Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL

PROGRAM PEMBERDAYAAN SEKOLAH LAPANG PENGEMBANGAN


DAN MANAJEMEN IRIGASI PARTISIPATIF TERINTEGRASI (SL-
IPDMIP) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PETANI PADI
(Studi Kasus di Desa Takkalasi, Kecamatan Maritengngae Kabupaten
Sidenreng Rappang)

FIELD SCHOOL EMPOWERMENT PROGRAM INTEGRATED


PARTICIPATORY IRRIGATION DEVELOPMENT AND
MANAGEMENT (SL-IPDMIP) AS AN EFFORT TO INCREASE THE
CAPACITY OF RICE FARMERS
(Case Study in Takkalasi Village, Marintengngae District, Sidenreng
Rappang Regency)

Mufidatul Mar’ah
1915041018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Program pemberdayaan sekolah lapang pengembangan dan


manajemen irigasi partisipatif terintegrasi (SL-IPDMIP)
sebagai upaya peningkatan kapasitas petani padi (Studi
Kasus di Desa Takkalasi, Kecamatan Marintengngae
Kabupaten Sidenreng Rappang)

Nama : Mufidatul Mar’ah


NIM : 1915041018
Program Studi : Pendidikan Geografi

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Maddatuang, M.Si Dr. Erman Syarif, S.Pd., M.Pd


NIP. 196306151988031002 NIP. 198107052006041001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ketua Jurusan Geografi


Pendidikan Geografi Fakultas MIPA

Dr. Erman Syarif, S.Pd., M.Pd. Uca, S.Si.,M.P.,Ph.D


NIP. 198107052006041001 NIP. 197112311998021001

ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………… ii
DAFTAR ISI……………………………………………………... iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………….. v
DAFTAR TABEL………………………………………………... vi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah……………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………… 8
C. Tujuan Penelitian………………………………. 8
D. Manfaat Penelitian……………………………... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………….... 10
A. Kajian Teori……………………………………. 10
B. Peneliti Yang Relevan…………………………. 23
C. Kerangka Pikir…………………………………. 27
BAB III METODE PENELITIAN………………………….. 28
A. Jenis Penelitian……………………………….... 28
B. Waktu dan Tempat Penelitian…………………. 28
C. Desain Penelitian………………………………. 29
D. Sasaran Penelitian……………………………… 30
E. Definisi Operasional Variabel…………………. 31
F. Teknik Pengumpulan Data……………………... 33
G. Instrumen Penelitian………………………….... 34
H. Teknis Analisis Data……………………………. 36
H. Teknis Analisis Data……………………………. 37
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………. 39

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


1.1 Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Padi di
Indonesia tahun 2016-2020 ...................................................... 2
1 .2 Penduduk dan Laju Penduduk Pertahun di Indonesia tahun 2010
Hingga 2020……………………………………………………..2
1.3 Poduktivitas tanaman padi di Sidrap tahun 2018-2020………...5

2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................. 23


3.1 Sasaran Penelitian ..................................................................... 30

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Pikir .......................................................................... 27

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara agraris dunia dengan potensi lahan

yang sangat menunjang untuk digunakan dalam pertanian, hal ini digunakan

sebaik baiknya oleh sebagian besar penduduknya dengan cara hidup dari hasil

bercocok tanam atau bertani. Salah satu komoditas yang wajib ditanam yaitu

komoditas padi, hal ini didukung oleh data bahwasanya negara Indonesia berada

di urutan kedua yang masyarakatnya mengomsumsi beras terbesar setelah negara

vietnam di urutan pertama. Dilihat dari sisi komsumsi beras perkapitanya sendiri,

negara vietnam mengkomsumsi beras sebanyak 200-an kg pertahun sedangkan

untuk negara Indonesia sebanyak 130-an kg pertahun (Wahid, 2015). Namun

dengan potensi lahan yang adanya, Indonesia ternyata belum dapat memenuhi

kebutuhan pangan dalam negaranya sendiri sehingga mengharuskan pemerintah

melakukan impor beras dari negara lain seperti India, Vietnam, Thailand,Pakistan,

Myanmar, Jepang, Tiongkok, dan lainya dengan total keseluruhan impor beras di

tahun 2021 yaitu sebanyak 407.741,4 (BPS, 2021)

Hal ini disebabkan adanya ketidakseimbangan antara peni ngkatan jumlah

penduduk tiap tahun dengan tingkat produksi, luas lahan, dan produktivitas

pertanian yang relatif mengalami penurunan setiap tahunnya, ini disebabkan

karena karena kurangnya pengetahuan masyarakat petani terhadap perkembangan

teknologi, pengetahuan, keterampilan, permasalahan irigasi, biaya dan lainnya

1
2

yang berpotensi dapat meningkatkan produktifitas hasil pertanian mereka. Berikut

merupakan data perkembangan produksi, luas panen dan produktifitas padi di

Indonesia beserta data penduduk dan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia:

Table 1.1 Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Padi di


Indonesia tahun 2016 hingga 2020.
Luas Panen Produksi (Juta Produktivitas
No Tahun
(Juta/Ha) Ton) (Ku/Ha)

1. 2016 15.16 79.36 52.4

2. 2017 15.71 81.15 51.65

3. 2018 11.4 59.2 52

4. 2019 10.68 54.6 51.1

5. 2020 10.66 54.65 51.3

Sumber : Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik, dan Dinas Pertanian


Seluruh Indonesia

Table 1.2 Penduduk dan Laju Penduduk Pertahun di Indonesia tahun 2017-2022
No Tahun Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk Pertahun (%)

1 2017 261 355,5 1,34

2 2018 264 161,6 1,33

3 2019 266 911,9 1,32

4 2020 270.203,9 1,25

5 2021 272 682,5 1,22

6 2022 275 773,8 1,17

Sumber : BPS 2022


3

Berdasarkan data pada tabel 1 dapat diketahui bahwa luas panen tanaman

padi di Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Penurunan terjadi

cukup signifikan pada tahun 2018 yaitu sebanyak 4.31 juta Ha. Hal ini tentunya

mempengaruhi produktivitas pertanian yang ada sehingga turut mempengaruhi

ketersediaan beras untuk masyarakat Indonesia. Semakin berkurangnya lahan

pertanian diindikasikan terjadi karena semakin meningkatnya jumlah penduduk

sebagaimana yang ditampilkan dalam tabel 2.

Berdasarkan BPS (2021) dapat diketahui bahwa perubahan jumlah

penduduk dari tahun 2017 hingga tahun 2022 cukup signifikat. Persentase laju

pertumbuhan penduduk paling tinggi berada ditahun 2017 yakni mencapai

1,35%. Meskipun persentase kenaikan penduduk dari tahun 2017-2022

mengalami penurunan, namun setiap tahunnya jumlah penduduk semakin

meningkat yang menandakan bahwa kebutuhan terkait suatu lahan tempat tinggal

akan semakin meningkat pula yang memicu terjadinya peralihan lahan yang

awalnya digunakan sebagai lahan produktif pertanian menjadi lahan perumahan

atau tempat tinggal, sehingga lahan pertanian akan semakin sempit, produktivitas

pertanian akan cenderung menurun sedangkan kebutuhan pangan semakin

meningkat karena jumlah penduduk yang semakin meningkat pula. Jika hal ini

terus menerus terjadi dan tidak dilakukan sebuah tindakan, dikhawatirkan akan

terjadi krisis pangan di masa yang akan datang. Selain itu, menurut Dinas

Pertanian Tanaman Pangan dalam (Djafar, 2015) bahwasanya terjadi peningkatan

komsumsi di beberapa komoditas pangan akibat semakin meningkatnya pula

pendidikan dan juga kesejahteraan masyarakat. Hal ini mengakibatkan Indonesia


4

memerlukan tambahan persediaan pangan untuk mengimbangi laju pertumbuhan

penduduk yang relatif semakin meningkat.

