Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH SOSIAL
GERAKAN BURUH DI INDONESIA

Disusun Oleh:

Rosnidar (1506101020041)
Ulfa Yanti (1506101020028)

Dosen Pengampu
Sufandi Iswanto, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2017
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi Maha Penyayang, shalawat dan
salam kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabat beliau, serta pengikut beliau hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, atas karunia dan rahmat yang diberikan kepada kami, sehingga
makalah ini dapat disusun dan diselesaikan berdasarkan waktu yang telah diberikan untuk
memenuhi salah satu tugas kami. Makalah ini berjudul Gerakan Buruh di Indonesia
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen
pengasuh mata kuliah Sejarah Sosial yang telah memberikan pengetahuan kepada kami
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami berharap pembaca bisa memberikan kritik dan saran-saran yang membangun dan
memotivasi tim penyusun untuk lebih baik lagi dalam membuat makalah. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca maupun yang menulis. Amin yarabbal alamiin.

Banda Aceh, 01 November 2017

Tim Penyusun

1
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................................... 1

Daftar Isi .................................................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan ..................................................................................................................... 3

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 3

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3

C. Tujuan ............................................................................................................................. 3

Bab II Pembahasan .................................................................................................................... 4

Bab III Penutup ........................................................................................................................ 16

A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 16

B. Saran ........................................................................................................................................... 16

Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 17

2
Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pada masa pembangunan saat ini bangsa Indonesia sedang menuju proses demokratisasi
dan transparansi dalam proses menuju masyarakat adil dan makmur yang merata, materil dan
sepiritual serta guna peningkatan kesejahteraan dan harkat martabat manusia, yang
berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945. Dalam setiap pembangunan selalu
disertai dengan perubahan-perubahan termasuk perubahan dalam pengambilan keputusan
oleh pemerintah, pengambilan keputusan tersebut ternyata telah mengubah sikap dan perilaku
masyarakat termasuk pekerja atau buruh dalam menyampaikan aspirasinya. Setelah sekian
lama suaranya disumbat dan hak-haknya dirampas, pekerja/buruh semakin kuat menyuarakan
tuntutannya secara bebas, baik melalui serikat pekerja/serikat buruh, gerakan dan advokasi
pekerja/buruh, antara lain dengan melakukan pemogokan dan unjuk rasa.
Tuntutan pekerja/buruh untuk memperjuangkan perbaikan kesejahteraan, seperti kenaikan
upah dan kondisi kerja yang lebih baik, dapat dipandang sebagai tuntutan yang dapat
dipahami mengingat tingkat daya beli pekerja/buruh tidak banyak beranjak dari kondisi
sebelum krisis. Juga, kebijakan dan peraturan perundangan pemerintah yang mempengaruhi
kehidupan ekonomi pekerja/buruh juga ikut memberikan kontribusi terhadap timbulnya
sejumlah aksi-aksi pemogokan dan demonstrasi pekerja/buruh yang cenderung meningkat
dan disertai kekerasan sejak pertengahan tahun 2001.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimanakah yang dimaksud dengan Gerakan Buruh?
2. Bagaimana latar belakang terjadinya Gerakan Buruh?
3. Bagaiamana munculnya Gerakan Buruh di Indonesia dan bagaiamana bentuk
pergerakannya?
4. Bagaiamana dampak dari Gerakan Buruh di Indonesia?

C. Tujuan
Adapun tujuannya yaitu:
1. Mengetahui pengertian Gerakan Buruh
2. Memahami latar belakang terjadinya gerakan buruh
3. Memahami latar belakang gerakan buruh di Indonesia serta bentuk pergerakannya
4. Mengetahui dampak daripada Gerakan Buruh

3
Bab II Pembahasan

A. Pengertian Gerakan Buruh


Buruh dalam Pasal 1 angka 2 UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
memiliki pengertian setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain. Buruh terdiri dari beberapa macam yaitu :
1. Buruh harian, buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja.
2. Buruh kasar, buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak mempunyai
keahlian dibidang tertentu.
3. Buruh musiman, buruh yang bekerja hanya pada musim-musim tertentu (misalnya
buruh tebang tebu).
4. Buruh pabrik, buruh yang bekerja di pabrik-pabrik.
5. Buruh tambang, buruh yang bekerja di pertambangan.
6. Buruh tani, buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau di sawah orang
lain.
7. Buruh terampil, buruh yang mempunyai keterampilan di bidang tertentu.
8. Buruh terlatih, buruh yang sudah dilatih untuk keterampilan tertentu.
Pendapat lain menyebutkan buruh diartikan sebagai orang yang bekerja di bawah perintah
orang lain, dengan menerima upah karena telah melakukan pekerjaan di perusahaan.
Kemudian Muchtar Pakpahan mengatakan buruh adalah mereka yang bekerja dan
menggantungkan hidupnya dari gaji dan mendapat upah dari jasa atau tenaga yang
dikeluarkannya. Jadi, siapapun yang bekerja dan mendapatkan gaji, mereka adalah buruh.
Orang yang bekerja di bank, rumah sakit, perusahaan sawit atau tebu, jurnalis, swalayan,
toko, atau dimanapun, adalah buruh.
Gerakan buruh merupakan istilah yang digunakan secara luas untuk menjelaskan dinamika
organisasi kolektif para pekerja atau buruh dalam rangka menuntut perbaikan nasib mereka
kepada majikan (pengusaha) dan kebijakan-kebijakan perburuhan yang pro-buruh dan adil.
Secara sederhana, gerakan-gerakan buruh dapat dikelompokkan ke dalam kategorisasi
sebagai berikut:
1. Gerakan buruh yang berorientasi untuk menyejahterakan para anggotanya sehingga
para anggotanya mendapatkan keuntungan, seperti jaminan sosial, jaminan kesehatan,
dan uang pensiun. Salah satu serikat buruh tertua yang tercatat dalam sejarah, Friendly
Societies, didirikan untuk mewujudkan tujuan tersebut.

