Anda di halaman 1dari 15

Nilai-Nilai Amerika

A. Asal Budaya Spiritual Amerika


Tantangan Nazi terhadap peradaban Barat telah mendorong Amerika untuk menggali dan
mengkaji pola piker bangsanya untuk menemukan sendiri hakikat falsafah hidup mereka.
Pencarian ini dipacu oleh pemahaman bahwa ide adalah alat untuk mencapai tujuan yang
diidamkan dan senjata untuk melawan musuh.
Orang Amerika sudah lama menggunakan kata “demokrasi” untuk menggambarkan cara
hidup dalam bidang perilaku politik dan sosial yang dianggap baik. Tetapi, seperti juga
dengan istilah-istilah lain, kata itu telah mengundang berbagai ragam arti dan asosiasi
emosional sehingga tidak lagi mengandung batasan makna yang pasti.
Ide-ide yang biasanya dikaitkan dengan demokrasi bersentuhan dengan pengertian radikal
pada situasi Amerika abad ketujuh belas. Pemikiran liberal periode Revolusi pada kwartal
ketiga abad kedelapan belas dengan kuat menanamkan banyak gagasan tentang demokrasi
dalam cara berpikir orang Amerika dan menghasilkan carta demokrasi yang besar itu, yakni
Deklarasi kemerdekaan, sebagai sumbangan Amerika kepada dunia. Baru menjelang abad
kesembilan belas kata demokrasi mencapai sosoknya secara penuh sebagaimana yang kita
kenal di masa kini. Telaah terhadap gagasan-gagasan yang dianggap mengandung konsep
demokrasi pada zaman Andrew Jackson dan Ralph Waldo Emerson merupakan titik awal
yang bermanfaat untuk menelusuri asal mula spiritual budaya Amerika.
1. Makna Demokrasi
Demokrasi bagi warga negara pertengahan abad kesembilan belas mengandung dua makna
yang terpisah tetapi saling berhubungan. Paham ini dipandang sebagai sarana untuk bertindak
secara politis dalam hal menciptakan dan mengelola pemerintahan. Pengertian ini dapat kita
sebut demokrasi realistic. Dalam mempraktekkan seni berpolitik, orang Amerika telah
menunjukkan sejak masa Revolusi suatu kemampuan luar biasa dalam segi kepraktisan.
Mereka tidak banyak menciptakan filsuf-filsuf politik yang sistematik, namun sumbangan
mereka kepada dunia politik adalah dalam menciptakan institusi yang praktis dan dapat
berjalan dengan baik. Unsur inilah yang dapat menjelaskan suatu perkembangan bahwa
meskipun Amerika Serikat adalah salah satu bangsa yang masih muda, rakyatnya kini hidup
di bawah suatu bentuk pemerintahan yang lebih tua dari negara manapun di dunia kecuali
Inggris.
Dua ciri demokrasi realistik yang membuatnya berhasil yaitu penolakan terhadap segala
hal yang bersifat dokriner dan skeptisme sehat tentang sifat manusia. Belum pernah ada
pemimpin politik Amerika yang selama ini mengalami pemujaan buta. Tanpa kecuali, para
pemimpin politik selalu dicurigai dan dikritik pedas. Kecaman ini seringkali berdasarkan
akibat-akibat praktis dari tindakan yang diambil.
Tetapi sejak awal sejarah Amerika, ada latar belakang lain dari kecaman politik, yaitu
yang terdapat dalam pola nilai-nilai yang hampir secara umum disepakati. Makna kedua dari
kata demokrasi pada masa Jackson dan Emerson dapat ditemukan dalam penggunaan kata ini
untuk menggambarkan sejumlah cita-cita atau ideal yang dapat dipakai sebagai patokan
untuk menilai tindakan. Cita-cita ini juga terkumpul dalam kata “peradaban” dan
mengungkapkan segi spiritual budaya Amerika.