Menurut Novia dalam (Djafar, 2015) menyatakan bahwasannya dalam

upaya pencapaian ketahanan pangan dan mempertahankan stabilitas pangan skala

nasional, perlu peningkatan dan pemaksimalan pemenuhan kebutuhan pangan

skala nasional. Indonesia memiliki target yang serius dalam meningkatkan

produktivitas pertanian dan mewujudkan kembali swasembada pangan seperti di

tahuan 1984 yang mana angka produktivitas pertanian mencapai 25,8 ton, yang

kemudian mendapatkan penghargaan langsung oleh FAO (Organisasi Pangan dan

Pertanian Dunia). Target tersebut dapat terupayakan dengan melakukan

peningkatan produktivitas, mutu hasil produksi,dan areal tanam pada jaringan

irigasi, serta penurunan kehilangan hasil produksi (Anonim, 2019). Menanggapi

hal tersebut, Indonesia menyelenggarakan program Pengembangan dan

Manajemen Irigasi Partisipatif Terintegrasi ( IPDMIP ) sebagai salah satu upaya

dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Sistem ini sejalan

dengan UU No.17/2007 Terkait RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional) tahun 2005-2025, UU No.18/2012 terkait Pangan, dan UU No.19/2019

terkait Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Maharani, 2021). Cakupan

Program ini yakni mensupport upaya dalam penguatan kapasitas kelembagaan

sumber daya alam, pengelolaan jaringan irigasi dan kapasistas pemerintah dalam

pelaksanaan operasi dan pemeliharaan serta pengelolaan sistem irigasi.

Ada 74 kabupaten dari 16 provinsi di Indonesia yang menjadi cakupan

wilayah pada program ini, yang mana kabupaten Sidenreng Rappang menjadi
5

salah satu dari 5 kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan untuk cakupan lokasi

program IPDMIP ini (Anonim, 2019). Kabupaten Sidenreng Rappang merupakan

salah satu kabupaten lumbung padi di Sulawesi Selatan. Hal ini dikarenakan

daerah ini didukung dengan luas lahan sawah 47.947,3 ha dengan luas wilayah

2.506,19 km² dan jumlah penduduk sebanyak 264.955 jiwa. Selain itu daerah ini

juga dapat melaksanakan panen hingga tiga kali dalam setahun dengan dukungan

pelaksanaan program seperti percepatan tanam dalam (Bachtiar, dan Muslim

Salam, 2019)

Tabel 1.3 Poduktivitas tanaman padi di Sidrap tahun 2018-2020


No Tahun Produktivitas Tanaman Pangan

(Kuintal/Hektar)

1 2018 58.27

2 2019 55.33

3 2020 50.26

Jumlah 110.86

Sumber: BPS 2020

Berdasarkan data BPS tahun 2020 pada tabel 3 diketahui bahwa

produktivitas padi pada tahun 2018 sebesar 58.27 Kuintal/Hektar dan ditahun

2020 sebesar 50.26 Kuintal/Hektar. Jika diperhatikan, terjadi penurunan

produktivitas padi dari tahun 2018 hingga 2020 di kabupaten Sidenreng Rappang

yaitu sebersar 8.01 Kuintal/Hektar, hal ini diindikasikan terjadi karena ada

pertumbuhan penduduk di daerah ini sehingga lahan yang awalnya persawahan

menjadi perumahan, yang mengakibatkan terjadinya penurunan produktivitas


6

tanaman padi. Pertumbuhan penduduk di suatu daerah tentunya tidak dapat

dihindarkan. Oleh karena itu, perlu suatu upaya guna meningkatkan produktivitas

pertanian di tengah laju penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun,

Seperti program pemberdayaan petani IPDMIP.

Salah satu komponen pemberdayaan petani yang diterapkan dalam

program IPDMIP ini adalah pengembangan sumber daya manusia untuk layanan

penyuluhan dan petani yang terdiri dari perekrutan, dukungan bagi PPL

(Penyuluhan Pertanian Lapangan) Baru yang telah ada, sedangkan untuk

pengembangan sumber daya manusianya sendiri dilakukan melalui kegiatan

sekolah lapang pada kelompok tani dengan harapan dapat meningkatan

produktivitas dan jasa pertanian (Maharani, 2021)

Sekolah lapang IPDMIP ini bersifat partisipaf karena masyarakat tani

diberikan kewenangan atau kekuasaan secara mandiri dalam penerapan ilmu yang

telah mereka peroleh setelah diadakan kegiatan, walaupun pada saat pelaksanakan

kegiatan sekolah lapang berlangsung melalui gabungan dari kelompok tani atau

per-kelompok tani (Maharani, 2021). Ilmu yang diajarkan dalam sekolah lapang

IPDMIP ini, seperti cara meningkatkan keterampilan petani dalam kegiatan

budidaya dan pengelolaan pertanian, meningkatkan kemampuan dan kesadaran

petani dalam memanfaatkan lahan pertaniannya secara lebih produktif dan efisien,

meningkatkan kepercayaan diri petani dalam mempraktekkan teknik, inovasi dan

pengelolaan budidaya pertanian yang lebih baik, serta membangun kemandirian

proses pembelajaran dari, oleh, dan untuk petani.


7

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti diperoleh fakta

bahwasanya di Desa Takkalasi, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidenreng

Rappang merupakan salah satu desa yang memiliki peluang pelaksanaan program

sekolah lapang IPDMIP karena terdapat bendungan tadah hujan dalam pemenuhan

pengairan juga potensi pertanian di desa ini yang sangat mendukung, dimana rata

rata masyarakat di desa tersebut memiliki lahan pertanian untuk digarap sendiri

atau dengan bantuan buruh tani dan terdapat kelompok-kelompok tani serta

gabungan kelompok tani (GAPOKTA) di desa tersebut yang menjadi syarat dalam

pelaksanaan program ini. Namun karena pada program ini bersifat partisipaf

sehingga petani memegang kendala dalam penerapan ilmu yang mereka peroleh

untuk kemudian diterapkan pada lahan mereka setelah dilakukan kegiatan sekolah

lapang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam terkait proses

pelaksanaan dan outcome berupa peningkatan kapasitas yang di peroleh dari

program sekolah lapang IPDMIP ini.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini mengambil judul

“Program Pemberdayaan Sekolah Lapang Pengembangan dan Manajemen Irigasi

Partisipatif Terintegrasi (SL-IPDMIP) Sebagai Upaya Peningkatan Kapasitas

Pengetahuan dan Keterampilan Petani (Studi Kasus di Desa Takkalasi, Kecamatan

Marintengngae, Kabupaten Sidenreng Rappang)”.


8

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Pogram Pemberdayaan Sekolah Lapang

Pengembangan dan Manajemen Irigasi Partisipatif Terintegrasi (SL-

IPDMIP) di Desa Takkalasi, Kecamatan Marintengae Kabupaten

Sidenreng Rappang ?

2. Bagaimana peningkatan kapasitas (pengetahuan, keterampilan, dan

perubahan sosial) petani padi setelah diadakan Program Pemberdayaan

Sekolah Lapang Pengembangan Dan Manajemen Irigasi Partisipatif

Terintegrasi (SL-IPDMIP) di Desa Takkalasi, Kecamatan Maritengngae,

Kabupaten Sidenreng Rappang?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Proses pelaksanaan Pogram Pemberdayaan Sekolah

Lapang Pengembangan dan Manajemen Irigasi Partisipatif Terintegrasi

(SL-IPDMIP) di Desa Takkalasi, Kecamatan Marintengae Kabupaten

Sidenreng Rappang.

2. Untuk mengetahui peningkatan kapasitas (pengetahuan, keterampilan, dan

perubahan sosial) petani padi setelah diadakan Program Pemberdayaan

Sekolah Lapang Pengembangan Dan Manajemen Irigasi Partisipatif

Terintegrasi (SL-IPDMIP) di Desa Takkalasi, Kecamatan Maritengngae,

Kabupaten Sidenreng Rappang.