4
2. Gerakan buruh yang bertujuan untuk melakukan tawar-menawar secara kolektif
(bargaining collective) sehingga mereka dapat bernegosiasi dengan para pengusaha
mengenai upah dan kondisi kerja yang manusiawi.
3. Gerakan buruh yang berorientasi untuk melakukan perlawanan tindakan industri,
seperti pemogokan.
4. Gerakan buruh yang berorientasi kepada aktivitas politik. Di antara tujuan gerakan ini
berupaya untuk mewujudkan legislasi yang adil untuk para buruh. Gerakan ini
biasanya berwujud partai politik, seperti halnya Partai Buruh di Inggris yang berawal
dari gerakan buruh.
Menurut The Encyclopedia of Social Science, gerakan buruh merupakan seluruh aktivitas
para penerima upah untuk memperbaiki kondisi kerja dan kehidupan mereka. Gerakan buruh
dapat bersifat sementara maupun permanen, yang akhirnya berkembang menjadi serikat
buruh atau serikat pekerja.
Serikat buruh adalah basis organisasi kaum buruh dalam kerangka hubungan buruh dengan
pemodal/pengusaha. Buruh mengorganisir dirinya untuk memperkuat posisinya dalam
perjuangan untuk Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang lebih baik untuk mempertahankan
hak-hak dan kepentingan-kepentingan ekonominya kaum buruh. Serikat Buruh menyatukan
kaum buruh dan memperkuat kesadarannya.
Serikat Buruh juga adalah satu organisasi yang senantiasa mewakili kaum buruh secara
permanen, Artinya serikat ini ditujukan untuk memperjuangkan kebutuhan-kebutuhan kaum
buruh sepanjang waktu. Bukan hanya dibentuk dan hidup disaat kaum buruh menghadapi
masalah/kasus saja.
Menurut pengertian dalam UU no 21 tahun 2000 Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SB/SB)
adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh, baik di perusahaan
maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab, guna memperjuangkan, membela, melindungi hak dan kepentingan
pekerja dan buruh, serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

B. Latar Belakang Terjadinya Gerakan Buruh


Industrialisasi telah dipercayai oleh banyak pihak bahwa proses ini akan mengangkat
perkembangan ekonomi. Oleh karenanya setiap negara berkembang yang ada saat ini telah
meniru model yang dicapai oleh negara maju pada waktu itu. Istilah industrialisasi tidak
banyak digunakan dalam pembahasan perkemabngan masyarakat industrial pada abad 18 dan
19, pembahasan tentangnya tidak dapat dipisahkan dari lahirnya Revolusi industri di Eropa

5
waktu lalu. Istilah industrialisasi menajdi populer ketika fase ini menjadi ideologi
pembangunan di negara-negara berkembang seperti negara-negara Amerika Latin dan Asia
pada umumnya.
Di Asia periode industrialisasi berlangsung tidak sama, meskipun pada umumnya periode
ini terjadi pada abad 20. Hongkong, Taiwan dan Philipina mulai pada pertengahan tahun
1950, sedangkan Korea dan Singapura pada tahun 1950. Thailand, Malasyia dan Indonesia
baru berlangsunng pada permulaan tahun 1970-an.
Dalam perkembangan perindustrian pastinya tidak terlepas dengan pekerja-pekerjanya
atau sering disebut dengan buruh pekerja. Dari sejak dulu hingga sekarang ini, peran dari
seorang buruh seringkali dikesampingkan dan dianggap tidak penting. Padahal, jika dilihat
dari nilai historisnya buruh memiliki peran penting dalam proses pembangunan
perekonomian negara khususnya di sektor industri.
Tanpa buruh, tidak mungkin proses produksi bisa berjalan dan menghasilkan devisa atau
keuntungan bagi negara. Hal itu yang sangat disayangkan, pengabdian mereka selama ini
tidak sebanding dengan apa yang mereka dapatkan. Karena pemerintah lebih mementingkan
kepentingan kaum pemilik modal daripada kepentingan buruh itu sendiri. Karena inilah
nantinya muncul pergerakan-pergerakan untuk buruh sehingga buruh dapat diakui. Tidak
hanya di Indonesia terjadinya gerakan buruh ini, namun gerakan ini juga terjadi di beberapa
negara seperti Inggis, Nederland, Jepang dan beberapa negara lainnya yang dimana
strukturnya berbeda.