Pada pertengahan abad kesembilan belas ideal ini tertanam dengan kuat dalam pola pikir
Amerika sehingga bobotnya sejajar dengan suatu agama yang sudah mapan. Agama nasrani
dalam berbagai bentuk denominasi memang sangat besar pengaruhnya pada periode
pertengahan tetapi banyak orang Amerika menentang ajaran mapan (ortodoksi) sebelumnya
dan berusaha menegakkan liberalisme baru, beberapa di antaranya berkaitan dengan filsafah
pencerahan abad kedelapan belas. Namun, pemisahan antara sayap liberal dan konservatif
dalam bidang dokrin keagamaan tidak terdapat dalam hal nilai-nilai dasar yang merupakan
pusat peradaban Amerika dalam pertengahan abad kesembilan belas. Nilai-nilai ini tetap
sama, apaka diungkapkan dalam bahasa kaum puritan, atau protestantisme injili, atau ajaran
katolik menurut Bishop England atau Isaac Hecker, atau Unitarian versi William Ellery
Channing, atau transendentalisme Emerson dan Thoreau, atau idealism sekuler Abraham
Lincoln.
Jikalau dahulu dunia purba adalah Yunani dan Roma, maka dunia purba yang mempunyai
kekuatan yang hidup bagi semua orang Amerika adalah Timur Dekat sebagaimana tercantum
dalam kitab Suci Perjanjian Lama dan Baru. Setiap orang Amerika apapun kepercayaannya,
mengetahui garis besar pemikiran Agma Nasrani yang merupakan warisan peradaban Barat.
Sekarang kita akan memikirkan nilai-nilai yang secara bersama-sama disebut oleh rakyat
Amerika pertengahan abad kesembilan belas sebagai cara hidup demokratis.
2. Gagasan Dasar Paham Demokrasi
Terdapat beberapa gagasan-gagasan yang menonjol pada abad kesembilan belas. Yang
pertama adalah konsep individu yang bebas, rasional, dan bertanggungjawab; yakni individu
yang mampu mengambil keputusan yang bijaksana dan tepat berdasarkan akal budi; yang
bebas menentukan pilihan (baik yang membuahkan hasil yang menguntungkan maupun
sebaliknya); yang bebas dalam berpikir dan mengungkapkan keyakinannya yang mantap di
hadapan umum; yang bebas memuja the Over-Soul (Roh Semesta) yang merusak ke seluruh
alam (seperti ajaran Ralph Waldo Emerson), atau memuja Misteri yang tak terjangkau
manusia(ajaran Herman Melville), atau memuja Allah di gunung Horeb (dialami Sarah
Eleanor Royce).
Konsep kedua adalah keyakinan bahwa sebagaimana suatu bangunan ditopang oleh
kerangka kayu, demikian pula “suatu masyarakat ditopang oleh kerangka prinsip-prinsip
yang abadi”. Selanjutnya konsep gagasan tentang gagasan tentang kemajuan. Arti kemajuan
dan kepercayaan pada kemajuan begitu memasuki pemikiran Amerika pada pertengahan abad
pertengahan abad kesembilan belas sehingga orang-orang Amerika hampir tidak
menyadarinya lagi sebagai suatu kepercayaan.
Konsep keempat paham demokrasi pada pertengahan abad kesembilan belas adalah
konsep kesamaan nasib sebagai bangsa (national destiny). Suatu konsep tentang suatu
bangsa sebagai kumpulan orang-orang yang nasibnya dipersatukan oleh ikatan politik dan
budaya. Orang Amerika merasa bahwa sebagai manusia bebas dan pemegang kekuasaan atas
negerinya mereka mempunyai tenggungjawab menegakkan pemerintahan di tengah dunia
sebagai saksi terhadap kenyataan bahwa apabila rakyat biasa diberikan kebebasan politik,
mereka mampu memerintah dan mengatur dirinya sendiri.