9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

informasi, pengetahuan, dan referensi bacaan mengenai

program sekolah lapang pengembangan dan manajemen irigasi

partisipatif terintegrasi (SL-IPDMIP)

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai saran informasi dan

data bagi penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti, dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini

menjadi kesempatan dalam upaya pengembangan pengetahuan

mengenai pemberdayaan masyarakat.

b. Bagi Masyarakat, Hasil dari penelitian ini dapat dipergunakan

sebagai sumber informasi mengenai proses dan dampak dari

program sekolah lapang pengembangan dan manajemen irigasi

partisipatif terintegrasi (SL-IPDMIP).

c. Bagi Pemerintahan, Sebagai bahan evaluasi pemerintah agar

dapat terus melakukan pengembangan terhadap kegiatan

pertanian khususnya pada masyarakat petani desa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Kondisi Umum Pertanian di Sidenreng Rappang

Pertanian kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) termasuk ke dalam salah

satu sentra produksi beras di Sulawesi Selatan (Sul-sel). Selain itu daerah ini

dikenal dengan wilayah ‘BOSOWASIPILU’ karena potensi wilayahnya akan

komoditas padi. BOSOWASIPILU sendiri berarti wilayah yang termasuk

kedalam program pengembangan sentra tanaman padi, bersamaan dengan

kebupaten lain yang berada disekitarnya yakni Soppeng, Pinrang, Wajo, Bone,

Sidrap, dan Luwu. Di kabupaten Sidrap potensi pertanian sawahnya dapat dilihat

dari luasan sawah diwilayah tersebut yakni sekitar 46.985 Ha atau 24,95% dari

total keseluruhan wilayah yang ada di kabupaten Sidrap, yang mana dari luas

potensi sawah tersebut 60% nya berupa lahan sawah teririgasi teknis.

2. Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Prijono dalam (Safyuddin, Yunus, dan Fadli., 2017)

pemberdayaan adalah suatu proses pemantapan individu dan atau masyarakat

dengan tujuan memberdayakan mereka. Sependapat dengan hal tersebut, Arbi

Sanit dalam (Safyuddin, Yunus, dan Fadli., 2017) menyatakan bahwa

pemberdayaan adalah salah satu upaya memodifikasikan seluruh potensi

masyarakat sebagai kekuatan, memperjuangakan, melindungi untuk kepentingan

mereka dalam berbagai aspek kehidupan.

10
11

Menurut Kartasasmita dalam (Handini, Sukesi, dan Hartati., 2019)

pemberdayaan adalah usaha guna membangun kemampuan atau kekuatan itu

sendiri, dengan cara memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran akan

adanyanya potensi kemu dian berupaya untuk mengembangkan potensi tersebut,

dimana masyarakatnya menjadi mitra yang ingin diberdayakan. Oleh karena itu,

diperlukan cara, langkah, teknik untuk memperkuat hal tersebut berupa masukan

(input), serta membuka peluang sebagai akses (opportunities) yang akan

memberdayakan masyarakat.

Menurut Soeharto dalam (Safyuddin, Yunus, dan Fadli., 2017)

pemberdayaan yang bertujuan melakukan perubahan sosial dilakukan dengan

menciptakan kelompok atau masyarakat, individu menjadi lebih kuat dalam

keikutsertaan guna memenuhi kebutuhan hidup dari segi ekonomi, fisik, dan

sosialnya. Burhan dalam (Safyuddin, Yunus, dan Fadli., 2017) menyatakan

bahwasanya pemberdayaan petani dapat dilaksanakan dengan cara menempatkan

kedudukan petani sebagai sebuah mitra atau subjek pada perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan program pemberdayaan.

Tim Deliveri dalam (Safyuddin, Yunus, dan Fadli., 2017) memberikan

acuan bahwasanya pemberdayaan dijadikan suatu proses titik pertolakan

masyarakat guna memandirikan masyarakat sehingga taraf hidupnya bisa

meningkat dengan cara memanfaatkan sumber daya sekitar dengan lebih baik lagi.
12

Pemberdayaan masyarakat diartikan sebgai suatu proses mengakomodasi

dan menggerakkan masyarakat supaya dapat memposisikan diri sebagai pelaku

utama dalam memanfaatkan postensi lingkungnya guna mencapai keberlanjutan

dalam waktu yang lama.

Menurut Sopandi dalam (Pratama, 2018) Memaknai pemberdayaan

masyarakat adalah cara yang dapat diupayakan untuk menciptakan kemandirian

masyarakat atau tidak membuat masyarakat bergantung pada suatu program

sehingga dapat berupaya sendiri dengan tujuan memajukan diri ke arah kehidupan

yang jauh lebih baik lagi dan berkelanjutan.

Menurut World bank dalam (Handini, Sukesi, dan Hartati., 2019)

menyatakan bahwasanya terdapat hal yang diperlukan untuk menjamin adanya

pembangunan berkelanjutan, sehingga dari hal tersebut tercipta tujuan

pemberdayaan yaitu:

a. Perbaikan pendidikan (better education) yang berarti pemberdayaan

sebagai suatu bentuk pendidikan yang arahnya menjadi lebih baik dengan

cakupan yakni dalam hal materi, metode, tempat dan waktu, hubungan

timbal balik antara fasilitator dan penerima manfaat, serta yang lebih

penting dalam hal ini adalah perbaikan pendidikan yang dapat

menumbuhkan semangat untuk terus belajar sepanjang hidupnya.

b. Perbaikan aksesibilitas (netter accessibility) yang dimaksudkan adalah

perbaikan aksebilitas dengan cakupan perbaikan dalam hal sumber

inovasi/informasi, lembaga pemasaran, sumber pembiayaan, dan

penyediaan produk dan peralatan.


13

c. Perbaikan tindakan (better action) yakni diharapkan adanya pemberdayaan

tersebut dapat memberikan pedoman tindakan yang seharusnya menjadi

lebih baik lagi.

d. Perbaikan kelembagaan (better institution) dengan adanya perbaikan

sebelumnya diharapkan apat memperbaiki kualitas mitra usaha yang

dimaksudkan dalam kelembanganan.

e. Perbaikan usaha (better business) diharapkan dapat memperbaiki bisnis

yang sedang atau akan dilaksanakan.

f. Perbaikan pendapatan (better income) dengan perbaikan bisnis turut

mempengaruhi perbaikan pendapatan yang diperoleh.

g. Perbaikan lingkungan (better environment), perbaikan lingkungan yang

dimaksud dalam hal ini adalah fisik maupu sosial, yang mana ini dapat

terjadi jika faktor penyebab kerusakannya bisa diatasi yakni kemiskinan

atau rendahnya pendapatan.

h. Perbaikan kehidupan (better living) dengan perbaikan pendapatan

diharapkan akan menperbaiki kehidupan setiap element baik individu

(anggota keluarga) maupun masyarakatnya.

i. Perbaikan masyarakat (better community) dan ujung tujuan dari

pemberrdayaan adalah terwujudnya kehidupan bermasyarakat yang lebih

baik.

Menurut Wilson dalam (Handini, Sukesi, dan Hartati., 2019)

mengemukakan bahwa kegiatan pemberdayaan pada setiap orang dalam suatu

masyarakat, adalah suatu siklus aktivitas yang terdiri dari: Pertama, titik awal
14

yang menyatakan bahwasanya diperlukan suatu pemberdayaan adalah dengan

tumbuhnya keinginan pada diri setiap individu untuk melakukan suatu perubahan

yang arahnya kepada perbaikan. Karena tanpa ada keinginan tersebut maka

pemberdayaan tidak akan memperoleh hasil yang maksimal karena mitra atau

pelaku yang menggerakkan perubahan itu sendiri tidak mendapatkan perhatian,

partisipasi, atau simpati dari masyarakat; kedua, selain keinginan, juga diperlukan

kemauan dan keberanian agar mendapatkan dorongan untuk terlepas dari hal-hal

yang bersifat candu atas kenikmatan dan penghambat dalam melakukan

perubahan, sehingga orang akan dengan mudah mengambil keputusan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan guna terwujud suatu perubahan yang

mengarah ke hal yang lebih baik, sesuai harapan diadakannya pemberdayaan;

Ketiga, setelah bergabung dalam kegiatan pemberdayaan juga diperlukan

pengembangan kemauan untuk mengambil bagian dari kegiatan tersebut, guna

mendapat manfaat dari kegiatan; Keempat, dengan peningkatan peran dapat

memberikan rasa, bahwa ada manfaat dari keikutsertaan pada kegiatan

pemberdayaan ini; Kelima, perlu ditunjukkan perkembangan motivasi dalam

melakukan perubahan seperti peningkatan peran atau partisipasi pada kegiatan

pemberdayaan; keenam, kegiatan pemberdayaan dianggap berhasil jika dirasa

telah adanya peningkatan efektivitas dan juga efisiensi; ketujuh, dalam

pemberdayaan yang mengarah kepada perubahan perlu adanya peningkatan

kompetensi.

