahui, penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di daerah pedesaan.
Umumnya pekerjaan mereka masih bergantung pada sektor pertanian dan
hidupnya masih kurang sejahtera dibandingkan penduduk perkotaan. Sektor
pertanian yang mendominasi tersebut ternyata tidak mampu menaikan
kesejahteraan rakyatnya yang bekerja sebagai petani.
Pertanian adalah motor penggerak bagi sektor-sektor lain sehingga dapat
menunjang tujuan pembangunan pertanian, taraf hidup petani, memperluas
lapangan kerja, kesempatan usaha dalam mendorong pembangunan
perekonomian, pertumbuhan dinamika ekonomi pedesaan yang pada gilirannya
akan memberikan peluang mensejahterakan kehidupan masyarakat secara lebih
banyak khususnya di daerah pedesaan (Anto dan Marhawati, 2016: 107).
Salah satunya di Kabupaten Majene, Kecamatan Banggae Timur, Kelurahan
Tande. Kegiatan pokok dan sumber pendapatan utama masyarakatnya, masih
tergantung pada sektor pertanian. Hal ini dapat diartikan bahwa kehidupan dari
sebagian besar rumah tangga tergantung pada sektor ini (Anton dan Marhawati,
2016:107).
Berikut data mengenai perkembangan luas panen dan produksi 8 Kecamatan
di Kabupaten Majene tahun 2017-2021 (Badan Pusat Statistika Provensi Sulawesi
Barat,2023.
Tabel 1.1
LUAS PANEN DAN PRODUKSI 8 KECAMATAN DI
KABUPATEN MAJENE TAHUN 2017-2021
Lanjutan Tahu Luas Panen (ha) Produksi (ton)
n
2017 391 7.572
2018 397 11.793
2019 350 8.545
Tahu Luas panen (ha) Produksi ( ton)
n 1
2020 501 12.171
2021 303 9.118
Tabel 1.1
sumber : BPS Kabupaten Majene (2022)
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan luas panen dan produksi
8 kecamatan di Kabubapten Majene tahun 2017-2021 mengalami peningkatan
yang tidak stabil dari tahun ketahun hal ini menujukkan pada tahun 2017-2019
mengalami kenaikan akan tetapi pada tahun 2019 tingkat produksi menurun. Hal
ini disebabkan oleh luas panen yang tidak menentu sehingga berdampak pada
tingkat produksi yang akan dihasilkan.
Kabupaten Majene merupakan Kabupaten yang memiliki 8 Kecamatan yang
salah satunya yaitu Kecamatan BANGGAE TIMUR. Masyarakat Banggae Timur
menjadikan usahatani sebagai mata pencarian utama dengan luas panen 352 ha
dan produksi sebanyak 3175 kuintal. Sebagai perbandingan berikut data terkait
luas panen dan produksi berdasarkan Kecamatan Banggae Timur tahun 2021.

Tabel 1.2
LUAS PANEN DAN PRODUKSI MENURUT 8 KECAMATAN
DI KABUPATEN MAJENE TAHUN 2021
Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (kuintal)
Banggae 27 911
Banggae Timur 352 3175
Pamboang 14 992
Sendana 37 778
Tammerodo 157 1561
Tubo Sendana 286 1805
Malunda 154 1729
Ulumanda 149 875
Jumlah 1.176 11.826
Sumber : BPS Kabupaten Majene (2023)
Tabel 1.2 pada tahun 2021 terdapat empat kecamatan sebagai salah satu
penghasil produksi tananam holtikultura terbanyak, yaitu Banggae Timur, Tubo
Sendana, Malunda dan Tammerodo deangan masing-masing produksi 3175
kuintal, 1805 kuintal, 1729 kuintal, dan 1561 kuintal.

2
Pendapatan merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat
kesejahteraan rumah tangga. Pendapatan didapatkan dari selisih antara
penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Semakin rendah biaya yang
dikeluarkan, semakin tinggi pendapatan yang didapat, sehingga tingkat
kesejahteraan juga meningkat dan sebaliknya semakin tinggi biaya yang
dikelurkan semakin rendah pendapatan yang didapat dan tingkat kesejahteraan
juga menurun.
Sebagaian besar masyarakat di Lingkungan Tande, Kecamatan Banggae
Timur menjadikan usahatani hortikultura sebagai mata pencarian utama mereka,
sehingga menjadi faktor utama dalam meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat. Lingkungan Tande dipilih sebagai daerah penelitian
dikarenakan Lingkunga Tande merupakan lokasi pusat program Food State di
Majene, serta sebagian besar masyarakat petani ikut serta dalam program Food
State yang dikembangkan di Kabupaten Majene tepatnya di Lingkungan Tande
Kecamatan Banggae Timur.
Dimana dengan adanya pengembangan food estate ini menjadi salah satu
program strategis nasional (PSN) 2020-2024 dalam rangka memperkuat dan
menjaga ketahanan pangan serta meningkatkan kesejahteraan petani.
Namun tidak dipungkiri bahwa permasalahan yang sering terjadi terkait
pertanian di pedesaan yaitu terkait tentang masalah perekonomi dan
kesejahteraan. Dimana kesejahteraan merupakan tujuan akhir dari proses
pembangunan daerah. Pendapatan merupakan salah satu indokator tercapainya
kesejahteraan disuatu rumah tangga, tak terkecuali bagi rumah tangga petani yang
ikut dalam program food estate.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian terkait
“ANALISIS EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN PETANI DALAM SKEMA
MAJENE FOOD ESTATE”.

1.2 Rumusan masalah

3
a) Bagaimana pendapatan ekonomi petani yang ikut serta dalam program
Food State?
b) Bagaimana tingkat kesejahteraan petani yang ikut serta dalam program
Food State?
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini, yaitu:
a) Mengetahui bagaimana pendapatan ekonomi petani yang bergabung
dalam program Food State.
b) Mengetahui bagaimana tingkat kesejahteraan petani yang bergabung
dalam program Food State.
1.4 Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan
pertanian di Lingkungan Sondong Kelurahan Baruga, Kecamatan Banggae Timur
khususnya dalam hal kesejahteraan kelurga petani dan sebagai sumber informasi
ilmiah bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Food state
Lumbung pangan atau Food estate adalah istilah populer dari kegiatan usaha
budidaya tanaman skala luas (25 ha) yang dilakukan dengan konsep pertanian
sebagai sistem industrial yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek),
modal, serta organisasi dan manajemen modern.
Sedangkan Permen LHK No. 7 Tahun 2021 memberikan pengertian bahwa
lumbung pangan (food estate) adalah usaha pangan skala luas yang merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memanfaatkan sumber daya alam
melalui upaya manusia dengan memanfaatkan modal, teknologi, dan sumber daya
lainnya untuk menghasilkan produk pangan guna memenuhi kebutuhan manusia
secara terintegrasi mencakup pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan, dan
perikanan di suatu Kawasan Hutan.16
Food estate merupakan konsep pengembangan produksi pangan yang
dilakukan secara terintegrasi dan terdiri atas pertanian, perkebunan, bahkan
peternakan di lahan yang luas.3 Proyek food estate sendiri masuk ke dalam salah
satu program strategis nasional (PSN) yang tercantum dalam Peraturan Presiden
Nomor 109 Tahun 2020 Tentang Perubahan Perpres Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Proyek Strategis Nasional. Namun, proyek ini bukan hal yang baru.
Sebelumnya, rencana tersebut telah tertuang dalam RPJMN 2014-2019. Tetapi
saat itu belum ada kejelasan lokasi yang akan digarap sebagai kompleks pertanian
pandemic, Presiden Joko Widodo pun mengemukakan kembali wacana
pembangunan food state dengan harapan bisa menguatkan ketahan pangan di
Indonesia.
Lokasi pengembangan Kawasan Food estate diarahkan ke empat lokasi,
yaitu: Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Papua. 5
Pemerintah mengupayakan dalam pengembangan food state dapat menyelesaikan
permasalahan ancaman krisis pangan dan dapat mendongkrak pemulihan ekonomi
nasional baik pada saat pandemic hingga pasca pandemi Covid-19.
Terdapat empat faktor yang melatar belakangi dibangunnya food state (Sutawi,
202). Pertama, adanya ancaman kerawangan pangan dunia yang telah di
peringatkan oleh FAQ akan nada krisis pangan yang terjadi mulai angustus 2020
sampai 2022. Kedua, munculnya fenomena feeling frenzy yaitu situasi saat negara

5
pengekspor melakukan pembatasan pengeskporan bahan pangan agar bahan
pangan dalam negeri tetap stabil (McMahon,2013). Ketiga, Indonesia dengan
tingginya ketergantungan impor terbukti dari data BPS impor beras pada tahun
2019 sebanyak 444,5 juta ton. Keempat, adanya penurunan luas pertanian menjadi
10,66 juta hektar pada tahun 2020 dari 11,38 juta hektar pada tahun 2018.

2.2. Ekonomi Pertanian


Dinar & Hasan (2018:1) menyatakan bahwa istilah ekonomi berasal dari
suku kata yunani yaitu: OIKOS dan NOMOS yang artinya pengaturan rumah
tangga. Dengan demikian, secara sederhana ekonomi dapat diartikan sebagai
kaidah-kaidah, aturan-aturan, cara pengelolaan rumah tangga. Sedangkan ilmu
yang mempelajari bagaimana tiap rumah tangga atau masyarakat mengelola
sumber daya yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan mereka disebut ilmu
ekonomi.
Dimana ekonomi juga merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan
manusia kebutuhan ekonomi erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari
manusia untuk memenuhi kebutuhannya seperti makan, minum, pakaian, tempat
tinggal dan lain-lain sebagainya.
Sedangkan, pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukan manusia dalam menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau
sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidup. Oleh karenanya sektor
pertanian adalah sektor yang paling dasar dalam perekoomian yang merupakan
penopang kehidupan produksi sektor-sektor lainnya sperti subsektor perikanan,
subsektor perkebunan, subsektor peternakan. Pertanian juga berpengaruh terhadap
perkembangan pendapatan atau perekonomian pada suatu negara dimana hasil
yang diproduksi dari sektor pertanian dapat bermanfaat pada ketahanan pangan
satu negara dan ekspor hasil pertaniannya.
Phahlevi (2013) dalam Muksit (2017) menjelaskan bahwa salah satu
indikator utama ekonomi untuk mengukur kemampuan ekonomi masyarakat
adalah tingkat pendapatan masyarakat. Indicator yang dimaksud hanya
bersangkutan dengan pendapatan dan pengeluaran, akan tetapi yang lebih penting
adalah mengetahui besarnya perbandingan antar penerimaan dan pengeluaran.
2.2.1 Pendapatan usahatani