B. Agama dalam Kehidupan Amerika


Dewasa ini, Amerika yang lahir dari Eropa Barat dan yang sekarang telah menjelma
menjadi negara adikuasa yang tidak ada bandingannya. Berdiri tegak sebagai benteng terakhir
dunia bebas. Karena dihadapkan pada musuh yang kuat dan nekad, yang tidak dapat diajak
bersepakat dan yang menantang bangsa kita, nilai-nilai, dan agama dan itu terasa tidak aman.
Rakyat Amerika yang tidak pernah merasa aman. Kekuasaan dan kecemasan sebagai paradox
pada pertengahan abad ke-20 terpadu menjadi satu. Barangkali akhirnya rakyat Amerika
menyadari bahwa harus menghadapi kenyataan-kenyataan hidup, yaitu, bahwa hakekat
kehidupan adalah bahaya.
Meningkatnya minat terhadap agama menonjol sebagai salah satu aspek yang paling
mencolok pada suatu abad yang dipenuhi kecemasan. Bukti peningkatan minat ini terpantau
di mana-mana: daftar buku-buku terbaik yang terjual, acara-acara televise yang menyajikan
program-program agama, hari minggu kebaktian umat di sinagoga-sinagoga dan gereja-
gereja. Suatu konferensi mengenai agama dan pendidikan mencerminkan kebutuhan yang
dirasakan zaman ini.
1. Suatu Warisan Perubahan Budaya
Peradaban Amerika berasal dari Abad Pertengahan, Reformasi, dan Renaisans. Tradisi
keagamaan Amerika dimulai pada abad ke-17 sebagai kecemasan rohani yang disebabkan,
menurut Paul Tillich, “oleh konflik sosial mendasar abad-abad pertengahan yang sedang
mengalami kehancuran”. Dari kecemasan ini timbul lambang-lambang tertua dan terpenting :
the pilgrims (Peziarah), yakni para pengungsu yang mengindahkan suara hati nurani; William
Penn, pendiri pemukiman di garis depan dimana orang-orang dapat bebas untuk
mendengarkan dan merenungkan suara hati nurani. Amerika lahir dalam suatu abad penuh
pertentangan-pertentangan semasa itu membuktikan pentingnya agama bagi rakyat di zaman
itu.
Sumbangan dari Reformasi dan Renaisans kepada falsafah Amerika mengenai hubungan
individu dengan masyarakat merangkum sumbangan-sumbangan agama yang terpenting
kepda kehidupan Amerika dalam sejarah colonial selama satu tiga per-empat abad.
Dokrin Puritan mengenai determinisme atau takdir dan umat pilihan yang mau tidak mau
membelah-belah umat manusia dalam penggolongan sesuai dengan tkadir mereka bertolak
belakang dengan tren perkembangan masyarakat Amerika.
Gagasan mazhab Society of Friends tampaknya lebih sesuai bagi perikehidupan Amerika.
Mazhab ini awalnya berpusat di Pennysyivanoa tetapi kemudian berkembang ke Rhode
Island ke Carolina. Kaum Queker, sebutan untuk kaum tersebut, mengutamakan kebebasan,
terutama dalam beribadah. Mereka percaya bahwa suara Tuhan dapat didengar dalam hati
insan yang mulia maupun yang hina.
2. Demokrasi dan Agama
Di republik ini, sesuai dengan Amandemen Pertama, rakyat menolak diterapkannya
agama nasional resmi. Tidak lama kemudian di negara-negara bagian tertentu priotas bagi
agama tertentu sudah lenyap. Kebebasan beragama, suatu prestasi kepeloporan Amerika,
Berjaya di seluruh negeri. Ketika keluarga, gereja maupun negara merupakan lembaga-
lembaga terpenting di masyarakat, rakyat Amerika membuat masing-masing lembaga itu
menjadi tanggung jawab rakyat.
Hudson mengatakan bahwa ide-ide dan praktek-praktek religious pada masa sebelum
kemerdekaan banyak menopang keputusan itu. Kebebasan beragama berlaku di Rhode Island
dan di mana saja kaum Queker menyebarluaskan pengaruhnya dan mendesak supaya
kebebasan itu diberlakukan.