C. Munculnya Gerakan Buruh di Indonesia dan Bentuk Pergerakannya


Perkembangan industrial telah mengalami percepatan sejak akhir periode 70-an di
Indonesia. Periode sebelumnya, ketika produksi perpabrikan belum banyak bermunculan di
negeri ini, perkembangan manufaktur sangat lambat dan produksi yang dihasilkannya tidak
memberikan sumbangan yang berarti dalam pertumbuhan ekonomi. Pemerintah kolonial
Belanda pada waktu itu berorientasi pada ekonomi perkebunan sebagai instrumen untuk
mendorong perkembangan ekonomi di Nederland. Meskipun hal itu dilakukan oleh
pemerintah Belanda, para pemiliknya terutama adalah orang-orang Eropa, Cina dan Arab.

6
Terdapat beberapa periode perburuhan di Indonesia dimulai dari masa Kolonial Belanda
sampai Orde Baru.
Masa Pra Kemerdekaan
Pada abad ke 19 ini sudah ada buruh karena industrial kapitalistik(hubungan buruh dengan
modal) untuk memproduksi barang-barang dagangan secara masal telah dimulai sejak 1830.
Pada tahun 1842, saat terjadinya rotasi penanaman lahan tebu di kabupaten Batang. Saat itu
residen meminta tanah-tanah baru yang berkondisi baik untuk dipakai menanam tebu dalam
jangka waktu dua tahun. Penanam tebu saat itu disebut planter yang mana dari pihak
penanam sendiri tidak mau memberikan pajak namun sebaliknya menuntut untuk kenaikan
upah dari 14,22 gulden menjadi 25 gulden. Protes planter ini diikuti oleh planter dari 51 desa
lainnya.
Di Yogyakarta tahun 1882 terjadi pemogokan berturut-turut. Gelombang pertama
berlangsung sejak awal minggu terakhir bulan juli 1882 sampai agustus 1882 melanda empat
pabrik gula, sedangkan gelombang kedua melanda pabrik perkebunan pada bulan agustus.
Gelombang ketiga pertengahan oktober 1882 melanda 21 perkebunan. Lokasi pemogokan
tersebut terletak di kabupaten Kalasan. Pemogokan tersebut diisukan karena upah, kerja
gugur gunung yang terlalu berat, kerja jaga hari hari seminggu, upah tanam yang sering tidak
dibayar, harga bambu sering dibayar terlalu murah dan beberapa pengawas Belanda sering
memukul Petani. Dilihat dari jumlah orang dan desa tentunya protes ini besar namun saat ini
belum adanya organisasi, serikat, partai dan sebagainya yang menaungi hal tersebut.
Setelah tahun 1870 perkembangan industri menjadi demikian pesat. Jaman yang dikenal
sebagai jaman Liberal atau jaman pintu terbuka bagi semua orang yang ingin menanamkan
modalnya di Indonesia direspon secara cepat oleh kalangan swasta Eropa. Tanah-tanah
disewakan dan orang-orang dijadikan buruh untuk dipekerjakan. Seperti di pulau jawa buruh-
buruh yang bekerja dengan mereka diikat dengan kontrak. Dan kontrak tersebut tidak dapat
diakhiri oleh sang buruh. Bila buruh berusaha melarikan diri dari temlat kerja mereka akan
dikenakan hukuman yang dinamakan sebagai poenale sanctie. Suatu hukuman dalam ukuran
sejaman pun snagat kejam yaitu dapat berupa hukum cambuk bagi buruh laki-laki dan bagi
perempuan akan diikat di bungalow tuan kebun dan kemaluannya digosok denga lada.
Hukuman tersebut bagi para pemilik tanah mempunyai otonomi yang luas.
Banyaknya kritik-kritik keras dari praktek pemerintahan Belanda terhadap koloninya
mengundang reaksi keras di Negeri Belanda selama akhir abad 19 dan lahirnya gerakan
buruh di Jawa selama awal abad 20 yang secara nyata menekan pemerintah kolonial Belanda