6
Pendapatan diperoleh dengan melakukan perbandingan antara
pendapatan dengan beban biaya yang dikeluarkan atas pendapatan
tersebut. Pendapatan digunakan sebagai ukuran dalam menilai
keberhasilan suatu usaha dan juga faktor yang menentukan dalam
kelangsungan suatu usaha serta pendapatan juga dapat mengukur tingkat
kesejahteraan suatu rumah tangga.
Rahmi dan Hastuti (2007) dalam Anggraini (2022) menjelaskan bahwa
Pendapatan dalam usahatani adalah selisih antar penerimaan yang
diperoleh petani dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani.
Penerimaan sendiri merupakan hasil perkalian dari jumlah produk total
dengan satuan harga jual, sedangkan biaya produksi atau pengeluaran
yang dimaksudkan dalam usahatani merupakan nilai penggunaan sarana
produksi dan lain-lain yang dikelurkan pada proses produksi.
Sedangkan biaya usahatani adalah semuan pengeluaran yang
dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua
yaitu biaya tetap dan tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang
besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan
dihasilkan, sedangkan biaya tetap merupakan biaya yang dipengaruhi oleh
besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan. Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Pd=TR−TC
TR=Y . PY
TC=FC+VC

Keterangan : Pd ¿ Pendapatan usahatani


TR ¿ Total penerimaan (total reveneue)
TC = Total biaya
Y = Produksi yang di peroleh
Py = Harga Y
FC = Biaya tetap (total cost)
VC = biaya tidak tetap (variabel cost)

7
Menurut Soekartwi (2006) dalam Anggraini (2022), untuk mengetahui
apakah usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi, maka dapat
dianalisis dengan menggunakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan
dan biaya atau yang biasa disebut analisis R/C (Return Cost Ration).
Untuk menghitung rasio penerimaan atas biaya, dapat menguggunakan
rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2006):

R/C = PT / BT
Keterangan :
R/C = Penerimaan dibagi biaya
PT = Penerimaan total (Rp)
BT = Biaya total (Rp)

Krieteria pengukuran pada R/C (Return Cost Ration) adalah :


1) Jika R/C >1, artinya usahatani yang dilakukan itu dapat
dikatakan menguntungkan.
2) Jika R/C < 1, artinya usahatani itu dapat dikatakan merugikan.
3) Jika R/C = 1, artinya usahatani yang dilakukan tidak
menguntungkan dan tidak pula merugikan atau berada pada titik
impas (Break Even Point) yaitu besarnya penerimaan sama
dengan besarnya biaya yang dikeluarkan.

2.2.2 Pendapatan rumah tangga


Tolak ukur yang sangat penting untuk melihat kesejahteraan petani
adalah pendapatan rumah tangga. Hal ini disebabkan karena beberapa
aspek dari kesejahteraan petani tergantung pada tingkat pendapatannya.
Besarnya pendapatan petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi yaitu, pangan, sandang, papan, kesehatan dan
lapangan pekerjaan.
Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua
sektor, yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari
sektor pertanian dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani,
ternak, buruh petani, menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber
pendapatan dari sektor non pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari
industry rumah tangga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh non pertanian
serta buruh lainnya.

8
2.3. Kesejahteraan
Menurut (Fahrudin, 2014) menjelaskan bahwa kesejahteraan sosial diartikan
suatu keadaan seseorang dapat mampu memenuhi seluruh kebutuhan serta mampu
melakukan hubungan baik dengan lingkungan sekitar. Kesejahteraan sosial dapat
dilihat dari bebeberapa aspek yaitu pendapatan yang cukup, pendididikan dan
kesehatan yang terpenuhi.
Adapun pengertian kesejahteraan menurut UU tentang kesejahteraan yakni
suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang
diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, ketentraman lahir batin, yang
memungkinkan bagi setiap warga negara untung mengadakan usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi
diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak-hak asasi serta
kewajiban manusia dengan pancasila.
2.3.1. Indikator kesejahteraan
Menurut ( Badan Pusat Statistik 2014), pengeluaran rumah tangga
merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran
keadaan kesejahteraan penduduk. Selain itu, indikator lain yang
digunakan untuk mengukur kesejahteraan rumah tangga disesuaikan oleh
informasi tentang kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan,
ketenagakerjaan, pola konsumsi atau pengeluaran rumah tangga,
perumahan dan lingkungan, dan sosial lainnya. Klasifikasi kesejahteraan
yang duganakan terdiri dari dua klasifikasi, yaitu rumah tangga dalam
kategori sejahtera dan belum sejahtera. Variabel pengamatan yang diamati
dari responden adalah sebanyak 7 variabel indikator kesejahteraan
masyarakat menurut Badan Pusat Statistik (2014) antara lain :
1. Kependudukan
Penduduk merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk
diperhatikan dalam proses pembangunan, karena dengan dengan
kemampuannya mereka dapat mengelola sumber daya alam sehingga
mampu memenuhi kebutuhan hidup bagi diri dan keluarganya secara
bekelanjutan. Jumlah yang besar dapat menjadi potensi tetapi dapat
pula menjadi beban dalam proses pembangunan jika berkualitas
rendah.

9
2. Kesehatan dan Gizi
Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan
penduduk dalam hal kualitas fisik. Kesehatan dan gizi berguna untuk
melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi,
ketersediaan sarana kesehatan, dan jenis pengobatan yang dilakukan.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan
karena pendidikan mampu membantu sebuah negara mendapatkan
SDM yang berkualitas. Semakin tinggi pendidikan, maka semakin
maju bangsa tersebut oleh karena itu pemerintah terus memberikan
program-program yang mampu meningkatkan pendidikan di
Indonesia.
4. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan dapat dilihat dengan indikator keberhasilan
pembangunan ketenagakerjaan diantaranya adalah Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).
5. Taraf dan Pola Konsumsi atau Pengeluaran Rumah Tangga
Pegeluaran rumah tangga juga merupakan salah satu indikator yang
dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk.
Senakin tinggi pendapatan, maka porsi pengeluaran akan bergeser dari
pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makan.
6. Perumahan dan Lingkungan
Manusia membutuhkan rumah disamping sebagai tempat tinggal
untuk berteduh atau berlindung dari hujan dan panas juga tempat
berkumpul para penghuni yang merupakan satu ikatan keluarga.
Secara umum kualitas rumah tinggal menunjukkan tingkat
kesejahteraan suatu rumah tangga dimana kualitas tersebut ditentukan
oleh fisik rumah tersebut. Kualitas perumahan yang baik dan
penggunaan fasilitas yang memadai akan memberikan kenyamanan
bagi penghuninya.
7. Sosial dan lainnya

10
Indikator sosial lainnya yang mencerminkan kesejahteraan adalah
persentase penduduk yang melakukan pekerjaan wisata, persentase
yang menikmati informasi dan hiburan meliputi menonton televisi,
mendengarkan radio, membaca surat kabar, dan mengakses internet.
Masing-masing klasifikasi ditentukan dengan cara mengurangkan
jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah. Hasil pengurangan
dibagi dengan jumlah klasifikasi atau indikator yang digunakan.
Kesejahteraan masyarakat dikelompokkan menjadi dua yaitu sejahtera
dan belum sejahtera.
Skor tingkat klasifikasi pada tujuh indikator kesejahteraan dihitung
berdasarkan pedoman penentuan Range Skor. Rumus penentuan
Range Skor adalah :

SkT −SkR
RS =
JKI
Keterang :
RS = Range Skor
SkT = Skor tertinggal (7 x 3 = 21)
SkR = Skor terendah (7 x 1 = 7)
JKl = Jumlah klasifikasi yang digunakan (2)
7 = Jumlah indikator kesejahteraan BPS (kependudukan, kesehaatan dan
gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, pola konsumsi atau pengeluaran rumah
tangga, perumahan dan lingkungan, dan sosial lainya)
3= Skor tertinggi dalam indikator BPS (baik)
2= Skor sedang dalam indikator BPS (sedang)
1= Skor terendah dalam indikator BPS (kurang)
Hasil perhitungan berdasarkan rumus tersebut diperoleh Range
Skor (RS) sama dengan tujuh (7), sehingga dapat dilihat interval skor
yang akan menggambarkan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani
padi sawah.
Hubungan antara interval skor dan tingkat kesejahteraan adalah :
1. Jika skor antara 7-14 berarti rumah tangga petani belum sejahtera
2. Jika skor antara 15-21 berarti rumah tangga petani sejahtera.

11
Tiap-tiap indikator sendiri dapat diketahui tingkat kesejahteraan
masing-masing indikator di dalam keluarga apakah rendah, sedang, atau
tinggi sesuai dengan skor masing-masing indikator tersebut.
Jumlah skor diperoleh dari informasi hasil skor mengenai
kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan
pola konsumsi, perumahan dan lingkungan, sosial dan lain-lain.
Dari penskoran tersebut kemudian dapat dilihat interval skor dari dua
kategori klasifikasi diatas yaitu rumah tangga sejahtera dan belum
sejahtera. Berikut 2.1 indikator tingkat kesejahteraan menurut BPS susenas
(2014).
Tabel 2.1
INDIKATOR TINGKAT KESEJAHTERAAN MENURUT BADAN
PUSAT STATISTIK SUSENAS (2014) DISERTASI VARIABEL,
KELAS DAN SKOR
Sk
No Indikator Kesejahteraan Kelas
or
1 Kependudukan
Jumlah anggota keluarga yang tinggal : Baik 3
a.≤ 4 orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥ 5 orang (1) (12-15)
Berapa jumlah orang luar yang ikut tinggal:
a.≤ orang (3) b. 2 orang (2) c.≥2 orang (1)
Cukup 2
Berapa tanggungan dalam keluarga :
a. a.≤ 4 orang (3) b. 5 orang (2) c. ≥ 5 orang (1) (8-11)

b. Jumlah anggota keluarga laki-laki :


c. a. ≥ 5 orang (3) b. 4 orang (2) c. ≤ 3 orang (1)
Kurang 1
d. Jumlah keluarga perempuan :
(4-7)
e. a. ≥ 5 orang (3) b. 4 orang (2) c. ≤ 3 orang (1)
2 Kesehatan dan Gizi
Anggota keluarga mengalami keluhan kesehatan :
a.Tidak (3) b. Kadang-kadang (2) c. Ya (1) Baik 3

keluhan kesehatan menurut aktivitas sehari-hari: (23-27)

12
a.Tidak (3) b. kadang-kadang (2) c. Ya (1)
Keluarga setiap bulannya menyediakan dana untuk
kesehatan:
a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Ya (1)
Sarana kesehatan yang biasa digunakan :
Cukup 2
a.Rumah sakit(3) b.Puskesmas(2) c.Posyandu (1)
(18-22)
Tenaga kesehatan yang biasa digunakan :
a.Dokter (3) b. Bidan (2) c. Duku (1)
Tempat persalinanbayi yang biasa digunakan :
a.Bidan (3) b. Dukun (2) c. Rumah (1)
Tempat keluarga memperoleh obat :
a.Puskesmas(3) b.Dukun(2) c. obat warung(1)
Biaya berobat yang digunakan:
a.Terjangkau (3) b. Cukup terjangkau (2) c.Sulit terjangkau
(1) Kurang 1

jenis berobat yang dipilih oleh keluarga : (13-17)


a.Modern (3) b.Tradisional (2) c. lain-lain (1)
3 Pendidikan
Anggota keluarga berusia sepuluh tahun keatas lancar Baik 3
membaca dan menulis : (18-21)
a.Lancar (3) b. Kurang lancar (2) c. Tidak lancar (1)
Pendapatan mengenai pendidikan putra-putri:
a.Penting (3) b. Kurang penting (2) c. Tidak penting (1)
Cukup 2
Kesanggupan mengenai pendidikan :
(14-17)
a.Sanggup (3) b.Kurang sanggup (2) c. Tidak sanggupa (1)
Lama menamatkan sekolah :
a.≥ 9 tahun (3) b. 9 tahun (2) c. ≤ 9 tahun (1)
Rata-rata jenjang pendidikan anak :
a. ≥ SMP (3) b. SD (2) c. Tidak tamat SD (1)
Perlu pendidikan luar sekolah : Kurang 1
a. Perlu (3) b. Kurang perlu (2) c. Tidak perlu (1) (10-13)
4 Ketenagakerjaan