Suatu paham demokrasi Amerika mulai bersemi. Tiga dokrin paham ini membentuk
semacam tiga sekawan
1. Abad itu menetapkan suatu hukum dasar mencakup gagasan hak-hak alami
dank ode moral religious yang dinyatakan dalam perjanjian lama dan baru.
2. Hukum asasi terdapat juga dokrin mengenai individu yang bebas dan
bertanggung jawab atas prilakunya sendiri.
3. Amerika, yang lahir dalam perjuangan demi kemerdekaan untuk berdiri di
depan dunia sebagai saksi bahwa manusia biasa mampu memerintah dirinya
sendiri tanpa abntuan kaum bangsawan atau keturunan raja-raja.

C. Tradisi Pencerahan
Di pertengahan abad ke-20, rakyat Amerika di tepi sungai Potomac di kota Washington
mendirikan sebuah monument dari mermer putih. Monument itu mengingatkan kepada
Pantheon di Roma kuno, akan tetapi sumber ilham yang lebih dekat dengan zaman kita
adalah Rotunda (Gedung Bundar) yang dirancang oleh Thomas Jefferson untuk dijadikan
pusat kegiatan kaum cendikiawan dan puncak arsitektur Unversitas Virginia. Di dalam
monument itu berdiri sebuah patung seorang hartawan pemilik tanah yang ingin dikenang
terutama sebagai pendiri Universitas tersebut dan sebagai penulis deklarasi kemerdekaan dan
undang-undang Virginia yang menjamin kebebasan beragama.
Baik Jefferson maupun Washington merupakan tokoh-tokoh abad ke 18. Tetapi hanya
Jeffersonlah tokoh yang dalam hal pandangan hidupnya dan sumbangannya bagi pemikiran
serta peradaban dapat disebut sebagai salah seorang di antara sedikit filsuf dunia yang
menjadi pelopor-pelopor gerakan pencerahan. Dengan menaikkan derajat Jefferson sampai ke
jenjang tertinggi dalam Pantheon Amerika itu, rakyat Amerika pada abad ke 20 menjunjung
tinggi dan menunjukkan rasa hormat pada gerakan pencerahan. Sebab musabah mereka
terlambat berpaling pada pencerahan, jika itu memang dianggap suatu keterlambatan, patut
diselidiki.
Newton dan Locke inti dari pemikiran Jefferson. Dan jikalau Newton menyingkirkan
kenyataan alam kebendaan, maka Franklin, yang berhasil menyelesaikan penelitian yang
dirintis Farraday, menyingkapkan kenyataan kemampuan tenaga listrik satu abad setelah
Newton.
Gerakan pencerahan merupakan perkembangan lebih lanjut atau produk dari karya dua
ilmuwan terkemuka Inggris di abad ke 17. Franklin dan Jefferson merupakan bukti-bukti
nyata tidak hnaya bahwa gerakan pencerahan, sebagai satu fase dalam alam pemikiran, telah
menggapai masyarakat provincial Inggris di barat samudra antlantik, tetapi juga bahwa
budaya Amerika abad ke 18 mampu menyumbangkan kepada tokoh-tokoh penting caliber
dunia. Seorang di bidang ilmu pengetahuan, dan seorang lainnya di bidang filsafat sosial
politik. Dalam bukunya Samuek Miller menangkap suasana jiwa gerakan Pencerahan.
Newton telah menerapakan logika matematika yang dalam abad ke 18 dikenal sebagai rasio
pada masalah-masalah di angkasa. Kemudian dilanjutkan dengan Franklin yang membawa
arus listrik di bumi dari awan badai, rasio telah membuat manusia mampu menjangkau tenaga
listrik alam dari kosmos.
