Anda di halaman 1dari 53

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN APBDes DAN INDEKS DESA

MEMBANGUN DI DESA TANJUNG KECAMATAN SEKADAU HILIR


KABUPATEN SEKADAU

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Andi Ardiansyah

B1011171003

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................5
1.2.1 Pernyataan Masalah...........................................................................5
1.2.2 Pertanyaan Penelitian.........................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................5
1.4 Kontribusi Penelitian................................................................................5
1.5 Gambaran Kontekstual Penelitian.............................................................6
BAB II TELAAH PUSTAKA................................................................................7
2.1 Landasan Teori..........................................................................................7
2.1.1 Definisi Desa......................................................................................7
2.1.2 Teori Pengeluaran Publik...................................................................7
2.1.3 Pembangunan Ekonomi.....................................................................7
2.1.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)..........................9
2.1.5 Efektivitas..........................................................................................9
2.1.6 Indeks Desa Membangun (IDM).....................................................10
2.2 Kajian Empiris.........................................................................................11
2.3 Kerangka Konseptual..............................................................................14
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................15
3.1 Bentuk Penelitian....................................................................................15
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................15
3.3 Data.........................................................................................................15
3.4 Populasi dan Sampel...............................................................................15
3.5 Variabel Penelitian..................................................................................16
3.6 Metode Analisis.......................................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................28

ii
4.1 Hasil Penelitian........................................................................................28
4.1.1 Pengelolaan APBDes Desa Tanjung................................................28
4.1.2 Indikator Penilaian IDM Desa Tanjung...........................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual Peneltian.............................................................13

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Dana Desa Tanjung Kecamatan Sekadau Hilir Tahun 2019-2021.........1


Tabel 1. 2 Status IDM Kecamatan Sekadau Hilir 2021...........................................3
Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel...............................................................15
Tabel 3. 2 Indikator Berdasarkan Penilaian Pemerintah........................................16

Tabel 4. 1 Penggunaan APBDes Desa Tanjung Tahun 2020 28

Tabel 4. 2 Penggunaan APBDes Desa Tanjung Tahun 2021................................30


Tabel 4. 3 Tingkat Efektivitas Pengelolaan APBDes Desa Tanjung.....................33
Tabel 4. 4 Penilaian Kesehatan..............................................................................37
Tabel 4. 5 Penilaian Pendidikan.............................................................................38
Tabel 4. 6 Penilaian Modal Sosial.........................................................................38
Tabel 4. 7 Penilaian Pemukiman............................................................................39
Tabel 4. 8 Peilaian Ekonomi..................................................................................40
Tabel 4. 9 Penilaian Ekologi..................................................................................41
Tabel 4. 10 Hasil Perhitungan Indeks Desa Membangun......................................42

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desa memiliki kekuatan untuk mengolah segala potensinya untuk
diberdayakan, namun kemampuan setiap desa dalam mengelolanya tentu sangat
berbeda. Pengeluaran yang dikeluarkan desa setiap tahunnya juga akan berbeda,
hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat dan Pemerintah desa. Dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah untuk
mengembangkan status desa sebagai pemerintahan masyarakat dan menjadikan
desa sebagai basis untuk memajukan dan memberdayakan masyarakat desa.
Terkait pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), pedoman
teknis dan petunjuk perencanaan dan pengelolaan keuangan desa diberikan kepada
Pemerintah desa. Dengan mengambil salah satu contoh yaitu Dana Desa (DD)
yang diterima oleh Desa Tanjung yang meningkat setiap tahunnya.

Tabel 1. 1 Dana Desa Tanjung Kecamatan Sekadau Hilir Tahun 2019-2021

No. Tahun Jumlah Dana Desa


1. 2019 Rp.789.030.000
2. 2020 Rp.804.435.000
3. 2021 Rp.1.108.088.000
Sumber : Pemerintah Desa Tanjung

Pada tabel 1.1 bisa dilihat bahwa terjadi peningkatan Dana Desa Tanjung
dari tahun 2019 hingga tahun 2021. Pada tahun 2019 jumlah dana desa yang
diterima Desa Tanjung sebesar 789 juta rupiah. Pada tahun 2020 jumlah dana desa
yang diterima naik menjadi 804,4 juta rupiah dan terus meningkat pada tahun
2021 sebesar 1,1 miliar rupiah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti
meningkatnya permintaan masyarakat, berkembangnya sarana penunjang di desa,
dan kenaikan harga dari tahun ke tahun. Dana desa yang diterima oleh Pemerintah
Desa Tanjung diutamakan digunakan untuk pembangunan, pemberdayaan dan
pengembangan masyarakat Desa Tanjung.

1
2

Selain itu, pembangunan desa tidak lepas dari peningkatan kualitas dan
kuantitas serta kebutuhan desa, yang dibutuhkan desa bukan hanya kebutuhan
desa dan masyarakat, tetapi juga pembangunan desa yang dapat menciptakan
lapangan pekerjaan bagi warga itu sendiri, oleh karena itu pembangunan desa
merupakan salah satu faktor untuk menilai status desa itu sendiri. Desa Tanjung
sendiri memiliki kekayaan desa berupa tanah desa, mata pencaharian masyarakat
desa ini sebagian besar adalah petani dan peternak. Hal tersebut terjadi karena
tempat tinggal warga yang dekat dengan sungai sehingga memudahkan para
warga untuk beternak ataupun bertani. Pengelolaan kekayaan desa haruslah
berhasil guna untuk meningkatkan pendapatan desa, namun kekayaan desa sendiri
belum terkelola secara maksimal bagi program peningkatan kesejahteraan
masyarakat desa. Pembangunan sarana dan prasarana seperti jalan juga sangat
dibutuhkan oleh masyarakat karena jarak menuju pusat kota berjarak 10 km jika
melalui jalur darat yang dikarenakan jalan tersebut rusak sehingga membutuh
waktu yang lebih lama.

Selain itu masih banyak aspek lain yang dapat dijadikan acuan dalam
menentukan status desa. Status desa tersebut dapat dilihat dengan menggunakan
keenam variabel (dimensi kesehatan, pendidikan, modal sosial, pemukikan,
ekonomi dan ekologi) sehingga membentuk IDM). Dalam memanfaatkan data
serta informasi pada suatu proses perencanaan, pelaksanaa, pemantauan dan
evaluasi pembangunan desa secara umum disusun dalam pedoman IDM untuk
memberikan acuan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pemerintah
desa (Permendes, 2015). Kementrian Desa telah menetapkan beberapa indikator
untuk menilai tingkat kemandirian desa sehingga mempermudah untuk menilai
tingkat desa tersebut melalui Permendes No.2 tahun 2016. IDM terdiri dari Indeks
Ketahanan Sosial, Indeks Ketahanan Ekonomi, serta Indeks Ketahanan Ekologi.
Sebagai contoh nilai dari IDM yang dicantumkan di salah satu Kecamatan di
Kabupatan Sekadau pada tahun 2020 dan 2021, yaitu Kecamatan Sekadau Hilir
Kabupaten Sekadau.
3

Tabel 1. 2 Status IDM Kecamatan Sekadau Hilir 2021

Nama Desa Nilai IDM 2020 Nilai IDM 2021 Status IDM 2021
Mungguk 0.9016 0.9089 Mandiri
Sungai Ringin 0.8962 0.8962 Mandiri
Gonis Tekam 0.8310 0.8589 Mandiri
Peniti 0.7722 0.8544 Mandiri
Tanjung 0.7759 0.8265 Mandiri
Seberang Kapuas 0.7021 0.8059 Maju
Bokak Sebumbun 0.7198 0.7598 Maju
Tapang Semadak 0.7316 0.7392 Maju
Merapi 0.6870 0.6908 Berkembang
Semabi 0.6498 0.6797 Berkembang
Sungai Kunyit 0.6446 0.6781 Berkembang
Timpuk 0.6727 0.6670 Berkembang
Engkersik 0.6462 0.6444 Berkembang
Seraras 0.6462 0.6351 Berkembang
Landau Kodah 0.6295 0.6276 Berkembang
Sumber : idm.kemendes.go.id

Pada Tabel 1.2 bisa dilihat bahwa Kecamatan Sekadau Hilir mempunyai 5
Desa dengan status Desa Mandiri, 3 Desa dengan Status Desa Maju dan 7 Desa
dengan status Desa Berkembang. Kebanyakan dari Desa yang ada di Kecamatan
Sekadau Hilir pada tahun 2021 Nilai IDM meningkat, namun ada juga yang nilai
IDM menurun, seperti Desa Timpuk, Engkersik, Seraras dan Landau Kodah. Ada
juga yang Nilai IDM nya tetap yaitu Desa Sungai Ringin. Sedangkan Desa
Tanjung berada di urutan ke 4 dimana Status Desa Tanjung meningkat dari Desa
Maju menjadi Desa Mandiri. Desa Tanjung memiliki jumlah Penduduk Tetap
yaitu 2.304 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga 544 jiwa. Luas wilayah Desa
Tanjung sendiri yaitu 5.201 Hektar yang dibagi menjadi 2 Dusun, Dusun Tanjung
dan Dusun Teluk Pasir serta mayoritas penduduk Desa Tanjung yaitu beragama
Islam.
4

Berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM), pada tahun 2021 Desa


Tanjung termasuk dalam kategori Desa Mandiri dengan nilai 0,8265 meningkat
dari tahun sebelumnya dengan kategori Desa Maju. Penggunaan Anggaran Desa
Tanjung lebih banyak digunakan untuk pelaksanaan pembangunan Desa dan
penyelenggaraan Desa. Namun pada kenyataannya Desa Tanjung masih banyak
terdapat kekurangan untuk disebut sebagai Desa Mandiri seperti kurangnya
sarana-prasarana penunjang kebutuhan publik, kurangnya kegiatan pemberdayaan
masyarakat serta adanya kesenjangan antara Dusun Tanjung dan Dusun Teluk
Pasir.
Dusun Tanjung menjadi pusat pemerintahan desa tanjung yang mana
menjadi prioritas pembangunan fisik di desa tanjung itu sendiri, sedangkan pada
dusun teluk pasir pembangunan masih belum merata. Seperti hal nya akses
transportasi menuju dusun teluk pasir masih sulit jika melalui jalur darat apalagi
ketika musim hujan jalan jadi sangat sulit dilalui. Jarak dari desa tanjung ke pusat
kecamatan yaitu 10 km jika melewati jalur darat. Untuk dusun teluk pasir sendiri
harus menempuh 15 km dan harus melewati jalur air beberapa menit.
Desa Tanjung sendiri masih memiliki berbagai permasalahan khususnya
pada bidang pembangunan ekonomi yang mana sebagian besar masyarakatnya
petani dan peternak, tingginya pernikahan anak diusia dini, banyaknya remaja
diusia sekolah tidak bersekolah karena putus sekolah maupun tidak melanjutkan
sekolah serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
karena sering membuang sampah ke sungai. Permasalahan seperti banjir sering
terjadi dan sangat sulit diatasi karena desa tanjung berada tengah sungai Kapuas
dan sungai Sekadau, ketika musim penghujan datang dan air sungai meluap desa
tanjung akan mengalami kebanjiran dan hal tersebut tidak bisa dihindari. Sulitnya
menggunakan transportasi darat ketika sudah banjir mengharuskan masyarakat
mempunyai sampan/perahu untuk bisa melakukan kegiatan sehari-hari.
Desa Tanjung sendiri memiliki kekayaan yaitu tanah desa dan bermata
pencaharian sebagian besar petani dan peternak. Namun kekayaan desa tersebut
sebagian besar tidak masuk kedalam pendapatan desa, sehingga menghasilkan
Pendapatan Asli Desa dan Alokasi Dana Desa (ADD), dukungan dari Pemkot dan
Pemprov mengharuskan pengelolaan keuangan desa dapat dipertanggung
5

jawabkan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi. Dengan status desa


mandiri dan jumlah dana desa yang terus miningkat berdampak pada
pembangunan dan kondisi ekonomi masyarakat di Desa Tanjung menjadi lebih
baik. Berdasarkan penjelasan tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai efektivitas pengelolaan APBDes dan IDM di Desa Tanjung.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pernyataan Masalah


