Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
 
Pendidikan adalah salah satu hak warga negara yang dijamin oleh pemerintah
dalam penyelenggaraannya. Sebagai salah satu bekal dan pedoman bagi warga
negara untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menghasilkan
warga negara yang mampu bersaing di tahap global, maka pendidikan sudah
seharusnya menjadi modal yang sangat penting untuk setiap warga negara. Sesuai
dengan UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 5 dan 6 yang
menjamin bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang
bermutu, yang penyelenggaraannya diatur oleh negara. Maka sudah seharusnya
setiap warga negara berada di posisi yang sama dalam mendapatkan pendidikan
yang bermutu. 
Kemampuan guru dalam penggunaanteknologi seiring berkembangnya zaman
juga menjadi perhatian. Hal ini disebabkan banyaknya guru-guru zaman dahulu
yang mengajar tanpa dibekali dengan kemampuan dalam mengelola teknologi yang
sedang berkembang dan juga kemampuan mengajar yang masih kuno. Dengan
adanya teknologi semestinya guru sudah harus cakap dan terampil dalam
mengelola kelasnya sebagai sarana pendukung pembelajaran. 
Perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru juga menjadi titik penting
dalam pembelajaran karena perencanaan yang dibuat akan menentukan tujuan
akhir pembelajaran dan hasil yang hendak dicapai. Masih banyak guru yang belum
mahir dalam membuat perencanaan pembelajaran sehingga proses pembelajaran
tidak berkembang. Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung disekolah
pun masih banyak kekurangan disana-sini. Guru masih banyak menggunakan
teknik menulis dan ceramah yang membuat peserta didik merasa bosan.
Pelaksanaan pembelajaran yang monoton selama didalam kelas juga kemampuan
guru yang kurang dalam menghidupkan minat belajar peserta didik tentunya masih
kurang. 
Selama ini pendidikan di Indonesia masih memiliki banyak sekali kekurangan
terutama dalam proses pembelajarannya di sekolah yang kurang inovatif dan
perencanaan pembelajaran yang kurang bagus. Pemerintah sudah mengatur
sedemikian rupa pengadaan kurikulum guna meningkatkan hasil pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan juga menjadi salah satu titik kemajuan
dalam pembelajaran. Pengajar yang baik haruslah selalu meningkatkan
kemampuan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
materi yang diajarkan. 
Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Dengan adanya
pendekatan saintifik maka pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Siswa
dapat secara langsung memahami materi dan mempraktikkannya didalam kelas
lewat tahap-tahap pembelajaran dalam pendekatan saintifik. Problem yang terjadi
di lapangan yakni dengan penerapan pendekatan saintifik yang baru digunakan
adalah pemahaman guru Geografi terhadap pendekatan saintifik belum diketahui
dengan jelas, bagaimana perencanaan pembelajaran geografi dengan menggunakan
pendekatan saintifik, juga bagaimana seharusnya melaksanakan proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik. Proses
penilaian dalam pendekatan saintifik yang mempunyai karakteristik sendiri masih
belum diketahui, serta kendala yang dihadapi 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB II
PENDEKATAN SAINTIFIK
 
A. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan bentuk adaptasi dari langkah-langkah ilmiah
pada sains. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah,
karenanya Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam
pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan
dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam
pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih
mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan
penalaran deduktif (deductiv reasoning). Banyak para ahli yang meyakini bahwa
melalui pendekatan saintifik/ilmiah, selain dapat menjadikan siswa lebih aktif
dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat
mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta
dari suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa
dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak
untuk beropini apalagi fitnah dalam melihat suatu fenomena. Mereka dilatih
untuk mampu berfikir logis, runut dan sistematis, dengan menggunakan
kapasistas berfikir tingkat tinggi (High Order Thingking/HOT). Combie White
(1997) dalam bukunya yang berjudul “Curriculum Innovation; A Celebration of
Classroom Practice” telah mengingatkan kita tentang pentingnya membelajarkan
para siswa tentang faktafakta. “Tidak ada yang lebih penting, selain fakta“.
B. Konsep Dasar Pendekatan Saintifik 
Konsep dasar pendekatan saintifik Dalam proses pembelajaran, pendekatan
saintifik ini akan melibatkan banyak keterampilan proses seperti mengamati,
mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan.
Bahkan dalam menjalankan setiap proses tersebut, guru akan sangat berperan
penting dalam membantu siswa. Namun bantuan yang diberikan oleh guru yang
bersangkutan harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya
siswa atau bahkan ketika semakin tingginya kelas yang di tempuh siswa.
Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner,
teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga dengan teori
belajar dengan penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar
Bruner. Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya
apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses
kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan
intelektual yang merupakan suatau penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya
cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan
penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan.
Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan.
Empat hal di atas merupakan bersesuaian dengan proses kognitif yang
diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik. Pembelajaran
dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: Berpusat pada
siswa. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,
hukum atau prinsip. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa. Dapat mengembangkan karakter siswa.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB III
TUJUAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN SAINTIFIK
 