13
Jumlah anggota keluarga berusia 15 tahun ke atas yang Produkt 3
bekerja: if
a. 3 orang (3) b. 2 orang (2) c. 1 orang (1) (21-27)
Jumlah orang yang belum bekerja dalam keluarga :
a. Tidak ada (3) b. 1 orang (2) c. 2 orang (1)
Jumlah jam dalam seminggu untuk melakukan pekerjaan :
a. ¿ 35 jam (3) b. 31-3 jam (2) c. ¿ 30 jam (1)
Cukup 2
Selain berusaha anggota keluarga melakukan pekerjaan
Produkt
tambahan :
if
a. Ya (3) b. Sedang mencari (2) c. Tidak ada (1)
(14-20)
Jenis pekerjaan tambahan :
a. Wiraswasta (3) b. Buruh (2) c. Tidak ada (1)
Waktu dalam melakukan pekerjaan tambahan :
a. Sepanjang tahun (3) b.Setelah musim panen (2) c. Tidak
tentu (1)
Jumlah jam dalam melakukan pekerjaan tambahan :
a. Tidak tentu (3) b. ≥ 7 jam (2) c. 5-6 jam (1) 1
Tidak
Pendapatan mengenai pekerjaan memerlukan keahlian : Produkt
a. Ya (3) b. Kurang perlu (2) c. Tidak (1) if
Pendapat tentang upah yang diterima : (7-13)
a. Sesuai (3) b. Belum sesuai (2) c. Tidak sesuai (1)
5 Taraf dan Pola Konsumsi
Keluarga mengkonsumsi beras sebagai bahan makan Baik 3
pokok: (10-12)
a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)
Kecukupan pendapatan keluarga per bulan untuk konsumsi Cukup 2

pangan dan nonpangan: (7-9)

a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak cukup (1)


Keluarga menyisakan dana untuk kebutuhan sandang dan
perumahan:
a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)
Kurang 1
Pendapatan perbulan dapat ditabung atau untuk menanam

14
modal : (4-6)
a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)
6 Perumahan dan Lingkungan
Status rumah tempat tinggal: Baik 3
a. Milik sendiri (3) b. Menyewa (2) c. Menumpang (1) (37-45)
Status tanah tempat tinggal :
a. Milik sendiri (3) b. Menyewa (2) c. Menumpang (1)
Jenis perumahan :
a. Permanen (3) b. Semi permanen (2) c. Tidak perlu (1)
Jenis atap yang digunakan :
a. Genteng (3) b. Seng/Asbes (2) c. Rumbia/alang-alang (1)
Jenis dinding rumah :
a. Semen (3) b. Papan (2) c. Geribik (1)
Jenis lantai yang digunakan :
a. Semen (3) b. Kayu/Papan (2) c. Tanah (1)
Rata-rata luas lantai mencukupi setiap anggota keluarga:
a. Ya (3) b, Belum (2) c. Tidak (1) Cukup 2

Jenis penerangan yang digunakan : (26-36)


a. Listrik (3) b. Patromak (2) c. Lampu teplok (1)
Bahan bakar yang digunakan :
a. Gas elpiji (3) b. Minyak Tanah (2) c. Kayu (1)
Jenis sumber air minum dalam keluarga :
a. Matang (3) b. Mentah (2) c. Ya (1)
Kepemilikan WC:
a. Ya (3) b. Belum (2) c. Tidak (1)
Jarak WC dengan sumber air :
a. ¿ 10 m (3) b. 5-10 m (2) c. ¿ 5 m (1)
Jenis WC yang digunakan : Kurang 1
a. WC jongkok (3) b. WC duduk (2) c. Sungai (1) (15-25)
Tempat pembuangan sampah:
a. Lubang sampah (3) b. Pekerjaan (2) c. Sungai (1)
7 Sosial dan lain-lain:

15
Akses tempat wisata: Baik 3
a. Mudah dan sering (3) b. Mudah tapi tidak sering (2) c. (12-15)
tidak pernah (1)
Berpergian atau berwisata sejauh 100 km dalam waktu 6 Cukup 2

bulan : (8-11)
a. Sering ¿ 2 kali (3) b. Tidak sering ¿ 2 kali (2) c. Tidak
pernah (1)
Kemampuan dalam menggunakan komputer :
a. Paham sekali (3) b. Paham (2) c. Tidak paham (1)
Biaya untuk hiburan dan olahraga:
a. Mudah (3) b. Cukup (2) c. Sulit (1) 1
Kurang
Penggunaan teknologi telpon seluler:
(4-7)
a. Smarthphone (3) b. Telpon seluler biasa (2) c. Tidak
mempunyai (1)
Sumber : Badan Pusat Statistic 2014

2.3.2. Tujuan Kesejahteraan


Menurut Fahrudin (2010:10) Kesejahteraan sosial mempunyai
tujuan yaitu:
a) Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya
standar kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan,
kesehatan, dan relasi sosial yang harmonis dengan
lingkungannya.
b) Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan
masyarakat di lingkungannya misalnya dengan menggali sumber-
sumber, meningkatkan dan mengembangkan taraf hidup yang
memuaskan.

16
Tabel 2.2
JURNAL EKONOMI DAN KESEJAHTERAN PETANI
No Nama Peneliti,
Tahun Terbit Dan Judul Metodologi Temuan
Nama Jurnal
1 Menganalisis kebijakan pangan
Mencermati perkembangan Metode Deskriptif Kualitatif nasional dalam program food estate
Piki Darma
food estate di Kabupaten diterapkan dalam penelitian ini, yang dilakukan pemerintah di
Kristian et al.
Humbang Hasundutan dengan pendekatan studi literature. wilayah Kabupaten Humbang
Hasundutan.
2 Puja Astika, 2019 Implementasi food estate Hasil penelitian menunjukkan
dalam meningkatkan bahwa food estate di Desa
kesejahteran ekonomi Penelitian ini merupakan penelitian Kalampangan meningatkan
masyarakat Desa Kalampang lapangan yang menggunakan kesejahteraan ekonomi masyarakat
Kota Palangkaraya metode penelitian Kualitatif dengan yang pelaksanaannya dalam bertani
pendekatan Deskriptif. dimana mereka terdiri dari
beberapa kelompok dan saling
membantu.
3 Rizkia Diffa et al, Analisis yuridis terhadap Penelitian ini menggunakan Regulasi penyediaan lahan food
2020 program pengembangan pendekatan yuridis normatif estate dikawasan hutan bertetangga
food estate di kawasan hutan dengan peraturan yang lebih tinggi
ditinjau dari eco-justice seperti UU No.41 Tahun 1999 dan
juga tidak sinkron dengan PP No.
23 Tahun 2021. Pertentangan ini
memberikan potensi terjadinya
ketidak pastian hukum.
4 Dwi Prasetyo, Strategi pengembangan food Penelitian ini menggunakan metode Mengidentifikasi potensi sumber
Maswadi, Wanti estate di Kabupaten Landak kuantitaif dan deskriptif melalui daya alam serta mendukung

17
Fitriani Food state development survei, pengambilan data melalui program yang dapat dilakukan
strategy in landak district wawancara dan menggunakan sehingga bisa mendapatkan sebuah
kuesioner dengan jumlah sampel strategi.
yaitu 10 responden
5 Baiq rani dewi Food estate sebagai Kegiatan ini dilakukan dengan Studi kasus dalam kegiatan ini
wulandari, wiwin ketahanan pangan di tengah metode survei dan wawancara guna merujuk pada kasus-kasus dimana
anggraini pendemic Covid-19 Desa menjawab permasalahan berupa pandemic menjadi fenomena global
wanasaba kemungkinan krisi pangan yang yang mengancam keamanan
terjadi pada era pandemic covid-19 . manusia (human security),
mengingat kabaruan isu yang masih khususnya apabila dianalisis dari
sangat baru, kegiatan ini berfokus prespektif ketahan pangan.
pada data-data dan variabel terkini
mengenai katahan pangan di
indonesia.
6 Chairunisa Analisis ekonomi dan Koherensi kebijakan untuk Aspek actor, konteks dan proses
S.Hakim, Ahmad kesejahteran petani skema mengetahui rorehensi dua kebijakan kebijakan food estate dengan
Syafiq foof estate kebijakan ketahanan pangan dan
gizi, penelitian ini menerapkan
metode kualitatif.
7 Jose Daniel, 2020 Pengaruh pemanfaatan ruang Penelitia ini bersifat kualitatif dan Penelitian ini bertujuan untuk
food estate terhadap kuantitatif. Dalam menentukan mengetahui faktor dominan yang
ekonomi masyarakat di Desa faktor-faktor yang mempengaruhi mempengaruhi pemanfaatan ruang
Bentuk Jaya A5 pemanfaatan ruang food estate food estate terhadap ekonomi
terhadap perekonomian masyarakat masyarakat di Desa Bentuk Jaya
di Desa Bentuk Jaya A5, A5 dan mengetahui tingkat
menggunakan metode eksploratori pengaruh pemanfaatan ruang food
faktor estate terhadap ekonomi
masyarakat di Desa Bentuk Jaya

18
A5.
8 Dwi Prasetiyo, Strategi Pengembangan food Penelitian ini menggunakan metode Hasil dari penelitian ini, diperoleh
Maswadi, Wanti estate di Kabupaten Landak deskriptif kuantitatif kuantitatif prioritas utama yaitu strategis
Fitriani (2020) food estate development dengan responden 10 orang kriteria pengembangan food estate di
strategy in Landak distrikt agroklimatologi, aspek sosial Kabupaten Landak adalah kriteria
ekonomi, sumber daya manusia, dan sumber daya manusia, sub kriteria
teknologi merupakan variabel dalam aspek sosial adalah pendapatan,
penelitian priosotas dari sub kriteria
infrastruktur adalah jalan, prioritas
dari sub kriteria dari sumber daya
manusia adalah pengalaman kerja
dan prioritas dari sub sektor
teknologi adalah alat pertanian.
9 Chairunisa S. Koherensi kebijakan food Penelitian ini menerapkan metode Hasil penelitian menunjukkan
Hakim, Ahmad estate dengan kebijakan kuantitatif dengan pendekatan studi menjukkan bahwa koherensi
Syafiq (2020) ketahanan pangan dan gizi kasus, data primer diambil melalui kebijakan ketahanan pangan cukup
wawancara mendalam dan telaah baik namun belum optimal, sebab
dokumen kebijakan, data sekunder tidak ditemukan objektif tertulis
dilakukan dengan studi pustaka. mengenai penganekaragaman
persediaan pangan yang sesuai
dengan skor pola pangan harapan
ataupun gizi seimbang di dalam
kebijakan food estate.
10 Nurmawati, 2015 Implementpta si kebijakan Penelitian ini dilakukan dengan Hasil penelitian menunjukkan
pengembangan delta kayana menggunakan metode deskriptif bahwa implementasi
food estate (Dekafe) di Desa pengembangan food estate di Desa
Tanjung Buka Kabupaten Tanjung Buka sudah dilaksanakan
Bulungan dengan baik oleh SKPD yang