Mengenai kegiatan pemberdayaan dalam masyarakat juga dibahas oleh

Tim Delivery dalam (Handini, Sukesi, dan Hartati., 2019) yang menawarkan
15

tahapan dalam program pemberdayaan pada masyarakat yang berawal dari proses

pemilihan lokasi hingga pada prose pemandirian masyarakat. Adapun tehapan

yang dimaksud adalah sebagai berikut: pertama, tahap seleksi; kedua, sosialisai

pembemberdayaan kepada masyarakat; ketiga, Proses pemberdayaan pada

masyarakat, yang dimulai dari tinjauan pada keadaan pedesaan yang akan

dijadikan lokasi partisipatif, Peningkatan kapasitas kelompok, proses

pembentukan perencanaan dan pelaksanaan pada kegiatan, megawasi dan

mengevaluasi partisipatif; keempat, hingga proses pemandirian pada Masyarakat.

Menurut Maharani (2021) menyatakan terdapat ragam pemberdayaan

masyarakat yakni sebagai berikut:

a. RRA (rapid rural appraisal);

b. PRA (participatory rapid appraisal) atau dapat diartikan sebagai

penilaian desa secara partisipatif;

c. FGD (focus group discussion) yang berarti diskusi kelompok secara

terarah;

d. PLA (participatory learning and action), yang berarti suatu proses belajar

dan juga kegiatan mempraktikkan secara partisipatif;

e. SL atau Sekolah Lapang (Farmers Field School):

f. Pelatihan Partisipatif.

Dalam SL atau sekolah lapang (Farmers Field School) adakah suatu

kegiatan pertemuan secara berkala oleh sekelompok masyarakat pada wilayah

atau lokasi tertentu, yang berawali dari pembahasah mengenai identifikasi

masalah yang sedang dihadapi, lalu diikuti dengan berbagai pandangan, sharing
16

pengalaman berupa diskusi mengenai pemecahan masalah dengan mencari

alternative dan penentuan cara-cara berdasarkan pertimbangan tertentu yang

dirasa akan lebih efektif dan efisien sesuai kepemilikan sumberdaya yang ada.

Umumnya kegiatan ini akan difasilitasi oleh berbagai narasumber atau fasilitator

yang kompeten dalam bidangnya.

3. Kelompok Tani

Hermanto dan Swastika dalam (Pratama, 2018) berpendapat bahwa

kelompok tani adalah satu perkumpulan dimana terdapat kegiatan yang dilakukan

oleh para petani yang menjadi anggota atas kesepakatan bersama. Kegiatan

kelompok tani didasarkan atas berbagai pertimbangan terutama mengenai

kesamaan kepentingan, sosial ekonomi, sumber daya alam, rasa saling percaya,

keakraban, serta keselarasan hubungan antar anggota kelompok tani, sehingga

menjadi dasar timbulnya rasa saling memiliki dan ingi berkontribusi dalam

kelompok tersebut untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Adapun bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam kelompok tani yakni

berupa pengadaan sarana penghasil, pengolahan, hingga pemasaran hasi olahan

tani. Selaras dengan pendapat tersebut, Departemen Pertanian dalam (Pratama,

2018) menyatakan bahwa Kelompok tani itu terbentuk berdasarkan kesamaan

kepentingan, keakraban, dan kondisi lingkungan yang ditujukan untuk

meningkatkan perkembangan usaha anggotanya. Umumnya pembentukan

kelompok tani dapat dilakukan oleh sekumpulan pekebun, petani, ataupun

peternak itu sendiri.


17

Menurut Hermanto dan Swastika dalam (Handini, Sukesi, dan Hartati.,

2019) Terkait dengan pembahasan diatas, maka dapat dijelaskan bahwa upaya

pemberdayaan pada kelompok tani dapat dilaksanakan oleh pihak Penyuluh

Pertanian Lapangan (PPL) serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau

lembaga lain yang handal dalam hal tersebut. Adapun tugas yang dilakukan dalam

pengadaan pemberdayaan pada kelompok tani yaitu melakukan pengembangan,

partisipasi, keterampilan, sikap, dan pengetahuan pada kelompok tani dalam

mengapai tujuan bersama.

Selain itu, menurut Handini, Sukesi, dan Hartati (2019) melalui

pemberdayaan kelompok tersebut dapat memunculkan sikap kemandirian pada

masyarakat karena pada pelaksananya masyarakat akan ikut aktif berpartisipasi

sehingga diharapkan pemberdayaan tersebut akan terus berkelanjutan sebagai

penggerak dalam perkembangan masyarakat.

4. Program sekolah lapang IPDMIP

Pelaksanaan Program IPDMIP (Integrated Participatory Development and

Management of Irrigation Program) menurut Maharani (2021) terdiri atas

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementrian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat, Deputi Sarana Dan Prasarana Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/BAPPENAS, Badan Penyuluhan dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Pertanian/BPPSDM Kementerian Pertanian, Direktorat

Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah

Daerah dan Kabupaten/Kota Lokasi Pelaksanaan IPDMIP.


18

Dimana program IPDMIP dipersiapkan guna mencapai target swasembada

yang menjadi fokus dalam pembangunan pertanian di Indonesia, dengan prioritas

pemerintahan negara Indonesia yaitu untuk Pertama, meningkatkan produktivitas

komoditas pangan dalam negeri yang di wujudkan melalui: (a) penyegaran dalam

penyuluhan produksi benih dan pertanian, (b) peningkatan irigasi (c) pengelolaan

irigasi, (d) peningkatan ketepatan pengunaan air irigasi (d) penerapan

pengendalian irigasi partisipatif tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota (e)

pembentukan satu juta ha jaringan pengairan baru di luar Jawa dan Bali; Kedua,

perbaikan pengendalian sistem pengairan yang dilaksanakan oleh Kementerian

Dalam Negeri dan Kementerian PUPR.

Hal ini berguna dalam memperkuat pendistribusian pengairan pada tingkat

lokasi irigasi; Ketiga, perbaikan infrastruktur pengairan yang dilaksanakan oleh

Kementerian PUPR. Dimana hal ini berupaya dalam mendukung pemulihan dan

peningkatan sistem pengairan langsung, tidak langsung dan infrastruktur drainase;

Keempat, melakukan peningkatan income pada pertanian pengairan yang

dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian dan dibiayai oleh Pemerintahan

Indonesia dan IFAD. Tujuan ini memiliki sasaran pada peningkatan pertanian dan

juga sistem sekolah lapang pada kelompok tani agar dapat meningkatkan daya

cipta pertanian padi. Dalam meningkatkan penghasilan perekonomian

masyarakatnya khususnya di daerah pedesaan, maka sektor pertanian sangat

berperan penting.

Untuk itu didaerah pedesaan dibentuk suatu perkumpulan yakni kelompok

tani yang dijadikan sebgai salah satu wadah dalam peningkatan perekonomian
19

atau pendapatan masyarakatnya. Melalui kelompok tani ini juga sehingga dapat

terlaksananya sekolah lapang untuk saling belajar agar dapat mengubah pola pikir

kelompok dalam hal ini masyarakat dari yang awalnya acuh tak acuh dalam

perkembangan teknologi menjadi lebih terbuka dan mau untuk mempelajarinya

lebih dalam mengenai perkembangan teknologi yang dirasa akan sangat

berpengaruh terhadapat peningkatan daya cipta pertanian sesuai dengan

perkembangan teknologi.

5. Kapasitas

Menurut Milen dalam (Anonim, 2019) memaknai kapasitas sebagai

kemampuan pada diri individu, sistem atau organisasi, guna melaksanakan fungsi

sesuai harapan yakni fungsi efektif, efisien dan berkelanjutan. Begitu juga dengan

Brown, LaFond, dan Macintyre dalam (Anonim, 2019) menyatakan bahwa

kapasitas adalah kemampuan yang digunakan untuk melakukan suatu tinjauan

sesuai perencanaan dan penggambaran menuju proses dan hasil. Hal yang serupa

juga dinyatakan oleh Soeprapto dalam (Anonim, 2019) bahwasanya kapasitas

lebih mengarah kepada hasil akhir (Outcome) atau kondisi yang akan dicapai.