7
untuk memperbaiki nasib buruh di daerah urban. Gerakan buruh pada waktu itu terjadi
dimana-mana, hal ini menjadi hambatan bagi penguasa dan pemerintah kolonial.
Meskipun ada pengawasan dan penekanan, perkembangan gerakan organisasi buruh tidak
dapat dicegah. Organisasi pertama di Indonesia didirikan pada tahun 1897, dibentuk oleh
orang-orang Eropa dan memiliki keanggotaan orang-orang Eropa yang ekslusif. Lahirnya
organisasi buruh diinspirasikan oleh gerakan buruh di Netherland pada waktu itu dan bukan
buruknya kondisi kerja para pekerja orang-orang eropa di Indonesia. Organisasi buruh
pertama kali bernama N.I.O.G(organisasi guru) yang para anggotanya adalah para guru
sekolah negeri. Pada tahun 1907 munculnya N.I.O.G diikuti oleh organisasi buruh-buruh
Eropa di sektor perkebunan swasta. Faktor yang mempengaruhi pembentukan organisasi-
organisasi buruh antara India (1890), Philipina(1902) dan Indonesia.
Penduduk pribumi Indonesia yang dipekerjakan pada posisi paling rendah dalam hierarki
kolonial tidak diijinkan menjadi anggota organisasi yang didirikan oleh orang-orang Eropa.
Pada tahun 1908, didirikan organisasi buruh pertama di Indonesia yang anggotanya gabungan
antara orang-orang Eropa dan Pribumi. Organisasi itu disebut V.S.T.P(Vereeniging van Spoor
en Tramweg Personeel) yang dipimpin oleh Semaun. Pada tahun 1917 para buruh pribumi di
sektor manufaktur menjadi sadar dari ekploitasi kondisi kerja dan memebntuk organisasi.
Pembentukan organisasi buruh disektor manufaktur ini didahului oleh terbentuknya
organisasi buruh di sektor perkebunan swasta.
Seiring berjalannya waktu munculnya organisasi buruh juga terlihat saat masa pergerakan
nasioanl pada tahun 1905 oleh buruh-buruh kereta api yaitu bernama SS Bond(
Staatspoorwegen Bond). Muncul lagi sarekat buruh kereta api lainnya yaitu Vereeniging van
Spoor-en Tramweg Personel in Nedeherland Indi(VSTP). Pada bulan Desember 1919
diadakan konferensi serikat buruh di Jawa, dan sebagai hasilnya muncul Persatoean
Pergerakan Kaoem Boeroeh (PPKB) yang menjadi badan sentral organisasi buruh yang ada.
Badan ini dipimpin oleh Semaun sebagai ketua, Suryopranoto sebagai wakil, dan H. A. Salim
sebagai Sekretaris.
Masa Pasca Kemerdekaan
17 Agustus 1945 merupakan hari dinyatakannya kemerdekaan Indonesia. Tentu saja
kemerdekaan tersebut tidak lepas dari para pejuang-pejuang saat masa pergerakan terjadi
Perjuangan mencapai kemerdekaan melibatkan berbagai unsur dalam masyarakat, termasuk
gerakan buruh. Pada tanggal 15 September 1945 sejumlah tokoh gerakan buruh berkumpul di
Jakarta untuk membicarakan peranan kaum buruh dalam perjuangan kemerdekaan dan
menentukan landasan bagi gerakan buruh. Pada pertemuan tersebut para wakil gerakan buruh

8
sepakat mendirikan sebuah organisasi yang mewakili seluruh serikat buruh yang ada.
Organisasi itu diberi nama Barisan Boeroeh Indonesia (BBI). Pilihan nama barisan tersebut
harus diletakkan pada konteks zamannya, yaitu ketika orang-orang Indonesia masih terlibat
dalam perang kemerdekaan sampai tahun 1949. Dalam konferensi tersebut, BBI juga
menuntut Komite Nasional Indonesia untuk memberi pengakuan terhadap organisasi tersebut.
Karena sulitnya komunikasi dengan wilayah lain, maka gerakan buruh di luar Jawa
mendirikan organisasi mereka masing-masing. Di Sumatra misalnya pada bulan Oktober
1945 telah berdiri Persatoean Pegawai Negara Repoeblik Indonesia (PPNRI). Komite
Nasional Indonesia sementara itu juga menyerukan kepada perwakilan-perwakilan di daerah
untuk mendukung pembentukan serikat-serikat buruh. Dalam perjuangan fisik, kaum buruh
bergabung dalam Lasjkar Boeroeh Indonesia (LBI) yang dengan cepat didirikan di berbagai
kota. Pada awalnya belum ada koordinasi yang jelas, sampai pada sebuah konferensi di Blitar
pada bulan Desember 1945. Soediono Djojoprajitno terpilih sebagai ketua badan pimpinan.
LBI ini juga ditetapkan sebagai badan yang secara organisasi terlepas dari BBI dan tidak
memiliki hubungan apa-apa. Di kalangan buruh perempuan, didirikan Barisan Boeroeh
Wanita yang diketuai oleh SK Trimurti. Kegiatannya ditujukan untuk memberi pendidikan
dan kesadaran pada kaum buruh perempuan, tentang perlunya persatuan. Pada tanggal 1 Mei
1946 (Perayaan Hari Buruh), BBW telah berhasil mengumpulkan calon pemimpin buruh
perempuan untuk dilatih selama dua bulan.
Kesatuan Buruh Kerakjatan Indonesia (KBKI) didirikan pada tanggal 10 Desember 1952.
Organisasi ini semula bernama, Konsentrasi Buruh Kerakjatan Indonesia, dan memiliki
hubungan dengan Partai Nasional Indonesia. Dalam salah satu pernyataannya tertulis bahwa
organisasi ini bekerja bersama PNI dalam mencapai tujuan-tujuannya. Azas yang melandasi
organisasi ini adalah Marhaenisme (ajaran Soekarno). Pada tahun 1955 organisasi ini
mengklaim memiliki anggota sebanyak 95.000 orang. KBKI ini juga adalah anggota PNI, dan
keberhasilan KBKI dalam menggalang kekuatan (di tahun 1958 ditaksir jumlah anggotanya
lebih dari setengah juta orang) tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan PNI. Walaupun
berhubungan dengan gerakan buruh di luar negeri, dan turut berpartisipasi dalam aktivitas
internasional, KBKI tetap memilih tidak bergabung dengan organisasi internasional. Pada
masa Soekarno ini banyak organisasi-organisasi yang dibentengi oleh PKI.
Selanjutnya pada masa orde baru saat Soeharto menjabat sebagai presiden semua gerakan
yang berlandaskan komunis dihapuskan. Pada orde baru ini Federasi buruh didirikan di
Indonesia pada 20 Februari 1973. Agus Sudono, mantan presiden Gasbiindo, dipilih sebagai
ketua. Sedang Soewarto, mantan opsus menjadi sekretaris umum. 11 Maret 1974 FBSI