A. Tujuan Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan scientific didasarkan pada
keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan
pendekatan scientific adalah: untuk meningkatkan kemampuan intelek,
khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. untuk membentuk
kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan. diperolehnya hasil belajar yang tinggi. untuk
melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis
artikel ilmiah. untuk mengembangkan karakter siswa.
B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik 
Beberapa prinsip pendekatan scientific dalam kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut : pembelajaran berpusat pada siswa pembelajaran membentuk
students’ self concept pembelajaran terhindar dari verbalisme pembelajaran
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi
konsep, hukum, dan prinsip pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan
kemampuan berpikir siswa pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa
dan motivasi mengajar guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melatih kemampuan dalam komunikasi adanya proses validasi terhadap konsep,
hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
C. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach). Proses
pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Hasil akhirnya adalahpeningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang
memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari
peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Pendekatan scientific dalam pembelajaran disajikan sebagai
berikut : 
1) Mengamati 
Mengamati merupakan metode yang mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Kegiatan belajar yang dilakukan dalam
proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa
atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih
kesungguhan, ketelitian, mencari informasi
2) Menanya 
Menanya merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang
diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa
yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat.
3) Mengumpulkan Informasi/Eksperimen 
Mengumpulkan informasi/eksperimen merupakan kegiatan pembelajaran
yang berupa eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati
objek/kejadian/aktivitas, dan wawancara dengan narasumber. Kompetensi
yang dikembangkan dalam proses mengumpulkan informasi/ eksperimen
adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang
lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan
informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan
belajar dan belajar sepanjang hayat. 
4) Mengasosiasikan/MengolahInformasi 
Mengasosiasikan/mengolah informasi merupakan kegiatan pembelajaran
yang berupa pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari
hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kompetensi
yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/mengolah informasi adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta
deduktif dalam menyimpulkan.
5) Mengkomunikasikan 
Mengkomunikasikan merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis, atau media lainnya.Kompetesi yang dikembangkan dalam
tahapan mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan
benar.
 

 
 
 
 