Pada tahapan peningkatan kapasitas diartikan sebagai keseluruhan proses guna

mencapai perolehan akhir (outcome). Dari seluruh pendefinisian akan kata

“kapasitas” dapat ditarik makna tersirat, dalam artian luas berarti pengembangan

dan makna sempit berarti kegiatan pelatihan.

Menurut Morrison dalam (Anonim, 2019) melihat peningkatan kapasitas

seperti suatu proses dalam menggerakkan, mendorong, dan melaksanakan

pergantian multi-level kepada kelompok, individu, sistem dan organisasi. Baiknya


20

suatu peningkatan kapasitas diupayakan untuk lebih mengarah pada penguatan

kemampuan diri individu dan kelompok untuk menghadapi perubahan

lingkungan yang tanpa henti. Peningkatan kapasitas berarti sebuah proses, bukan

produk. Secara khusus, suatu proses pengkajian multi-level yang dilakukan secara

terus menerus dan berkelanjutan sebagai upaya untuk menghubungkan antara

suatu ide dengan pelaksanaan disebut sebagai peningkatan kapasitas. Berbeda

dengan pendangan sebelumnya, Arieta dalam (Anonim, 2019) berpendapat

bahwa peningkatan kapasitas dalam masyarakat adalah sebuah rancangan utama

dalam proses untuk meningkatan kapasitas dengan metode advokasi.

Peningkatan kapasitas di dalam masyarakat menjadi salah satu program

atau kegiatan pengabdian untuk masyarakat yang dilakukan melalui proses

peningkatan akan kesadaran pada diri masyarakat, untuk lebih terbuka melihat

potensi dan peluang disekitar dalam mengambil tindakan sebagai bentuk

perubahan melalui strategi seperti perencanaan dan kebijakan, aksi politik dan

sosial, pendidikan, serta kesadaran diri. Pada proses peningkatan kapasitas ini

perlu adanya rasa memiliki, penguasaan, dan dilaksanakan oleh masyarakat

karena pengetahuan akan kebutuhan, peluang atau potensi, ancaman, sumber

daya, dan juga perubahan pada suatu daerah lebih diketahui oleh masyarakat yang

tinggal di daerah itu sendiri. Adapun ciri-ciri dari kapasitas adalah dimensi yang

aktif atau bergerak karena kapasitas adalah sebuah proses yang bersifat

berkelanjutan sebagai sautu bentuk kapasitas dari individu, sistem, atau organisasi

yang tidak pernah utuh atau sempurna tetapi memerlukan pembaharuan (Anonim,

2019).
21

Dalam penelitian ini yang menjadi indikator penilaian kapasitas petani

dapat dilihat sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Menurut Soedijanto dalam (Sultan, 2019) Pengetahuan adalah

salah satu komponen perilaku petani yang turut menjadi faktor penting

dalam berusahatani. Tingkat pengetahuan petani sangat berpengaruh

karena semakin tinggi pengetahuan petani maka semakin besar wawasan

dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani sehingga petani dapat bersikap

positif dan terbuka terhadap teknologi maupun perkembangan apapun

dibidang pertanian. Pengetahuan merupakan suatu kemampuan individu

(petani) untuk mengingat-ingat segala materi yang dipelajari dan

kemampuan untuk mengembangkan intelegensi. Menurut Cahyono dalam

(Julianto, 2018) bahwa kemampuan seseorang untuk dapat berprestasi baik

dipengaruhi oleh bagaimana individu menguasai pengetahuan dan

keterampilan yang dimilikinya.

b. Keterampilan

Keterampilan Menurut Cahyono dalam (Julianto, 2018) bahwa

keterampilan kemampuan teknis dimiliki seseorang atau individu untuk

melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang baik. Menurut Gibson

dalam (Sultan, 2019) bahwasanya Tingkat keterampilan (psikomotor)

merupakan kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan (skill)

seseorang setelah ia menerima pengalaman belajar mengenai ide tertentu.

Aspek keterampilan merupakan lanjutan dari aspek pengetahun (kogniti)


22

dan sikap (efektif) bentuk kecenderungan bertindak atas respon. Pada

tingkat keterampilan lebih menunjukkan kecenderungan seseorang untuk

menerapkan suatu inovasi pada skala tertentu. Perubahan perilaku tersebut

diarahkan agar petani dan keluarganya mampu dan sanggup bertani lebih

produktif, berusahatani lebih menguntungkan dan hidup lebih sejahtera.

c. Perubahan sosial

Menurut Strasser dan Randall dalam (Szrompka, 2017) perubahan

sosial dipandang sebagai sebagai bentuk perubahan yang berlangsung pada

sistem sosial. Berbicara terkait perubahan merupakan suatu hasil atau

perolehan dari suatu sistem yang berlangsung setelah waktu yang cukup

lama. Hawley dalam (Szrompka, 2017) merancang dasar perubahan sosial

menjadi tiga gagasan: Pertama, perbedaan; Kedua, pada waktu berbeda;

dan Ketiga, di antara kondisi sistem sosial yang serupa.

Berikut ini contoh definisi perubahan sosial: Perubahan sosial

merupakan setiap perubahan yang hanya terjadi sekali atau tidak berulang

dari sistem sosial sebagai betuk kesatuan. Kemudian (Lorentius, 2017)

juga berpendapat bahwa perubahan sosial di masyarakat adalah sebuah

proses bukan hasil. Yang mana, proses perubahan tersebut adalah

perolehan dari kesepakatan bersama antara individu ataupun

masyarakatnya. Keputusan akan perubahan tersebut telah dipertimbangkan

sebelumnya sesuai harapan dan keinginan dalam suatu masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto dalam (Lorentius, 2017) terdapat

faktor-faktor internal dan eksternal dalam masyarakat yang menjadi


23

penyebab terjadinya perubahan sosial. Faktor internal mencakup

perubahan penduduk, konflik dalam masyarakat, penemuan baru, dan

pemberontakan (revolusi) dalam diri masyarakat. Sedangkan faktor

eksternal mencakup faktor alamiah seperti pertempuran atau peperangan,

dan dampak kebudayaan masyarakat lain disekitarnya.

Faktor pendorong terjadinya perubahan sosial adalah faktor yang

menyebabkan perubahan sosial menjadi lebih cepat terjadi, yang

mencakup difusi (unsur kebudayaan yang menyebar dalam masyarakat,

ataupun antar masyarakat), kontak dengan kelompok lain, sikap ingin

maju, sistem stratifikasi sosial terbuka, sistem pendidikan yang lebih baik,

toleransi, penduduk bermacam-macam (heterogen), orientasi masa depan,

kondisi hidup yang tidak memuaskan, pertikaian dalam keluarga

(disorganisasi), sikap terbuka dengan hal baru. Untuk mencapai perubahan

sosial, tidak selalu berjalan baik atau mulus karena terdapat faktor yang

menghambat perubahan tersebut diantaranya pengembangan ilmu

pengetahuan yang terhalang, adat kebiasaan, kurangnya hubungan baik

antar masyarakat, rasa takut terjadinya disintegrasi atau meninggalkan

tradisi lama, sikap tradisional, sikap tertutup, hakikat hidup dan hambatan

dari segi ideologisnya.