9
dikukuhkan sebagai serikat buruh tunggal oleh Direktur Jenderal Perlindungan dan Perawatan
Tenaga Kerja.
Pada tahun 1985 Soeharto merasakan bahwa Agus Sudono mulai tidak dapat dikontrol,
kemudian Sudono disingkirkan. FBSI diubah menjadi serikat pekerja seluruh Indonesia
(SPSI) dan dipilih Imam Sudarwo sebagai ketua. Kata buruh diperhalus menjadi
pekerjaatau karyawan. Kementrian perburuhan menjadi menteri tenaga kerja(Menaker).
Pada dasarnya lembaga-lembaga yang dibentuk oleh Soeharto tidak berfungsi dengan
baik. Untuk menyelesaikan kasus-kasus perburuhan digunakan kekuasaan tangan besi.
Militer diberi kekuasaan dalam mengkondisikan stabilitas politik. Menteri Tenaga Kerja pun
berasal dari militer, misalnya Laksamana Sudono. Berbagai aksi buruh, yang sebetulnya non
kekerasan, dihadapi dengan kerasnya laras senjaata bukan pendekatan serikat pekerja. Sebuah
kasus yang mengundang perhatian dunia yaitu adalah pembunuhan Marsinah. Marsinah
bukanlah satu-satunya pembunuhan terhadap buruh. Hal ini juga dirasakan oleh rusli yang
bekerja di Industri Karet.
Dengan terjadinya hal tersebut banyak buruh mogok kerja. Sebagian buruh melalukan
penghancuran terhadap alat-alat laboratorium. Pihak perusahan memanggil polisi. Polisi
melakukan pengamanan dengan tembakan yang diarahkan kepada buruh. Buruh panik
berlarian.29 buruh ditanggap oleh polisi. Pemerintah pada saat itu menetapkan upah buruh
sesuai dengan upah minimum regional. Tingkat upah yang rendah memang menjadi
kebijakan pemerintah harus siap-siap kerja lembur. Namun banyak perusahaan tidak
menyiapkan kerja lembur terutama perusahan yang telah menjalankan pabrik dalam 3 shift.
Upah yang rendah sebetulnya tidak akan dijadikan masalah bila harga hidup juga sesuai
dengan uang yang diterima. Kenyataannya, harga-harga kebutuhan hidup terus merayap naik
bahkan dalam kondisi perekonomian tak menentu yang disebabkan fluktuasi rupiah terhadap
dollar AS maupun yen Jepang kenaikan harga cenderung cukup tajam.
Pada 4-5 maret 1992, 2500 buruh PT Evershinetex, Bogor, mogok menuntut tunjangan
hari raya. Di Bandung mogok akibat mereka menuntut perusahaan menerapkan UMR yang
baru. PT Batik Keris di Solo mengadakan rally di jalan Slamet Riyadi, bermaksud untuk
menyampaikan kondisi buruk yang ada di perusahaan batik tersebut ke Menaker.
25 ribu buruh dari 43 pabrik di Kawasan Industri di kawasan Industri Medan (KIM) pada
14 April 1994 melakukan demontrasi. Mereka bermaksud bertemu dengan Gubernur untuk
menyampaikan tuntutan mereka yaitu: kenaikan upah sebesar Rp. 7000, hak bebasa
berorganisasi seperti terjamin dalam peraturan menteri tenaga kerja. Mereka gagal bertemu
gubsernur, namun mereka tidak beranjak dari lapangan kemerdekaan sehingga militer mulai

