Anda di halaman 1dari 19

NAMA : ALMUNAWIR

NIM : A0120010

KELAS : AGRIBISNIS 2020 C

TUGAS : DASAR- DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

{ RESUME }

MATERI I
A. PENDAHULUAN
1. Pengertian Perlindungan Tanaman

Perlindungan Tanaman mempunyai makna yang sangat penting didalam menentukan


keberhasilan tujuan membudidayakan tanaman. Secara harfiah, perlindungan adalah sesuatu
yang diberikan untuk melindungi sesuatu atau seseorang yang tak kuat atau lemah terhadap suatu
ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya
yang normal. Sedangkan, tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan atau ditanam oleh
manusia untuk tujuan tertentu. Tujuan tersebut, selain untuk konsumsi, adalah untuk mencapai
hasil atau produksi tanaman yang berkuantitas tinggi dan berkualitas baik sehingga dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi yang membudidayakan.

Dengan demikian, Perlindungan Tanamanadalah usaha untuk melindungi tanaman dari ancaman
atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal,
sejak pra-tanam sampai pasca tanam (Djafaruddin, 1996)

Gangguan atau ancaman pada tanaman dapat berupa jasad penganggu atau organisme penganggu
tanaman (OPT), keadaan cuaca/iklim, keadaan tanah, maupun kesalahan dalam budidaya
tanaman pertanian.

2. Pengertian Organisme Pengganggu tanaman ( OPT )

Organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah hewan atau tumbuhan baik berukuran mikro
ataupun makro yang mengganggu, menghambat, bahkan mematikan tanaman yang
dibudidayakan. Berdasarkan jenis seranganya OPT dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu hama,
vektor penyakit, dan gulma.

Hama adalah hewan yang merusak secara langsung pada tanaman. Hama terdapat beberapa jenis,
diantaranya adalah insekta (serangga), moluska (bekicot, keong), rodenta (tikus), mamalia (babi),
nematoda, dll. Serangan hama sangat terlihat dan dapat memberikan kerugian yang besar apabila
terjadi secara massive. Namun serangan hama umumnya tidak memberikan efek menular,
terkecuali apabila hama tersebut sebagai vektor suatu penyakit.

Vektor penyakit atau biasa disebut sebagai faktor pembawa penyakit adalah organisme yang
memberikan gejala sakit, menurunkan imunitas, atau mengganggu metabolisme tanaman
sehingga terjadi gejala abnormal pada sistem metabolisme tanaman tersebut. Beberapa penyakit
masih dapat ditanggulangi dan tidak memberikan efek serius apabila imunitas tanaman dapat
ditingkatkan atau varietas tersebut toleran terhadap penyakit yang menyerangnya. Namun
terdapat pula penyakit yang memberikan efek serius pada tanaman dan bahkan menyebabkan
kematian. Beberapa vektor penyakit tanaman adalah virus, bakteri, dan cendawan. Umumnya
gejala penyakit memiliki efek menular yang sangat cepat dan sulit dibendung.

Gulma adalah tumbuhan liar yang tidak dikehendaki tumbuhnya dan bersifat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan. Gulma memberikan pengaruh
yang cukup signifikan pada pertumbuhan tanaman, meskipun biasanya tidak menimbulkan
kematian. Gulma bisa disebut juga sebagai kompetitor penyerap nutrisi daerah perakaran
tanaman. Apabila pertumbuhan gulma lebih cepat dibandingkan tanaman, maka sudah dapat
dipastikan tanaman yang dibudidayakan akan mengalami pertumbuhan yang tidak optimal.
Beberapa jenis gulma bahkan ada yang memberikan efek racun pada perakaran tanaman, seperti
kandungan metabolit sekunder (cairan) pada akar alang-alang.

3. Konsep Ekosistem Pertanian (Agroekosistem)

Agroekosistem adalah komunitas tanaman dan hewan yang berhubungan dengan lingkungannya
(baik fisik maupun kimia) yang telah diubah oleh manusia untuk menghasilkan Pangan, pakan,
serat, kayu bakar, dan produk- produk lainnya.
Pengertian lain tentang agroekosistem adalah, bahwa agroekosistem merupakan salah satu
bentuk ekosistem binaan manusia yang bertujuan menghasikan produksi pertanian guna
memenuhi kebutuhan manusia.

Konsep agroekosistem adalah sistem ekologi yang terdapat didalam lingkungan pertanian, yang
biasanya merupakan sistem alami yang terjadi setelah dibentuk oleh manusia.[1]

Atau dalam arti lain agroekosistem adalah suatu kawasan tempat membudidayakan makhluk
hidup tertentu meliputi apa saja yang hidup di dalamnya serta material lain yang saling
berinteraksi. Agar lebih mudah difahami, dapat diartikan lahan pertanian dalam arti luas,
termasuk kedalamnya hutan produksi dengan komoditas tanaman industry (HTI), kawasan
peternakan dengan lading penggembalaan serta tambak-tambak ikan.