24

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


Judul Isi
Pengembangan Kapasitas Petani Metode:
dalam Meningkatkan Kualitas Deskriptif kualitatif dengan pendekatan
Produksi Sayur di Desa Tongko fenomenologi.pengumpulan data
Kecamatan Baroko Kabupaten menggunakan teknik observasi,wawancara,
Enrekang. dan dokumentasi..
Hasil:
Penulis: Pengembangan kapasitas petanis sayur
Rahma K dengan meningkatkan kemampuan seperti
Sumber: yang dilakukan oleh para penyuluh petani
Skripsi,Universitas melaksanakan penyuluhandan
Muhammadiyah Makassar pendampingan bahwa perubahan sikap,
Tahun: pengetahuan, serta kemampuan bagi para
2020 petani mengalami peningkatan dimana
para petanisebagian besar sudah
mengurangi penggunaan bahan kimia
dengan begitu para petani telah merubah
pola pikirnya dalam mengolah usaha
taninya. Penguatan organisasi bahwa
sebagian besar sudah adapeningkatan
partisipasi petani dalam membentuk
kelompok tani. Para kelompok tani telah
memberdayakan petani melaui kelompok
tani. Selain itu, penyuluh petani mudah
dalam mengorganisir apa yang dibutuhkan
oleh kelompok tani.kemudian mengatur
sistem pemasaran produksi tidak ada
aturan yang mengikat tentang pemasaran
hasil usaha kelompok tani tersebut.
Kelompok tani bebas dalam memsarkan
hasil usaha taninya, dalam artian bebas
bahwa petani memasarkan hasil usahanyan
ke penjual dengan melihat nilai jual yang
tinggi.
Perbedaan:
- Tempat dan waktu pelaksanan
25

penelitian
- Tidak adanya program khusus
pemberdayaan namun langsung oleh
penyuluh pertanian dari dinas
pertanian.
- Jenis komoditas pertanianya
Program sekolah lapangan Metode:
pengelolaan tanaman terpadu Deskriptif kualitatif. Pengumpulan data
sebagai upaya peningkatan menggunakan teknik observasi,wawancara,
kapasitas petani (Penelitian Di dan dokumentasi, teknik penetuan
Kelurahan Sungai Garam Hilir informan purpose sampling.
Kecamatan Singkawang Utara Hasil:
Kota Singkawang) Dari hasil uraian mak diambil kesimpulan
Penulis: sebagai berikut: (1) Pelaksanaan kegiatan
Ernawati et al SL-PTT mendapat respon yang positif dari
Sumber: petani khususnya di Kelurahan Sungai
Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSS. Garam Hilir karena terbukti dapat
Tahun: meningkatkan produktivitas dan produksi
2015 usaha tani padi di wilayah mereka. (2)
Pembelajaran SL-PTT ditingkat lapang
telah merubah prilaku petani dalam
penerapan teknologi usaha tani padi (3)
Penerapan sistem tanam jajar legowo
meningkat dari rata-rata seluas 0,25 Ha
(sebelum SL-PTT) menjadi seluas 25 Ha
(saat SL-PTT). (4) Penggunaan pupuk
NPK meningkat 185,71%, dan penggunaan
pupuk organik meningkat signifikan saat
SL-PTT dari sebelumnya tidak ada yang
menggunakan pupuk tersebut. (5)
Penerapan Tata Air Mikro (TAM) di lahan
usaha tani meningkat dari rata-rata 0,50 Ha
(sebelum SL-PTT) menjadi rata-rata 20,50
Ha (saat SL-PTT). (6) Materi pembelajaran
SL yang sangat inovatif bagi kelompok
tani pelaksana SL di Kelurahan Sungai
Garam Hilir adalah Penerapan Sistim
Tanam Jajar Legowo yang terbukti telah
diterapkan 100% pasca kegiatan SL-PTT
berakhir. (7) Pelaksanaan SL-PTT tahun
2013 di Kelurahan Sungai Garam Hilir
26

telah meningkatkan produktivitas padi dari


rata-rata 2,93 Ton GKG/Ha menjadi rata-
rata 3,87 Ton GKG/Ha (meningkat
32,08%). Meningkatnya produktivitas
disebabkan adanya perubahan prilaku
dalam penerapan teknologi usaha tani saat
SL-PTT berlangsung. (8) Keberlanjutan
penerapan teknologi inovatif dapat terjadi
setelah petani dapat membuktikan
langsung perubahan tersebut terutama pada
parameter tingkat hasil usaha tani mereka.
(9) komponen teknologi SL-PTT yang
mendapat respon tertinggi setelah
berakhirnya SL-PTT dan 100% diterapkan
pada musim tanam berikutnya adalah
sistem tanam jajar legowo.
Perbedaan:
- Tempat dan waktu pelaksanan
penelitian
- Program pemberdayaanya : Sekolah
Lapang PTT
Pemberdayaan masyarakat Metode:
kelompok tani guna Jenis penelitian lapangan (field research)
meningkatkan kesejahteraan deskriptif, pengumpulan data
masarakar dalam perspesktif menggunakan teknik observasi,
ekonomi islam wawancara, dokumentasi dan penyebaran
Penulis: kuesioner, teknik penetuan informan
Akrim Mufadiyah purpose sampling, teknik analisis data
Sumber: yaitu analisis data kualitatif.
Skripsi, Universitas Negeri Raden Hasil:
Intan Lampung Dengan adanya pemberdayaan masyarakat
Tahun: kelompok tani lestari 1 berpengaruh positif
2019 dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat anggota kelompok tani lestari
1 di desa Marga Agung, Kecamatan Jati
Agung, Kabupaten Lampung Selatan dan
masyarakat anggota kelompok tani lestari
1 sudah dapat dikatakan sebagai
masyarakat yang sejahtera karena para
anggota mengaku terdapat peningkatan
27

pengetahuan dan keterampilan di bidang


pertanian dengan memperoleh informasi
baru mengenai pertanian yang dpat
meningkatkan pendapatan mereka.
Perbedaan:
- Tempat dan waktu pelaksanan
penelitian
- Langsung dilakukan oleh penyuluh
pertanian tanpa adanya program khusu
dari pemerintah.
- Metode penelitian : jenis penelitian,
teknik pengumpulan data yang
menggunkan penyebaran kuesioner

C. Kerangka Pikir

Sekolah Lapang IPDMIP (SL-IPDMIP) di Desa


Takkalasi Kec. Maritenggae Kab. Sidenreng Rappang

Pemberdayaan Petani Padi Peningkatan Kapasitas

Proses Pemberdayaan: 1. Pengetahuan


2. Keterampilan
1. Perencanaan
3. Perubahan Sosial
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi pra

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yang mendeskripsikan tentang perubahan sosial petani termasuk dampak

dari pelaksanaan kegiatan sekolah lapang IPDMIP di Desa Takkalasi, Kecamatan

Marintengaae, Kabupaten Sidenreng Rappang.

Menurut Sugiyono (2013) penelitian kualitatif ini yang sering dinamakan

metode postpositivise karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau

paradigma interpretif dan konstruktif, yang melihat fakta sosial bagaikan objek

yang utuh/holistik, penuh makna, rumit/ kompleks dan bersifat interaktif

(reciprocal). Jenis penelitian ini digunakan untuk meneliti objek

alamiah,dimana peneliti adalah instrumen kunci. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang dilakukan pada subjek alami yang menghasilkan data deskriptif

karena analisis data yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan gejala-

gejala yang sedang diamati (Raihan, 2017).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terhadap pogram pemberdayaan sekolah lapang

pengembangan dan manajemen irigasi partisipatif terintegrasi (SL-IPDMIP) ini

ber ada Desa Takkalasi, Kecamatan Marintengae, Kabupaten Sidenreng Rappang.

Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan Oktober sampai November 2022.

28
29

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu proses yang dibutuhkan sebagai

rujukan berupa tahapan persiapan hingga ketahapan penyusunan laporan dari hasil

penelitian sehingga dapat menjawab permasalahan dan tujuan secara efektif dan

efisien.

Adapun tahapan-tahapan yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu:

a. Tahapan Persiapan

Pada tahapan ini dimulai dengan menyusun rancangan awal berupa

perumusan dan pembatasan masalah, pemilihan lokasi penelitian sesuai

kriteria, mengkaji literatur yang relevan sesuai rancangan penelitian,

mengajuan judul penelitian kepada dosen pembimbing, membuat proposal

penelitian, konsultasi kepada dosen pembimbing satu dan dua, pengadaan

seminar proposal,dan mengurus surat izin melakukan penelitian.

b. Tahapan Lapangan

Pada tahapan ini peneliti mendatangi lokasi penelitian untuk

melakukan pengamatan dengan berpedoman pada proposal penelitian dalam

pengumpulan data dan informasi seperti teknik (wawancara, observasi, dan

dokumentasi) yang digunakan dalam melakukan penelitian kepada subjek

penelitian yang tertera pada proposal penelitian.

c. Tahapan pengolahan dan Analisis Data

Pada tahapan ini, data yang terkumpul dari hasil pengamatan melalui

teknik pengumpulan data tersebut kemudian dicatat pokok pentingnya, lalu


30

diuraikan secara singkat, hasil uraian tersebut dihubungkan satu sama lain dan

tekhir dilakukan pengambilan kesimpulan serta verifikasi kepada dosen

penanggung jawab, atau dalam artian ditahap ini hasil akhirnya berupa

analisis data.

d. Tahap penyusunan hasil penelitian

Pada tahapan yang terakhir ini peneliti menuangkan hasil

penelitiannya dalam bentuk laporan tugas akhir yaitu skripsi agar hasil

penelitiannya dapat dibaca oleh khalayak umum baik untuk keperluan

pendidikan ataupun masyarakat luas, yang tentu saja perlu dikonsultasikan

kepada pembimbing terlebih dahulu.

