Oleh :
Stifani Vilkanora Pasau
1915042026
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Nama provinsi ini diganti menjadi Papua sesuai UU No. 21 Tahun 2001
tentang Otonomi Khusus Papua. Pada tahun 2004, disertai oleh berbagai
prates, Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia;
bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya
menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (sekarang Papua Barat). Bagian timur
inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat ini. Kata Papua
sendiri berasal dan Bahasa melayu yang berarti rarnbut keriting.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kekayaan alam mineral Papua yang sangat berharga membuat banyak pihak
asing berusaha untuk turut menangguk keuntungan dari hal tersebut. Salah
satunya adalah PT. Freeport yang merupakan perusahaan pertambangan asal
Amerika yang telah melakukan penambangan pada kekayaan alam di Papua
sejak puluhan tahun lalu. Sejarah Freeport di Indonesia dimulai dari
penemuan sumber daya alam berupa tambang emas dan tembaga oleh orang
asing. Tambang emas dan tembaga Papua ditemukan melalui penjelajah
orang asing di Papua, yaitu Jean Jacques Dozy seorang kepala ahli geologi
minyak dan bumi di Nedrlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij
(NNGPM). Dozy kemudian menemukan bagian dari pegunungan yang
dinamai Erstberg yang mengandung bijih dalam jumlah sangat besar sehingga
tidak ada batuan lain disana kecuali berupa bijih.
Dua kilometer dari situ, Dozy dan kawan – kawannya menemukan Gerstberg
yang digambarkan sebagai tempat penyimpanan emas terbesar di dunia.
Contoh batuan yang dibawa Dozy kemudian dianalisa dan dibuat laporannya
yang diterbitkan pada Jurnal Geologi Leiden pada 1939. Laporan ekspedisi
9
Dozy dan teman – temannya kemudian tertimbun karena terjadi perang dunia
II. Kemudian laporan tersebut didapatkan oleh perusahaan tambang asal
Amerika, yaitu Freeport Sulphur. Pada tahun 1959 terjadi pertemuan antara
Forbes Wilson, direktur eksplorasi Freeport Sulphur Company dan Jan Van
Gruisen, Managing Director Oost Maatchappij yang memberikan informasi
mengenai laporan Dozy tersebut.
Setelah itu mulai dilakukan pengeboran di Grasberg pada lima titik yang
berawal dari bagian puncak gunung. Hasil pengeboran empat lubang pertama
menunjukkan adanya kadar emas dan tembaga, namun tidak ada kandungan
endapan emas. Pengeboran ke lima adalah yang menunjukkan hasil paling
signifikan. Hasil tersebut berupa pengeboran 591 meter lapisan bijih yang
mengandung 1,69 persen kadar tembaga dan kadar emas sejumlah 1,77 gram
per tonnya. Eksploitasi Grasberg kemudian dimulai pada tahun 1988. Tercatat
bahwa pada 1995 cadangan Grasberg mencapai 40,3 miliar pon tembaga dan
juga sejumlah 52,1 juta ons troy cadangan emas, yang berarti bahwa
eksploitasi Grasberg membuat cadangan Freeport meningkat sebanyak dua
kali lipat.
(DOZ) sejak 2010 berupa bijih tembaga, emas dan perak sebanyak 60-80 ribu
ton bijih perhari, Big Gossan yang produksinya tidak banyak dan selektif, dan
Deep Mill Level Zone (DMLZ) yang dibuka pada September 2015. Pada
awalnya Freeport hanya memiliki konsesi untuk menambang seluas 10 ribu
hektar wilayah saja, namun penemuan cadangan emas yang tidak jauh dari
Erstberg membuat diterbitkannya kontrak baru yang memungkinkan Freeport
memperluas area penambangan hingga 2,5 juta hektar pada 1989. Hal ini
menjadikan Freeport Indonesia dan Papua sebagai salah satu tambang emas
terbesar di dunia dengan produksi mencapai 1,44 juta ons pada 2011.
Masuk 2014, upaya divestasi kembali digalakkan oleh Presiden Joko Widodo.
Selama 3,5 tahun, tim yang dibentuk presiden aktif negosiasi ke Freeport
McMoran untuk mengakuisisi 51% saham PT Freeport Indonesia.
Akhirnya, perjuangan separuh abad ini mulai berbuah. Mulai 12 Juli lalu
pintu kembalinya RI berkuasa di Freeport terbuka saat PT Inalum (Persero),
mewakili RI, meneken Head of Agreement dengan Freeport McMoran,
perjanjian awal untuk menguasai kendali Freeport ke pangkuan Indonesia.