Berdasarkan IDM, pada tahun 2021 Desa Tanjung termasuk dalam
kategori Desa Mandiri dengan nilai 0,8265 meningkat dari tahun
sebelumnya dengan kategori Desa Maju. Penggunaan anggaran Desa
Tanjung sebagian besar digunakan untuk pelaksanaan pembangunan desa
dan penyelenggaraan desa. Namun pada kenyataannya Desa Tanjung
masih banyak terdapat kekurangan untuk disebut sebagai Desa Mandiri
seperti kurangnya sarana-prasarana penunjang kebutuhan publik dan
adanya kesenjangan antara Dusun Tanjung dan Dusun Teluk Pasir.

1.2.2 Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimana efektivitas penggunaan APBDes untuk meningkatkan
pembangunan desa di Desa Tanjung?
2. Bagaimana pembangunan sosial ekonomi di Desa Tanjung?
3. Bagaimana hasil penilaian IDM oleh masyarakat Desa Tanjung?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mendeskripsikan dan mengeksplorasi efektivitas penggunaan
APBDes untuk meningkatkan pembangunan di Desa Tanjung.
2. Untuk mendeskripsikan dan mengeksplorasi pembangunan sosial
ekonomi di Desa Tanjung.
3. Untuk menganalisis hasil penilaian IDM berdasarkan kriteria
masyarakat Desa Tanjung.

1.4 Kontribusi Penelitian


Hasil penelitian ini memberikan beberapa kontribusi teoritis antara lain
sebagai berikut:
6

1. Untuk penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai


referensi dan informasi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan Indeks Desa Membangun.
2. Dapat dijadikan sebagai saran untuk menentukan kebijakan penelitian
agar pembangunan di wilayah perdesaan dapat dimaksimalkan.

1.5 Gambaran Kontekstual Penelitian


Desa Tanjung merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Sekadau
Hilir Kabupaten Sekadau Provinsi Kalimantan Barat dan termasuk salah satu desa
yang dekat dengan ibukota kecamatan. Luas wilayah Desa Tanjung 5.201 hektar
yang dibagi menjadi 2 dusun yaitu Dusun Tanjung dan Dusun Teluk Pasir. Jumlah
penduduk tetap di Desa Tanjung sebanyak 2.304 jiwa dan memiliki 554 Kepala
Keluarga dengan mayoritas masyarakat desa yang beragama Islam. Akses jalan
menuju ibukota kecamatan sendiri bisa melalui 2 jalur yaitu jalur darat dan jalur
air.
BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi Desa


Menurut PP No 72/2005, desa merupakan kesatuan hukum masyarakat
dengan batas-batas wilayah yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan NKRI
(Ramadana, 2013). Desa berkewajiban melaksanakan pembangunan SDM di desa
agar masyarakat memiliki kebahagiaan dan kualitas hidup yang baik.

2.1.2 Teori Pengeluaran Publik


Pengeluaran publik merupakan suatu produk yang dihasilkan yang terdiri
atas pemilihan atau keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
menyiapkan barang-barang publik dan pelayanan kepada masyarakat. Pengeluaran
publik adalah bagian dari kebijakan fiskal dimana perlunya tindakan pemerintah
untuk mengatur jalannya perekonomian dengan menentukan besarnya penerimaan
pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercantum dalam APBN dan APBD.
Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah untuk menstabilkan harga, tingkat output
maupun kesempatan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi (Ferdinandus,
2020). Jika pemerintah ingin mengatasi masalah pengangguran dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi maka pemerintah harus menggunakan kebijakan anggaran
defisit dimana pengeluaran haruslah lebih besar daripada penerimaan pemerintah.
Jika pemerintah ingin menigkatkan pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi
angka pengangguran pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya.

2.1.3 Pembangunan Ekonomi


Menurut Todaro & Smith (2011), Pembangunan didefinisikan sebagai
perubahan multidimensi yang artinya tidak hanya fokus kepada satu bidang
melainkan pada bidang-bidang yang ada. Artinya pembangunan tidak hanya akan
meningkatkan produksi, tetapi juga meningkatkan sektor sosial, mengubah

7
8

perilaku masyarakat, memperkuat kelembagaan, memerangi kemiskinan dan


mengurangi ketimpangan. Pembangunan harus memenuhi tiga unsur dasar antara
lain kecukupan, peningkatan harga diri, dan kebebasan dalam memilih.

Menurut Frantino (2021), pembangunan manusia adalah proses


peningkatan pilihan penduduk. Dalam hal ini jumlah penduduk merupakan tujuan
akhir pembangunan, bukan sarana atau sarana pembangunan dalam arti
membentuk model manusia, tetapi upaya pembangunan dianggap sebagai sarana
untuk mencapai tujuan tersebut. Pembangunan dapat diartikan sebagai proses
perbaikan masyarakat atau keseluruhan sistem sosial secara berkelanjutan untuk
kehidupan yang layak dalam rangka menciptakan atau mengatur sesuatu yang
belum ada.

Menurut Frantino (2021), Pembangunan ekonomi adalah segala sesuatu yang


berkaitan dengan peningkatan kegiatan ekonomi termasuk dalam peningkatan
kualitas hidup masyarakat. Maka dari itu, tujuan utamanya adalah untuk
kepentingan kesejahteraan masyarakat. Ada tiga unsur pokok dan sifat dalam
Pembangunan ekonomi menurut Frantino, (2021), yaitu perubahan terjadi secara
terus menerus, upaya meningkatkan pendapatan perkapita secara terus menerus,
dan sistem kelembagaan yang baik dalam semua bidang (ekonomi, politik,
hukum, sosial, budaya dan lingkungan.
9

2.1.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)


APBDes dibahas dan disetujui oleh pemerintah desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) untuk merencanakan keuangan tahunan pemerintah
desa dan ditetapkan berdasarkan kesepakatan desa, termasuk pendapatan,
pengeluaran, dan pendanaan. APBDes adalah rencana keuangan desa per tahun
yang ditentukan berdasarkan kesepakatan desa termasuk perkiraan sumber
pendapatan dan pengeluaran untuk mendukung pembangunan desa. Dengan
adanya APBDes, pemerintahan desa memiliki rencana strategis yang terukur
berdasarkan anggaran yang disediakan. Untuk itu APBDes diharapkan dapat
mendorong pemerintah desa agar memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakat melalui program yang direncanakan.

Sesuai dengan wewenang yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah


No. 37 Tahun 2007, APBDes terdiri dari tiga komponen, yaitu: 1) Pendapatan
desa yang dimaknai sebagai semua penerimaan uang melalui rekening desa yang
merupakan hak desa dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali
oleh desa. 2) Belanja desa yaitu semua pengeluaran dari rekening desa yang
merupakan kewajiban desa dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa. 3) Pembiayaan desa yaitu semua penerimaan
yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran
berikutnya. Dari APBDes tersebut semua kegiatan pemerintah, pembangunan desa
dan penganggaran yang dihasilkan, sehingga keterlibatan masyarakat dalam
persiapan, penetapan dan pelaksanaan. Karena strategi terbaik untuk memenuhi
berbagai kebutuhan yang berkembang di masyarakat desa adalah dengan
melibatkan masyarakat dalam setiap tahapan proses penyusunan dan pelaksanaan
APBDes.

2.1.5 Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran keadaan atau kemampuan kerja yang dilakukan
oleh seseorang atau lembaga dengan tujuan untuk mencapai hasil yang maksimal
sesuai yang diharapkan. Efektivitas juga merupakan hubungan antara output dan
10

tujuan yang berarti bahwa keadaan dari suatu kerja dapat dikatakan efektif apabila
tujuannya dapat tercapai (Amelia, 2018).

Menurut Raharjo, dkk (2018) Efektivitas didefinisikan membuat


keputusan yang benar dan berhasil dalam mengimplementasikan keputusan
tersebut untuk mencapai suatu tujuan. Efektivitas mengacu pada kemampuan
pemerintah desa untuk mengalokasikan dana desa dan melaksanakan program
yang direncanakan dengan tujuan yang telah ditentukan berdasarkan potensi nilai
riil yang ada.

2.1.6 Indeks Desa Membangun (IDM)


Dijelaskan oleh Permendesa No.2 Tahun 2016, memberikan kerangka
pemikiran untuk mencapai tujuan pembangunan desa sebagaimana tertuang dalam
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019,
pembuatan Indeks Desa Membangun bertujuan untuk menyediakan ukuran yang
dapat melihat kedudukan dan status desa serta peningkatan dan kemandirian desa.
Indeks Desa Membangun (IDM) antara lain untuk (a) menjadi alat untuk menilai
status/kedudukan desa dan menilai tingkat kemajuan dan kemandirian desa; (b)
menjadi dokumen penyusunan target lokasi (lokus) berbasis desa, (c) menjadi alat
koordinasi dengan K/L, pemerintah daerah dan desa, serta organisasi lain. Melalui
Indeks Desa Membangun status kemajuan dan kemandirian desa disusun dengan
status Desa Mandiri (Desa Sembada), Desa Maju (Desa Pra-Sembada), Desa
Berkembang (Desa Madya), Desa Tertinggal (Desa Pra-Madya) dan Desa Sangat
Tertinggal (Desa Pratama). Klasifikasi yang lebih luas dalam 5 kategori status
desa tersebut diperlukan untuk menjelaskan keragaman dan kedalaman masalah
yang ada di desa. Seperti yang kita ketahui, permasalahan desa sejauh ini
merupakan permasalahan yang kompleks. Tantangannya ialah bagaimana
menjelaskan kompleksitas ini kedalam status, sehingga perumusan masalah dan
penargetan yang dilakukan lebih terarah dan terpusat (Bakti, 2018).