John Locke mengarahakan perhatiannya lebih kepada manusia di dalam masyarakat. Ia
menekankan manusia sebagai makluk yang dikaruniai akal-budi dan hak alami tertentu yang
dapat diungkapkan oleh akal budi. Ia menggambarka pemikiran manusia seperti tabula rasa
(lembaran putih bersih) yang sedikit demi sedikit mendapat bentuk dan karakternya dari
masyarakat sekitarnya.
Gerakan pencerahan dengan sendirinya menghasilkan tidak hanya kosmologi, suatu
konsep alam semesta sebagai mesin yang berfungsi dengan sempurna, dan filsafat sosial,
yakni dokrin tentang hak-hak alami untuk menguasai lingkungan dan mencapai kemajuan,
tetapi juga suatu agama, yaitu agama alam. Meskipun gerakan ini Bergama alam,
sesungguhnya gerakan ini lebih kepada menonjolkan individu. Induvidulah yang memiliki
hak-hak alami dan negara didirikan untuk melindunginya.
Kurun waktu pertengahanabad ke 20 erat hubungannya dengan gerakan pencerahana.
Mungkin pada suatu ketika akan disebut gerakan pencerahana baru. Jikalau investasi kita
dalam teknologi dan laboratorium ilmu pengetahuan membuahkan nilai-nilai nyata, maka
kita, seperti halnya dengan manusia abad ke 18, telah menaruh kepercayaan kita kepada akal-
budi. Seperti manusia abad ke 18 menyadari bahwa sedang membangun dunia baru. Untuk
memperoleh kemajuan kejahatan-kejahatan harus selalu diberantas.

D. Agama Injil dan Romantisme Abad ke-19


Arnold Toynbee telah menggambarkan peradaban Barat abad ke-20 sebagai kebudayaan
yang rasionalistik dan sekuler. Generalisasi itu nempaknya benar, jika suatu kesadaran akan
pentingnya ilmu pengetahuan dijadikan pangkal tolak olah piker dewasa ini. Kita menghargai
realism pendekatan terhadap ilmu pengetahuan yang obyektif dan analitis. Kita telah
menyaksikan skepitisisme akibat peristiwa-peristiwa abad ke-20 yang merosotkan suatu
kepercayaan lama dan dinamis pada kemajuan. Kita telah menyaksikan Protestantisme, yang
mengalami goncangan dalam ajarannya yang mapan, berusaha untuk memberikan arti dan
makna kepada tradisi kristiani bagi suatu generasi yang materialistis. Para pelopor demokrasi
berupaya untuk mempertahankan nilai-nilai manusiawi yang hakiki dan melindungi
kebebasan-kebebasan dasar dalam abad yang penuh ketakutan dan kesewenang-wenangan.
Abad ke-18 menjunjung tinggi realisme dan prilaku yang betul. Suasana dan nilai-nilai
serasi sekali dengan kehidupan kelompok-kelompok masyarakat kecil yang teratur di sebelah
timur pegunungan Appalachia, mereka sadar akan masa lalu mereka dan menaruh perhatian
besar terhadap masa depan. Pada kelompok masyarakat ini Protestantisme telah kehilhangan
daya gerak dan kekuatan yang pernah dimiliknya di New England pada abad ke-17. Bahkan
semanagat dan kekuatan yang dipulihkan oleh kebangkitan agung telah merosot selama masa
Revolusi.
Separuh bagian pertama abad ke-19 menyaksikan merosotnya paham Deisme, kebnagkitan
gerakan Protestan Injili dan perumusan terakhir sejumlah perangkat gagasan dan nilai-nilai
yang membentuk paham demokrasi Amerika. Revolusi Amerika, walaupun merupakan
prestasi masyarakat abad ke 18 namun memandang ke depan dengan penuh harapan
menongsong abad ke-19. Proklamasi kemerdekaan , yang menekankan kebebasan dan
mengutamakan dokrin kesamaan hak, memang kemudian hari diterima oleh generasi-generasi
penerusnya sebagai perumusan klasik teori demokrasi. Di bagian pertama abad ke 19, rakyat
Amerika berbondong-bondong menuju ke Barat. Mereka berderet-deret melewati sela-sela
pengunungan Allegheny dengan naik kuda dan kereta-kereta conestoga. Mereka mengubah
tanah-tanah yang subur menjadi sebuah lahan-lahan pertanian. Rakyat Amerika lainnya
mengubah sungai-sungai yang bermuara di Samudra Antlantik menjadi mesin-mesin baru
dalam pabrik-pabrik baru yang membengkak baik dalam hal luasnya maupun jumlahnya
darsawarsa. Itu merupak periode pertama ekploitasi besar-besaran yang terjadi.