10
membubarkan mereka. Karena sebagian orang tidak terima dan terdapat beberapa provokasi
tak dikenal sehingga menimbulkan beberapa perusakan inprastruktur. Karena aksi ini
menggunakan batu pada kerusuhan tersebut direktur PT Sandaratama Apgraperkasa, terletak
di KIM, mati karena terkena lemparan batu. Pemogokan keras ini berlangsung selam 4 hari.
Melibatkan buruh-buruh dari Binjai, Tanjung Mowara dan Belawan. Selama pemogokan
tersebut 52 pabrik berhenti beroperasi untuk sementara waktu.
Suhardiman tangan besi lainnya mengusulkan pembentukan pasukan anti pemogokan dan
demontrasi yang diberi nama Baladhika Karya. Pasukan itu dibentuk di beberapa kota
industri yaitu Surabaya, Medan, Semarang dan Jakarta. Pasukan ini bertujuan untuk
meredamkan dan mencegah pemogokan buruh.
Pusat perjuangan buruh indonesia (PPBI), sekarang berubah nama menjadi Front
Nasioanal Perjuangan Buruh Indonesia(FNPBI). Didirikan oleh perkumpulan Rakyat
Demokratik pada november 1994. Ketuanya adalah Dita Indah Sari mahasiswa Hukum UI.
Walaupun mereka mengkalim diri mereka sebagai buruh namun sebenarnya bukan berasal
dari kaum buruh dan non buruhlah yang menjalankan organisasi tersebut seperti mahasiswa
dan mantan mahasiswa.
Banyak uang buruh yang tersimpan di jaminan sosial tenaga kerja dipakai untuk
kepentingan-kepentingan lainnya bukan untuk asuransi buruh. Penyimpangan-demi
penyimpangan pun mulai terjadi masa ini. Hutang luar negeri juga banyak dilakukan oleh
Soeharto. Membuat rakyat harus turut andil membayarnya. Soekarno tidak menduga akan
terjadinya permainan jual beli valuta asing(valas) oleh fund manager George Soros yang
berakibat nilai tukar rupiah melemah drastis. Oleh karena itu Orde Baru dianggap telah
berakhir ketika Soeharto mengundurkan diri dari posisi presiden pada 20 Mei 1998.
Terjadinya kebangkrutan negara.
Masa Reformasi sampai Sekarang
Reformasi dimulai dengan ditancapkannya kebijakan neoliberal lewat paket letter of intent
(loi) sebagai akibat dari peminjaman hutang luar negeri yang sangat besar. Loi secara umum
berisi kesepakatan tentang pengurangan subsidi, privatisasasi perusahaan negara, dan
perdagangan bebas.
Tak lama setelah reformasi, pemerintah meratifikasi Konvensi ILO tentang Kebebasan
Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi, 1948 (No. 87) dengan Keputusan
Presiden RI No. 83 Tahun 1998, yang kemudian dilanjutkan dengan kepmenaker No.05 tahun
1998. Pada akhir 1998 tercatat sudah terbentuk 14 SP setingkat federasi, termasuk
didalamnya SPSI reformasi yang merupakan hasil perpecahan dari SPSI pasca reformasi.

11
Perpecahan dan perubahan formasi dalam tubuh SPSI terjadi sedemikian massif pasca
reformasi. Diantaranya SP-LEM (sektor logam, elektronika, mesin dalam tubuh SPSI
reformasi) berubah menjadi FSPMI, lalu SP-TSK (sektor tekstil sandang kulit dalam tubuh
SPSI reformasi) kemudian berubah menjadi SPN. Dalam perkembangan selanjutnya FSPMI
dan SPN membangun suatu konfederasi baru bernama Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia
(KSPI) yang menambah jumlah konfederasi setelah KSPSI dan KSBSI sebelumnya. Pada
awal tahun 1999 terbentuk pula Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI) yang
digagas oleh beberapa aktivis KOBAR. Peringatan Mayday (Hari Buruh Internasional) yang
semasa Orba dilarang, pertama kali digelar kembali pada 1 Mei 1999 oleh gabungan
organisasi buruh yang membentuk Komite Aksi 1 Mei. Geliat perjuangan buruh kembali
meninggi saat pemerintah mulai memberlakukan UU No.21 tahun 2000 tentang Kebebasan
Berserikat, yang langsung disambut oleh aktivis buruh dengan pendirian ratusan serikat buruh
hanya dalam jangka waktu setahun. Dengan lahirnya UU tentang kebebasan berserikat ini,
selain membawa dampak positif bahwa semakin banyak serikat buruh yang lahir, tetapi
sekaligus juga membawa dampak negatif yaitu semakin banyaknya pengkotakan serikat
buruh berdasarkan kepentingan pragmatis, berdasarkan daerah, sektor usaha, dll, yang sering
menyulitkan persatuan buruh.
Dengan bekal organisasi, tercatat perjuangan buruh mengalami peningkatan. Selama tahun
2000 misalnya, menurut catatan Depnaker saja (catatan paling konservatif) terdapat 173 kali
aksi buruh. Sedangkan tahun 2001 terdapat 261 kali aksi buruh. Aksi-aksi tersebut umumnya
dilakukan untuk menuntut kenaikan upah, menolak PHK, dan kejelasan/pengangkatan status
kerja.
Aksi-aksi tidak hanya dilakukan oleh buruh-buruh manufaktur (pabrik) seperti di jaman
orde baru, tapi juga sudah meluas ke pekerja-pekerja pendidikan (guru), pekerja ritel (contoh:
Hero) dan BUMN (contoh PT. Pos).
Pada tahun 2001 juga terjadi gelombang aksi yang meluas dari berbagai serikat untuk
menolak pemberlakuan Kepmen 78/2001 yang membatalkan hak-hak pesangon pekerja
setelah diberhentikan atau mengundurkan diri.
Selain bergerak menurut isu perburuhan yang sifatnya lebih ekonomis/normatif, buruh
juga sudah mulai merespon isu-isu yang berada diluar dunia advokasi perburuhan, contohnya
adalah aksi menolak kenaikan harga BBM hasil dari pengurangan subsidi pemerintah. Tahun
2001 contohnya, Forum Solidaritas Union (FSU) yang dibentuk antara lain oleh FNPBI dan
SBSI melakukan aksi dengan gabungan isu menuntut kenaikan upah 100% dengan isu
menolak kenaikan BBM. Dalam aksinya, buruh tidak lagi menyasar perusahaan semata,