Indeks Desa Membengun terdiri dari indeks ketahanan sosial (IKS), indeks
ketahanan ekonomi (IKE) dan indeks ketahanan lingkungan (IKL) dengan enam
variabel pembentuk didalamnya yaitu Kesehatan, Pendidikan, Modal Sosial,
Pemukiman, Ekonomi dan Ekologi.
11

Berdasarkan hasil data IDM dapat digunakan untuk memetakan arah


pembangunan desa dengan tujuan akhir pengentasan kemiskinan di desa yang
melimpah dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan dengan
memenuhi kebutuhan dasar, mengembangkan sarana dan prasarana desa,
mengembangkan potensi desa, dan memanfaatkan sumber daya alam sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang.

2.2 Kajian Empiris


1. Aswari, dkk (2020) dalam penelitiannya menjelaskan mengenai efektivitas
penggunaan APBDes tahun 2017 di sebuah desa di Provinsi Sulawesi
dipengaruhi oleh sejumlah faktor penunjang yang telah dilaksanakan
sebaik mungkin. Namun, kualitas sumber daya masih menjadi tantangan
bagi desa tersebut. Sehingga peneliti berharap masyarakat juga
berpartisipasi atau ikut serta dalam mengontrol efektivitas APBDes agar
penggunan dana tersebut digunakan sesuai yang telah direncanakan.
2. Harahap (2018) dalam penelitiannya menjelaskan efektivitas pemanfaatan
keuangan di desa Sijungkang Kecamatan Angkola Timur, menunjukan
bahwa penggunaan dana desa yaitu infrastruktur di desa tersebut telah
sesuai dengan program yang telah direncanakan namun penyesuaian dana
desa belum efektif dimana belum ada transparansi dari pemerintah desa
sehingga masyarakat belum mengetahui sepenuhnya, serta kurangnya
partisipasi dalam proses pembangunan dan penanganan keuangan.
3. Setyobakti (2017) dalam penelitiannya menjelaskan pengklasifikasian
tantangan dan kemampuan yang dapat dicapai oleh Desa Gondowangi
Kecamatan Wagir berbasis IDM, dimana ini merupakan desa yang berada
di sekitar kota, diharapkan seluruh masyarakatnya bisa menyatu dan tidak
terpisahkan dari wilayah yang dekat dengan kota sehingga terpenuhi
sarana dan prasarana desa terutama pada pelayaan yang bisa terpenuhi dan
bisa dimanfaatkan secara optimal. Perlunya perhatian serius dari beberapa
indikator IDM yang lemah agar masalah mengenai perencanaan
pembangunan bisa teratasi dengan memanfaatkan SDA maupun SDM
yang ada di desa tersebut.
12

4. Sari & Oktavianor (2021) dalam penelitiannya menjelaskan tentang indeks


desa membangun di Kabupaten Barito Kuala bahwa keempat status desa
terdapat perbedaan pada indeks ketahanan sosial, ekonomi dan
lingkungannya. Pada status desa sangat tertinggal, tertinggal dan
berkembang nilai IKE sangat rendah dan hanya desa maju yang memiliki
indeks yang baik. Adapun kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah
daerah yaitu melakukan bedah kampung terintegritas dan memprioritaskan
penggunaan dana desa untuk mendukung kegiatan ekonomi yang ada di
masyarakat serta memperkuat kualitas masyarakat di desa.
5. Nurmalasari & Supriyadi (2021) dalam penelitiannya menjelaskan
kemampuan pengelolaan dana desa dalam mengupayakan kemampuan
masyarakat Desa Cigondewah Hilir yang ditujukan agar lebih produktif
telah berjalan sesuai harapan dan program pemberdayaan masyarakat yang
ada sangat mendukung. Hal ini dapat dievaluasi dari tiga parameter
efektivitas yaitu ketepatan dalam tujuan, konsolidasi, serta penyesuaian
dalam mencapai kategori desa yang maju. Sedangkan dua faktor
penghambat pengelolaan itu sendiri adalah sumber daya manusia dan
tingkat pendidikan, serta tidak meratanya indikator adaptasi.
6. Suroso (2019) dalam penelitiannya menjelaskan mengenai keberadaan
pembangunan masyarakat desa di sebuah lingkungan berbasis perkotaan
Provinsi Jawa Timur, menunjukkan bahwa adanya pembangunan desa
berbasis IDM di tiga kecamatan yaitu indeks dan transisi tipologi beberapa
desa dari tahun 2017-2019 meningkat. Pembangunan pedesaan di
Kecamatan Pati, Juwana dan Tayu memiliki dimensi sosial yang kuat, hal
ini dibuktikan dengan nilai IKS yang lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai IKE dan IKL. Disisi lain, terdapat perbedaan dalam kelemahannya,
pembangunan desa di Kabupaten Pati lemah jika dilihat dari sisi ekonomi,
sedangkan di Kecamatan Juwana dan Tayu pembangunan desa lemah dari
segi penilaian lingkungan.
7. Verovica, dkk (2020) dalam penelitiannya menghasilkan penjelasan
mengenai evaluasi keberhasilan penggunaan dana desa di Desa Maju Jaya.
Hal ini dapat dilihat dari tingkat efektivitas pengelolaan dana desa sangat
13

efektif dan penggunaan dana desa telah berdampak pada peningkatan


pelayanan publik serta pelayanan kesehatan namun belum berdampak pada
peningkatan ekonomi masyarakat. Pada bidang pemberdayaan, masyarakat
belum merasakan dampak dari pemberdayaan tersebut karena
pemberdayaan yang dilakukan tidak sesuai dengan keahlian dari
masyarakat setempat.
14

2.3 Kerangka Konseptual

Dimensi Pendidikan

Dimensi Modal
Sosial

Dimensi Indeks Desa


APBDes Permukiman Membangun

Dimensi Ekonomi

Dimensi Ekologi

Dimensi Kesehatan

Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual Peneltian


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian


Bentuk penelitian ini adalah deskriptif dan eksploratif. Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan secara
sistematis, factual, dan akurat tentang suatu fenomena yang diteliti, sementara itu
penelitian eksploratif lebih bersifat fleksibel. Penelitian eksploratif bertujuan
untuk menggali secara mendalam sebab akibat terjadinya sesuatu hal.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Kecamatan Sekadau Hilir
Kabupaten Sekadau. Waktu penelitian ini dimulai pada Bulan September 2021
sampai bulan April 2022.

3.3 Data
Data utama bersumber dari data primer yang dikumpulkan dengan
menggunakan hasil observasi dan wawancara mendalam dengan dukungan data
sekunder yang bersumber dari instansi terkait. Penelitian dilakukan dengan cara
observasi bertujuan untuk mendalami data yang diperoleh sehingga informasi
menjadi lebih lengkap dan rinci, serta dilengkapi dengan foto atau dokumentasi
sebagai data pelengkap. Penilaian fakta dilapangan akan menggunakan kriteria
yang telah ditentukan oleh pemerintah berupa daftar isian yang diisi oleh peneliti.

3.4 Populasi dan Sampel


Populasi adalah kelompok masyarakat atau suatu kumpulan orang,
sedangkan sampel adalah bagian dari populasi itu sendiri. Populasi dalam
penelitian ini adalah jumlah penduduk yang ada di Desa Tanjung yang berjumlah
544 KK yang didapatkan berdasarkan data yang diperoleh dari Pemerintah Desa
Tanjung. Sampel dalam penelitian ini ditentukan secara nonprobabilitas dimana
sampel yang dipilih ditentukan sendiri oleh peneliti. Untuk penarikan sampel
maka penulis menggunakan proposive sampel yaitu penarikan sampel dilakukan
dengan memilih subjek yang ingin diteliti dengan memberikan kriteria spesifik

15
yang ditetapkan peneliti. Sampelnya meliputi Kepala Desa, Sekretaris Desa,
Kepala Dusun, perangkat desa, tokoh masyarakat dan beberapa warga desa yang
dijadikan sebagai sampel secara acak.

3.5 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah atribut atau karakteristik seseorang, objek atau
kegiatan yang menunjukan variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
meneliti dan menarik kesimpulan. Penelitian ini terdiri dari 6 variabel penelitian
antara lain variabel kesehatan, pendidikan, modal sosial, pemukiman, ekonomi
dan ekologi yang diurai sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi
Kesehatan Pelayanan terhadap masyarakat desa dan jumlah
angka kesehatan masyarakat desa
Pendidikan Fasilitas pendidikan yang tersedia dan tingkat
masyarakat desa yang mendapatkan Pendidikan
Modal Sosial Partisipasi masyarakat dalam membantu
mensejahterakan desa
Permukiman Sarana prasaranna yang tersedia di desa serta
kualitas dan kuantitas dari sarana prasarana
tersebut
Ekonomi Aktivitas ekonomi di desa dan kondisi penerapan
sumber daya
Ekologi Kualitas lingkungan dan kondisi alam di desa

28
29

Tabel 3. 2 Indikator Berdasarkan Penilaian Pemerintah

IDM terdiri dari


IKS = Indeks Ketahanan Sosial
IKE = Indeks Ketahanan IKS + IKE+ IKL
IDM =
Ekonomi 3
IKL = Indeks Ketahanan
Lingkungan
Indikator Skoring
Indeks Ketahanan Sosial
IKS=
∑ Skor Indikator
175
Skor akses sarana kesehatan Jika waktu tempuh (menit)
 ≤30 maka skor 5
 31-60 maka skor 4
 61-90 maka skor 3
 91-120 maka skor 2
 ≥120 maka skor 1
Skor Dokter Jika jumlah Dokter
 ≥1 maka skor 5
 0 maka skor 1
Skor Bidan Jika jumlah Bidan
 ≥1 maka skor 5
 0 maka skor 1
Skor Tenaga Kesehatan Lain Jika jumlah tenaga kesehatan lainnya
 ≥ 5 maka skor 5
 3 – 4 maka skor 4
 2 maka skor 3
 1 maka skor 2
 0 maka skor 1
Skor Tingkat Kepesertaan BPJS Jumlah penduduk peserta BPJS
Jikahasil=
Jumlah penduduk
Skor Akses Terhadap Poskesdes Jika jarak ke poskesdes (meter)
30

 ≤ 500 maka skor 5


 501 – 1000 maka skor 4
 1001 – 2000 maka skor 3
 2001 – 3500 maka skor 2
 >3500 maka skor 1
Skor Aktivitas Posyandu Jumlah posyandu aktif 1 bulan sekali
Jikahasil=
Jumlah posyandu
 >0,75 maka skor 5
 0,6 – 0,75 maka skor 4
 0,26 – 0,5 maka skor 3
 0,1 – 0,25 maka skor 2
 0 maka skor 1
Skor Akses Terhadap SD atau MI Jika jarak menuju SD/MI (meter)
 ≤ 3000 maka skor 5
 3000,01 – 6000 maka skor 4
 6000,01 – 8000 maka skor 3
 8000,01 – 10000 maka skor 2
 > 10000 maka skor 1
Skor Akses Terhadap SMP atau Jika jarak menuju SMP/MTS (meter)
MTS  ≤ 6000 maka skor 5
 6000,01 – 8000 maka skor 4
 8000,01 – 10000 maka skor 3
 10000,01 – 11999,99 maka skor 2
 ≥ 12000 maka skor 1
Skor Akses Terhadap SMA atau Jika jarak tempuh menuju SMA/SMK (meter)
SMK  ≤ 6000 maka skor 5
 6.000,01 – 8000 maka skor 4
 8.000,01 – 10000 maka skor 3
 10.000,01 – 11999,99 maka skor 2
 ≥ 12.000 maka skor 1
Skor Ketersediaan PAUD Jika jumlah PAUD
31