Seperti yang kita ketahui, di dalam suatu ekosistem tentunya terdapat berbagai komponen, dari
yang abiotik sampai dengan yang biotik. Di dalam agroekosistem juga demikian, dan antara
komponen-komponen tersebut menjalin interaksi satu sama lain yang apabila interaksi tersebut
normal, akan terjadi sebuah keseimbangan ekosistem dan sebaliknya apabila tidak normal, atau
ada salah satu diantara komponen tersebut yang jumlahnya melampaui batas, missal meledaknya
hama maka interaksinya akan terganggu dan tidak akan seimbang.

 Komponen Agroekosistem

Agroekosistem meliputi seluruh komponen ekosistem yang berada di lingkungan pertanian, yang
meliputi:

1. Komponen abiotik

a. Air

Tak kurang dari 50% penyusun tubuh organisme terdiri akan air. Oleh sebab itu, air merupakan
salah satu komponen abiotic yang sangat menentukan kelangsungan hidup organisme. Jika kita
perhatikan berbagai daerah di sekitar kita, maka ada daerah yang kaya akan air, tetapi ada pula
yang kering. Perbedaan keadaan tersebut menyebabkan cara adaptasi berbeda-beda.

Di dalam agroekosistem, perbedaan keadaan lahan yang berair dengan lahan kering memiliki
penanganan yang berbeda dan tentunya berbeda dalam segi varietas tanaman yang ditanam.[2]
b. Tanah

Tanah merupakan tempat hidup seluruh kehidupan. Sebagian besar penyusun makhluk hidup
baik langsung maupun tidak langsung berasal dari tanah. Oleh sebab itu tak mungkin ada
kehiduan tanpa adanya tanah.

Karena sebagian besar kebutuhan makhluk hidup berasal dari tanah, maka perkembangan suatu
ekosistem, khususnya ekosistem darat seperti pertanian dan sebagainya sangat dipengaruhi oleh
kesuburan tanahnya. Tanah yang subur adalah tanah yang mampu menyediakan kebutuhan
organisme, yaitu banyak kandungan unsur hara makro dan mikro-nya, cukup remah, dan
mengandung biomass yang berguna bagi tanaman dan tanah itu sendiri khususnya. [3]

c. Udara

Udara atau gas merupakan komponen utama dari atmosfer bumi. Gas-gas di atmosfer ini
disamping sebagai selimut bumi, juga sebagai sumber berbagai unsur zat tertentu, seperti
oksigen, karbondioksida, nitrogen dan hidrogen.

Di atmosfer, udara juga merupakan komponen utama tanah. Tanah yang cukup pori/rongganya
akan baik pertukaran udara atau aerasinya. Tanah yang baik aerasinya akan baik proses
mineralisasinya. Dengan demikian komponen udara di atmosfer maupun di tanah sangat
berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Hal ini akan berpengaruh pada tanaman.

d. Cahaya

Cahaya matahari merupakan komponen abiotik yang berfungsi sebagai sumber energi primer
bagi ekosistem. Seperti yang kita ketahui, pada aliran energy yang bersumber dari matahari yang
kemudian diserap dan digunakan tanaman ataupun tumbuhan dalam proses fotosintesis.
Kemudian tumbuhan dimakan oleh konsumen I, dan seterusnya sebagaimana yang kita lihat pada
rantai makanan. Penyebaran cahaya matahari ke permukaan bumi tidaklah merata. Oleh sebab
itu, organisme mempunyai cara menyesuaikan diri dengan lingkungan yang intensitas dan
kualitas cahayanya berbeda.

e. Suhu
Setiap makhluk hidup memerlukan suhu lingkungan tertentu, hal itu karena pada setiap tubuh
makhluk hidup akan berlangsung proses kimia yang berkitan erat dengan suhu. Tak terkecuali
pada tanaman, yang juga memerlukan suhu optimum untuk metabolisnya. Tinggi rendahnya
suhu suatu lingkungan mempengaruhi varietas apa yang cocok untuk di tanam di sana.

Suhu tanah yang rendah akan berakibat absorpsi air dan unsur hara teganggu, karena transpirasi
meningkat. Apabila kekurangan air ini terus-menerus tanaman akan rusak. Suhu rendah pada
kebanyakan tanaman mengakibatkan rusaknya batang, daun muda, tunas, bunga dan
buah.Besarnya kerusakan organ atau jaringan tanaman akibat suhu rendah tergantung pada
keadaan air, keadaan unsur hara, morfologis dan kondisi fisiologis tanaman. Pada suhu
maksimum, jaringan tanaman akan mati. Suhu yang baik untuk tanaman dalah suhu maksimum.
[4]

f. Kelembapan

Kelembapan adalah kadar air pada udara. Kelembapan udara mempunyai pengaruh yang besar
terhadap keersediaan air dalam tubuh. Tersedianya air dalam tubuh berperan besar dalam
menunjang proses metabolisme. setiap organisme mempunyai kemampuan untuk beradaptasi
dengan lingkungan yang kelembapannya berbeda-beda.