19
terkait dalam kelompok kerja
(POKJA) guna mewujudkan
program nasional yaitu
meningkatkan sektor pertanian
dalam hal swasembada pangan.
11 Adrianus Revi Analisis naratif kebijakan Penelitian ini adalah jenis penelitian Hasilnya, tinjauan metanarasi
Dwiguna, Adis pangan nasional melalui kuatitatif yang bertujuan untuk menunjukkan adanya gap antara
Imam Munandar program food estate memahami fenomena pada subyek kebijakan pemerintah dengan
(2020) penelitian secara holistic. ekspektasi sejumlah kelompok
masyarakat yang disampaikan
secara terbuka melalui berbagai
saluran.
12 Juli Panglima Tantangan kebijakan Kajian deskriptif analisis ini Tulisan ini menyimpulkan cita-cita
Saragih (2016) pengembangan sektor menggunakan metode riset menjadi negara pertanian berkelas
pertanian di masa datang kualitatif, dengan menggunakan data dunia dapat dilakukan dengan
challenges of agriculture sekunder dari berbagai referensi meningkatkan produksi pertanian,
development policy in the buku, jurnal, surat kabar, dan berita sehingga menghasilkan surplus
future di internet. neraca pertanian.
13 Asa Alfrida, Analisis pendapatan dan Desain penelitian adalah Hasil penelitian menunjukkan
Trisna Insan tingkat kesejahteraan deskriptif dengan semakin luas pemilikan lahan,
Noor (2020) rumah tangga petani menggunakan parameter semakin besar kontribusi
padi sawah berdasarkan kesejahteraan pendapatan sektor pertanian
luas lahan terhadap pendapatan total
rumah tangga petani
14 Nursyamsi Analisis kesejahteraan Penelitian yang dilakukan Hasil dari regresi liner
(2020) petani padi sawah di adalah penelitian deskriptif berganda menunjukkan bahwa
Kecamatan Pattallassang kuantitatif variabel luas penen

20
Kabupaten Gowa berpengaruh positif dan
signifikan , variabel produksi
berpengaruh positif dan
signifikan, dan variabel
pendidikan berpengaruh
negative dan tidak signifikan
terhadap kesejahteraan petani.
Koefisien determinasi R2
sebesar 0,486 dapat diartikan
bahwa sebesar 48,6% variasi
kesejahteraan petani padi
dipengaruhi oleh luas panen,
produksi dan pendidikan.
Sedangkan 51,4%
dipengaruhi variabel lain di
luar penelitian ini
15 Yarlina Yakoub Analisis kesejahteraan Penelitian ini menggunakan Hasil penelitan menunjukkan
(2020) petani dan kemiskinan data sekunder bahwa upah rill buruh tani
perdesaan di Indonesia pedesaan berpengaruh
negative dan signifikan
kemiskinan pendesaan di
Indonesia.

21
3.1 Kerangkan Pikir
Pendapatan petani dalam usahatani diperoleh dari selisih penerimaan dan
biaya usahtani. Dimana pendapatan petani sebagian besarnya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani baik keperluaan pangan dan non
pangan serta besarnya pendapatan yang diterima petani akan memepengaruhi pola
konsumsi atau pengeluraan yang dilakukan oleh rumah tangga.Tingkat
kesejahteraan rumah tangga petani dapat dilihat dari pengeluaran dalam rumah
tangga tersebut. Selain itu, besarnya pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani
juga ditentukan oleh jumlah anggota keluarga yang menjadi tenggungan petani.
Semakin banyak besar jumlah tanggungan keluarga, maka semakin besar
pengeluaran yang dikeluarkan untuk memenuhih kebutuhan hidupnya. Dimana
tingkat kesejahteraan rumah tangga petani diukur berdasarkan kriteria Badan
Pusat Statistik melihat berbagai aspek seperti kependudukan, pendidikan,
kesehatan dan gizi dan sebagainya.

Analisis Ekonomi dan Kesejahteraan Petani dalam Skema Majene Food


Estate di Kecamatan Banggae Timur, Kelurahan Tande.

Wawancara/Interview Observasi Dokumentasi

Ekonomi Petani Kesejahteraan Keluarga Petani

1. Kependudukan
1. Pendapatan petani 2. Kesehatan dan gizi
2. Total penerimaan 3. Pendidikan
3. Total biaya 4. Ketenagakerjaan
5. Konsumsi atau
Pengeluaran
6. Keadaan Tempat
Tinggal
7. Sosial dan lain-lain

22
Meningkatkan Ekonomi dan Kesejahteraan Petani di
Kecamatan Banggae Timur, Kelurahan Tande

Hipotesis
1. Kondisi ekonomi petani yang tergabung dalam program food estate di
Kecamatan Banggae Timur, Kelurahan Tande sudah sejahterah.
2. Pendapatan, konsumsi atau pengeluaran, keadaan tempat tinggal, fasilitas
tempat tinggal, kesehatan, Pendidikan anak dan transportasi dilihat dapat
mempengaruhi keadaan kesejahteraan keluarga petani yang tergabung
dalam program food estate di Kecamatan Banggae Timur, Kelurahan
Tande sudah sejahterah.

23
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan tempat penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Tande Kecamatan Banggae
Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive),
dengan pertimbangan bahwa Kelurahan Tande Kecamatan Banggae Timur
merupakan pusat pengembangan kawasan Food Estate di Kabupaten Majene.
Rencana Pelaksanaan yaitu selama 2 bulan yang akan dimulai pada bulan Maret
2023 hingga April 2023.
3.2. Populasi dan sampel
3.2.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2017:80) Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat
yang memiliki pekerja utama di sektor pertanian yaitu sebagai petani dan
tergabung kedalam kelompok tani yang ikut serta dalam program food state
di Kelurahan Tande Kabupaten Majene. Dimana populasi yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan dari 10 kelompok tani yang
terlibat dalam program food estate.
3.2.2. Sampel
Pengukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menenetukan
besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan suatu penelitian.
Sampel harus dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Menurut Sugiyono (2017:81), Sampel adalah bagian dari jmlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Tehnik pengambilang sampel dengan menggunakan purposive sampling,
adalah suatu tehnik pengambilan sampel secara sengaja. Penentuan
responden dengan menggunakan cara purposive sampling yaitu memilih
responden yang dianggap mampu mewakili seluru kelompok tani yang
terlibat dalam program food estate di Kelurahan Tande, Kabupaten Majene

24
dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 5 kelompok tani
dengan jumlah 29 sampel petani.
3.3. Jenis dan sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua jenis sumber
data, data primer dan data sekunder yaitu sebagai berikut :
3.3.1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2018:456) Data primer yaitu sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek
penelitian dilakukan. Peneliti menggunakan hasil wawancara yang didapatkan
dari informan mengenai topik penelitian sebagai data primer.
Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari wawancara yang
dilakukan dengan para petani dan juga melalui hasil pengisian kuesioner yang
telah dibagikan dan di isi olah para petani yang ada di Kelurahan Tande
Kecamatan Banggae Timur.
3.3.2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2018:456) data sekunder yaitu sumber data yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang
lain atau lewat dokumen.
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah sesuai
dengan data BPS, buku, jurnal, artikel yang berkaitan dengan topik penelitian
mengenai analisis ekonomi dan kesejahteraan petani dalam skema majene
food state.
3.4. Tenik pengumpulan data
Menurut Sugiyono (2017:224) menyatakan teknik pengumpulan data adalah
: “Langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama suatu
penelitian adalah mendapatkan data”. Agar memeperoleh data dan informasi
secara actual, dalam penelitian ini penulis melakukan beberapa teknik
pengumpulan data primer yang digunakan yaitu dengan bantuan kuesioner untuk
memeperoleh informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian serta pengamatan
langsung di daerah penelitian untuk mengeumpulkan data petani. Sedangkan
teknik pengumpulan data sekunder diperoleh melalui data pendukung yang

25
diperoleh dari buku=buku terkait, internet dan instansi atau lembaga yang
mendukung penelitian ini.
3.5. Analisis data
Analisis data menurut Sugiyono (2018:482) adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Kuantitatif dan pendekatan Deskriptif Kualitatif. Pendekatan Kuantitatif
digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani dalam kegiatan
usahatani selama berdirinya food estate dan bagaimana tingkat kesejahteraan
petani, sedangkan pendekatan Deskriptif Kualitatif digunakan untuk
menggambarkan objek penelitian pada saat sekarang yaitu tingkat kesejahteraan
rumah tangga petani dalam menjalani usahatani selama berdirinya food estate di
Kabupaten Majene.
4.5.1 Analisis data pendapatan
Pendapatan merupakan suatu hal yang penting dalam menentukan
laba ataupun rugi dari suatu usaha. Pendapatan dapat diperoleh dengan
melakukan perbandingan anatara perbandingan antara pendapatan dengan
biaya yang dikeluarkan dari usaha tersebut.
Pendapatan diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan
usahatani yang diterima dengan total biaya produksi yang dikeluarkan
dalam uasahatani:
Pd=TR−TC
TR=Y . PY
TC =FC +VC

Keterangan : Pd ¿ Pendapatan usahatani


TR ¿ Total penerimaan (total reveneue)
TC = Total biaya
Y = Produksi yang di peroleh

26
Py = Harga Y
FC = Biaya tetap (total cost)
VC = biaya tidak tetap (variabel cost)
Analisis untuk mengetahui apakah usahatani menguntungkan atau
tidak secara ekonomi, dapat dianalisis dengan menggunakan perhitungan
antara penerimaan total dan biaya total yang disebut dengan Revenue
Cost Ration (R/C Ration) yang dirumuskan sebagai berikut:

R/C = PT/BT
Keterangan:
R/C Ration = Penerimaan dibadi biaya
PT = Total revenue (total penerimaan)
BT = Total cost (total biaya)

Kriteria pengukuran pada R/C (Return Cost Ratio) adalah :


1) Jika R/C > 1, artinya suatu usahatani yang dilakukan itu dapat
dikatakan menguntungkan.
2) Jika R/C < 1, artinya usahatani itu dapat dikatakan merugikan.
3) Jika R/C = 1 artinya usahatani yang dilakukan tidak menguntungkan
dan tidak pula merugikan atau berada pada titik impas (Break Even
Point) yaitubesarnya penerimaan sama dengan besarnya biaya yang
dikeluarkan

4.5.3 Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani


Mengukur tingkat kesejahteraan petani dengan menggunakan 7
variabel indikator kesejahteran (BPS,2014), klasifikasi yang digunakan
terdiri dari dua klasifikasi, yaitu rumah tangga dalam kategori sejahtera
dan belum sejahtera.