 ≥ 1 maka skor 5
 0 maka skor 1
Skor Ketersediaan PKBM atau Jika jumlah PKBM/ Paket ABC
Paket ABC  ≥ 1 maka skor 5
 0 maka skor 1
Skor Akses Terhadap Pusat Jika jumlah pusat keterampilan/ kursus
Keterampilan/Khursus  ≥ 1 maka skor 5
 0 maka skor 1
Skor Ketersediaan Taman Bacaan Jika taman bacaan masyarakat/perpustakaan
Masyarakat atau Perpustakaan desa
Desa  Tersedia maka skor 5
 Tidak tersedia maka skor 1
Skor Kebiasaan Gotong Royong Jika kebiasaan gotong royong
 Terdapat maka skor 5
 Tidak terdapat maka skor 1
Skor Frekuensi Gotong Royong Jika frekuensi gotong royong
 >2 maka skor 5
 0 – 2 maka skor 3
 0 maka skor 1
Skor Keberadaan Ruang Publik Jika ruang publik
 Terdapat maka skor 5
 Tidak terdapat maka skor 1
Skor Kelompok Kegiatan Jika jumlah kelompok kegiatan olahraga
Olahraga  >7 maka skor 5
 6 – 7 maka skor 4
 4 – 5 maka skor 3
 2 – 3 maka skor 2
 1 maka skor 1
 0 maka skor 0
Skor Kegiatan Olahraga Jika jumlah kegiatan olahraga
 >7 maka skor 5
32

 6 – 7 maka skor 4
 4 – 5 maka skor 3
 2 – 3 maka skor 2
 1 maka skor 1
 0 maka skor 0
Skor Keragaman Agama Jika jumlah jenis agama di desa
 >1 maka skor 5
 1 maka skor 1
Skor Keragaman Bahasa Jika jumlah bahasa yang digunakan sehari-
hari
 >1 maka skor 5
 1 maka skor 1
Skor Keragaman Komunikasi Jika warga desa terdiri dari suku
 >1 maka skor 5
 1 maka skor 1
Skor Pos Keamanan Jika pos keamanan di desa
 Terdapat maka skor 5
 Tidak terdapat maka skor 1
Skor Siskamling Jika sistem keamanan lingkungan warga
 Terdapat maka skor 5
 Tidak terdapat maka skor 1
Skor Konflik Jika konflik di desa
 Tidak terdapat maka skor 5
 Terdapat maka skor 1
Skor PMKS Jika jumlah PMKS
 0 maka skor 5
 1 maka skor 4
 2 maka skor 3
 > 2 maka skor 2
Skor Akses SLB  0 maka skor 5
 1– 3 maka skor 4
33

 4 – 5 maka skor 3
 5 – 6 maka skor 2
 > 6 maka skor 1
Skor Akses Listrik Jika = Jumlah keluarga memakai listrik +
nonlistrik / Jumlah keluarga memakai listrik
 ≥ 0,9 maka skor 5
 0,8 – 0,89 maka skor 4
 0,6 – 0,79 maka skor 3
 0,5 – 0,59 maka skor 2
 < 0,5 maka skor 1
Skor Sinyal Jika sinyal telepon seluler di desa
 Kuat maka skor 5
 Lemah maka skor 3
 Tidak ada maka skor 0
Skor Internet Jika fasilitas internet di kantor desa
 Terdapat maka skor 5
 Tidak terdapat maka skor 1
Skor Akses Internet Warga Jika akses internet warga di desa
 Terdapat maka skor 5
 Tidak terdapat maka skor 1
Skor Akses Jamban Jika warga desa BAB di
 Jamban sendiri maka skor 5
 Jamban bersama maka skor 4
 Jamban umum maka skor 3
 Lainnya maka skor 0
Skor Sampah Jika warga desa membuang sampah di
 Tempat sampah kemudian diangkut,
maka skor 5
 Dalam lubang atau dibakar, maka skor
4
 Sungai, danau, laut, got, selokan,
34

maka skor 1
 Lainnya maka skor 0
Skor Air Minum Jika sumber air minum
 PAM, air ledeng tanpa meteran, maka
skor 5
 Sumur bor/ pompa, sumur, maka skor
4
 Kemasan, mata air, maka skor 3
 Sungai, air hujan, maka skor 2
 Lainnya maka skor 1
Skor Air Mandi & Cuci Jika sumber air mandi dan cuci
 PAM, air ledeng tanpa meteran, maka
skor 5
 Sumur bor/ pompa, sumur, maka skor
4
 Mata air, maka skor 3
 Sungai, air hujan, maka skor 2
 Lainnya maka skor 1
Indeks Ketahanan Ekonomi
IKE=
∑ Skor Indikator
60
Skor Keragaman Produksi Jika = Jumlah industri mikro / Total KK
 ≥ 0,004 maka skor 5
 0,001 – 0,003 maka skor 3
 0 maka skor 1
Skor Pertokoan Jika jarak ke pertokoan terdekat (km)
 ≤ 7 maka skor 5
 8 – 12 maka skor 4
 13 – 17 maka skor 3
 18 – 25 makas kor 2
 > 25 maka skor 1
Skor Pasar Jika =Total KK/Jumlah Pasar
35

 ≥ 250 maka skor 5


 < 250 maka skor 3
 0 maka skor 1
Skor Toko dan Warung Jika jumlah toko dan warung kelontong
Kelontong  >3 maka skor 5
 3 maka skor 4
 2 maka skor 3
 1 maka skor 2
 0 maka skor 1
Skor Kedai & Penginapan Jika jumlah kedai dan penginapan
 ≥1 maka skor 5
 1 maka skor 3
 0 maka skor 1
Skor Pos & Jasa Logistik Jika jumlah pos dan jasa logistik
 >1 maka skor 5
 1 maka skor 3
 0 maka skor 1
Skor Bank & BPR Jika jumlah Bank dan BPR
 >1 maka skor 5
 1 maka skor 3
 0 maka skor 1
Skor Fasilitas Kredit Jika jumlah fasilitas kredit
 4 maka skor 5
 3 maka skor 4
 2 maka skor 3
 1 maka skor 2
 0 maka skor 1
Skor Lembaga Ekonomi Jika jumlah koperasi aktif dan Bumdesa
 >1 maka skor 5
 1 maka skor 3
36

 0 maka skor 1
Skor Moda Tranportasi Umum Jika transportasi umum
 Ada dengan trayek tetap maka skor 5
 Ada tanpa trayek tetap maka skor 3
 Tidak ada maka skor 1
Skor Keterbukaan Wilayah Jika jalan di desa dilalui oleh
 Roda dua, empat/lebih sepanjang
tahun maka skor 5
 Sepanjang tahun kecuali saat tertentu
maka skor 3
 Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
maka skor 1
Skor Kualitas Jalan Jika jenis permukaan jalan desa
 Aspal/beton maka skor 5
 Diperkeras (kerikil, batu, All) maka
skor 4
 Tanah maka skor 3
 Lainnya maka skor 1
Indeks Ketahanan Lingkungan
IKL=
∑ Skor Indikator
15
Skor Kualitas Lingkungan Pencemaran (air, udara, tanah, limbah di
Jumlah Pencemaran
sungai) di desa jika =
4
 0 maka skor 5
 0,25 maka skor 4
 0,5 maka skor 3
 0,75 maka skor 2
 1 maka skor 0
Skor Rawan Bencana Jika jumlah jenis bencana (alam/non-alam) di
Desa
 0 maka skor 5
37

 1 maka skor 4
 2 maka skor 3
 3 maka skor 0
Skor Tanggap Bencana Fasilitas mitigasi/tanggap bencana
(peringatan dini bencana alam, perlengkapan
keselamatan, jalur evakuasi). Jika jumlah
fasilitas mitigasi/tanggap bencana
 3 maka skor 5
 2 maka skor 4
 1 maka skor 3
 0 maka skor 0
Sumber : Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, 2019

3.6 Metode Analisis


 Tujuan no. 1 dicapai dengan menganalisis dan mengeksplorasi tingkat
efektivitas dari penggunaan APBDes untuk meningkatkan
pembangunan di Desa Tanjung berdasarkan kriteria pemerintah.
 Tujuan no. 2 dicapai dengan menganalisis pembangunan desa secara
deskriptif dan eksploratif berdasarkan data pembangunan desa yang
diperoleh dari wawancara dan observasi.
 Tujuan no. 3 dicapai dengan menghitung dan menganalisis nilai IDM
berdasarkan kriteria pemerintah.

IDM merupakan Indeks Komposit yang dihasilkan dari indeks ketahanan


sosial, indeks ketahanan ekonomi dan indeks ketahanan lingkungan, formula IDM
dinyatakan sebagai berikut:

IKS + IKE+ IKL


IDM =
3

Keterangan :

IDM = Indeks Desa Membangun


38

IKS = Indeks Ketahanan Sosial

IKE = Indeks Ketahanan Ekonomi

IKL = Indeks Ketahanan Lingkungan

Setiap dimensi dibangun dari beberapa variabel, dan setiap variabel


diturunkan lagi dalam beberapa indikator. Setiap indikator memiliki skor 1 sampai
dengan 5, semakin tinggi skor semakin mempunyai nilai yang positif.