12
namun sudah mulai sering menyasar instansi-instansi pemerintahan seperti Depnaker, DPR
dan Istana negara.
Pada akhir tahun 2002 beberapa organisasi buruh lokal-independen berusaha membangun
suatu konsolidasi untuk menembus pengkotakan. Jaringan Buruh Antar Kota (JBAK) yang
diikuti oleh PBL-Lampung, FSBKU-Tangerang, SBN-Tangerang, SBJP-Bogor, SBI-Bogor,
GSBI-Jakarta, SPBDI-Purwakarta, FPPB-Bandung, FSBSK-Solo, SERBUK-Wonosobo,
FSBI-Semarang, KKBJ-Jombang, SBPD-Sidoarjo, SBK-Surabaya, SBDM-Malang.
Pemerintah menetapkan pemberlakuan UU baru Ketenagakerjaan, yaitu UU No.13 tahun
2003 yang didalamnya sudah melegalkan sistem kerja kontrak dan outsourcing, walaupun
pada bidang dan aspek tertentu. Hal ini memicu reaksi gerakan buruh untuk melakukan
penolakan, walau kemudian UU tersebut tetap diberlakukan.
Maret 2003 JBAK membentuk Badan Kolektif Nasional (BKN) Komite Aksi Serikat
Buruh Independen (KASBI). Sampai pada Juni 2004, keanggotaan KASBI bertambah lagi
dengan masuknya GSBM-Jakarta, FSBIP-Jakarta, SPBI-Malang, dan SERBUK-Medan.
Dibangunlah kemudian Komite Persiapan Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KP
KASBI) yang akhirnya melaksanakan kongres pertamanya pada Februari 2005. Dalam
program perjuangannya, KASBI menekankan penghapusan sistem kerja kontrak dan
outsourcing yang merupakan turunan dari strategi Labour Market Flexibility yang diterapkan
rezim Kapitalisme Neoliberal. Setelah kongres kedua tahun 2008, beberapa organisasi juga
menyatakan bergabung dengan KASBI, diantaranya Serikat Pekerja Carefour Indonesia
(SPCI), Persatuan Gerakan Serikat Pekerja (PROGRESIP), dan Serikat Buruh Jaya Readymix
(SBJR), dll. Pada tahun 2008 KASBI juga telah mendeklarasikan dirinya sebagai konfederasi
alternatif.
Pada tahun 2006 pemerintah berencana merevisi UUK No.13 tahun 2003 yang kemudian
disambut dengan respon penolakan dari berbagai elemen gerakan buruh. Atas besarnya
tekanan aksi buruh, rencana revisi UUK akhirnya dibatalkan.
Akhir tahun 2006 beberapa organisasi (seperti KASBI, FNPBI, FPBJ) menggagas sebuah
konferensi nasional yang menjadikan terbentuknya Aliansi Buruh Menggugat (ABM). Tidak
seperti konsolidasi buruh lain yang masih sebatas konsolidasi perserikatan buruh yang
mempunyai solusi-solusi normatif, ABM cukup maju dengan slogan/solusi yang lebih
meningkat secara politik, yaitu: (1) Nasionalisasi perusahaan tambang dan aset-aset vital; (2)
Tolak hutang luar negeri; (3) Bangun industrialisasi nasional untuk kesejahteraan rakyat; (4)
Tangkap, adili, dan sita harta koruptor. ABM sering kali turun kejalan untuk merespon isu-isu