Dengan begitu, tingkat kelembapan pada suatu wilayah akan mempengaruhi jenis varietas, OPT,
kondisi tanah, dan penanganannya tentunya.

g. Arus angin

Arus angin mempunyai pengaruh yang besar terhadap perikehidupan tumbuhan.Di samping itu,
arus angin juga berpengaruh dalam menjaga kesuburan tanah suatu lingkungan.

Pada daerah yang arus anginnya kencang, hanya jenis tumbuhan yang mempunai perakaran kuat
dan berbatang liat yang dapat bertahan hidup. Sedangkan tumbuhan yang perakarannya tidak
kuat dan batangnya tidak liat, maka akan mudah terangkat atau patah oleh kencangnya angin.

h. Derajat keasaman / pH

Derajat keasaman atau pH pada media memberi pengaruh yang besar terhadap distribusi
organisme. Pada lingkungan yang berbeda pH-nya akan berbeda pula organisme yang hidup
disana. Hal tersebut karena ada beberapa jenis organisme yang hidup di medium yang netral, da
nada juga yang suka hidup di media masam dan ada pula yang menyukai medium yang bersifat
basa.

Dalam agroekosistem ataupun pertanian, berdasarkan derajat keasamannya memiliki penanganan


yang berbeda-beda.Daerah yang memiliki derajat keasaman yang tinggi biasanya adalah daerah
gambut.

i. Iklim

Iklim merupakan komponen abiotik yang terbentuk sebagai hasil interaksi berbagai
komponenabiotik lainnya, seperti kelembapan udara, suhu, curah hujan, dan lain-lain.

Perbedaan iklim dengan cuaca adalah, cuaca merupakan keadaan atmosfer dalam waktu tertentu
dan pada area yang terbatas.Sedangkan iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam waktu yang
lama dan dalam tempat yang luas.

Iklim suatu daerah sangat menentukan jenis tanaman dan hasil produksi pertaniannya. Perubahan
iklim yang tiba-tiba, akan membuat petani kewalahan terutama dalam menentukan waktu tanam,
atau bahkan bisa berakibat gagal panen. Bukan hanya itu, akibat iklim tertentu juga dapat
menyebabkan meledaknya suatu populasi hama, dan berakibat fatal pada tanaman budidaya
petani.

Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di


Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu
tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama
menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau,
vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman,
disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat
tinggi.Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim.
Sehingga tidak heran kalau pada musim hujan dunia pertanian banyak disibukkan oleh masalah
penyakit tanaman sperti penyakit kresek dan blas pada padi, antraknosa cabai dan sebagainya.
Sementara pada musim kemarau banyak masalah hama penggerek batang padi dan hama
belalang kembara.
Pada hakikatnya, iklim sangat berpengaruh pada kesuburan ta tanah dan tumbuhan, banyaknya
tumbuhan juga berpengaruh pada iklim, namun tanah yang subur tidak berpengaruh pada
tumbuhan.

j. Topografi

Topografi adalah altitude dan latitude suatu tempat.Topografi mempunyai pengaruh besar
terhadap penyebaran makhluk hidup, yang tampak jelas adalah penyebaran tumbuhannya.
Demikian pada pertanian atau agroekosistem, topografi juga sangat menentukan jenis varietas,
pengelolaan lahan dan lain-lainnya.Missal pada daerag lereng gunung, pengelolaan lahan
biasanya dibuat perundakan pada penanaman padi, atau pada daerah puncak yang biasanya
digunakan untuk perkrbunan teh.

k. Garam mineral

Tumbuhan mengambil zat hara dari tanah atau air di lingkungan berupa larutan ion garam-garam
mineral. Ada tanaman yang mampu menyerap unsur-unsur tertentu dari tanah tanpa bantuan
orgnisme lain. Namun ada juga tumbuhan yang untuk mendapatkan suatu unsur memerlukan
oranisme lain. Misal pada tanaman atau tumbuhan polong-polongan yang memerlukan bantuan
bakteri rhizobium untuk mmengikat unsur N dari udara.

l. Pestisida

Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai
hama dalam arti luas (jazat pengganggu). Pestisida juga merupakan factor penting dalam
fagroekosistem. Penggunaan pestisida dapat embantu petani dalam melindungi tanamannya dari
OPT, namun pemakaian pestisida juga ada yang memberi dampak buruk, baik bagi tanaman atau
lingkungan sekitar.