Setiap dimensi memiliki formula perhitungan dari indikator-indikator yang ada


yaitu:

Indeks Ketahanan Sosial

IKS=
∑ Skor Indikator
175

Indeks Ketahanan Ekonomi IKE=


∑ Skor Indikator
60

Indeks Ketahanan Lingkungan IKL=


∑ Skor Indikator
15

Pengukuran pembangunan desa dengan cara membandingkan nilai rata-


rata setiap sistem dan nilai IDM termasuk nilai tertinggi dan terendah antara
penilaian pemerintah dan persepsi masyarakat yang diklasifikasikan menjadi 5
kategori yaitu:

1. Desa Sangat Tertinggal : IDM ≤ 0,4907


2. Desa Teringgal : 0,4907 < IDM ≤ 0,5989
3. Desa Berkembang : 0,5989 < IDM ≤ 0,7072
4. Desa Maju : 0,7072 < IDM ≤ 0,8155
5. Desa Mandiri : IDM > 0,8155

Data yang diperoleh kemudian dieksplorasikan dengan kebijakan yang diambil


pemerintah desa dalam mengatasi masalah.
39

Tingkat Efektivitas diukur dengan rumus sebagai berikut:

Rasio Belanja
Efektivitas= x 100 %
Target Belanja

Pengukuran rasio efektivitas membagi kriteria penilaian menjadi 5 kategori yaitu:

Persentase Kinerja Keuangan Kriteria


100% Sangat Efektif
90% - 100% Efektif
80% - 90% Cukup Efektif
60% - 80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif
Sumber : Kepmendagri No. 690.900.327, 1996

Berdasarkan pengukuran rasio efektivitas akan didapat seberapa efektif


pengelolaan dana desa untuk pembangunan desa, semakin tinggi persentasenya
maka semakin baik tingkat efektivitasnya.
40

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pengelolaan APBDes Desa Tanjung

Tabel 4. 1
Penggunaan APBDes Desa Tanjung Tahun 2020

No Klasifikasi Belanja Realisasi(Rp) Persentase(%)


Belanja Desa 1.332.062.473 100

1. Belanja Penyelenggaraan Pemerintah


549.886.020 41,28
Desa
Belanja SILTAP, Tunjangan Dan ** Expression is
461.375.020
Operasional faulty **83,90
Sarana Dan Prasarana Pemerintah Desa 40.723.000 7,41
Pengelola Administrasi Kependudukan,
39.278.000 7,14
Pencatatan Sipil, Statistik Dan Kearsipan
Penyelenggaraan Tata Praja
Pemerintahan, Perencanaan, Keuangan 8.510.000 1,55
Dan Pelaporan

2. Bidang Pelaksanaan Pembangunan


520.086.333 39,04
Desa
Bidang Pendidikan 28.520.000 5,48
Bidang Kesehatan 83.065.000 15,97
Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang 408.501.333 78,55

3. Pembinaan Kemasyarakatan 141.675.000 10,64


Bantuan Penunjang Operasional
4.250.000 3,00
Keamanan Desa
Kegiatan Peningkatan Keamaan Desa 6.000.000 4,24
Dukungan Berbagai Macam Kegiatan
73.400.000 51,81
Masyarakat
Kegiatan Operasional Pembinaan Adat 2.400.000 1,69
Pembinaan PKK 38.625.000 27,26
Bantuan Operasional Kelembagaan
17.000.000 12,00
Masyarakat
41

4. Pemberdayaan Kemasyarakatan 106.055.000 7,96


Penyuluhan Tentang Kenakalan Remaja 3.875.000 3,65
Pelatihan Manajeman Pengelolaan
17.400.000 16,41
BUMDES
Pelatihan Peningkatan Kapasitas
30.400.000 28,66
Operator GPS
Kegiatan Asistansi 10.790.000 10,17
Kegiatan Pelatihan Penataan Aset Desa 11.700.000 11,03
Kegiatan Musyawarah Penyelenggaraan
20.790.000 19,60
Perencanaan Pembangunan
Kegiatan Musyawarah Penggunaan Dana
11.100.000 10,47
Desa

5. Bidang penanggulangan bencana 14.360.120 1,08


Penanganaan keadaan darurat 14.360.120 100
Sumber : Hasil olahan data APBDes Tanjung Tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, pada tahun 2020 alokasi belanja desa lebih
banyak digunakan dibidang penyelenggaraan pemerintah desa sebesar 41,28
persen, bidang pelaksanaan pembangunan desa sebesar 39,04 persen , bidang
pembinaan kemasyarakatan sebesar 10,64 persen, bidang pemberdayaan
kemasyarakatan sebesar 7,96 persen dan bidang penanggulangan bencana sebesar
1,08 persen.

Pada bidang penyelenggaraan pemerintah desa, 83,90 persen digunakan


untuk belanja SILTAP, tunjangan dan operasional desa. 7,41 persen dipergunakan
untuk sarana dan prasarana pemerintah desa, 7,14 digunakan untuk pengelola
administrasi kependudukan, pencatatan sipil, statistik dan kearsipan serta 1,55
persen digunakan untuk penyelenggaraan tata praja pemerintahan, perencanaan,
keuangan dan pelaporan desa.

Bidang pelaksanaan pembangunan desa 78,55 persen digunakan untuk


pekerjaan umum dan penataan ruang, pada bidang kesehatan digunakan sebesar
15,97 persen dan 5,48 persen digunakan untuk bidan pendidikan.

Untuk bidang pembinaan masyarakat 51,81 persen digunakan untuk


dukungan berbagai macam kegiatan masyarakat, 27,26 persen digunakan untuk
pembinaak pkk, untuk bantuan operasional kelembagaan masyarakat dana
digunakan sebesar 12 persen. 4,24 persen digunakan untuk kegiatan peningkatan
42

keamaan desa, 3 persen digunakan untuk bantuan penunjang operasional


keamanan desa dan 1,69 persen digunakan untuk kegiatan operasional pembinaan
adat.

Pada bidang pemberdayaan masyarakat, dana sebesar 28,66 persen


digunakan untuk pelatihan peningkatan kapasitas operator GPS, 19,60 persen
digunakan untuk kegiatan musyawarah penyelenggaraan perencanaan
pembangunan, 16,41 persen digunakan untuk pelatihan manajeman pengelolaan
bumdes, 11,03 persen digunakan untuk kegiatan pelatihan penataan aset desa,
10,47 persen digunakan kegiatan musyawarah penggunaan dana desa, 10,17
persen digunakan untuk kegiatan asistansi dan 3,65 persen digunakan penyuluhan
tentang kenakalan remaja.

Bidang penanggulangan bencana alokasi dana desa digunakan untuk


penanganan keadaan darurat 100 persen. Hal ini tentunya ada beberapa catatan
penting dalam penggunaan dana desa dan alokasi dana desa Tanjung tahun 2020
diaman ada beberapa kegiatan dalam APBDes yang tidak di implementasikan
seperti misalnya pembinaan adat dan pembinaan PKK, kegiatan musyawarah serta
pada bidang pemberdayaan masyarakat yang begitu banyak mengeluarkan biaya.
Program-program ini pada dasarnya tidak diketahui oleh oleh masyarakat apakah
program tersebut dilaksanakan oleh pemerintah atau tidak.

Tabel 4. 2
Penggunaan APBDes Desa Tanjung Tahun 2021

No Klasifikasi Belanja Realisasi(Rp) Persentase(%)


Belanja Desa 1.597.962.487 100

1. Belanja Penyelenggaraan Pemerintah


Desa 518.603.311 32,45
Penyediaan penghasilan tetap dan
tunjangan kepala desa dan perangkat desa 225.677.520 43,52
Penyediaan jaminan sosial bagi kepala
desa dan perangkat desa 11.812.800 2,28
Penyediaan operasional pemerintah desa 94.085.300 18,14
Penyediaan tunjangan BPD 72.459.600 13,97
Penyediaan operasional BPD 16.839.000 3,25
Penyediaan insentif/operasionalRT/RW 24.600.000 4,74
43

Penyediaan sarana prasarana


pemerintahan desa 8.284.091 1,60
Penyediaan sarana (aset tetap)
perkantoran/pemerintahan 8.284.091 1,60
Pelayanan administrasi umum dan
kependudukan 20.400.000 3,93
Pengelolaan administrasi dan kearsipan
pemerintahan desa 24.000.000 4,63
Tata praja pemerintahan, perencanaan,
keuangan dan pelaporan 20.445.000 3,94
Penyelenggaraan musyawarah
perencanaan desa/pembahasan APBDes 2.625.000 0,51

2. Bidang Pelaksanaan Pembangunan


Desa 701.896.117 43,92
Sub Bidang Pendidikan 32.520.000 4,63
Sub Bidang Kesehatan 163.117.000 23,24
Sub Pekerjaan Umum Dan Penataan
Ruang 456.596.987 65,05
Sub bidang kawasan pemukiman 27.462.190 3,91
Sub bidang perhubungan, komunikasi
dan informatika 19.600.000 2,79
Pemeliharaan sarana dan prasarana energi
alternatif desa 2.600.000 0,37

3. Pembinaan Kemasyarakatan 54.202.000 3,39


Sub bidang ketenteraman, ketertiban
umum dan perlindungan masyarakat 6.000.000 11,07
Sub bidang kebudayaan dan keagamaan 9.400.000 17,34
Sub bidang kelembagaan masyarakat 38.802.000 71,59

4. Pemberdayaan Kemasyarakatan 20.195.000 1,26


Sub bidang peningkatan kapasitas
aparatur desa 20.195.000 100

5. Bidang penanggulangan bencana 318.065.999 19,91


Penanganaan keadaan darurat dan
mendesak 318.065.999 100
Sumber : Hasil olahan data APBDes Tanjung Tahun 2021
Berdasarkan tabek 4.2 diatas, pada tahun 2021 penggunaan dana belanja
desa lebih banyak digunakan pada bidang pelaksanaan pembangunan desa sebesar
43,92 persen dari total belanja desa. Sementara dana belanja desa yang paling
kecil diperuntukan kepada pemberdayaan masyarakat sebesar 1,26 persen dari
44

total belanja desa yang digunakan. Untuk belanja penyelenggaraan pemerintah


desa digunakan sebesar 32,45 persen, disusul bidang penanggulangan bencana
sebesar 19,91 persen dan bidang pembinaan masyarakat hanya digunakan sebesar
3,39 persen dari total belanja desa yang digunakan.

Pada bidang pelaksanaan pembangunan desa porsi belanja terbesar


digunakan untuk pekerjaan umum dan penataan ruang sebesar 65,05 persen,
disusul oleh bidang kesehatan sebesar 23,24 persen. Pada bidang pendidikan 4,63
persen, bidang kawasan pemukiman 3,91 persen, bidang perhubungan,
konumikasi dan informatika 2,79 persen serta Pemeliharaan sarana dan prasarana
energi alternatif desa sebesar 0,37 persen.

Untuk belanja penyelenggaraan pemerintah desa digunakan untuk


Penyediaan penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa 43,52
persen, Penyediaan jaminan sosial bagi kepala desa dan perangkat desa 2,28
persen, Penyediaan operasional pemerintah desa 18,14 persen, Penyediaan
tunjangan BPD 13,97 persen, Penyediaan operasional BPD 3,25 persen,
Penyediaan insentif/operasional RT/RW 4,74 persen, Penyediaan sarana prasarana
pemerintahan desa 1,60 persen, Penyediaan sarana (aset tetap)
perkantoran/pemerintahan 1,60 persen, Pelayanan administrasi umum dan
kependudukan 3,93 persen, Pengelolaan administrasi dan kearsipan pemerintahan
desa 4,63 persen, Tata praja pemerintahan, perencanaan, keuangan dan pelaporan
3,94 persen, Penyelenggaraan musyawarah perencanaan desa/pembahasan
APBDes 0,51 persen.

Dibidang Pembinaan kemasyarakatan belanja desa digunakan untuk, Sub


bidang ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat 11,07
persen, Sub bidang kebudayaan dan keagamaan 17,34 persen, dan Sub bidang
kelembagaan masyarakat 71,59 persen.