3.6. Defenisi operasional


Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan varaiabel-variabel
yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dalam proses
pengukuran variabel-variabel tersebut. Definisi operasinal memungkinkan sebuah

27
konsep yang bersifat abstrak dijadikan suatu operasional sehingga memudahkan
peneliti dalam melakukan pengukuran (Ridha,Nikmatur 2017).
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1) Pendapatann adalah perbandingan anatara pendapatan dengan baban
biaya yang dikeluarkan atas pendapatan tersebut. Pendapatan digunakan
sebagai ukuran dalam meneliti keberhasilan suatu usaha dan juga faktor
yang menentukan dalam kelangsungan suatu usaha serta pendapatan
juga dapat mengukur tingkat kesejahteran suatu rumah tangga.
2) Kesejahteraan diartikan sebagai suatu keadaan seseorang dapat mampu
memenuhi seluruh kebutuhan serta mampu melakukan hubungan baik
dengan lingkungan sekitar. Kesejahteraan sosial dapat dilihat dari
beberapa aspek yaitu pendapatan yang cukup, pendidikan dan kesehatan
yang cukup, pendidikan dan kesehatan yang terpenuhi.

28
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran umum Kabupaten Majene


Kabupaten Majene merupakan salah satu dari 6 Kabupaten di wilayah
Provinsi Sulawesi Barat. Secara astronomis, Kabupaten Majene terletak antara
20⁰ 38’ 45”- 30⁰ 38’ 15” Lintang Selatan dan antara 118⁰ 45’ 00”-119⁰ 4’ 45”
Buju Timur. Kabupaten Majene merupakan salah satu dari 6 Kabupaten yang
berada dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat yang terletak di pesisir pantai barat
Provinsi memanjang dari Selatan ke Utara. Jarak Kabupaten Majene ke Ibukota
Provinsi Sulawesi Barat (kota Mamuju) kurang lebih 147 Km.
Secara administrative Kabupaten Majene berbatasan dengan wilayah
wilayah berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju.
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Polewali Mandar dan
Kabupaten Mamasa.
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan teluk Mandar dan Selatan
Makassar .
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Selatan Makassar.
Kabupaten Majene terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan dan 133
(seratus tiga puluh tiga) Desa/Kelurahan, yakni Kecamatan Banggae,
Banggae Timur, Pamboang, Sendana, Tammeroddo Sendana, TUBO
Sendana, Malunda danUlumanda.
Luas wilayah Kabupaten Majene adalah 947,84 Km 2 , dengan ibukota
Kabupaten terletak di Kecamatan Banggae, yang berada di posisi Selatan
Kabupaten Majene, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam sampai 4 jam dari Ibukota
Provinsi Sulawesi Barat yakni berkisar ±120 Km2.
Bentang alam wilayah Kabupaten Majene yang merupakan wilayah datar,
bergelombang, berbukit sampai bergunung yang tersebar di semua wilayah
Kecamatan di Kabupaten Majene. Secara umum jenis tanah yang tersebar di
wilayah Kabupaten Majene adalah Alluvial, Mediteran, Latsol, Gromosol,
Poksolit Merah, dan Laterik yang tersebar di semua Kecamatan. Kondisi geologi
regional wilayah Kabupaten Majene sangat spesifik karena merupakan pertemuan
dua gugusan benua yaitu Benua Asia dan Australia.
4.2 Kondisi geografi wilayah Kelurahan Tande

29
Berdasarkan posisi geografisnya, Kelurahan Tande sebelah utara berbatasan
dengan Kelurahan Baruga Dhua dan kabupaten Polman, sebelah barat berbatasan
dengan kelurahan galung, sebelah timur berbatasan dengan Tande Timur,
sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tande Timur dan
Kelurahan Labuang Utara. Kelurahan Tande terdiri dari lima lingkungan yaitu
Purrau, Buttu, Limboro Barat, Ayulita, Limboro Timur dengan luas wilayah
Kelurahan Tande tercatat 5,41 Km2, berada pada titik koordinat antara 03⁰
32’00”0 lintang selatan dan antara 118⁰59’35” bujur timur.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kelurahan Tande
No Kelurahan Luas
1 Kelurahan Purrau 0,9 Km2
2 Kelurahan Ayulita 0,45 Km2
3 Keluran Limboro Barat 0,69 Km2
4 Keluran Limboro Timur 0,75 Km2
5 Keluran Buttu 2,41 Km2
Total 5,41 Km2
Sumber Data Primer 2023

Batas wilayah kelurahan Tande sebagai berikut:


1) Sebelah Utara : Berbatasan dengan kel. Baruga
Dhua & Polman
2) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kel. Tande
Timur & Kel. Labuang Utara
3) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kel. Tande
Timur
4) Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kel. Galung
Secara geografis Kelurahan Tande merupakan daerah pegunungan,
meskipun sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pesisir pantai.
4.3. Komdisi demografi Kelurahan Tande
Jumlah Penduduk Kelurahan Tande berjumlah 1.474 jiwa dengan jumlah
laki-laki sebanyak 707 jiwa dan Perempuan sebanyak 767 jiwa. dan di inci
berdasarkan Lingkungan adalah sebagai berikut
Tabel 4.2 Kondisi Demografi Kelurahan Tande
No Lingkungan Jumlah Penduduk
1. Purrau 362
2. Ayulita 149
3. Limboro Barat 269
4. Limboro Timur 262
5. Buttu 432
Jumlah 1.474

4.4 Sejarah Kampung lingkungan Tande

30
Sebagaimana wawancara kepada kepala Lingkungan Buttu sejarah
singkatnya merupakan cerita turun temurun di Desa Tande memiliki lima arah
(Kehadatan) yaitu : 3 Pappuangan (Limboro, Buttu dan Pauluang) dan 2
Tomauwen ( Ayulita dan Su’bik). Dulunya yang berdiri sebagai Pappuangan
Buttu adalah seorang pendatang dan dibuang oleh masyarakat karena memiliki
penyakit (Kudis) serta yang mengobati adalah singa putih.
Kelurahan Tande dan Tande Timur dulunya merupakan sebuah
perkampungan namun seiring berjalannya waktu di ganti menjadi Desa Tande.
Asal mulanya masyarakat Desa Tande berasal dari bongkah Padang (Tator)
namun tidak bungki yang tertulis yang menjadi patokan kebenaran ini hanya saja
di Tator memiliki beberapa persamaan di Desa Tande yaitu nama beberapa
tempat yang persisis sama. Sebelum adanya pemekaran yang menjadi Kepala
Desa Tande pertama yaitu Ba’lo pada masa sebelum adanya pengungsian karena
Desa Tande dulunya pernah di kosongkan pada tahun 1955.
Pada tahunn 1963-1965 masyarakat kembali ke Desa Tande Tahun 1969
dimulai pemilihan Kepala Desa yang baru yaitu Pasila pada masa
pemerintahannya Desa Tande di mekar menjadi Dua Kelurahan, faktor yang
mendasari terjadinya pemekaran di Desa Tande karena luasan wilayah Kelurahan
Tande dulunya memiliki delapan Lingkungan namun bertamabah menjadi sepuluh
yaitu Lingkungan Lutang dan Lingkungan Talumu. Dari pemekaran tersebut
terbagi menjadi dua Kelurahan yaitu Kelurahan Tande (Purrau, Ayulita, Limboro
Barat, Limboro Timur dan Buttu) dan Kelurahan Tande Timur dalam pembagian
masing-masing lima lingkungan.
4.5 Sejarah food estate di kelurahan Tande
Program food estate yang ada di Kelurahan Tande berawal dari bulan Juni tahun
2022, dengan luas area 57 hektar, dengan arahan dari mentri pertanian memberi
amanah kepada pemerintah Bupati Majene untuk mambuat program food estate.
Dimana dalam program food estate tersebut terdapat 10 kelompok tani yang ikut
bergabung dalam program food estate, diantaranya Kelompok Tani Bura Balisa,
Kelompok Tani Randang Balisa, Kelompok Tani Salabulo, Kelompok Tani
Paindo, Kelompok Tani Hijau Lestari, Kelompok Tani Sipatuo, Kelompok Tani
Cakrabuana, Kelompok Tani Sisumayayi, Kelompok Tani Mammesa dan lain..

31
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penyajian Data (Hasil Penelitian)


a) Karakteristik responden berdasarkan umur
umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan cara
bekerja serta cara berfikir.Dari hasil penelitian yang dilakukan
diperoleh rata-rata umur petani yang bergabung dalam program
Food Estate sangat bervariasi berada pada kisaran umur antara 21
tahun hingga 50 tahun keatas.
Adapun data terkait usia responden dalam penelitian ini ditunjukkan
pada Tabel
Tabel 5.1
Presentase
No Umur Jumlah orang
(%)
1 21 tahun-30 tahun 3 10%
2 31 tahun-40 tahun 11 38%
3 41 tahun-50 tahun 8 28%
4 Diatas 51 tahun 7 24%
Total 29 100%
Sumber data primer
Berdasarkan tabel 5.1 terkait umur responden, maka dapat
diketahui bahwa rata-rata usia petani yang tergabung dalam program
Food Estate. Responden berusia 21-30 tahun yaitu sebanyak 3 orang
dengan presentase 10%. Umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 11 orang
dengan presentase 38%. Umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 8 orang
dengan presentase 28%. Serta respondeng dengan umur diatas
51tahun sebanyak 7 orang dengan presentase 24 %.
b) Karakteristik Tingkat peendidikan responden
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang
pernah diikuti oleh petani. Tingkat pendidikan akhir yang paling
banyak tempuh oleh petani adalah tingkat pendidikan SMA
sederajat.
Adapun data mengenai tingkat pendidikan responden dalam
penelitian ini dijelaskan dalam tabel 5.2.

32
Tabel 5.2
Jumlah Presentase
No Tingkat pendidikan
(orang) (%)
1 Tidak sekolah 3 10%
2 SD 4 14%
3 SMP Sederajat 7 24%
4 SMA Sederajat 12 41%
5. D2 perpustakaan 1 3%
6. S1 2 7%
Total 29 100%
Sumber data primer
Berdasarkan tabel tabel 5.2 di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata
tingkat pendidikan petani di KelurahanTande yang menjadi
responden, yaitu tidak bersekolah berjumlah 3 orang atau sebesar
10%. Berpendidikan terakhir SD berjumlah 4 orang atau sebesar
14%. SMP sederajat berjumlah 7 orang atau sebesar 24%. SMA
sederajat berjumlah 12 orang atau sebesar 41%. DII perpustakaan 1
orang atau sebesar 3%. Sedangkan S1 berjumlah 2 orang atau
sebesar 7%.
c) Karakteristik Jumlah tanggungan keluarga
Terkait dengan jumlah tanggungan keluerga, hasil penelitian
menunjukkan bahwa rumah tangga petani yang terlibat dalam
program food estate memiliki jumlah tanggungan sebagai berikut.
Adapun data mengenai jumlah anggota keluarga responden
dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel 5.3sebagai berikut:

Tabel 5.3
Jumlah Presentase
No Jumlah kepala keluarga tanggungan
(%)
keluarga
1 3 0 orang 10%
2 - 1 orang -
3 2 2 orang 7%
4 4 3 orang 14%
5 6 4 orang 21%
6 5 5 orang 17%
7 4 6 orang 14%
8 3 7 orang 10%
9 1 8 orang 3%
10 - 9 orang -

33
11 - 10 orang -
12 1 11 orang 3%
13 - 12 orang -
Total 29 100%
Sumber data primer 2023
Tabel 5.3 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan
keluarga
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan jumlah tanggungan
dalam rumah tangga petani. Adapun petani yang memiliki jumlah
tanggungan 0 orang yaitu sebanyak 3 responden. Petani dengan
tanggungan 2 orang yaittu sebanyak 2 orang. Petani dengan
tanggungan 3 orang yaitu sebanyak 4 orang. Petani dengan
tanggungan 4 orang yaitu sebanyak 6 orang. Petani dengan
tanggungan 5 orang yaitu sebanyak 5 orang. Petani dengan
tanggungan 6 orang sebanyak 4 orang. Petani dengan tanggungan 7
orang yaitu sebanyak 3 orang. Petani dengan tanggungan 8 orang
sebanyak 1 orang. Petani dengan tanggungan 11 orang sebanyak 1
orang.

d) Luas lahan responden


Luas lahan yang dimaksud adalaha luas lahan yang dikuasi oleh
petani. Dimana luas lahan yang dimiliki petani sangat
mempengaruhi hasil produksi yang didapat.