m. Teknologi

Teknologi sangat dibutuhkan dalam pertanian.Mulai dari tahap pembenihan ada yang disebut
dengan teknologi benih, sampai dengan pemanenan dan pasca panen.Teknologi berperan dalam
menghasilkan varietas unggul demi mendaatkan haasil produksi yang maksimal dan mampu
bersaing di pasaran, serta menciptakan pertanian yang berkelanjutan.
2. Komponen Biotik

a. Manusia

Di dalam agroekosistem ataupun ekosistem buatan manusia yang diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia, manusia sangat berperan penting di dalamnya, mulai dari persiapan awal
sampai dengan pasca panen, dan bahkan sebagai konsumen hasil produksi.[5]

b. Biota tanah

Di dalam tanah, berdasarkan berdasarkan fungsinya dalam budidaya pertanian secara umum
terdapat dua golongan jasad hayati tanah, yaitu yang mrnguntungkan dan yang merugikan.
Berdasarkan spesifikasi fungsinya, jasad hayati tanah digolongkan menjadi:

Ø Jasad fungsional, contohnya bakteri nitromonas dan nitrobacter yang berperan dalam
nitrifikasi, bakteri rhizobium alam fiksasi N-bebas, endomikoriza dalam penyediaan dan
penyerapan hara P oleh tanaman.

Ø Jasad nonfungsional, contohnya media decomposer bahan organic.

c. Hewan ternak

Kehadiran hewan ternak seperti kerbau juga dapat menjadi komponen yang menguntungkan
dalam pertanian, terutama dalam tipe persawahan. Kerbau dapat digunakan sebagai alat bantu
manusia dalam membajak sawah secara tradisional.

d. Pathogen

Pathogen dapat diartikan sebagai mikroorganisme yang menyebabkan timbulnya penyakit pada
tanaman.

e. Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki, atau tumbuhan yang umbuh tidak sesuai
dengan tempatnya.Kehadiran gulma pada suatu lahan pertanian menyebabkan berbagai kerugian
yakni menurunkan ngka hasil, menurunkan mutu hasil, menjadi inang alternative hama atau
patogen, mempersulitpengolahan dan mempertinggi biaya produksi, dapat menumbuhkan zat
beracun dari golongan fenol bagi umbuhan lainnya, dan mengurangi debit dan kualitas air.

f. Hama

Ada beberapa hama yang dikenal dalam pertanian yakni Nematoda parasitic tanaman, serangga
hama tanaman, tungau, siput, hewan vertebrata, satwa liar dan burung.

4. Kedudukan perlindungan tanaman dalam sisitem pertanian

Kedudukan Perlindungan Tanaman dalam budidaya tanaman adalah sangat penting dan mutlak
dilakukan, mengingat Perlindungan Tanaman merupakan jaminan dalam mempertahankan
produksi tanaman terhadap gangguan OPT. Tanpa dilakukan Perlindungan Tanaman pada
budidaya tanaman sulit dipastikan bahwa petani akan mampu panen sesuai dengan harapan
mereka.

Perlindungan tanaman perlu dilakukan dalam rangka mengeliminasi gangguan OPT.


Perlindungan dapat dilakukan melalui cara preventif (mencegah OPT masuk ke pertanaman) dan
cara kuratif (mengendalikan OPT yang telah ada pada pertanaman). Perlindungan tanaman
terhadap OPT dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai taktik pengendalian secara
terpadu, dengan memperhatikan terhadap kelestarian lingkungan hidup, sosial, ekonomik, dan
kesehatan masyarakat. Dengan demikian taktik pengendalianhamadengan pestisida merupakan
pilihan terakhir apabila taktik pengendalian lain tidak mampu membendung laju
populasihamaatau tingkat kerusakan tanaman. Sebagai dasar penggunaan pestisida adalah
Ambang Ekonomi, atau Ambang Kendali. Mengingat pestisida merupakan sumber pencemaran
bahan kimia beracun baik pada tanaman atau produknya, air, tanah, maupun udara. Pengendalian
semacam itu lebih dikenal sebagai Sistem Pengendalian atau Pengelolaan Hama Terpadu (PHT).

MATERI II

B. KONSEP PERLINDUNGAN TANAMAN

ARTI MELINDUNGI TANAMAN


1. PB 1: perlindungan tanaman merupakan upaya untuk menjaga tanaman dari gangguan yang
ditimbulkan hanya oleh organisme pengganggu

2. Heagle (1973): Plant often suffer from more than one pathogenic agent or a combination of
pathogenic and non- pathogenic or abiotic agents. In addition, plant suffer simultaneously from
insects, diseases, rats, weeds, and the environment. So, the crop protection man must be broadly
trained.

