Anda di halaman 1dari 7

DAFTAR PERTANYAAN-PERTANYAAN MELALUI METODE

WAWANCARA:

1. Bagaimana cara eksplorasi awal penambangan?

JAWABAN :
Sejarah Awal Eksplorasi Tambang Freeport Indonesia Penemuan Ertsberg memberi
berkah bagi Freeport Sulphur, demikian nama perusahaan itu pada awalnya. Saat sedang
membangun dan mengembangkan tambang nikel di Moa Bay, Kuba, angin politik berubah.
Dalam artikel bertajuk “JFK, Indonesia, CIA and Freeport” yang ditulis Lisa Pease pada 1996
di majalah Probe, pergantian kekuasaan membuat Freeport kecewa. Fidel Castro
menggulingkan kekuasaan rezim militer Jenderal Fulgencio Batista yang pro-Amerika
Serikat. Oleh Castro, seluruh perusahaan asing di negeri itu dinasionalisasi. Freeport Sulphur
yang baru saja hendak melakukan pengapalan nikel produksi perdananya terpaksa angkat
kaki.Hilangnya operasi nikel di Kuba mendorong Freeport memperluas diversifikasi usaha ke
seluruh dunia. Dan pertemuan Forbes Wilson dengan Jean Jacques Dozy, membuat Freeport
mengalihkan pandangan ke Ertsberg.Tetapi untuk melanjutkan proyek Ertsberg, Freeport
harus melakukan pemboran secara sistematis supaya cadangan bijih dapat dievaluasi dengan
pasti. Hanya pekerjaan tersebut tidak mudah dilaksanakan. Faktor penyebabnya kendala
teknis saat itu. Untuk membawa peralatan bor yang berton-ton beratnya sulit dilakukan
dengan menggunakan perahu dorong. Jalan keluar satu-satunya ialah memakai helikopter.
Namun pada awal tahun 1960-an, helikopter masih menggunakan mesin piston. Untuk
terbang menjelajah Ertsberg dengan ketinggian 3.600 meter, helikopter jenis itu hanya
mampu mengangkut satu orang dengan beban 210 kilogram.
Dengan kemampuan terbatas, diperlukan waktu berbulan-bulan untuk membawa satu unit
peralatan bor dan operatornya ke Ertsberg. Selain kendala teknis, faktor politik menjadi
tantangan terbesar bagi Freeport. Saat itu, Pemerintahan Soekarno sedang bersitegang dengan
Belanda soal status New Guinea Barat (sekarang Papua). Belanda berdalih New Guinea
secara alamiah tidak mempunyai hubungan geografis dan budaya dengan Kepulauan
Nusantara. Dengan demikian, dalil Belanda, New Guinea tidak harus masuk ke dalam Negara
Indonesia yang baru merdeka. Indonesia memprotes dalih Belanda. Presiden Soekarno lalu
mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa agar Belanda menyerahkan New Guinea Barat ke
Republik Indonesia. Tetapi dalam perdebatan di PBB tahun 1957, Indonesia kalah. Di dalam
negeri, Presiden Soekarno mengambil tindakan drastis dengan mengusir warga Belanda dan
menasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia. Pada 19 Desember 1961,
Presiden Soekarno memaklumatkan Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) di Alun-alun
Utama Yogyakarta dan menunjuk Mayor Jenderal Soeharto sebagai Panglima Operasi
Mandala. Soekarno lantas mengganti nama New Guinea Barat menjadi Irian yang merupakan
kepanjangan dari Ikut Republik Indonesia Anti Nederland.

Operasi militer ini tidak berujung perang terbuka. Belanda pun mendapat tekanan dari
Amerika Serikat. Pasalnya, Negeri Paman Sam khawatir dengan semakin mesranya Bung
Karno dengan blok Uni Soviet, sehingga AS menekan Belanda untuk menyerah. Bulan
Agustus 1962, Belanda menyerahkan Irian Barat kepada PBB. Setelah itu pada 1963, PBB
menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Setelah Irian Barat berada dalam naungan
Republik Indonesia, Freeport juga belum bisa mengembangkan proyek Ertsberg. Kedekatan
Soekarno dengan kelompok kiri menjadi penyebabnya. Soekarno ketika itu akrab dengan
Republik Rakyat China dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Bahkan, pada 1963, hampir
semua perusahaan asing diusir dari Indonesia, bersamaan dengan keluarnya Indonesia dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pecahnya kudeta G-30S/PKI pada 1965, membuat situasi
politik di Indonesia berubah. Pengaruh Soekarno memudar seiring gagalnya pemberontakan
tersebut. Mayor Jenderal Soeharto berhasil mematahkan pemberontakan. Sejak awal 1967,
Soeharto secara resmi ditunjuk menjadi Pejabat Presiden dan setahun kemudian menjadi
Presiden.

2. Bagaimanakah tingkat kehidupan masyarakat sebelum dan sesudah ada pertambangan


dilihat dari:

a. Sosial dan bagaimana?

Jawab :

b. Ekonomi dan bagaimana?