D. Sasaran Penelitian

Adapun yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah program sekolah

lapang IPDMIP (Integrated Participatory Development and Management of

Irrigation Program) dengan sasaran informan sebagai berikut:

Table 1.1 Sasaran Penelitian


No Sasaran Nama Informasi Jumlah
Informan Kunci
Pra pelaksanaan (tujuan, pemilihan
Kepala Dinas
lokasi, pemilihan partisipasi,
Tanaman Pangan,
pembiayaan), pelaksanaan, kesulitan
1 Hortikultura, Ibrahim, Sp. 1
atau hambatan, pendorong
Perkebunan dan
pelaksanaan, dampak, keberlanjutan
Ketahanan Pangan
dari program SL-IPDIMIP)
Informan Pendukung
Sistem pertanian sebelum program,
pelaksanaan, hambatan dan pendorong,
dampak terhadap peningkatan
2 Ketua Gapokta Mahmuddin kapasitas (pengetahuan, keterampilan, 1
dan perubahan sosial) yang dirasakan
oleh masyarakat.

3 Ketua kelompok tani Nurdin dan Sistem pertanian sebelum program, 2


31

Herman pelaksanaan, hambatan dan pendorong,


dampak terhadap peningkatan
kapasitas (pengetahuan, keterampilan,
dan perubahan sosial) yang dirasakan
oleh masyarakat.
Sistem pertanian sebelum program,
pelaksanaan, hambatan dan pendorong,
dampak terhadap peningkatan
Anggota kelompok Hamzah dan
4 kapasitas (pengetahuan, keterampilan, 2
tani Badarussalam
dan perubahan sosial) yang dirasakan
oleh masyarakat.

Sistem pertanian sebelum program,


pelaksanaan, hambatan dan pendorong,
dampak terhadap peningkatan
Musakkir dan
5 Petani kapasitas (pengetahuan, keterampilan, 2
Sumardi Umar
dan perubahan sosial) yang dirasakan
oleh masyarakat.

Jumlah 8

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Pemberdayaan diartikan sebagai suatu kegiatan positif yang dilakukan

oleh seseorang atau kelompok dimana terdapat semangat berbagi agar

dapat memampukan pihak yang masih tergolong kurang berdaya. Dalam

penelitian ini pemberdayaan yang dimaksudkan berfokus pada petani

dengan diawali dengan program sekolah lapaong IPDMIP.

b. Sekolah lapang IPDMIP adalah kegiatan dari program pemberdayaan

IPDMIP yang berfokus pada perbaikan permasalahan pertanian untuk

peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani.

c. Petani adalah orang yang melakukan pekerjaan dalam bidang agraris

seperti bercocok tanam. Dalam penelitian ini yaitu petani padi yang berada

di Desa Takkalasi, Kecamatan Marintengaae Kabupaten Sidereng

Rappang.
32

d. Padi adalah salah satu bahan pangan yang menghasilkan beras yang

menjadi bahan makanan pokok wajib di negara Indonesia. Dalam

penelitian ini padi menjadi fokus sehingga diadakan kegiatan

pemberdayaan sekolah lapang IPDMIP ini.

e. Kelompok tani diartikan sebagai bentuk organisasi bersifat non formal

yang memiliki prinsip kerja dari, oleh, dan untuk kepentingan setiap

anggotanya.

f. Kapasitas adalah sutau kemampuan yang dimiliki dari diri invidu atau

lebih dari satu seperti organisai dengan tujuan melakukan suatu kegitan

atau aktivitas yang lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan, yang mana

penentuan pada peningkatan kapasitasnya dilihat pada bagian proses dan

hasil (Output/outcome). Pada penentuan kapasitas ini yang menjadi

indikator fokus peneliti adalah pengetahuan, keterampilan, dan perubahan

sosial di masyarakat.

g. Pengetahuan adalah suatu kemampuan yang dimiliki individu, dalam

penelitian ini adalah seorang petani, untuk dapat mengingat-ingat semua

materi yang diperoleh dari hasil belajar.

h. Keterampilan adalah suatu kemampuan teknis yang diperoleh dari

lingkungan dan proses belajar dimiliki individu yang nantinya akan

menghasilkan output agar dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

menjadi lebih baik.


33

i. Perubahan sosial adalah suatu bentuk perolehan berupa perubahan yang

berlangsung atau sedang terjadi pada sistem sosial atau masyarakat setelah

waktu yang cukup lama.

F. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Menurut Nawawi dalam (Samsu, 2017) metode observasi adalah

kegiatan mengamatan dan mencatat secara terorganisir gejala yang terlihat

pada objek penelitian. Senada dengan pendapat tersebut, Asyari dalam

(Samsu, 2017) Menyatakan definisi observasi sebagai suatu kegiatan

mengamati secara khusus dan mencatat secara terorganisir yang berfokus

pada satu atau beberapa bagian masalah dalam proses penelitian yakni fokus

pada pemecahan masalah yang dihadapi. Dalam observasi, peneliti

melakukan pengamatan pada lokasi penelitian yakni di Desa Takkalasi,

Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidenreng Rappang sebagai lokasi

pelaksanaan Program sekolah lapang IPDMIP.

b. Wawancara

Menurut Arikunto dalam (Samsu, 2017) wawancara adalah sebuah

percakapan yang dilakukan oleh pewawancara dengan terwawancara untuk

memperoleh informasi. Dimana pada proses ini terjadi perubahan data

menjadi informasi secara langsung. Dalam wawancara, peneliti menggunakan

teknik wawancara mendalam sehingga data yang diperoleh lebih detail dan

rinci dari objek yang menjadi sasaran wawancara yakni 1 orang kepala seksi
34

pengembangan tanaman pangan hortikultural perkebunan dan ketahanan

pangan kota pangkajene, 5 orang petani yang terdiri dari 1 orang ketua

gapokta, 2 orang ketua kelompok tani, 2 orang anggota kelompok tani di

Desa Takkalasi, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidenreng Rappang.

c. Dokumentasi

Menurut Samsu (2017) bahwa dokumentasi adalah pencarian data-

data tentang hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian berupa buku,

agenda, catatan, surat kabar, transkrip, notulen rapat, majalah, legger,

prasasti, dan sebagainya. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data

dokumentasi berupa foto-foto dalam observasi dan wawancara di lokasi

penelitian, foto kegiatan sekolah lapang IPDMIP, transkrip program sekolah

lapang IPDMIP dari dinas tanaman pangan hortikultural perkebunan dan

ketahanan pangan, dan transkrip sekolah lapang IPDMIP dari kelompok tani

di Desa Takkalasi, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidenreng Rappang.

G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dapat diartikan sebagai suatu alat bantu yang
digunakan peneliti pada saat melakukan penelitian dalam mengumpulkan data.
Dalam penelitian inin menggunakan 3 instrumen yakni wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
a. Instrumen wawancara
Instrumen wawancara ini digunakan peneliti sebagai pedoman atau
acuannya pada saat melakukan wawancara dengan sampel atau subjek
penelitian untuk mengali sebanyak-banyaknya informasi terkait masalah yang
diteliti, pedoman ini berisi garis besar pertanyaan seputar apa,mengapa dan
bagaimana.
35

Pada saat wawancara dengan subjek penelitian dapat di barengi

dengan pengambilan data berupa suara menggunakan alat perekam, untuk

memaksimalkan sekaligus mengantisipasi keterbatasan mengingat informasi

pada saat wawancara berlangsung sehingga peneliti bisa fokus untuk

merespon subjek penelitian tanpa harus membuat subjek penelitian menunggu

saat proses mencatat informasi secara manual.