3. Perlindungan tanaman sebagai upaya untuk menjaga tanaman dari gangguan oleh organisme
pengganggu maupun oleh keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, termasuk pencemaran
dan bencana alam

PENGERTIAN YURIDIS FORMAL

1. Undang-undang (UU) No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman.

2. Perlindungan tanaman adalah segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman
yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan (OPT);

3. Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak,
mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan.

4. Definisi mengenai perlindungan tanaman dan organisme pengganggu tumbuhan harus


diartikan sebagai kesatuan, tidak secara terpisah supaya tidak menimbulkan pengertian yang
membingungkan

PENGERTIAN OPT

1. Pasal 20 Ayat 1 UU No. 12 Tahun 1992: “Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem
pengendalian hama terpadu”
2. Penjelasan Pasal 20 UU No. 12 Tahun 1992: “Sistem pengendalian hama terpadu adalah
upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan organisme pengganggu tumbuhan dengan
menggunakan satu atau lebih dari berbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam suatu
kesatuan, untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan
hidup”.

3. Dari penjelasan Pasal 20 UU No. 12 Tahun 1992 ini dapat disiratkan bahwa hama adalah
populasi atau tingkat serangan organisme pengganggu tumbuhan.

4. Mengingat definisi OPT dan perlindungan tanaman dalam UU No. 12 Tahun 1992 dan PP No.
6 Tahun 1995 bersifat mengikat maka perlindungan tanaman dalam matakuliah DPT adalah
perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam kedua peraturan perundang- undangan
tersebut

RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN TANAMAN

1. Ruang lingkup perlindungan tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang dapat
merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan.

2. Pencuri termasuk OPT bila merugikan budidaya tanaman dengan cara merusak, mengganggu
kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan.

3. Kekurangan unsur hara, pengaruh faktor lingkungan yang kurang menguntungkan, bencana
alam, dan berbagai gangguan lainnya yang bukan disebabkan oleh mahluk hidup tidak termasuk
dalam lingkup perlindungan tanaman

KAJIAN PERLINTAN DENGAN BIDANG LAIN

1. Perlindungan tanaman berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan
budidaya tanaman lainnya dan dengan kegiatan pasca-panen, pengangkutan, penyimpanan, dan
bahkan sampai hasil sampai ke konsumen
2. Perlindungan tanaman juga mempunyai kaitan engan sektor- sektor pembangunan
lainnyakarena alasan: (1) Sama-sama menghadapi gangguan oleh organisme pengganggu
tumbuhan yang sama atau (2) Sama-sama menghadapi gangguan yang berisiko sebagaimana
halnya risiko yang ditimbulkan oleh organisme pengganggu tumbuhan.

3. Risiko merupakan fungsi kemungkinan terjadinya pengaruh yang berbahaya yang merugikan
dan besarnya potensi kerugian yang terjadi

KAJIAN PERLINTAN DENGAN BIDANG LAIN (3)

1. Ilmu dipilah menjadi ilmu-ilmu alam (natural sciences), ilmu- ilmu sosial (social sciences),
dan humaniora (humanities)

2. Perlindungan tanaman sebenarnya merupakan kajian lintas bidang ilmu yang mencakup ketiga
bidang ilmu di atas

3. Meskpun demikian, selama ini perlindungan tanaman dipelajari lebih sebagai bidang ilmu-
ilmu alam dan para dosen perlindungan tanaman pada umumnya mempunyai latar belakang
pendidikan ilmu-ilmu alam

4. Prof Fred L. Benu mengkritik dengan mengatakan orang-orang yang berkecimpung dalam
bidang perlintan hanya sibuk dengan paha dan antena belalang, Prof Andrew P. Vayda dengan
mengatakan “seeing nature’s complexity but not people’s”

KAJIAN PERLINTAN DENGAN BIDANG LAIN (3)

1. Perlindungan tanaman mempelajari hubungan antara OPT, tanaman, dan lingkungan

2. Untuk mempelajari hubungan tersebut dengan baik diperlukan pemahaman dalam bidang ilmu
yang mempelajari OPT, tanaman, lingkungan, dan manusia

3. Bidang ilmu lain yang mempunyai kaitan erat dengan perlindungan tanaman: entomologi,
mikologi, bakteriologi, virologi, klimatologi, fisiologi tumbuhan, ekologi, ilmu lingkungan,
ekonomi pertanian, antropologi, dll
MATERI III

C. FAKTOR PENGGANGGU TANAMAN

Budidaya pertanian tentu tak bisa lepas dari masalah-masalah yang mengganggu tanaman
bahkan mengancam keberhasilan panen. Setiap gangguan yang dialami oleh tanaman akan
berpotensi mengurangi produktivitas panen, bahkan bisa menjadi penyebab kegagalan. Oleh
karenanya setiap gangguan pada tanaman harus kita upayakan penanganannya agar dampak yang
merugikan bisa diminimalisir sesegera mungkin, seefisien dan seefektif mungkin. Efisiensi dan
efektivitas akan dapat tercapai apabila kita mendayagunakan sarana dan metode yang tepat
sesuai dengan tipe gangguan yang terjadi. Oleh karenanya kita harus betul-betul mengenali
penyebab-penyebab gangguan fisiologis tersebut baik dari gejala fisik, kronologi perlakuan pada
tanaman, maupun mengamati kondisi lingkungan.