Tabel 5.4 Luas Lahan


Presentase
No Luas Lahan Jumlah Orang
(%)
1 ¿ 0,5 hektar 10 34%
2 0,5 – 1 hektar 9 31%
3 ¿ 1 hektar 10 34%
Total 29 100%

34
5.2 Hasil Penelitian
Hasil survei dengan menggunakan kuesioner terhadap petani yang ikut
bergabung dengan food estate yang ada di Lingkungan Tande dengan
jumlah responden 29 orang, maka dapat diketahui sebagai berikut:
a. Pendapatan petani yang tergabung dalam program majene food
estate
Pendapatan petani merupakan penghasilan yang diterima oleh
petani dari usaha tani dan penghasilan di luar usaha tani yang dihitung
dari selisih antara total penerimaan dengan total biaya.

Tabel 5.5
PENDAPATAN PETANI DALAM
SKEMA FOOD ESTATE DAN DALAM R/C
Total
Total Biaya Pendapatan
No Nama Penerimaan R/C1
(TC) Petani
(TR)
1 Saparuddin 42.500.000 32.215.000 10285000,00 1,32
2 Muhammad
30.180.000 34.951.000 -4771000,00
Saleh 0,86
3 Ahmad.A 33.472.000 33.930.000 -458000,00 0,99
4 Ahmad 13.570.000 18.919.000 -5349000,00 0,72
5 Tasrik 36.000.000 23.787.000 12213000,00 1,51
6 Samsul 6.200.000 26.816.000 -20616000,00 0,23
7 Sapri 15.000.000 27.017.000 -12017000,00 0,56
8 Kamaruddin 14.225.000 30.800.000 -16575000,00 0,46
9 Mas’ud 88.500.000 48.808.000 39692000,00 1,81
10 Muliadi 12.100.000 28.846.000 -16746000,00 0,42
11 Darwis 95.000.000 52.712.000 42288000,00 1,80
12 Asruddin 58.995.000 44.345.000 14650000,00 1,33
13 Abdullah 5.590.000 10.642.000 -5052000,00 0,53
14 M.Idrus 25.810.000 33.844.000 -8034000,00 0,76
15 Rahmadi 41.490.000 29.569.000 11921000,00 1,40
16 Akhmad 35.880.000 21.289.000 14591000,00 1,69
17 Juma’ali 36.840.000 19.992.000 16848000,00 1,84
18 Nasruddin 14.000.000 32.153.000 -18153000,00 0,44
19 Sulemana 33.720.000 23.970.000 9750000,00 1,41
20 Saeni 35.220.000 21.430.000 13790000,00 1,64
21 Abdul 681.000.00 163.069.00 517931000,00
Rahman 0 0 4,18

35
22 Mansur 50.200.000 25.015.000 25185000,00 2,01
23 Baharuddin. 108.800.00 40.158.000 68642000,00
C 0 2,71
24 Sardan 49.400.000 23.450.000 25950000,00 2,11
25 Nurman 41.000.000 27.089.000 13911000,00 1,51
26 Mu’min 35.000.000 36.420.000 -1420000,00 0,96
27 Bahorlin 35.734.000 31.241.000 4493000,00 1,14
28 M.Zakir 38.000.000 48.485.000 -10485000,00 0,78
29 Kamua 27.000.000 15.170.000 11830000,00 1,78
Jumlah 1.740.426.000 1.006.132.000 734.294.000,00 38,90

Pada Tabel 5.5 menunjukkan pendapatan petani yang aktif bergabung


dalam program food estate di Kelurahan Tande memiliki pendapatan yang relative
berbeda-beda, tergantung dari luas lahan, jumlah produksi yang dihasilkan dan
penghasilan petani di luar usaha tani. Pendapatan terbesar adalah Rp. 517.931.000
dan pendapatan terendah Rp. -20.616.000, selama 11 bulan. Dari 29 responden
semua memiliki pendapatan yang berbeda-beda, ada 12 petani yang memiliki
pendapatan ≤ Rp.0 artinya pengeluaran petani lebih besar dari pendapatan yang
dihasilkan selama 11 bulan. Petani dengan pendapatan antara 1-10 juta terdiri dari
2 orang. Petani dengan pendapatan antara 10-20 juta terdiri dari 9 orang. Petani
dengan pendapatan antara 20-50 juta 4 orang dan petani dengan pendapatan di
atas 50 juta terdiri dari 2 petani. Semua responden yang berjumlah 29 orang,
terdiri dari 12 orang memiliki rasio (R/C) < 1 dan 17 orang memiliki rasio (R/C)
>1 maka tidak semua petani mengalami keuntungan.

b. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani

Berikut ini merupakan hasil survei dengan menggunakan kuosioner


mengenai tingkat kesejahteraan rumah tangga petani di Kelurahan Tande
berdasarkan kriteria Badan Pusat Statistik (2014) dengan menggunakan 7
indikator kesejahteraan yaitu kependudukan, Kesehatan dan gizi, Pendidikan,
ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan, dan sosial
lainnya.

36
Tabel 5.6

KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI DALAM SKEMA MAJENE FOOD ESTATE DI KELURAHAN TANDE

KELAS SKOR JUMLAH SKOR SEKAHTERA


No NAMA INDIKATOR KESEJAHTERAAN
CUKUP 2
1 JUMA'ALI KEPENDUDUKAN
CUKUP 2
KESEHTAN GIZI
BAIK 3
PENDIDIKAN
PRODUTIF 3 18 SEJAHTERA
KETENAGAAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
BAIK 3
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
CUKUP 2
2 MUHAMMAD ZAKIR KEPENDUDUKAN
BAIK 3
KESEHATAN GIZI
BELUM
KURANG 1 15 SEJAHTERA
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3
KETENAGAAKERJAAN

37
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
KURANG 1
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
CUKUP 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
CUKUP 2
3 MU'MIN KEPENDUDUKAN
BAIK 3
KESEHATAN GIZI
CUKUP 2 18 SEJAHTERA
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3
KETENAGAAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
BAIK 3
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
CUKUP 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
BAIK 3
4 NURMAN KEPENDUDUKAN
BAIK 3
KESEHATAN GIZI
CUKUP 2
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3 19 KESEJAHTERAAN
KETENAGAAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI

38
BAIK 3
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
CUKUP 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
KURANG 1
5 NASRUDDIN KEPENDUDUKAN
CUKUP 2
KESEHATAN GIZI
KURANG 1 15 BELUM SEJAHTERA
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3
KETENAGAAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
BAIK 3
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
CUKUP 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
BAIK 3
6 KAMUA KEPENDUDUKAN
CUKUP 2
KESEHATAN GIZI
CUKUP 2
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3 18 SEJAHTERA
KETENAGAAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
BAIK 3
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

39
KURANG 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
BAIK 3
7 SULEMANA KEPENDUDUKAN
CUKUP 2
KESEHATAN GIZI
CUKUP 2
PENDIDIKAN
CUKUP
PRODUKTIF 2 18 SEJAHTERA
KETENAGAAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
BAIK 3
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
BAIK 3
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
CUKUP 2
8 RAHMADI KEPENDUDUKAN
CUKUP 2
KESEHATAN GIZI
BAIK 3
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3 18 SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
BAIK 3
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

40
CUKUP 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
BAIK 3
9 AKHMAD KEPENDUDUKAN
BAIK 3
KESEHATAN GIZI
CUKUP 2
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3 18 KESEJAHTERAAN
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
CUKUP 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
BAIK 3
10 ASRUDDIN KEPENDUDUKAN
CUKUP 2
KESEHATAN GIZI
CUKUP 2
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3 18 SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
BAIK 3
SOSIAL DAN LAIN-LAIN

41
BAIK 3
11 M.IDRUS KEPENDUDUKAN
BAIK 3
KESEHATAN GIZI
KURANG 1
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3 17 BELUM SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
CUKUP 2
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
CUKUP 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
KURANG 1
12 ABDULLAH KEPENDUDUKAN
CUKUP 2
KESEHATAN GIZI
KURANG 1
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3 17 BELUM SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
BAIK 3
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
CUKUP 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
BAIK 3
13 SAPARUDDIN KEPENDUDUKAN

42
BAIK 3
KESEHATAN GIZI
CUKUP 12
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3 18 SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
BAIK 3
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
BAIK 3
14 MUHAMMAD SALEH KEPENDUDUKAN
BAIK 3
KESEHATAN GIZI
KURANG 1
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3 17 BELUM SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
CUKUP 2
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
BAIK 3
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
BAIK 3
15 SAENI KEPEDUDUKAN
CUKUP 2
KESEHATAN GIZI

43
BAIK 3
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3 18 SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
BAIK 3
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
CUKUP 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
BAIK 3
16 BAHARLIN KEPENDUDUKAN
BAIK 3
KESEHATAN GIZI
CUKUP 2
PENDIDIKAN
BAIK 3 18 SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
BAIK 3
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
BAIK 3
17 SAPRI KEPENDUDUKAN
BAIK 3
KESEHATAN GIZI
KURANG 1
PENDIDIKAN

44
BAIK 3 17 BELUM SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
CUKUP 2
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
BAIK 3
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
KURANG 1
18 KAMARUDDIN KEPENDUDUKAN
CUKUP 2
KESEHATAN GIZI
KURANG 1
PENDIDIKAN
BAIK 3 13 BELUM SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
KURANG 1
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
BAIK 3
19 MAS'UD KEPENDUDUKAN
CUKUP 2
KESEHATAN GIZI
BAIK 3
PENDIDIKAN
BAIK 3 18 SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN

45
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
CUKUP 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
BAIK 3
20 SYAMSUL KEPENDUDUKAN
BAIK 3
KESEHATAN GIZI
KURANG 1
PENDIDIKAN
BAIK 3 17 BELUM SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
CUKUP 2
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
BAIK 3
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
CUKUP 2
21 AHMAD A KEPENDUDUKAN
BAIK 3
KESEHATAN GIZI
CUKUP 2
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3 18 SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI

46
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
BAIK 3
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
CUKUP 2
22 DARWIS KEPENDUDUKAN
BAIK 3
KESEHATAN GIZI
CUKUP 2
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3 18 SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
BAIK 3
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
CKUP 2
23 TASRIK KEPENDUDUKAN
CUKUP 2
KESEHATAN GIZI
CUKUP 2
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3 18 SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
BAIK 3
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

47
BAIK 3
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
CUKUP 2
24 AHMAD KEPENDUDUKAN
CUKUP 2
KESEHATAN GIZI
KURANG 1
PENDIDIKAN
CUKUP 2 15 BELUM SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
BAIK 3
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
CUKUP 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
CUKUP 2
25 MULIADI KEPENDUDUKAN
BAIK 3
KESEHATAN GIZI
KURANG 1
PENDIDIKAN
PRODUKTIF 3 16 BELUM SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
CUKUP 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN

48
BAIK 3
26 ABDUL RAHMAN KEPENDUDUKAN
BAIK 3
KESEHATAN GIZI
CUKUP 2
PENDIDIKAN
BAIK 3 18 SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
CUKUP 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
BAIK 3
27 SADDAN KEPENDUDUKAN
CUKUP 2
KESEHATAN GIZI
BAIK 3
PENDIDIKAN
BAIK 3 18 SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
BAIK 3
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
BAIK 3
28 BAHARUDDIN.C KEPENDUDUKAN

49
BAIK 3
KESEHATAN GIZI
BAIK 3
PENDIDIKAN
CUKUP 2 18 SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
CUKUP 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN
BAIK 3
29 MANSYUR KEPENDUDUKAN
CUKUP 2
KESEHATAN GIZI
BAIK 3
PENDIDIKA
BAIK 3 18 SEJAHTERA
KETENAGAKERJAAN
BAIK 3
TARAF DAN POLA KONSUMSI
CUKUP 2
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
CUKUP 2
SOSIAL DAN LAIN-LAIN

50
Dimana pada Tabel 5.6 menunjukkan tingkat kesejahteraan rumah tangga
petani di Kelurahan Tande berdasarkan hasil survei dengan menggunakan
kuosioner menurut 7 variabel indikator kesejahteraan (BPS,2014) dengan jumlah
responden 29 orang. Maka diperoleh 19 petani yang sejahtera dengan persentase
65% dan 10 orang petani yang belum sejahtera dengan persentase 35%.

5.3 Pembahasan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui survei dan


menggunakan kuosioner, maka berikut ini penjabaran mengenai analisis ekonomi
dan kesejahteraan petani dalam skema Majene food estate di Kelurahan Tande
Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene.

5.3.1 . Pendapatan Petani dalam Skema Mejene Food Estate

Menurut Sadono sukirno (2014), pendapatan adalah jumlah


penghasilan yang diterima oleh penduduk atau prestasi kerjanya selama
satu periode tertentu baik harian, mingguan, atau tahunan. Sedangkan
pendapatan rumah tangga menurut T. Gilarso (2015), adalah balas jasa
atau jasa imbalan yang diperoleh karena sumbangan yang diberikan
dalam kegiatan Produksi. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah jumlah pendapatan yang diperoleh petani dalam jangka
waktu satu periode yaitu 11 bulan atau selama terbentuknya food estate

Berdasarkan hasil survei dan kuosioner dari 29 orang responden


yang tergabung dalam program food estate dapat diketahui bahwa
jumlah pendapatan petani di Kelurahan Tande termasuk dalam kategori
masih rendah. Jumlah pendapatan yang diperoleh petani tergantung dari
luas lahan yang dikelola, hasil produksi yang diterima dan penghasilan
petani di luar usaha tani. Jumlah pendapatan paling tinggi yang
diperoleh petani (29 responden) adalah sebesar Rp. 517.931.000 dan
jumlah pendapatan paling rendah yaitu Rp. -20.616.000.

Jumlah pendapatan masing-masing petani juga dipengaruhi oleh


biaya produksi atau biaya total merupakan hasil atau nilai yang
diperoleh dari biaya tetap (fixed cost) ditambah dengan biaya tidak tetap
(variabel cost). Biaya tetap yang di keluarkan oleh petani terdiri dari
biaya pengeluaran pangan dan non-pangan, sedangkan biaya tidak tetap

51
yang dikeluarkan setiap petani terdiri dari biaya benih, biaya pupuk,
biaya pestisida, dan biaya panen. Jumlah pemakaian benih,pupuk, dan
pestisida setiap petani berbeda tergantung dari luas lahan yang di miliki
dan seberapa banyak pemakaian benih, pupuk dan pestisida yang
digunakan.

Pendapatan petani merupakan selisih antara total penerimaan


(total revenue) dengan total biaya (total cost) yang dapat menunjukkan
tingkat keuntungan yang diperoleh petani. Berdasarkan hasil survei dan
kuosioner yang diperoleh jumlah pendapatan dari 29 responden sebesar
Rp. 734.294.000 dimana sebanyak 12 orang petani yang memiliki
pendapatan ≤ Rp.0 artinya pengeluaran petani lebih besar dari
pendapatan yang dihasilkan selama 11 bulan. Petani dengan pendapatan
antara 1-10 juta terdiri dari 2 orang. Petani dengan pendapatan antara
10-20 juta terdiri dari 9 orang. Petani dengan pendapatan antara 20-50
juta 4 orang dan petani dengan pendapatan di atas 50 juta terdiri dari 2
petani.

Rasio (R/C) merupakan penerimaan total di bagi dengan biaya


total, hasil yang telah diperoleh akan menunjukkan usaha tani
menguntungkan atau tidak secara ekonomi. Dilihat dari pendapatan
petani dari usaha tani dan penghasilan petani di luar usaha tani, nilai
rasio tertinggi (R/C) sebesar 4 dan nilai rasio terendah (R/C) adalah di
bawah <1. Semua petani yang tergabung dalam program food estate di
Kelurahan Tande (29 responden) termasuk dalam kategori belum
menguntungkan karena sebagian petani nilai rasionya (R/C) masih di
bawah <1.

Berdasarkan hasil di atas, maka diperoleh hasil bahwa


pendapatan petani yang tergabung dalam program food estate di
Kelurahan Tande Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene masih
terbilang rendah. Jumlah pendapatan yang di peroleh petani disebabkan
oleh luas lahan yang di Kelola petani, jumlah komoditi yang di
budidayakan atau sudah di panen selama program food estate berjalan,

52
dan penghasilan petani di luar usaha tani yang dijalankan, semakin luas
lahan yang di Kelola dan semakin banyak komoditi yang di penen dan
tergantung penghasilan yang di terima oleh petani/bulan di luar usaha
tani yang di lakukan selama program food estate berjalan maka jumlah
pendapatan yang diterima oleh petani akan semakin tinggi. Besarnya
pendapatan petani juga juga di pengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan,
semakin besar biaya yang dikeluarkan maka semakin sedikit
pendapatan yang di peroleh begitupun sebaliknya semakin sedikit biaya
yang dikeluarkan maka semakin besar pendapatan yang di peroleh.
Namun besarnya biaya yang di keluarkan petani tergantung dari luas
lahan yang di Kelola, jumlah komoditi yang di tanam dan jumlah
pengeluaran rumah tangga petani selama program food estate ini
dijalankan. Rata-rata pendapatan petani dari 29 responden dalam satu
kali panen sebesar Rp.

5.3.2 Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani dalam Skema


Majene Food Estate

Tingkat Kesejahteraan diartikan sebagai kemampuan keluarga


untuk memenuhi semua kebutuhan untuk bisa hidup layak, sehat, dan
produktif (Hartoyo, dkk, 2016). Kesejahteraan menurut badan pusat
statistic (2014) adalah suatu kondisi dimana seluruh kebutuhan jasmani
dan rohani dari rumah tangga tersebut dapat di penuhi sesuai dengan
tingkat hidup.

Kesejahteraan adalah sebuah tata kehidupan dan penghidupan


sosial, material, maupun spiritual yang diikuti dengan rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketentraman diri, rumah tangga serta masyarakat lahir
dan batin yang memungkinkan setiap warga negara dapat melakukan
usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-
baiknya bagi diri sendiri, rumah tangga, serta dengan masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak-hak asasi (Rambe, 2013)

Berdasarkan kriteria Badan Pusat Statistik (2014), indikator yang


digunakan untuk mengukur kesejahteraan rumah tangga petani
disesuaikan oleh informasi tentang kependudukan, Kesehatan dan gizi,
Pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan
lingkungan, sosial dan lainnya. Klasifikasi yang digunakan terdiri dari
dua klasifikasi, yaitu rumah tangga dalam kategori sejahtera dan belum

53
sejahtera. Untuk mengukur masing-masing klasifikasi kesejahteraan,
ditentukan dengan cara menggunakan jumlah skor.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tengkat kesejahteraan


rumah tangga petani yang tergabung dalam program majene food estate
di Kelurahan Tande Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene dari
29 responden yaitu sebanyak 19 orang petani yang masuk dalam kategori
sejahtera dengan persentase 65% dan selebihnya 10 orang petani masuk
dalam kategori belum sejahtera dengan persentase 35%. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan rumah tangga petani masih
cukup tinggi.

Salah satu faktor yang menyebabkan cukup tingginya tingkat


kesejahteraan rumah tangga petani yang tergabung dalam program food
estate di Kelurahan Tande menurut 7 indikator Badan Pusat Statistik
(2014) bahwa petani memiliki keadaan ekonomi, Kesehatan, tempat
tinggal, dan fisilitas-fasilitas penunjang untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari yang layak, sarana dan prasarana yang mendukung, serta
faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan adalah jumlah
pendapatan rumah tangga yang diterima petani dan jumlah anggota
keluarga.

54
BAB V1
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kamia terkait analisis ekonomi dan
kesejahteraan petani skema Majene Food Estate, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1) pendapatan petani yang aktif dan memiliki hasil produksi usahatani
selama bergabung dalam program food estate di kelurahan tande
kecamatan banggae timur kabupaten majene masih terbilang cukup
rendah sebab program food estate ini baru terbentuk pad 11 bulan
yang lalu dan baru berjalan sekitar 7 bulan lalu.
2) berdasarkan kriteria badan statistika (2014) tentang tingkat
kesejahteran rumah tangga petani yang tergabung dalam program
food estate di kelurahan tande sudah terbilang cukup tinggi.

55
DAFTAR PUSTAKA

Anton,G. & Mahartawi.(2016).Kontribusi Usahatani Padi Sawah Terhadap


Pendapatan Usahatani Keluarga Di Desa Ogoamas li Kecamatan Sojol
Utara Kabupaten Donggala. Jurnal e-J.Agrotekbis 4 (1):106-112
Al muksit.2017.Analisis Pendapatan Dankesejahteraan Petani Karet Di
Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari. Skripsi. Fakultas universitas
jambi, jambi.