"Ini sebuah lompatan. Kita harapkan nanti kita akan mendapatkan income
yang lebih besar baik dari pajak, royaltinya, dan dividen retribusinya,"
Lewat kesepakatan ini, Jokowi berharap nilai tambah komoditas tambang
yang dihasilkan Freeport bisa dinikmati seluas-luasnya oleh kepentingan
nasional.
Dari hasil audit lingkungan yang dilakukan oleh Parametrix terungkap bahwa
tailing yang dibuang PT. Freeport merupakan bahan yang mampu
menghasilkan cairan asam berbahaya bagi kehidupan akuatik. Pencemaran air
yang dilakukan oleh PT Freport telah melanggar Undang-undang nomor 7
tahun 2004 tentang sumber daya air Pasal 4 “Sumber daya air mempunyai
fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan
diwujudkan secara selaras.” Pasal 5 “Negara menjamin hak setiap orang
untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna
memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif.” Bahkan sejumlah
spesies akuatik sensitif di sungai Ajkwa telah punah akibat tailing PT.
Freeport.
audit BPK tahun 2013 serta hasil evaluasi program pengelolaan lingkungan
oleh Kementerian Lingkungan tahun 2015- 2016. Sanksi administratif yang
telah diberikan Pemerintah Indonesia kepada PT. Freeport ternyata belum
memberikan efek jera karena pencemaran masih terus berlansung bahkan
menjadi ancaman bagi keamanan manusia di Mimika.
Keamanan manusia melihat kerusakan lingkungan merupakan ancaman bagi
kehidupan manusia yang seharusnya tinggal dengan aman serta hidup dengan
baik. Kebijakan pemerintah dalam menangani lingkungan harus mendapat
perhatian lebih dan tindakan serius dari negara karena berkaitan dengan hajat
hidup masyarakat serta peran negara dalam menjamin hak-hak hidup yang
mendasar bagi warga negaranya.
Tahun 2005 Abepura Berdarah dimana situasi Kota Jayapura memanas ketika
masa memblokade jalan dan menuntut pemerintah Indonesia untuk menutup
PT. Freeport, serta tahun 2006, Kota Jayapura memanas karena mahasiswa
papua melakukan aksi ricuh yang melibatkan 4 anggota militer meninggal
dan lainnya luka-luka serta aksi penculikan terjadi di seluruh kota Jayapura.
Tuntunnya sama yaitu Pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas
ketidakadilan dan ketidaksejateraan Bangsa Papua selama PT. Freeport
mengeksploitasi sumber daya alam serta mencemari wilayah Papua.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penelitian ini menemukan bahwa kebijakan Indonesia yang belum
mengutamakan lingkungan dalam menangani kasus pencemaran
menyebabkan krisis lingkungan hidup yang berbanding lurus dengan
ancaman terhadap keamanan manusia di Mimika Papua. Melalui dampak-
dampak yang ditimbulkan oleh krisis tersebut, ditemukan bahwa terdapat
aspek-aspek keamanan manusia yang ikut terganggu, yaitu keamanan
lingkungan, ekonomi, pangan, kesehatan, dan pribadi. Menurunnya kualitas
lingkungan membuat kebutuhan masyarakat Mimika Papua untuk hidup
dalam lingkungan yang baik dan terbebas dari bahaya kerusakan lingkungan
tidak dapat terpenuhi. Biaya yang besar untuk menanggulangi krisis,
menurunnya produktivitas mata pencaharian, dan sektor ekonomi lainnya
akibat polusi menyebabkan terancamnya keamanan ekonomi. Polusi udara,
air, dan tanah yang menjadi konsumsi harian masyarakat mengancam
keamanan kesehatan karena mengandung logam berat yang berdampak pada
timbulnya beragam penyakit seperti gangguan pernapasan, pencernaan, dan
kematian prematur. Menurunnya kualitas lahan berdampak pada
berkurangnya lahan pertanian produktif dan terkontaminasinya bahan pangan
oleh timbal dan jenis bahan berbahaya lainnya sehingga kebutuhan keamanan
pangan lambat laun akan ikut terancam. Krisis lingkungan hidup dapat
memicu ketegangan sosial yang berdampak pada terganggunya keamanan
pribadi. Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh krisis lingkungan hidup
24
DAFTAR PUSTAKA
Ballard. (2001). WWF. Retrieved April 11, 2017, from Freeport mine:
http://wwf.panda.org/what_we_do/where_we_work/new_guinea_forests/prob
le
ms_forests_new_guinea/mining_new_guinea/papua_freeport_mine/
Pettiford, J. S. (2009). Hubungan Internasional Perspektif dan Tema.
Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Politik dan Sosial. Nasib Sumber Daya Mineral Kita: Kasus Freeport , 2-6.
Transnational Environmental Crime - a common crime in need of better
enforcement.
(2012, Januari). Retrieved Juli 9, 2017, from United Nations Environment
55