Jawab :

PT Freeport Indonesia (PTFI) yang bergerak di bidang pertambangan memberikan manfaat

ekonomi langsung dan tidak langsung yang cukup besar bagi pemerintah di tingkat pusat,

provinsi maupun kabupaten, dan bagi perekonomian Papua dan Indonesia secara keseluruhan.

Manfaat langsung termasuk kontribusi lazimnya suatu perusahaan kepada negara, mencakup

pajak, royalti, dividen, iuran dan dukungan langsung lainnya. PT Freeport Indonesia

merupakan penyedia lapangan kerja swasta terbesar di Papua, dan termasuk salah satu wajib

pajak terbesar di Indonesia.

Kontribusi tidak langsung PT. Freeport bagi Indonesia jumlahnya jauh lebih besar lagi, dan

sejak tahun 1992 meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Investasi sejumlah hampir 4,8 miliar dolar AS untuk membangun prasarana perusahaan di

Papua, termasuk kota-kota, sarana pembangkit listrik, pelabuhan dan bandar udara, jalan,

jembatan, terowongan, sarana pembuangan limbah, sistem komunikasi modern, dan


prasarana lainnya yang kepemilikannya akan beralih ke Pemerintah Indonesia pada saat masa

kontrak kami berakhir

2. Investasi sebesar lebih 425 juta dolar AS dalam bentuk prasarana sosial yang memberi

manfaat langsung bagi masyarakat setempat seperti gedung sekolah, rumah sakit, klinik

kesehatan, perkantoran, sarana ibadah, sarana rekreasi dan pengembangan usaha kecil dan

menengah

3. Penyediaan lapangan kerja secara langsung dari PT. Freeport Indonesia bagi sekitar 8.000

orang pada tahun 2005. Dari jumlah tersebut, lebih dari 2.000 orang, atau lebih dari 25 persen

adalah putra daerah Papua.

4. Pembayaran upah bagi karyawan PT. Freeport Indonesia sendiri telah mencapai lebih dari

1 miliar dolar AS sejak tahun 1992.

5. Lapangan kerja bagi karyawan kontrak, perusahaan privatisasi dan perusahaan mitra

lainnya yang melayani kebutuhan PT. Freeport Indonesia, jumlahnya mencapai 10.700

pekerja pada tahun 2005. Artinya, jumlah orang yang dipekerjakan atau yang melayani

kegiatan operasi kami secara keseluruhan mencapai sekitar 18.700 orang.

6. Pembelian barang dan jasa dari dalam negeri sebesar lebih 3,7 miliar dolar AS. Secara

langsung dan tidak langsung, 277.000 lapangan kerja telah tercipta

dengan keberadaan PTFI. PT. Freeport Indonesia telah mengalokasikan sebagian dari

pendapatannya untuk dimanfaatkan masyarakat setempat melalui Dana Kemitraan Freeport

bagi Pengembangan Masyarakat. Dana tersebut telah membantu pembangunan sekolah,


rumah sakit, sarana ibadah, perumahan dan sarana umum pada wilayah operasi kami di

Papua. Dana tersebut juga mendukung serangkaian program dan pelatihan komprehensif di

bidang kesehatan dan pendidikan serta berbagai prakarsa pengembangan usaha kecil, agar

masyarakat Papua memperoleh manfaat dari perkembangan ekonomi yang tengah terjadi di

daerah ini.

c.Lingkungan dan bagaimana.

Jawab :

Selain itu, PT Freeport di Indonesia juga memberikan dampak buruk bagi lingkungan

diantaranya, dalam hal pencemaran dan perusakan Sungai Ajkwa, media pembuangan tailing

PT. Freeport Indonesia telah menghasilkan limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) yang

ditumpahkan PT Freeport di Indonesia dan telah mencapai pesisir laut Arafura. Tailing yang

dibuang melampaui baku mutu total suspended solid (TSS) yang diperbolehkan menurut

hukum di Indonesia. Demikian pula audit lingkungan yang dilakukan oleh Parametrix,

menemukan bahwa tailing dan batuan limbah PT Freeport di Indonesia merupakan bahan

yang mampu menghasilkan cairan asam yang berbahaya bagi kehidupan akuatik. Bahkan

sejumlah spesies akuatik sensitif di Sungai Ajkwa telah punah akibat tailing dan batuan

limbah PT Freeport di Indonesia.


3. Bagaimanakah dampak ekonomi setelah adanya pertambangan jika dilihat dari:
a. Perubahan mata pencaharian?

Jawab :

Mata pencaharian di Timika terlebih khusus di suku Amugme dan Kamoro adalah beratani,
nelayan dan ada juga yang berladang. Mereka melakukan kegiatan tersebut baik sebelum
adanya PT Freeport dan seteletah adanya PT Freeport.

b. Perubahan pendapatan masyarakat?

4. Bagaimanakah respon masyarakat terhadap kegiatan pertambangan :


a. Apakah menguntukan: berupa dan berbentuk apa, sebutkan alasannya?