Untuk bidang pemberdayaan kemasyarakatan belanja desa 100 persen


digunakan untuk Sub bidang peningkatan kapasitas aparatur desa dan bidang
penanggulangan bencana belanja desa digunakan untuk Penanganaan keadaan
darurat dan mendesak sebesar 100 persen.
45

Pada tahun 2020 belanja desa dominan digunakan untuk belanja


penyelenggaraan pemerintah desa sedangkan tahun 2021 belanja desa lebih
dominan dibidang penyelenggaraan pembangunan desa. Sementara dibidang
pembinaan kemasyarakatan dan bidang pemberdayaan masyarakat masih sanggat
kecil. Khusus bidang pemberdayaan masyarakat pada tahun 2021 pilihan kegiatan
yang tidak ada untuk masyarakat, justru yang menjadi objek dari pada
pemberdayaan adalah aparatur desa itu sendiri. Hal ini tentunya sanggat
disayangkan dimana seharusnya sesuai dengan semangat UU desa masyarakat
menjadi subjek sekaligus objek pelaku pembangunan. Selain itu Keterlibatan
masyarakat dalam pembangunan pun sanggat minim. Dimana dalam proses
penyusunan anggaran sampai kepada pelaporan anggaran masyarakat tidak pernah
dilibatkan.

Tabel 4. 3
Tingkat Efektivitas Pengelolaan APBDes di Desa Tanjung Tahun 2020 2021

Tahun Realisasi Belanja Target Belanja Efektivitas


2020 Rp. 1.332.062.473 Rp. 1.332.062.473 100% (Efektif)
2021 Rp. 1.597.962.487 Rp. 1.597.962.487 100% (Efektif)

Berdasarkan data diatas tingkat efektivitas pengelolaan APBDes Desa


Tanjung pada tahun 2020 dan 2021 termasuk dalam kategori sangat efektif
dimana pada kedua tahun tersebut realisasi belanja desa dan target belanja desa
digunakan seluruhnya. Hal tersebut terjadi sebab pemerintah desa tanjung
memaksimalkan dana yang diberi oleh pemerintah dimana dana tersebut
diprioritaskan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat khususnya di
Desa Tanjung. Tentunya masyarakat juga mengetahui baik itu pembangunan
maupun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa karena
masyarakat ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah
desa tanjung.
46

4.1.2 Pembangunan Sosial Ekonomi Desa Tanjung


A. Kesehatan

Pada bidang kesehatan secara umum untuk Desa Tanjung sudah bisa
dikatakan baik. Walaupun di Desa Tanjung tidak ada puskesmas tetapi untuk
menuju ke puskesmas di desa sebelah tidaklah begitu jauh yang hanya berjarak
kurang dari 3000 meter jika menggunakan jalur air namun jika menggunakan jalur
darat jarak yang di tempuh bisa hingga 9000 meter. Tetapi masyarakat lebih
sering menggunakan jalur air daripada jalur darat karena jarak yang jauh lebih
dekat. Walaupun di Desa Tanjung tidak ada dokter namun ada 8 orang bidan yaitu
1 orang bidan desa dan 7 orang bidan profesi serta 5 orang perawat. Untuk jarak
ke rumah sakit sendiri dari jalur darat bisa menempuh sekitar 9000 m dan 6000
meter dari jalur air dari kantor desa. Untuk penerima BPJS yang masuk kategori
Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) sebanyak 1340 orang. Untuk penerima
Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Desa Tanjung sebanyak 143 KK. Program
kesehatan yang ada di Desa Tanjung antara lain posyandu lansia, posyandu balita,
pengobatan gratis dan Bina Keluarga Remaja (BKR) yang dilakukan di polindes
ataupun kantor desa.

B. Pendidikan

Di desa Tanjung sendiri tidak memiliki SMA namun untuk bersekolah


para siswa-siswi bersekolah di desa sungai ringin yang mana jaraknya tidak begitu
jauh yaitu kurang dari 5 km jika ke SMA dan kurang dari 3 km jika ke SMK
khusus wilayah dusun tanjung. Untuk dusun teluk pasir harus menempuh jarak
berkisar 12 km ke SMA yang ada di desa seberang kapuas. Hal ini yang bisa
menyebabkan anak-anak rawan putus sekolah dimana jarak yang di tempuh cukup
jauh khususnya anak-anak di dusun teluk pasir. Sama halnya dengan SMP, desa
tanjung juga tidak terdapat SMP, anak-anak di desa tanjung harus bersekolah ke
desa terdekat yaitu desa sungai ringin dan desa seberang kapuas dengan jarak
kurang dari 2 km untuk dusun tanjung dan 11 km untuk dusun teluk pasir. Untuk
akses ke SD desa anak-anak di desa tanjung tidak begitu khawatir sebab jarak
yang di tempuh sangat dekat bagi kedua dusun yang ada di desa tanjung. Di dusun
tanjung sendiri SD berada di depan kantor desa yaitu SDN 3 Tanjug sedangkan
47

dusun teluk pasir SDN 16 Teluk Pasir yang berjarak 100m jika diukur dari rumah
kepala dusun.

Di Desa Tanjung terdapat juga 1 buah PAUD yang berada di Dusun teluk
pasir dan 1 Taman Kanak-kanak (TK) di dusun tanjung, permasalahan dalam
PAUD ini masih belum optimalnya kegiatan belajar maupun mengajar, serta dari
sisi tenaga pengajar masih Kurang. Untuk tenaga pengajar sampai saat ini baru 1
orang, sedangkan untuk Gedung baru 1 buah dan 1 kelas. Perlu dilakukannya
pemetaan kurikulum yang bagus supaya kelak ketika anak- anak lulus PAUD
sudah bisa membaca, menulis dan berhitung. Desa Tanjung memiliki
perpustakaan desa yang berada di sebelah kantor desa yang mana perpustakaan
tersebut bisa digunakan untuk anak-anak yang ada di Desa Tanjung. Untuk akses
sekolah luar biasa (SLB), Pusat keterampilan dan kursus serta, belum tersedia di
Desa Tanjung, masyarakat bisa mengaksesnya ke ibukota Kecamatan.

C. Modal Sosial

Dalam bidang pembangunan sosial masyarakat Desa Tanjung memiliki


solidaritas sosial yang tinggi, masyarakat Desa Tanjung juga memiliki kebiasaan
gotong royong yang baik. Gotong-royong biasanya dilaksanakan setiap satu
minggu sekali khususnya dusun tanjung dan satu bulan sekali untuk dusun teluk
pasir tergantung kesepakatan bersama. Kegiatan gotong royong ini meliputi
pembersihan kuburan, lapangan olahraga, ketika ada kegiataan nasional maupun
agama, dan kegiatan-kegiatan rumah ibadah. Desa Tanjung beberapa fasilitas
publik seperti balai dusun, lapangan olahraga seperti sepakbola, badminton, volly
tenis meja dan taman untuk anak-anak bermain. Untuk kelompok kegiatan
olahraga terdapat 4 kelompok yang masing-masing bernaung dibawah nama desa.

Desa Tanjung memiliki 2 buah masjid yang ada di masing-masing dusun


serta memiliki toleransi yang baik dimana masyarakat bebas menjalankan
keyakinan masing-masing walaupun mayoritas beragama islam. Untuk rasa aman
penduduk terdapat dua poskamling yang berada di Dusun Tanjung dan Teluk
Pasir, namun meskipun terdapat poskamling masyarakat jarang mengadakan
48

kegiatan siskamling, tetapi sering berjaga di pos. Selain itu tidak pernah terjadi
konflik sosial baik warga maupun pemerintah desa.

D. Pemukiman

Sumber penerangan utama di Desa Tanjung adalah listrik yang bersumber


dari PLN baik untuk pemakaian rumah tangga termasuk bangunan dan fasilitas
umum yang ada di desa. Terdapat juga lampu jalan untuk menerangi jalan yang
ada di desa tanjung khususnya di dusun tanjung, untuk dusun tanjung sendiri juga
menggunakan listrik yang bersumber dari PLN. Akses jaringan atau sinyal telepon
di kedua dusun Desa Tanjung cukup baik termasuk akses internet di kantor desa
ataupun diluar kantor desa. Bahkan ada beberapa masyarakat di dusun tanjung
memiliki WiFi pribadi walaupun di kantor desa tidak memiliki WiFi.

Untuk akses sanitasi masyarakat desa tanjung sebagian besar sudah


memiliki fasilitas berupa jamban peribadi hanya ada beberapa yang tidak
memiliki jamban pribadi, biasanya yang rumahnya berada di tepi sungai. Untuk
dusun tanjung sebagian besar masyarakat juga menggunakan air yang bersumber
dari PDAM tetapi tidak untuk dusun teluk pasir yang masyarakat banyak
menggunakan sumur bor karena belum ada akses PDAM ke wilayah seberang.
Masyarakat di dusun teluk pasir yang tinggal berada di pesisir sungai biasanya
menyedot air sungai untuk mandi dan mencuci, untuk minum menggunakan air
hujan yang telah mereka tampung ataupun air galon yang mereka beli. Di desa
tidak terdapat tempat pembuangan sampah jadi untuk kebersihan lingkungan
masyarakat mengelola sampah dengan cara dibakar.

E. Ekonomi

Masyarakat Desa Tanjung juga melakukan kegiatan mikro seperti


pembuatan kue rumahan dan kebanyakan ibu rumah tangga yang ada di dusun
tanjung membuat kue rumahan untuk di titipkan di warung- warung dipasar.
Untuk akses ke toko terdekat berjarak sekitar 500 meter. Walaupun di desa tidak
memiliki pasar namun untuk pergi kepasar tidak terlalu jauh yang mana letaknya
berada di desa sungai ringin. Untuk masyarakat di dusun teluk pasir harus
menempuh jarak sekitar 12 km jika ingin pergi ke pasar, tetapi ada juga pedagang
49

sayuran yang keliling berjualan menggunakan sepeda motor. Di Desa Tanjung


terdapat 15 buah warung kelontong.

Di Desa Tanjung tidak memiliki kedai makanan dan penginapan serta


tidak memiiki Bank dan BPR. Namun untuk mengakses ke tempat tersebur
masyarakat desa tanjung hanya butuh menyeberang ke desa sungai ringin yang
berada di pusat Kota Sekadau yang jaraknya tidak begitu jauh. Sedangkan untuk
mendapatkan fasilitas kredit tersedia CU Keling Kumang dan CU Pancur Kasih
yang berada di Pasar baru yaitu di desa sungai ringin. Di desa terdapat akses ke
Lembaga Bumdesa yang sudah beroperasi sejak tahun 2017. Di desa tidak
terdapat moda transportasi umum tetapi memiliki dermaga penyeberangan motor
air biasa disebut orang desa sebagai sepit yang bisa memudahkan masyarakat
berpergian ke pasar. Akses jalan menuju ke Desa Tanjung sendiri sudah bagus
namun jalan tersebut merupakan jalan kabupaten. Untuk masuk ke dusun teluk
pasir jalannya tidak begitu bagus karena jalan tanah dan berbatu tetapi ketika
sudah berada di dusun teluk pasir permukaan jalan sudah menggunakan rabat
beton begitu juga di dusun tanjung yang sudah bisa dilewati oleh kendaraan roda
dua dan dora empat.