13
non-perburuhan seperti pendidikan, kenaikan BBM, dll. Namun pada tahun 2009 terjadi
perpecahan dalam tubuh ABM.
Sepanjang tahun 2006 sampai 2011, terdapat banyak sekali pemberangusan gerakan buruh
yang salah satunya dilakukan dengan cara menghambat atau menghalangi keberadaan serikat-
serikat buruh di perusahaan, khususnya yang berafiliasi dengan serikat buruh progresif/maju.
Hal ini membuat jumlah buruh yang berserikat tidak pernah mengalami peningkatan yang
pesat. Jumlah kaum buruh yang berserikat masihlah kecil, yaitu berada diantara 7-10% dari
keseluruhan buruh di Indonesia yang jumlahnya sekitar 30 juta. Hal ini utamanya disebabkan
mayoritas kaum buruh sudah bekerja dalam sistem kerja kontrak/outsourcing yang mana
mempersulit buruh untuk masuk kedalam serikat.
Namun dalam jumlah partisipasi yang masih kecil ini, terdapat kemajuan kesadaran buruh.
Selain sudah mengangkat isu-isu diluar perburuhan, kaum buruh juga sudah sering bergabung
dengan massa kaum tani dalam memperjuangkan hak atas tanah, dll. Disamping itu
keterlibatan buruh dalam organisasi-organisasi politik progresif juga sudah mulai meningkat
secara signifikan. Hal ini menandakan kesadaran buruh tidak lagi hanya sebatas kebutuhan
ekonominya pribadi yang sifatnya jangka pendek, namun sudah maju pada kesadaran pada
perubahan sistem/menyeluruh yang sifatnya jangka panjang.
Gerakan buruh sejak tahun 2007 juga sudah mulai mengenal lagi suatu gerakan
pendudukan pabrik-pabrik (yang sudah lama tidak dipakai sejak era nasionalisasi zaman
kemerdekaan) yang tidak beroperasi lagi atau dinyatakan pailit/merugi. Bahkan di beberapa
pabrik, buruh sudah mulai mengoperasikan mesin-mesin dalam pabrik dan menjalankan suatu
usaha bersama dengan manajemen kolektif buruh. Contohnya adalah apa yang terjadi di PT.
Istana Magnoliatama (basis KASBI) yang memulai pendudukan tahun 2008. Namun hal ini
umumnya tidak bertahan lama. Gerakan pendudukan ini biasa dipicu oleh kebijakan
penutupan pabrik dan PHK massal.
Pada akhir tahun 2008, akibat dampak dari krisis ekonomi yang terjadi di AS, pemerintah
mengeluarkan SKB 4 Menteri yang berisikan larangan untuk menaikkan upah melebihi
pertumbuhan nasional. Dengan demikian berarti kenaikan upah tahun 2009 tidak boleh
melebihi dari 5%--pertumbuhan ekonomi saat itu. Hal ini kemudian menyulut aksi besar-
besaran dimana-mana. Dengan tekanan yang sangat besar dan luas, pemerintah akhirnya
merevisi SKB 4 menteri. Ini semakin membuktikan bahwa dalam sistem kapitalisme, krisis
yang terjadi di luar negeri pasti akan berdampak ke Indonesia.
Perpecahan kembali terjadi. Awal tahun 2011 beberapa federasi dalam KASBI
memisahkan diri dari KASBI, dan menggabungkan diri dengan beberapa serikat pekerja

14
BUMN, lalu membentuk Konfederasi Serikat Nasional (KSN). Sehingga, jika dihitung
menurut klaim deklarasinya, telah terdapat 5 konfederasi serikat buruh di Indonesia saat ini.
Akhir 2011 perjuangan untuk menaikkan upah minimum propinsi dan kota (UMP/UMK)
mengalami peningkatan dalam jumlah massa aksi, tuntutan aksi, dan metode-metode aksi.
Tuntutan ini umumnya dikaitkan dengan penolakan terhadap Permen 17 tahun 2005 yang
menjadi acuan Dewan Pengupahan dalam menghitung komponen-komponen kebutuhan
hidup layak (KHL). Setiap daerah bergolak. Di Batam terjadi bentrok besar yang disusul
penembakan terhadap buruh. Di Tangerang, Bekasi, Cimahi, dan kota lain juga terjadi aksi
massa dengan pemblokiran jalan-jalan.
Dalam momentum perjuangan upah tahun 2011 terdapat kemajuan juga dalam organisasi-
organisasi buruh di kota-kota dengan membangun berbagai aliansi yang sudah semakin solid.
Di Jabotabek sendiri sedang digagas suatu konsolidasi persatuan lewat Sekretariat Bersama
(Sekber) Buruh Jabotabek.

15
Bab III Penutup

A. Kesimpulan
Gerakan buruh adalah gerakan yang dilakukan oleh para buruh untuk mendapatkan
keadilan saat bekerja. Juga mengenai kenaikan upah para buruh. Geraka buruh ini terjadi
sudah dari jaman kolonialme saat masa reformasi. Namun pada masa Reformasi inilah para
buruh dapat merasakan kebebasan mendirikan serikat-serikat buruh dan pada masa tidak
jarang juga gerakan-gerakan yang dilakukan karena berbagai alasan tentang perburuhan yang
terjadi seperti upah, kenaikan harga BBM dan lainnya.

B. Saran
Kami menyadari bahwa penulisan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya, tim
penyusun meminta kritik dan saran apabila makalah ini terdapat kesalahan-kesalahan baik
secara penulisan maupun isi.

16
Daftar Pustaka
Aidit. Sedjarah Gerakan Buruh Indonesia. yayasan pembaharuan. Djakarta
Soegiri, Edi Cahyono. Gerakan Serikat Buruh, Jaman Kolonial Hindia Belanda hingga Orde
Baru. Hasta Mitra
Susetiawan. 1997. Industrialisasi dan Hubungan Perburuhan di Indonesia(Tinjauan Teoritis).
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol 1(1). 27-44
http://derakartika.blogspot.co.id/2013/04/gerakan-buruh-dan-serikat-buruh.html
http://www.idsejarah.net/2015/09/pergerakan-buruh-pada-masa-pergerakan.html

17

Anda mungkin juga menyukai