Jawab :

Kehadiran PT Freeport menyumbang pengembangan masyarakat setempat, pada 2018, PT


Freeport berkomitmen untuk membangun masyarakat lokal di daerah operasional PT
Freeport.Pada 2016 dan 2017, PT Freeport total menyumbangkan 33 juta dollar AS dan 44
dollar AS.

b. Apakah merugikan : berupa dan berbentuk apa, sebutkan alasannya?


Jawab :

Seperti yang telah disebutkan, dari sekian banyak persoalan yang mendera suku Amungme
saat ini, persoalan utama yang membuat mereka meradang adalah perlakuan yang tak
memandang mereka sebagai manusia di atas tanah mereka sendiri. Warga suku Amungme
merasakan bahwa perlakuan yang demikian telah berlangsung sejak perampasan tanah ulayat
mereka, saat dimulainya eksploitasi tambang oleh Freeport
5. Permasalahan apakah yang muncul dengan adanya proyek pertambangan tersebut?
a. Kalau terjadi konflik, bentuk dan konflik seperti apakah?
Jawab :

Sekarang suku Amungme sedang mengalami sakit hati terhadap Freeport dan
pemerintah Republik Indonesia yang tak pernah mendengarkan suara mereka. Secara tegas,
suku Amungme menyatakan, segala persoalan yang muncul akibat kehadiran Freeport di
Timika harus diselesaikan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan, yakni suku
Amungme, pemerintah RI, dan Freeport. Ketiga pihak tersebut harus duduk semeja
membicarakan seluruh persoalan dan konflik yang terjadi selama ini. Tanpa itu, menurut para
pemimpin suku Amungme, segala upaya penyelesaian akan berakhir sia-sia karena segala
sesuatunya akan selalu diputuskan oleh pihak luar yang sebagian besar tak pernah
menginjakkan kakinya di Timika. Pihak luar itu juga belum tentu mengenali kehidupan dan
penderitaan suku Amungme di bawah cengkeraman Freeport selama 30 tahun lebih. Bahkan,
secara tegas warga saat ini telah mengungkapkan sikap kritisnya bahwa kehadiran Freeport
hampir tidak membawa perbaikan hidup terhadap mereka. Kehadiran ribuan aparat keamanan
di Timika, menurut masyarakat, pun hanya sekadar menjaga Freeport, dan bukan untuk
melindungi warga dari ancaman bahaya. Penilaian seperti ini disebabkan, ketika terjadi
beberapa kali konflik antarmasyarakat di Timika, aparat keamanan seakan membiarkan
konflik itu berlangsung. Mereka tak berusaha secara serius mencegah atau menghentikan
konflik.

b. Bagaimana hubungan pertambangan dengan masyarakat dalam hal tenaga kerja?


Jawab :

Setelah lebih dari 30 tahun hadir dan bergiat di atas tanah adat milik suku Amungme,
kenyataannya, kondisi kehidupan sebagian besar warga suku Amungme sama sekali tidak
berubah dari saat sebelum Freeport datang. Bahkan, 2 saat ini keberadaan suku Amungme
terperosok ke dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.1 Muhammad Mansur, anggota
Komisi X DPR RI, ketika mengunjungi Timika mengungkapkan bahwa keberadaan Freeport
di Timika tidak membawa perbaikan apa-apa bagi suku Amungme dan Kamoro. Masyarakat
Amungme dan Kamoro tetap miskin. Padahal, tanah mereka yang dirampas Freeport, telah
mendatangkan keuntungan luar biasa bagi pemilik pertambangan dan para kroninya di
Indonesia.
6. Bagaimana terkait dengan ketenaga kerjaan di proyek pertambangan: Berapa
banyak jumlah tenaga yang bekerja di proyek tersebut dan berasal dari daerah
manakah? Dari luar daerah atau dari dalam daerah?

Jawab:

Sebagian besar penduduk Timika adalah karyawan PT Freeport Indonesia, nama

resmi Freeport di Indonesia. Akan tetapi, karyawan-karyawan Freeport didominasi oleh para

pendatang, baik yang datang dari luar Pulau Papua maupun pendatang dari daerah Papua

lainnya. Penduduk asli bermata pencaharian bercocok tanam dan berburu. Hanya sebagian

kecil dari mereka bekerja di pertambangan Freeport sebagai buruh tambang. Jika dihitung

dalam persentase, perbandingan antara penduduk yang bekerja sebagai petani dan sebagai

buruh pertambangan menunjukkan, penduduk yang bercocok tanam masih lebih besar, yakni

31%, sedangkan sebagai buruh tambang hanya 28%. Yang bekerja sebagai perajin 11% dan

nelayan 17%. Selebihnya, berprofesi sebagai pegawai negeri, anggota TNI, dan lain-lain.

Jumlah penduduk di kawasan pertambangan Freeport menurut data tahun 1994 sebanyak

31.738 jiwa dengan komposisi 20.117 laki-laki dan 11.621 perempuan. Ketimpangan

komposisi antara jumlah laki-laki yang lebih banyak daripada perempuan ini disebabkan

besarnya arus pendatang yang mencari kehidupan di kawasan pertambangan.

Anda mungkin juga menyukai