 
BAB IV
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK
 
A. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan
bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang
memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada
bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para
siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir.
Dalam metode scientific tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah
memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai
yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. 
Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham
suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang
mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada
kegiatanpendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian
“aneh” atau “ganjil” (discrepant event) yang dapat menggugah timbulnya
pertanyaan pada diri siswa. Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam
proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning
experience) siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses
pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang
dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode scientific
ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan
bantuan dari guru melalui langkahlangkah kegiatan pembelajaran yang
diberikan. Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi
terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua,
pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa. Contoh kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Contoh Kegiatan Pendahuluan : 
1) Mengucapkan salam 
2) Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari oleh siswa
yang berhubungan dengan materi baru yang akan dibelajarkan. Sebagai contoh
dalam mapel Geografi, misalnya menggunakan apersepsi tentang bencana banjir
yang kerap terjadi. Di mana, kapan, dan mengapa bisa terjadi, siapa yang sering
menjadi korban, apa yang dilakukan oleh masyarakat korban banjir ketika
menghadapi bencana tersebut.
3) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Contoh Kegiatan Inti : 
1) Mengamati : Dalam mapel Geografi contohnya adalah fenomena yang diamati
adalah gambar-gambar (foto-foto, slide) tentang hutan yang gundul, hujan deras,
orang membuang sampah sembarangan, sungai meluap, banjir besar. slide, atau
video klip seputar bencana banjir di suatu tempat. 
2) Menanya : Sebagai contoh di mapel IPS adalah “Apakah sebab dan akibat banjir
bisa terjadi di ruang dan waktu yang sama atau berbeda?” 
3) Menalar untuk mengajukan hipotesis : contoh dalam mapel Geografi adalah Banjir
(akibat) dan penggundulan hutan (sebab) bisa: a) Terjadi di tempat yang sama b)
Terjadi di tempat berbeda. 
4) Mengumpulkan data: Dalam mapel Geografi, siswa mengumpulkan data atau guru
memberikan data tentang komponen-komponen yang terdapat dalam fenomena
banjir. 
5) Menganalisis data: Siswa menganalis data yang diberikan oleh guru. Analisis data
dalam mapel Ggeografi, misalnya siswa diajak untuk membaca buku siswa
halaman 2-6 tentang konsep ruang, waktu, konektivitas, dan interaksi sosial.
Konsep-konsep ini dihubungkan dengan informasi atau data awal, pertanyaan dan
hipotesis, serta data yang terkumpul. 
6) Menarik kesimpulan; dalam mapel Geografi misalnya hujan di Bogor menyebabkan
banjir di Jakarta menunjukkan adanya keterkaitan antarruang dan waktu. 
7) Mengomunikasikan: Pada langkah ini, siswa dapat menyampaikan hasil kerjanya
secara lisan maupun tertulis, misalnya melalui presentasi kelompok, diskusi, dan
tanya jawab.
Contoh Kegiatan Penutup :
1) Dalam mapel Geografi, misalnya siswa diminta untuk menjelaskan contoh
keterkaitan antarruang dan waktu, misalnya hubungan antar desa dan kota. 
2) Dalam mapel Geografi maupun mapel lain, guru dapat meminta siswa untuk
meningkatkan pemahamannya tentang konsep, prinsip atau teori yang telah
dipelajari dari buku-buku pelajaran yang relevan atau sumber informasi lainnya. 
3) Dalam mapel Geografi dan mapel lain, guru dapat memberikan beberapa
situs di internet yang berkaitan dengan konsep, prinsip atau teori yang telah
dipelajari oleh siswa, kemudian guru meminta siswa untuk mengakses
situs-situs tersebut.

 
 
 
 
BAB V
PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA PENDEKATAN SAINTIFIK
 
A. Pelaksanaan Pembelajaran Geografi  Pada Pendekatan Saintifik
Pelaksanaan pembelajaran geografi juga sudah berjalan dengan baik. Dimana
guru geografi telah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rancangan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Sehingga saat
kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung dapat berjalan secara terstruktur
sesuai dengan acuan yang telah dibuat. Dalam proses pembelajaran guru juga
telah menggunakan pendekatan saintifik yang mencakup mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, serta mengomunikasikan.Evaluasi
hasil belajar yang dilakukan oleh guru geografi juga sudah baik dimana dalam
kegiatan tersebut dilakukan berbagai macam teknik penilaian yang di arahkan
menggunakan penilaian autentik yang dilakukan guru menyesuaikan dengan
prosedur yang berlaku yaitu kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, serta
kompetensi keterampilan walaupun pada pelaksanaannya berjalan tidak secara
maksimal karena instrumen yang digunakan terlalu kompleks.
Perencanaan pembelajaran geografi yang diperoleh dari analisa perangkat
pembelajaran yang berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
sudah sangat baik. Dimana guru geografi berusaha menyusun RPP sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013. Selain itu guru geografi berupaya untuk
menciptakan pembelajaran yang lebih baik dengan melakukan persiapan seperti
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran agar nantinya proses kegiatan
belajar mengajar berjalan secara terstruktur dan terarah.Penerapan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati,
mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan (M.
Lazim).
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Astanti Arinta Yuni, Dkk. 2020. Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata
PelajaranGeografi Di SMA Negeri Se-Kabupaten Sragen Tahun 2017. Edu
Geography. Vol 8,No. 1.
Fadhilaturrahmi. 2017. Penerapan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan
KemampuanKomunikasi Matematika Peserta Didik di Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan DasarEduhumaniora. Vol 9, No. 2. Hal 109-118.
Nuraida Wilda, Dkk. 2015. Pembelajaran Geografi dengan Pendekatan Saintifik di
SmaNegeri 7 Bandar Lampung.  Program Studi Pendidikan
Geografi. Fakultas Keguuandan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. 
Widiaswara Ferryska. 2013. Model Pembelajaran Geografi dengan Pendekatan
ScientificPada SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Banjarmasin. Guru SMA Negeri
2Banjarmasin.
12
 

Anda mungkin juga menyukai