F. Ekologi

Di desa tidak terdapat pencemaran baik itu air, udara dan tanah. Sungai
yang berada di desa juga tidak tercemar dikarenakan warganya yang menaati
aturan dan menjaga kebersihan desa. Bencana alam yang terjadi di desa tanjung
hanyalah berupa banjir. Banjir terjadi ketika musim penghujan datang dan hal ini
sangat di rasakan oleh masyarakat desa tanjung. Maka dari itu kebanyakan
masyarakat di desa tanjung memiliki alat transportasi berupa sampan, ketika
banjir melanda sampan menjadi alat transportasi yang digunakan masyarakat desa
tanjung untuk belanja dan melakukan kegiatan sehari-hari. Kejadian bencana
Banjir pada bulan oktober-november tahun 2021 merupakan banjir terbesar yang
pernah dialami, banyak rumah warga desa tanjung yang tenggelam hingga rusak
bahkan harus mencari tempat mengungsi.
50

4.1.3 Indikator Penilaian IDM Desa Tanjung


Hasil penghitungan indikator Indeks Desa Membangun Desa Tanjung
tahun 2022 berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti.

A. Kesehatan

Tabel 4. 4
Penilaian Kesehatan

Satuan (jika
Tenaga Kesehatan Data Nilai
ada)
Dokter 0 Orang 1
Bidan 3 Orang 5
Tenaga kesehatan lainnya 5 Orang 5
Jaminan Kesehatan
Keikutsertaan dalam BPJS/ Memiliki Kartu
1340 Orang 4
Indonesia Sehat
Keberdayaan Masyarakat untuk Kesehatan
Akses ke Poskesdes 100 Meter 5
Aktivitas Posyandu 1 5
Total 25

Berdasarkan tabel 4. diatas pembangunan kesehatan di desa tanjung secara


umum dapat dikatakan baik hanya saja tidak adanya tenaga kesehatan yaitu dokter
di desa tersebut, namun untuk bidan dan tenaga kesehatan lain seperti perawat
mendapat skor 5. Begitu juga dengan keberdayaan masyarakat mendapat skor 5,
namun untuk keikutsertaan masyarakat dalam program BPJS mendapat skor 4
karena banyak masyarakat khususnya di dusun teluk pasir yang menerima BPJS
ditanggungjawabkan di tempat mereka bekerja.

B. Pendidikan

Tabel 4. 5
Penilaian Pendidikan

Akses terhadap Pendidikan Dasar dan Satuan


Data Nilai
Menengah (jika ada)
SD/MI 20 Meter 5
SMP/MTS 2000 Meter 5
SMU/SMK 4000 Meter 5
Akses terhadap Pendidikan Non Formal
Ketersediaan PAUD 1 Unit 5
Kegiatan PKBM/ Paket A,B dan C 0 Unit 1
Pusat keterampilan/kursus 0 Unit 1
51

Akses Ke Pengetahuan
Taman bacaan masyarakat/ Perpustakaan desa 1 Unit 5
Total 27

Berdasarkan tabel 4. Dalam bidang pendidikan untuk akses SD/MI,


SMP/MTS/, dan SMU/SMK mendapatkan skor 5. Untuk ketersediaan PAUD
mendapatkan skor 5 tetapi untuk kegiatan PKMB/ Paket A, B dan C serta pusat
keterampilan/kursus mendapatkan skor 1. Dan mendapatkan skor 5 untuk taman
bacaan masyarakat/perpustakaan desa.

C. Modal Sosial

Tabel 4. 6
Penilaian Modal Sosial

Satuan
Memiliki Solidaritas Sosial Data Nilai
(jika ada)
Kebiasaan gotong royong Terdapat 5
Dusun terdekat dan terjauh
Frekuensi gotong royong 3 Kali/bulan 5
Keberadaan ruang publik terbuka yang 2 Buah 5
tidak
berbayar
Jumlah kelompok kegiatan olahraga 4 Kelompok 3
Jumlah Kegiatan Olahraga 2 Kali/tahun 2
Toleransi
Antar agama 3 Agama 5
Bahasa yang digunakan 3 Bahasa 5
Jumlah suku didesa 2 Suku 5
Rasa Aman di desa
Pos keamanan desa 2 5
Partisipasi warga dalam siskamling Terdapat 5
Konflik sosial Tidak 5
terdapat
Kesejahteraan Sosial
Perhatian terhadap penyandang Tidak ada 5
kesejahteraan
sosial (anak jalanan, PSK, dan pengemis)
Akses terhadap Sekolah Luar Biasa/SLB Tidak ada 1
Total 56

Berdasarkan tabel 4. Diatas kebiasaan dan frekuensi gotong royong,


keberadaan ruang publik terbuka yang tidak berbayar mendapat skor 5. Untuk
jumlah kelompok kegiatan olahraga dan kegiatan olahraga mendapat skor 3 dan 2.
52

Untuk toleransi termasuk agama, bahasa yang digunaan dan jumlah suku di desa
mendapat skor 5. Pada indikator rasa aman di desa yaitu pos keamanan, partisipasi
warga dalam siskamling dan konlflik sosial mendapat skor 5. Dari sisi
kesejahteraan sosial juga sangat baik terutama untuk perhatianterhadap
penyandang kesejahteraan sosial mendapat skor 5, hanya saja akses terhadap
sekolah luar biasa/SLB masih menjadi persoalan yang mendapat skor 1.

D. Pemukiman

Tabel 4. 7
Penilaian Pemukiman

Satuan (jika
Akses ke Listrik Data Nilai
ada)
Kondisi aliran listrik 544 KK 5
Akses Informasi dan Komunikasi
Sinyal telepon Kuat 5
Fasilitas internet di kantor desa Tidak ada 1
Fasilitas internet di luar kantor desa Terdapat 5
Akses ke Sanitasi
Terhadap jamban pribadi Terdapat 5
Tempat pembuangan sampah Dalam
4
lubang/dibakar
Akses ke Air Bersih dan Air Minum
Layak
Akses terhadap sumber air minum PAM dan air
5
yang layak hujan
Akses terhadap air untuk mandi dan PAM dan air
5
mencuci sungai
Total 35

Berdasarkan tabel 4. Penilaian dimensi pemukiman mendapatkan penilaian


yang baik, untuk kondisi aliran listrik, sinyal telepon dan fasilitas internet diluar
kantor desa mendapat skor 5, sedangkan fasilitas internet di kantor desa mendapat
skor 1. Untuk akses ke sanitasi dan akses ke air bersih dan air minum yaitu
jamban pribadi, akses terhadap sumber air minum yang layak dan akses terhadap
air untuk mandi mendapatkan skor 5 tetapi tidak untuk tempat pembuangan
sampah mendapatkan skor 4.

E. Ekonomi
53

Tabel 4. 8
Peilaian Ekonomi

Satuan (jika
Keragaman Produksi Masyarakat Desa Data Nilai
ada)
Akses terhadap lebih dari satu jenis 0,0022 3
kegiatan ekonomi Penduduk
Pusat Pelayanan Perdagangan
Akses ke pusat pertokoan terdekat 1 Km 5
Akses ke pasar terdekat 1 Km 5
Jumlah Toko/ Warung Kelontong 15 Buah 5
Akses ke kedai makanan dan penginapan 0 Km 1
Akses Distribusi Logistik 0 Km 1
Terdapat kantor pos dan jasa logistik 0 Km 1
Akses ke Lembaga Keuangan dan
Perkreditan
Terhadap Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 0 1
Terhadap kredit selain BPR 0 1
Akses ke Lembaga Ekonomi
Akses ke lembaga ekonomi rakyat 1 Bumdesa 3
seperti koperasi dan Bumdesa
Keterbukaan Wilayah
Akses terhadap moda transportasi umum Tidak ada 1
Akses terhadap jalan desa Sepanjang 5
tahun
Kualitas jalan desa Beton, 5
kerikil batu
Total 37

Berdasarkan tabel 4. Untuk skor kegiatan ekonomi penduduk


mendapatkan skor 3. Akses terhadap pertokoan, pasar dan jumlah toko/warung
kelontong mendapatkan skor 5, tetapi tidak untuk akses kedai makanan, distribusi
logistik dan kantor pos masing-masing mendapatkan skor 1. Begitu juga dengan
akses terhadap BPR dan kredit selain BPR mendapat skor 1. Untuk akses lembaga
ekonomi rakyat yaitu bumdesa mendapatkan skor 3. Keterbukan wilayah terutama
moda transportasi umum mendapatkan skor 1, tetapi akses terhadap jalan desa dan
kualitas jalan mendapat skor 5.

F. Ekologi
54

Tabel 4. 9
Penilaian Ekologi

Satuan (jika
Kualitas Lingkungan Data Nilai
ada)
Pencemaran air, tanah dan 0 5
udara/limbah
Potensi Rawan Bencana dan
Tanggap Bencana
Kejadian bencana alam (Banjir) 1 4

Upaya/ tindakan terhadap potensi 1 Jalur 3


bencana alam (Tanggapan bencana, evakuasi
jalur evakuasi, peringatan dini dan
ketersediaan peralatan penanganan
bencana)
Total 12

Dari tabel penilaian ekologi, pencemaran air, tanah dan udara/limbah


mendapakan skor 5. Sementara potensi rawan bencana yaitu kejadian bencana
alam dan tidakan terhadap potensi bencana becana alam tersebut mendapatkan
skor 4 dan 3.

4.1.4 Perhitungan IDM

Suatu daerah atau desa yang dikataka sejahtera ialah desa yang tingkat
pembangunan dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan yang tinggi. Tiga
komponen dari IDM ialah Indeks Ketahanan Sosial (IKS), Indeks Ketahanan
Ekonomi (IKE), dan Indeks Ketahanan Lingkungan (IKL). Dari ketiga komponen
tersebut didapat nilai rata-rata yaitu IDM. Berikut adalah hasil perhitungan ketiga
komponen Indeks Desa Membangun sebagai berikut:

 IKS =Kesehatan+Pendidikan+Modal Sosial+Pemukiman


 IKS = 25 + 27 + 56 + 35 = 143

 IKS = IKS=
∑ Skor Indikator = 143 =0,8171
175 175

 IKE = Ekonomi = 37

 IKE = IKE=
∑ Skor Indikator = 37 =0,6167
60 60
55

 IKL = Ekologi = 12

 IKL = IKL=
∑ Skor Indikator = 12 =0 ,8
15 15
IKS + IKE+ IKL 0,8171+0,6167+0 , 8
 IDM = = =0 ,74
3 3
Tabel 4. 10
Hasil Perhitungan Indeks Desa Membangun

Indeks Desa Membangun Hasil perhitungan


Indeks Ketahanan Sosial 0.82
Indeks Ketahanan Ekonomi 0.62
Indeks Ketahanan Lingkungan 0.8
Indeks Desa Membangun 0.747

Berdasarkan hasil perhitungan IDM berdasarkan obervasi dari peneliti.