Suryaningsih,Ita.2021.Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah


Tangga Petani Padi Di Desa Lauwa Kecamatan Pitumpanua Kabupaten
Wajo.Universitas muhammadiyah Makassar

Badan pusat statistik.2014.Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014.Badan Pusat


Statistik.jakarta
.
Setiyawati, Ida Bagus Made Agung Dwijitatenaya & Rakhmadhani Norhaq.
2017.Pendapatan dan Kesejahteraan Rumah Tangga Petani.Universitas
Kutai Kartanegara.Kalimantan Timur

Pita Prasetyaningtuas.2014. Identifikasi Kesejahteraan Ekonomi Pekerja Olahan


Ikan Tuna Berdasarkan Pengeluaran Pendapatan di Kecamatan
Pacitan.Universitas Brawijaya.Malang.

Salshabila Trianggaraeni Wandanarum. Et al.2021.Peran Keuangan Negara


Terhadap Pembanguana Dood Estate Pada Masa Apndemi Covid-19
Dalam Menjawab Ketahanan Pangan Dan Kaitannya Dengan Isu
Lingkungan.Jurnal keuangan negara dan kebijakan public volume 1|
Nomer 2| Tahun 2021.

Diffa, rizkia.Et al.2020.Analisis Yuridis Terhadap Program Pembangunan Food


Estate Di Kawasan Hutan Ditinjau Dari Eco-Justice.jurnal hukum
lingkungan tata ruang dan agrarian.vol2,No 1, oktober 2022.

Adityo Wirapranatha, & Yudi Sustrasna.2020. Strategi Pengembangan Food


Estate Dalam Pemulihan Ekonomi Nasional.Universitas Pertahanan.

56
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN PETANI
DALAM SKEMA MAJENE FOOD ESTATE

Kami dari jurusan agribisnis fakultas pertanian dan kehutanan, universitas


Sulawesi barat. Sedang melakukan penelitian sebagai tugas mata kuliah
metodologi penelitian sosial ekonomi. Kuesioner ini berhubungan dengan selaku
petani. Hasil kuesioner ini tidak untuk dipublikasikan, melaikan untuk
kepentingan penelitian semata. Atas bantuan dan kesediaan waktu serta
kerjasamanya dalam mengisi kuesioner ini saya ucapkan terima kasih.
Hari/tanggal :
Alamat tempat tinggal :

I. Identitas petani
Kelompok tani :
Jabatan :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Jumlah tanggungan keluarga:

II. Sistem usahatani


A. Pendapatan usahatani
NO Jenis Luas Produks Harga Berapa kali Status
(Ha) i 1 kali jual (Rp) panen dalam lahan
panen setahun
(kg)
1 Lombok
besar
2 Cabe rawit
3 Bawang
merah
4 Tomat
5 Pisang
6 Jagung
7 Kacang
hijau

57
8 Kacang
tanah
II Pengeluaran usahatani
1) TANAMAN…….
Jumlah
No Uraian penggunaan dalam Harga Biaya
satu musim tanam
1 Benih
2 Pupuk
a. Urea
b. Ponska
c. TSP
d. ZA
e. KCL
f. Pupuk kandang
g. Pupuk organic
3 Pestisida padat
a.
b.
c.
4 Pestisida cair
a.
b.
c.

Penerimaan Dari Luar Usahatani


N
Pekerjaan Pendapatan per bulan Biaya usaha
O
1 PNS/Pensiunan PNS
2 Karyawan
3 Pedagang
4 Buruh
5 Lainnya…..

Analisis Kesejahteraan
BAHAN MAKANAN ( PANGAN )
Jenis pengeluaran satuan waktu Asal Nilai
Harga beli
Pangan (minggu/bulan/ pengeluran
Beli Sendiri (RP)
tahun) (Rp)
Beras
Lauk pauk
1.Telur
2.Tahu
3.Tempe
4.Daging ayam
……

58
Sayur,Buah,Bumbu
Minuman
(gula,the,kopi, dll)
Rokok
Roti, Kue

BUKAN BAHAN MAKANAN (NON-PANGAN)


Nilai
Satuan waktu
N pengeluaran
Jenis pengeluaran (minggu/bulan/ta Nominal
o per tahun
hun)
(Rp/tahun)
1 Penerangan & bahan bakar
a.bensin,bbm (kendaraan bermotor)
b.listrik
c.air (PDAM)
d.gas dan minyak tanah
2 Pajak
a.PBB
b.pajak kendaraan bermotor
3 Komunikasi
a.pulsa
b.internet
4 Pendidikan kelurga
a.SPP
b.uang saku (transportasi,jajan, kost
anak)
c.buku,alat tulis, seragam sekolah, dll
5 Keperluarga sehari-hari (sabun mandi,
cuci, pasta gigi, sampo, dll)
6 Membeli pakaian
7 Perawatan kesehatan (beli obat,
periksa dokter)
8 Kegiatan sosial (sumbangan hajatan,
kematian, dll)
9 Lain-lain (perbaikan rumah, servis
rumah, dll)

59
60
TABEL HASIL PENELITIAN
BAWANG MERAH

Biaya
Jumlah Penerimaa Biaya tetap (FC) Pendapatan
Total Biaya Biaya Biaya Panen
No Nama Produk Harga n Usaha Total BTT Bersih Usaha
panga No BT Benih Pupuk Pestisida
si (Kg) Tani bagi hasil Tani
n Pangan
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1 Asruddin 700 15,000 10,500,000 1,325,142 Bantuan 845,000 330,000 - 1,175,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp -Rp
2 Saeni 112 15,000 1,680,000 - 1,750,000 225,000 50,000 - 2,025,000 345,000
muhammad Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3 Saleh 350 20,000 7,000,000 938,928 Bantuan 177,500 200,000 50,000 427,500 5,633,572
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
4 M Idrus 130 25,000 3,250,000 131,428 Bantuan 1,730,000 600,000 - 2,330,000 788,572
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
5 Abdullah 130 13,000 1,690,000 221,214 Bantuan 11,500 130,000 - 141,500 1,327,286
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
6 Saparuddin 500 15,000 7,500,000 1,007,857 Bantuan 215,000 180,000 50,000 445,000 6,047,143
Rp Rp - Rp Rp Rp Rp Rp -Rp
7 Akhmad 200 12,000 2,400,000 1,141,428 4,800,000 3,240,000 1,500,000 850,000 10,390,000 9,131,428
Rp Rp - Rp Rp Rp Rp Rp -Rp
8 Rahmadi 600 12,000 7,200,000 1,701,428 12,000,000 4,760,000 1,500,000 850,000 19,110,000 13,611,428
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
9 Nurman 200 20,000 4,000,000 361,428 Bantuan 990,000 480,000 1,470,000 2,168,572
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp -Rp
10 Nasruddin 300 20,000 6,000,000 -610,857 8,000,000 476,000 1,000,000 800,000 10,276,000 4,886,857

61
Rp Rp - Rp Rp Rp Rp Rp -Rp
11 Jama'ali 300 12,000 3,600,000 1,430,714 8,000,000 3,465,000 1,500,000 650,000 13,615,000 11,445,714
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
12 Samsul 200 20,000 4,000,000 - Bantuan 320,000 390,000 - 710,000 3,290,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
13 mas'ud 1500 25,000 37,500,000 - 4,500,000 2,100,000 755,000 - 7,355,000 30,145,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
14 Sapri 50 25,000 1,250,000 140,071 Bantuan 230,000 19,500 20,000 269,500 840,429
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
15 Kamaruddin 75 35,000 2,625,000 167,142 Bantuan 1,020,000 435,000 - 1,455,000 1,002,858
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp -Rp
16 Baharlin 2 25,000 50,000 - 750,000 860,000 85,000 - 1,695,000 1,645,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
17 Ahmad A 300 23,000 6,900,000 927,142 Bantuan 410,000 - - 410,000 5,562,858
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
18 Darwis 700 25,000 17,500,000 2,407,857 bantuan 445,000 200,000 - 645,000 14,447,143
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
19 Muliadi 300 15,000 4,500,000 539,142 Bantuan 311,000 415,000 - 726,000 3,234,858
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
20 Tasrik 200 15,000 3,000,000 - Bantuan - - 66,000 66,000 2,934,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
21 Kamua 1000 12,000 12,000,000 444,285 4,000,000 3,750,000 290,000 850,000 8,890,000 2,665,715

TOMAT
Biaya tetap (FC) Total BT
Jumlah Penerimaa Pendapatan
No Biaya Biaya Biaya
No Nama Produksi Harga n Usaha Total BTT Bersih Usaha
pangan Panga Benih Pupuk Pestisida
(Kg) Tani Tani
n bagi hasil

62
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1 Asruddin 100 5,000 500,000 18,571 220,000 Bantuan 150,000 370,000 111,429
Muhammad Rp Rp Rp Rp Rp Rp -Rp
2 Saleh 10 8,000 80,000 -28,714 85,000 86,000 110,000 281,000 229,714
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3 mas'ud 250 10,000 2,500,000 - 130,000 550,000 85,000 765,000 1,735,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
4 Kamaruddin 950 8,000 7,600,000 - 120,000 940,000 395,000 1,455,000 6,145,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
5 Ahmad 1170 9,000 10,530,000 1,255,714 480,000 1,260,000 - 1,740,000 7,534,286
Abd Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
6 Rahman 1200 5,000 6,000,000 397,857 160,000 2,790,000 265,000 3,215,000 2,387,143
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
7 Sardan 1500 8,000 12,000,000 1,545,000 200,000 530,000 455,000 1,185,000 9,270,000

CABE BESAR
Jumlah Penerimaa
N
Nama Produksi Harga n Usaha Biaya tetap (FC)
o Biaya Biaya Biaya
(Kg) Tani Total BT Total BTT
Benih Pupuk Pestisida
non
pangan bagi hasil
pangan
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1 Jama'ali 700 12,000 8,400,000 619,286 165,000 2,400,000 1,500,000 4,065,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2 Sulemana 1800 12,000 21,600,000 2,497,857 165,000 2,450,000 1,500,000 4,115,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3 Rahmadi 1800 12,000 21,600,000 2,497,857 165,000 2,450,000 1,500,000 4,115,000
4 Akhmad 1200 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

63
12,000 14,400,000 1,469,286 165,000 2,450,000 1,500,000 4,115,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
5 Darwis 1500 25,000 37,500,000 4,769,286 165,000 2,450,000 1,500,000 4,115,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
6 mansyur 1000 30,000 30,000,000 3,716,429 330,000 1,205,000 2,450,000 3,985,000

CABE KERITIN
Biaya tetap (FC)
Jumlah Penerimaa
Total Biaya Biaya Biaya
No Nama Produksi Harga n Usaha non BT Benih Pupuk Pestisida
(Kg) Tani pangan panga Bagi hasil
n
Rp Rp Rp Rp Rp
1 Ahmad A 900 18,000 16,200,000 2,146,071 Bantuan 1,177,500 12,876,429
Rp Rp Rp Rp Rp
2 Muliadi 100 Bantuan
10,000 1,000,000 26,429 815,000 158,571
Rp
Abd Rp
3 15000 210,000,00 Rp Bantuan Rp Rp
Rahman 14,000
0 29,458,214 3,792,500 176,749,286
Baharuddi Rp Rp Rp Rp Rp
4 nC 400 25,000 10,000,000 - 180,000 1,210,000 8,790,000

64
65
DOKUMENTASI

66

Anda mungkin juga menyukai