Pelaksanaan wawancara dilakukan pada saat subjek penelitian sedang

dalam kondisi yang sekiranya tidak menganggu kegiatan pekerjaan mereka.

Sehingga subjek peneliti tidak merasa keberatan dalam melakukan

wawancara. Tetapi sebelum itu pedoman wawancara sebaiknya divalidasi

terlebih dahulu oleh dosen pembimbing sebagi pertimbangandalam

mempermudah pengambilan data oleh peneliti.

b. Instrumen observasi
Instrumen observasi ini dijadikan acuan oleh peneliti dalam

pelaksanaan pengamatan dan pencarian rencangan terdapat fenomena yang

akan diteliti. Pada penelitian ini yakni berkaitan dengan program

pemberdayaan petani padi di Desa Takkalasi, Kecamatan Maritengngae,

Kabupaten Sidenreng Rappang.

c. Instrumen dokumentasi
Instrumen dokumentasi disini dijadiakan sebagai alat bantu dalam
proses pengumpulan data-data informasi yang tidak dapat diperoleh dari
wawancara dan observasi, biasanya berupa dokumen seperti foto kegiatan
SL-IPDMIP,transkrip wawancara, transkrip SL-IPMDIP dari dinas tanaman
pangan hortikultural perkebunan dan ketahanan pangan, transkrip SL-
36

IPDMIP dari kelompok tani di Desa Takkalasi, Kecamatan Maritengngae,


Kabupaten Sidenreng Rappang.
H. Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik triangulasi adalah teknik yang dipergunakan dalam menguji

kebenaran data dengan memanfaatkan hal-hal lain di luar data sebagai

perbandingan terhadap data tersebut. Pada teknik triangulasi ini, terbagi menjadi

tiga yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu (Samsu,

2017).

Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan triangulasi teknik dan

triangulasi sumber. Triangulasi teknik adalah cara pengujian data dengan

mengecek data kepada sumber sama atau satu sumber tetapi dengan menggunakan

teknik yang berbeda. Misalnya melakukan perbandingan dan pemeriksaan data

pada anggota kelompok tani berinisial AD mengenai dampak yang dirasakan

setelah dilakukan program sekolah lapang SL-IPDMIP ini melalui teknik

wawancara dan observasi. Bila peneliti menperoleh data yang sama maka data

tersebut valid, namun jika data yang diperoleh berbeda maka peneliti dapat

melakukan diskusi untuk menentukan data yang mana yang dianggap benar

dengan sumber data dalam hal ini anggota kelompok tani berinisial AD.

Triangulasi sumber adalah cara pengujian data yang diperoleh dari

berbagai sumber atau minimal 2 sumber. Misalnya melakukan membandingkan

dan mengecek hasil wawancara dari anggota kelompok tani berinisial AD dengan

anggota kelompok tani berinisial CA mengenai dampak yang dirasakan setelah

pengadaan program sekolah lapang IPDMIP, bila hasil pemeriksaan kedua sumber
37

data tersebut sama maka disimpulkan bahwasanya data tersebut benar atau valid

adanya, sehingga tahap selanjutnya dimintakan kesepakatan terkait data tersebut.

J. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu

pada konsep Miles dan Huberman yang menggunakan model “Interaktive model

of anylis” atau teknik analisis flow chart analysis yang memiliki tiga klasifikasi

yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah cara berpikir sensitif yang membutuhkan

wawasan yang tinggi dalam hal kecerdasan, keluasan, dan kedalaman. Untuk

peneliti yang masih awam, yang ingin mereduksi data dapat dilakukan

dengan teman atau orang yang ahli dalam bidang tersebut, sehingga dari hasil

diskusi maka pengetahuan peneliti akan berkembang dan dapat mereduksi

data sesuai teori signifikan dan nilai dari setiap hasil temuannya dilapangan

(Sugiyono, 2013).

Saat melakukan pengumpulan data di lapangan jumlah data yang

diperoleh akan sangat banyak, sehingga kita perlu mencatat informasi pokok,

merangkum, menetukan pola, kategori dan tema secara detail dan terperinci,

baik dari hasil pengamatan maupun wawancara dengan informan yang terlibat

dalam program pemberdayaan sekolah lapang IPDMIP, sehingga hasil

reduksi ini akan memberikan gambaran yang jelas agar nantinya dapat

mempermudah peneliti pada tahapan pengumpulan data berikutnya, karena


38

data yang dianggap tidak terlalu penting atau tidak berkaitan dengan fokus

penelitian ini telah dibuang.

b. Data Display (Penyajian data)

Setelah data di reduksi, maka langkah berikutnya yakni menyajikan

data, dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat berupa uraian singkat

(narasi), hubungan antar kategori, bagan, flowchart, chart, grafik, network

(jejaring kerja), dan matrik. Tujuan dari penyajian data yakni agar data dapat

terorganisasikan, tersususn berdasarkan pola hubungan yang nantinya hal

tersebut dapat mempermudah siapa saya dalam memahaminya (Sugiyono,

2013).

c. Conclusion Drawing/verification (Penarikan kesimpulan/verifikasi)

Langkah terakhir dalam proses analisis ini yaitu penarikan kesimpulan

yang mana hasil kesimpulan ini merupakan hasil temuan baru atau belum

pernah ada sebelumnya dalam bentuk deskripsi suatu objek yang sebelumnya

masih samar-samar dan setelah diteliti objek tersebut menjadi jelas

(Sugiyono, 2013).

Dalam memperoleh kesimpulan tersebut tentu saja langkah

pengambilan data, reduksi data, hingga display data akan saling berinteraksi

sehingga jika data untuk memperoleh kesimpulan itu dirasa masih kurang

maka peneliti dapat melakukan pengumpulan data kembali di lapangan

dengan melakukan verifikasi atau pemeriksaan ulang terkait data yang

diperoleh kepada informan melalui teknik wawancara


39

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2019). Pedoman Pelaksanaan Program IPDMIP (Integrasi Perticipatory


Development And Management Of Irrigations Program).

Anonim. (2019). Modul Pelatihan Bidang Inovasi Untuk Masyarakat-Kegiatan


Peningkatan Kapasitas Masyarakat .

Bachtiar, A., Muslim Salam, A. N. (2019). Analisis Pendapatan Usahatani Padi


(Studi Kasus Desa Kalosi, Kecamatan Dua Pitue, Kabupaten Sidenreng
Rappang, Sulawesi Selatan). 1–11.

BPS. (2021). Impor Beras Menurut Negara Asal Utama, 2000-2021.

BPS. (2021). Statistik Indonesia 2021.

Djafar, L. (2015). Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Kapasitas


Petani. 1–21.

Handini. Sukesi. Hartati. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Desa. Journal In


Syria Studies (Vol. 7, Issue 1).

Julianto, P. (2018). Pengaruh Pengetahuan Dan Keterampilan Terhadap Prestasi


Kerja Pegawai Pada Mtsn Model Sungai Penuh. Jurnal Administrasi m
Nusantara (Jan), 1(1), 71–90.

Lorentius, G. (2017). Perubahan Sosial Dalam Kehidupan Bermasyarakat. Jurnal


Kateketik Dan Pastoral, 2(Vol 2 No; 2 (2017)), 53–67.

Maharani, I. (2021). Pemberdayaan Petani Melalui Sekolah Lapang Ipdmip


(Integrasi Perticipatory Development And Management Of Irriigations
Program) Tahun 2020 Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman.

Pratama, Y. (2018). Pemberdayaan Petani. 15(2), 1–23.

Raihan. (2017). Metodologi Penelitian. Universitas Islam Jakarta, 186.

Safyuddin. Yunus. Fadli. (2017). Model Pemberdayaan : (Vol. 31, Issue 2).

Samsu. (2017). Metode Penelitian Metode Penelitian. Journal In Metode


Penelitian Kualitatif (Issue 17).

Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.


40

Sultan, Z. (2019). Tingkat Pengetahuan Sikap Dan Keterampilan Petani Terhadap


Tanaman Kedelai Di Desa Toabo Kecamatan Papalang Kabupaten
Mamuju.

Szrompka, P. (2017). Sosiologi Perubahan Sosial. Journal In Kencana (Vol. 1999,


Issue December).

Anda mungkin juga menyukai