Dari ekploitasi itu lahir, seperti sewajarnya ayam jantan menetas dari telur, jiwa
petualangan (romance), yang dapat mengambil dua bentuk: kasar dan murahan kepada orang
yang berpikiran vulgar, atau era realism sudah berlalu, dan terkubur diam-diam bersama-
sama dengan rambut palsu dan busana ketat generasi lama. Masyarakat garis depan abad ke
19, yang buta aksara, tuna disiplin, dan materialistic menguji rakyat biasa di Amerika Serikat
apakah dapat memikul tanggungjawab yang diserahkan kepadanya oleh kebebasan beragama,
dapat melestarikan tradisi kristiani lama yang telah tiba di Amerika dari Eropa.
Sebagaimana telah ditandaskan oleh Parrington, bagian pertama abad ke 19 adalah abad
penaklukan dan pencarian. Selagi dasawarsa demi dasawarsa bergerak maju, rakyat Amerika
mencapai sutau pengertian yang mendalam tentang alam dan peranan kezaliman yang
meracuni masyarakat mereka-perlakuan kejam terhadap mereka yang menderita penyakit
jiwa, perkampungan-perkampungan kumuh yang tumbuh lebih cepat daripada kota-kota
besar, pemilikan budak-budak pribudi yang tetap bertahan dan yang mencomoohkan harkat
demokrasi. Romantisme menekankan keluhuran keprihatinan terhadap umat manusia yang
menderita. Dalam berbagai gerakan kemanusiaan yang menjadi penting di Amerika pada
awal abad ke 19, suatu simpati yang besar terhadap mereka yang kurang beruntung, yang
ditimpa kemalangan, dan mereka yang tertindas mengimbangi pengetahuan yang tidak
memadai tentang masyarakat dan kekuatan-kekuatan yang bergerak di dalamnya. Namun,
kendatipun terdapat kekurangan-kekurangan dalam pengetahuan ilmiah, hasrat untuk
memperbaiki keadaan masyarakat dan untuk mewujudkan cita-cita demokrasi membuahkan
hasil yang konkret diberlakukannya hak pilih bagi orang dewasa di masa Jackson, penegakan
sistem pendidikan di sekolah-sekolah negeri di atas landasan yang kokoh, dan peniadaan teori
hokum adat Inggris yang menyatakan bahwa serikat-serikat buruh itu merupakam
persekongkolan. Emosionalisme Romantisme memiliki kekuatan di bidang usaha
kemanusiaan maupun keagamaan.
Paham demokrasi juga merupakan rumusan romantisisme yang terpusatkan pada konsep
martabat individu – suatu konsep yang juga menjadi pengertian pokok bagi humanism
rasionalistik Gerakan Pencerahan abad ke-18. Di abad ke 19, kendatipun pengalaman dan
logika memberikan doringan yang kuat, dinamisme sesungguhnya dari dokrin tentang
martabat manusia, bila terungkapkan dalam usaha kemanusiaan, bukanlah akal budi
melainkan perasaan yang lahir dari hasrat dan iman. Paham demokrasi ini,cita-cita Amerika
ini, adalah prestasi terbesar suatu abad yang, jika dikenang kembali, hanya merupakan
peralihan dari masa rasionalisme dan realism dan di samping itu, juga merupakan abad
menuju masa akhirnya ketika rakyat Amerika petengahan abad ke-19 melepaskan diri dari
perdebatan rasional dan dengan menyerahkan diri kepada kebencian dan ketakutan, berbaris
menuju perang saudara.