Kesulitan yang dialami oleh banyak rekan petani selama ini adalah mengenali penyebab suatu
gejala. Hal ini karena satu gejala dengan gejala lain mempunyai kemiripan dan bisa saja
disebabkan oleh salah satu atau beberapa diantara sekian faktor penyebab. Sebagai
perumpamaan, pusing itu adalah suatu gejala rasa nyeri di kepala yang kita rasakan secara
langsung. Faktor penyebabnya bisa bermacam-macam, seperti terlalu banyak memikirkan
masalah, kepala terbentur, tekanan darah rendah, dan lain sebagainya. Perumpamaan lain
misalnya ketika motor kita macet, faktor penyebab bisa saja kehabisan bahan bakar, kerusakan
spare part tertentu, maupun gangguan elektrikal. Demikian pula pada tanaman, misalnya daun
berwarna kuning, penyebabnya bisa bermacam-macam seperti kekurangan atau keracunan unsur
hara tertentu, kegagalan metabolisme, faktor genetik, atau karena terserang penyakit oleh
patogen tertentu seperti virus.

Tanda-tanda visual pada tanaman, seperti daun yang menguning itu disebut gejala atau simtom.
Dari gejala yang nampak tersebut lantas kita mencari penyebabnya dengan mengumpulkan
beberapa kemungkinan dan menyaringnya menjadi beberapa penyebab yang disebut indikasi.
Proses mencari penyebab gejala inilah yang disebut dengan diagnosa hingga nantinya diketahui
atau disimpulkan faktor penyebab yang jelas. Kemudian kita sudah bisa menentukan sarana dan
metode yang tepat untuk mengatasi gangguan tersebut.

Untuk dapat menerapkan teknik diagnosa dan penanganan gangguan tanaman, kita perlu
mengenali tipe-tipe faktor penyebab gangguan pada tanaman. Penyebab gangguan tanaman
dibedakan menjadi 2 jenis faktor, yaitu faktor biotik dan faktor abiotik.

FAKTOR BIOTIK

Segala gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mahluk hidup atau organisme disebut
faktor biotik. Faktor biotik dibedakan menjadi :

Patogenik

Disebabkan oleh mikroorganisme yang menimbulkan penyakit atau penyimpangan metabolisme,


diantaranya jamur, bakteri, virus. Masuknya mikroorganisme (bakteri dan virus) atau sebagian
organ (haustoria jamur) dari patogen ke dalam jaringan tanaman untuk menimbulkan penyakit ini
disebut infeksi. Gangguan patogen ini bisa menyebar luas pada satu tanaman dan menular dari
satu tanaman ke tanaman lain. Untuk mendeteksi “organisme pelaku” dari gangguan patogenik
ini sulit dilakukan dengan mata telanjang dan membutuhkan alat seperti mikroskop. Yang bisa
diakukan untuk mengenali pelakunya adalah dengan cara mempelajari dan mengamati
gejalanya.

Non patogenik

Disebabkan oleh organisme yang berakibat kerusakan atau pelukaan fisik secara kontak langsung
misalnya tikus, ulat, serangga seperti jangkrik, uret, atau nematoda. Organisme pengganggu non
patogen inilah yang biasanya disebut dengan hama. Terdiri dari golongan insekta (serangga) dan
hewan bertulang belakang seperti tikus, burung dan babi hutan. Meski tidak menular,
perkembangan populasi dari hama-hama ini dapat menimbulkan kerusakan yang lebih luas dan
menjadi vektor terhadap infeksi organisme penyebab patogen. Contohnya serangga aphid, thrips
dan tungau dapat menjadi vektor bagi infeksi virus. Pelukaan oleh ulat, nematoda, bisa menjadi
jalan masuk bagi infeksi bakteri ke dalam tubuh tanaman. Gangguan hama lebih mudah dideteksi
karena bisa dilihat dengan mata telanjang sehingga tidak terlalu sulit menentukan jenis pestisida
apa yang akan dipakai.

Kesalahan perlakuan manusia terhadap tanaman juga bisa dikategorikan sebagai faktor non
patogenis. Contohnya antara lain kesalahan pemberian pupuk, penanganan sanitasi dan drainase
lahan, penggunaan pestisida yang melebihi ambang fitotoksik dan lain sebagainya. Oleh
karenanya petani harus memperkaya pengetahuan dan wawasan teknis yang memadai dalam
budidaya tanaman agar kesalahan-kesalahan perlakuan tidak terjadi.