Desa Tanjung pada tahun 2021 diklasifikasikan sebagai Desa Maju. Skor IDM
Desa Tanjung pada tahun 2021 adalah 0,7467 dengan indeks ketahanan sosial
sebesar 0,82, indeks ketahanan ekonomi sebesar 0,62, dan indeks ketahanan
lingkungan sebesar 0,8. Skor IDM Desa Tanjung ini berbeda dengan data yang
diperoleh dari Kementerian Desa dan Pembangunan daerah Tertinggal dan
Transmigrasi dimana nilai IDM Desa Tanjung pada Tahun 2021 yaitu 0,8265.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Efektivitas Pengelolaan APBDes Desa Tanjung


Dalam pelaksanaan dan penggunaan dana APBDes, sebagai upaya yang
mendukung dan mewujudkan tata kelola pemerintah desa yang baik agar segala
proses kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa baik secara fisik maupun
non fisik dapat berjalan sesuai Peraturan Daerah. Kebijakan yang di prioritaskan
oleh pemerintah Desa Tanjung adalah pembangunan desa, baik itu untuk
pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum maupun kawasan pemukiman. Adapun
tujuan yang hendak dicapai yang mana merupakan aspek yang paling mendasar
dalam pelaksanaan penggunaan dari APBDes. Tujuan yang ingin dicapai haruslah
memperhatikan pedoman dari pengelolaan dana APBDes yang dimulai dari tahap
perencanaan dan pelaksanaan dalam upaya pencapaian tujuan dari APBDes
56

tersebut. Tujuan dari penggunaan dana APBDes sendiri dapat membantu


meningkatkan segala proses kegiatan baik itu secara fisik maupun non fisik.
Secara fisik tujuannya adalah untuk pembangunan infrastruktur yang ada di desa
dan kesejahteraan masyarakat diantaranya fasilitas umum seperti sekolah, kantor
desa, jalan dan sebagainya. Hal ini dilakukan sesuai dengan perencanaan yang
telah dimusyawarahkan dengan kesepakatan bersama untuk membahas rencana
penggunaan dana yang akan disusun dalam APBDes. Adapun strategi dan
perencanaan yang akan dicapai, ditahap perencanaan berkaitan dengan
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa dan Rencana
Kerja Pembangunan (RKP) Desa, tahap pelaksanaan berkaitan dengan
kemampuan kepala desa dalam menghimpun partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, dan akuntabilitas yang berkaitan dengan aspek monitoring
keuangan desa.

Belanja Desa terdiri dari semua pengeluaran dari rekening desa yang
merupakan kewajiban dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayaran kembali oleh desa. Belanja desa ini dipergunakan untuk mendanai
penyelenggaraan kewenangan desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa Tanjung. Belanja dan beban diakui saat terjadinya pengeluaran Bumdes
melalui bendahara desa setelah mendapat otoritas Kepala Desa Tanjung
berdasarkan dokumen pelaksanaan anggaran. Pemerintah desa dapat mengakui
seluruh belanja yang dilakukan pemerintah desa, seperti belanja barang dan jasa,
belanja pegawai, belanja modal, dan belanja tak terduga. Pada Tahun 2021
Belanja dalam bidang penyelenggaraan pemerintah desa berkisar Rp. 518.603.311
belanja dalam bidang pelaksanaan pembangunan desa sebesar Rp. 701.896.117
dengan memuat beberapa item penting didalamnya antara lain : (1) Sub Bidang
Pendidikan Rp. 32.520.000; (2) Sub Bidang Kesehatan Rp. 163.117.000; (3) Sub
Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Rp. 456.596.987; (4) Sub bidang kawasan
pemukiman Rp. 27.462.190; (5) Sub bidang perhubungan, komunikasi dan
informatika Rp.19.600.000; (6) Pemeliharaan sarana dan prasarana energi
alternatif desa Rp. 2.600.000. Belanja dalam bidang Pembinaan Kemasyarakatan
berkisar Rp. 54.202.000 dan beberapa item didalamnya yaitu : (1) Sub bidang
ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat Rp. 6.000.000; (2)
57

Sub bidang kebudayaan dan keagamaan Rp. 9.400.000; (3) Sub bidang
kelembagaan masyarakat Rp.38.802.000. Belanja pada bidang Pemberdayaan
Kemasyarakatan yaitu Sub bidang peningkatan kapasitas aparatur desa
Rp.20.195.000. Hal ini tentunya berbeda dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2020
dimana Pemerintah Desa Tanjung ingin dana APBDes berfokus pada Belanja
penyelenggaraan pemerintah desa dan pemberdayaan masyarakat sedangkan pada
tahun 2021 dana APBDes berfokus pada Pembangunan Desa.

Sesuai dengan apa yang telah di wawancarai dengan Kepala Desa Tanjung
yang mana APBDes pada tahun 2021 difokuskan pada pembangunan desa baik itu
pada bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang,
kawasan pemukiman, perhubungan, dan bidang energi dan sumber daya mineral.
Berdasarkan Kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah desa tentu menjadi
gambaran seperti apa efektivitas penggunaan dana desa yang sudah dianggarkan
yang dimana efektivitas lebih menekankan pada keberhasilan sebuah pengelolaan.
Tingkat efektivitas pengelolaan dana desa di Desa Tanjung tahun 2020 dan 2021
sama-sama baik yaitu Efektif. Realisasi belanja dana desa dengan target dana desa
hampir seluruhnya tercapai dengan tingkat efektivitas yang cukup baik. Hal itu
karena pemerintah desa bisa memaksimalkan anggaran dana desa yang didapat
untuk digunakan dalam bidang pembangunan dan pemberdayaan pada tahun
berjalan.

4.2.2 Indeks Desa Membangun Desa Tanjung


Dampak dari penggunaan APBDes akan mempengaruhi kemajuan
pembangunan desa. Hal itu dikarenakan setiap program yang telah disusun dan
dianggarkan akan dilaksanakan dalam pembangunan, tentunya hal ini akan
meningkatkan kemajuan desa. Pembangunan yang telah dilaksanakan di Desa
Tanjung tentunya mempengaruhi nilai Indeks Desa Membangun Desa Tanjung
sebesar 0.747, dengan indeks ketahanan sosial sebesar 0,82, indeks ketahanan
ekonomi sebesar 0,62, dan indeks ketahanan lingkungan sebesar 0,8. Dengan
begitu maka Desa Tanjung dikategorikan sebagai Desa Maju yang artinya Desa
Tanjung memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi dan ekologi, serta
58

kemampuan mengelolanya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa,


kualitas hidup manusia, dan menanggulangi kemiskinan.

Pada dimensi kesehatan di Desa Tanjung tidan tersedianya Puskesmas dan


Rumah Sakit namun dapat diakses ke Desa Sungai Ringin yang jaraknya tidak
begitu jauh. Di Desa Tanjung memiliki Polindes yang terdapat 1 orang bidan
sebagai tenaga kesehatan. Adapun program kesehatan yang dapat di akses di
polindes/kantor desa yaitu Bina Keluarga Remaja (BKR). Adanya aktivitas
posyandu aktif yaitu posyandu lansia dan posyandu balita yang dilaksanakan
sesuai dengan tanggal yang telah dijadwalkan serta keikutsertaan jaminan
kesehatan sudah cukup baik karena sebagian masyarakat telah memiliki kartu
BPJS untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Dimensi pendidikan belum tersedianya SMA dan SMP, namun masih
dapat diakses di desa lain yang jaraknya masih bisa dijangkau baik itu dari dusun
tanjung maupun dusun terluk pasir walaupun siswa di teluk pasir harus
menempuh jarak lebih dari 10 Km. Walaupun jaraknya lumayan jauh tetapi tidak
menyurutkan semangat para siswa untuk mendapatkan pendidikan yang layak
karena hal tersebut untuk masa depan mereka kelak. Di Desa Tanjung telah
memiliki SDN 16 Teluk Pasir, SDN 3 Tanjung, 1 buah PAUD di dusun teluk pasir
dan TK di dusun tanjung.
59

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, I. (2018). Efektivitas Pengelolaan Keuangan Desa Di Desa Sijungkang


Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan. Jurnal At-Taghyir:
Jurnal Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat Desa, 1(1), 42–53.

Araujo, M. De, Wiagustini, N. L. P., & Purbawangsa, I. B. A. (2018). Efektivitas


Dan Efisiensi Penerimaan Daerah Distrik Dili. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Udayana, 12, 2535.

Aswari, Z., Turi, L. O., M. (2020). Efektivitas Penggunaan Anggaran Pendapatan


Dan Belanja Desa (APBDes) Desa Kondowa Kecamatan Pasarwajo
Kabupaten Buton. Jurnal Online Program Studi Pendidikan Ekonomi, 5(1),
17–21.

Bakti, H. S. (2018). Identifikasi Masalah Dan Potensi Desa Berbasis Indek Desa
Membangun (Idm) Di Desa Gondowangi Kecamatan Wagir Kabupaten
Malang. Wiga : Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi, 7(1), 1–14.

Ferdinandus, S. (2020). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan


Ekonomi Di Provinsi Bengkulu. EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah
Ekonomi dan Bisnis.

Frantino, A., 2021). Kebijakan Pengelolaan Keuangan Desa Dan Indeks Desa
Membangun Desa Kupan Jaya Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang.

Raharjo, T., Sulaeman, A. S., S. (2018). Efektivitas Penggunaan Dana Desa.


74(5), 601–606.

Ramadana, C. (2013). Keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Sebagai


Penguatan Ekonomi Desa. Jurnal Administrasi Publik Mahasiswa
Universitas Brawijaya, 1(6), 1068–1076.

Sari, N., & Oktavianor, T. (2021). Indeks Desa Membangun (Idm) Di Kabupaten
Barito Kuala. Jurnal Administrasi Publik Dan Pembangunan, 2(1), 36.

Supriyadi, Endang Irawan, D. N. (2015). Efektivitas Pengelolaan Dana Desa


Dalam Pemberdayaan Masyarakat ( Studi pada Desa Cigondewah Hilir
60

Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung ). Jurnal Identitas, 2, 64–74.

Suroso, S. (2019). Eksistensi Pembangunan Masyarakat Dan Desa Di Kawasan


Perkotaan Kabupaten Pati. Jurnal Litbang: Media Informasi Penelitian,
Pengembangan Dan IPTEK, 15(2), 77–90.

Susilwati, I. (2020). Efektivitas Pengelolaan Program Keluarga Harapan ( PKH )


Untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Miskin.

Veronica, D., Winarni, E., & Soleh, A. (2020). Evaluasi Keberhasilan


Penggunaan Dana Desa (Studi Kasus Desa Maju Jaya Kecamatan Pelepat
Ilir, Kabupaten Bungo). J-MAS (Jurnal Manajemen Dan Sains), 5(2), 318.

Anda mungkin juga menyukai