Kompetisi

Disebabkan oleh adanya persaingan antara tanaman pokok dengan tanaman yang dianggap
sebagai pengganggu seperti rumput dan gulma di dalam perebutan unsur hara dan biasanya
menimbulkan kerugian bagi tanaman pokok. Dalam persaingan ini tumbuhan gulma yang secara
alamiah mempunyai ketahanan lebih kuat dibanding tanaman pokok yang dibudidayakan akan
memproduksi zat alelopati melalui akarnya. Alelopati ini merupakan zat penghambat
pertumbuhan tanaman pokok, sehingga dengan leluasa tanaman gulma akan menguasai unsur-
unsur hara untuk kepertingannya sendiri.

Kompetisi ini tidak hanya terjadi antara gulma dengan tanaman pokok, tetapi juga antara sesama
tanaman pokok yang dibudidayakan secara tumpang sari. Terjadi pula antara tanaman inang dan
tumbuhan parasit yang membajak nutrisi secara langsung dengan cara menempel pada tumbuhan
inangnya.

FAKTOR ABIOTIK

Yaitu faktor yang tidak disebabkan oleh mahluk hidup, diantaranya :

Cuaca dan iklim

Cuaca yang tidak stabil dan cepat berubah secara mendadak membuat metabolisme tanaman
mengalami kekacauan. Tanaman harus selalu melakukan adaptasi setiap saat, sedangkan
aktivitas adaptasi memerlukan energi. Ketika dari sinar matahari tidak mencukupi lagi maka
tanaman akan mengambil cadangan energi yang disimpan dalam bentuk gula / glukosa dengan
cara mendegradasinya, aktivitasnya disebut katabolisme. Pengambilan cadangan energi dari
glukosa tentu saja akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini sering
terjadi pada tanaman di saat peralihan musim, atau saat pertengahan musim kemarau dimana
terjadi perbedaan suhu antara siang dan malam yang cukup ekstrim (bhs. Jawa : musim
bedinding). Gejalanya adalah pertumbuhan tunas-tunas yang berhenti, tunas menjadi mengeriput,
keriting dan kaku, yang selama ini banyak disangka karena serangan virus.

Terkurasnya energi metabolisme membuat tanaman terforsir. Kita sering menyebutnya stress.
Tanaman akan kehilangan kemampuan memproduksi zat-zat pertahanan alamiah yang disebut
fitoaleksin. Tanpa adanya pertahanan maka hama dan patogen lebih leluasa menyerang tanaman.
Serangan hama dan patogen ini merupakan dampak sekunder dari keterbatasan tanaman dalam
merespon perubahan cuaca yang ekstrim.

Pada musim kemarau dimana tanaman sulit mendapatkan air juga merupakan faktor gangguan
abiotik, demikian pula saat musim hujan terjadi genangan air yang berlebihan atau kebanjiran.

Fisiologis

Faktor gangguan fisiologis disebabkan oleh tidak tercukupinya kebutuhan tanaman untuk
menjalankan silkus hidupnya. Ketidakseimbangan unsur hara dan kecukupan air merupakan
penyebab utama gangguan fisiologis. Ketidakseimbangan unsur hara bisa berati terjadinya
defisiensi atau kekahatan maupun berlebihnya unsur hara yang berakibat pada toksisitas. Adapun
defisiensi unsur hara tidak selalu karena minimnya ketersediaan unsur hara saja tetapi bisa
berarti tidak terserap atau tidak termanfaatkannya unsur hara meskipun sudah dalam bentuk
tersedia. Ketidakseimbangan ketersediaan unsur hara ini dipengaruhi banyak faktor diantaranya
kondisi tanah sebagai media tanam dan macam pupuk yang diberikan ke tanaman sebagai
sumber hara. Beberapa gejala kekahatan maupun keracunan unsur hara mempunyai kemiripan
diantaranya terjadinya nekrosis.

Selain masalah unsur hara, toksisitas atau keracunan pestisida akibat dosis aplikasi berlebihan
maupun pencampuran yang tidak tepat juga termasuk faktor fisiologis karena berkaitan dengan
kerusakan dan kelumpuhan sel-sel tanaman.
Media atau tanah (faktor edafis)

Tanah merupakan lapisan bumi dimana merupakan media untuk tumbuh dan berkembangnya
akar sebagai organ vital bagi tanaman di dalam menyerap unsur-unsur hara dan berperan sebagai
pondasi yang menunjang struktur tubuh tanaman. Terjadinya masalah-masalah fisik, biologi dan
kimia tanah akan berpengaruh pada tanaman yang tumbuh di atasnya. Perubahan fisik, kimia dan
biologi tanah tidak terjadi secara serta merta melainkan dalam jangka waktu relatif lama.
Pemberian pupuk yang tidak berimbang, minimnya pemberian amelioran atau pembenah tanah,
minimnya kandungan bahan-bahan organik secara perlahan akan menurunkan daya dukung tanah
terhadap pertumbuhan tanaman. Masalah perubahan fisik tanah meliputi mengerasnya tekstur
tanah sehingga mempersulit akar untuk berkembang, kehilangan porositas yang mengakibatkan
minimnya oksigen, densitas atau kerapatan partikel yang menyebabkan drainase buruk,
kehilangan daya absorpsi air maupun terlalu lama menahan genangan air. Masalah sifat kimia
tanah terkait dengan tidak stabilnya pH tanah, minimnya mineral tanah dan hara yang tersedia,
rendahnya kapasitas tukar kation, dan ketidakkeseimbangan C/N ratio. Sedangkan masalah
biologi tanah terkait dengan ketersediaan populasi mikroba tanah yang berperan dalam
membantu mengubah unsur-unsur hara dalam bentuk tersedia (misalnya unsur N menjadi nitrat
atau amonium, fosfat tak larut menjadi terlarut), mempercepat dekomposisi sisa-sisa tanaman
sebelum dimanfaatkan oleh mikroba patogen tanah, serta produksi senyawa-senyawa antibiotik
untuk menekan perkembangan patogen.

Masalah menurunnya daya dukung media tanah terhadap pertumbuhan tanaman ini akan
dipercepat oleh adanya pencemaran tanah oleh limbah rumah tangga maupun industri.

Atmosfer

Yang dimaksud di sini adalah terjadinya perubahan kondisi atmosfir dimana atmosfer merupakan
aspek yang melingkupi dan bersentuhan langsung dengan tubuh bagian atas tanaman. Salah
satunya adalah polusi udara berupa akumulasi gas-gas dan partikel ringan di udara yang
sewaktu-waktu turun ke permukaan bumi. Buangan asap kendaraan bermotor dan industri, serta
pembangkit energi yang mengandung karbon monoksida (CO), sulfur oksida (SOx), nitrogen
oksida (NOx), benzena dan timbal dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu proses
fotosintesis tanaman. Faktor ini memang jarang mendapatkan perhatian karena tidak terlalu
terasa signifikan dampaknya pada tanaman secara langsung. Namun mulai sekarang harus kita
garisbawahi, bahwa polutan-polutan ini akan berdampak langsung pada tanaman manakala turun
ke permukaan bumi, dibawa oleh air hujan yang membasahi tanaman. Dan dalam pengamatan
kami dampak ini akan muncul di saat awal-awal turun hujan setelah musim kemarau. Dimana
saat musim kemarau polutan terus terakumulasi di atmosfir dan menyebar, kemudian saat turun
hujan di awal musim kemarau udara seperti dicuci oleh air hujan dan polutan-polutan tersebut
akan kontak langsung dengan permukaan tanaman dan tanah-tanah pertanian. Jika kita
perhatikan hujan di awal musim ini biasanya membuat tanaman yang peka seperti melon,
semangka, timun, cabai, tomat dan beberapa lainnya terhambat pertumbuhannya bahkan
menyebabkan gejala keriting di pucuk (puret).

Gangguan tanaman yang disebabkan oleh faktor-faktor abiotik maupun abiotik pada umumnya
bisa saja saling terkait. Misalnya saat cuaca tidak stabil (abiotik/cuaca) menyebabkan
metabolisme tanaman mengalami kekacauan (fisiologis) sehingga daya tahan alami tanaman
menurun memberikan peluang bagi patogen (biotik/patogenik) untuk menyerang tanpa
perlawanan. Perempelan tunas-tunas lateral yang dilakukan tanpa memperhatikan kebersihan alat
atau tangan akan memberi peluang masuknya bakteri patogen dan virus melalui bekas luka pada
tanaman yang tadinya sehat. Contoh lain, hujan asam yang tidak segera dinetralisir akan
menciptakan kondisi yang mendukung perkecambahan spora jamur patogen. Dan masih banyak
keterkaitan lainnya. Dari sinilah munculnya konsep pengendalian OPT (organisme pengganggu
tanaman) terpadu. Yaitu ketika kita megendalikan hama dan patogen penyebab penyakit yang
merupakan faktor biotik, sebaiknya juga tidak mengabaikan faktor-faktor abiotik yang
mempengaruhinya. Disamping itu di dalam pengendalian gangguan-gangguan biotik seperti
serangan patogen maupun hama serangga, sebaiknya juga dibarengi dengan upaya-upaya
mengatasi gangguan fisiologis yang terjadi akibat kerusakan organ-organ tanaman oleh serangan
patogen dan hama.

Anda mungkin juga menyukai