E. Nilai-nilai Tradisional di Amerika Serikat


Suatu nilai adalah suatu ideal, suatu paradigm yang menyatakan realitas sosial yang
diinginkan dan dihormati. Pada hakekatnya, nilai adalah kepercayaan-kepercayaan bahwa
cara hidup yang diidealisasi adalah cara yang terbaik bagi masyarakat. Oleh karena itu nilai
adalah kepercayaan, maka nilai berfungsi mengilhami anggota-anggota masyarakat untuk
berperilkau sesuai dengan cara yang diterima masyarakatnya. Maka nilai-nilai tersebut
merupakan alat untuk menentukan mutu prilaku seseorang. Dalam peranan ini, nilai-nilai
menjadi tolak ukur atau norma. Bobot nilai selalu bervariasi. Norma tentang tatakrama tidak
mempunyai peringkat sama dalam hirarki nilai-nilai dengan kode etik dasar masyarakat. Adat
istiadat mengatur tata karma. Warga negara Amerika Serikat menghargai kebebasan
individu . mereka menjunjung tinggi kebebasan karena mereka percaya bahwa kebebasan
maksimal dalam batas-batas tertentu yang ditetapkan demi kebaikan bersama memungkinkan
individu untuk mengungkapkan sepenuh-penuhnya kualitas dan kemampuan yang
dimilikinya.

1. Tradisi sebagai Sumber Nilai-nilai Amerika


Nilai-niali yang dijungjung tinggir rakyat Amerika timbul dari suatu tradisi yang berasal
dari Timur Tengah, Yunani dan Romawi KUno. Terdapat juga kebudayaan-kebudayaan besar
lainnya di Cina dan India. Terjadilah percampuran dan pertukaran unsur-unsur kebudayaan
tersebut. Dalam abad ke-18,19 dan 20, rakyat Amerika Serikat menciptakan varian-varian
tertentu dari peradaban ini. Berkat warisan budaya Barat yang sama, maka nilai-nilai bangsa
Amerika berasal dari sumber-sumber nilai-nilai bangsa Eropa. Alam pikiran Barat
berkembang dari kepercayaan Yahudi-Kristiani di Timur Tengah Kuno dan juga dari ilmu
pengetahuan, filsafat, dan seni Yunani klasik bersama-sama dengan hokum Romawi.
2. Nilai-nilai Amerika dalam Politik
Nilai-nilai Amerika dalam politik bersumber pada pola pemikiran Inggris abad ke-17.
Pada abad itu, setelah mengalami perkembangan sejak zaman feodal, parlemen tampil
sebagai badan pembuat undang-undang yang kokoh. Pada tahun 1968 parlemen mencapai
puncak kejayaannya ketika berhasil menumbangkan kedudukan Raja James II dan
menobatkan William dan Mary. Peristiwa ini menandai puncak kejayaan prinsip bahwa
rakyat, melalui dewan perwakilan rakyat yang mereka pilih, harus mempunyai kekuasaan
pemerintahan tertinggi.
Dari warisan pemerintah Inggris, pengalaman dengan pemerintahan koloni-koloni,
perjuangan-perjuangan memperoleh kemerdekaan, kelemahan konfederasi, terciptanya
Republik Federal, dan pengalaman selama lebih dari 11/2 abad kemerdekaan, temasuk empat
tahun perang saudara (1861-1865), muncullah nilai-nilai Amerika di bidang politik:
1. Konsep negara sebagai sarana yang diciptakan untuk melindungki rakyat dan
meningkatkan kesejahteraan umum.
2. Kebebasan dan tanggungjawab warganegara dewasa untuk mempunyai suara
dalam pemerintahan sebagaimana terwujud dalam hak dan tanggung jawab
untuk memilih.
3. Kebebasan untuk memperoleh segala macam informasi dan pengetahuan,
melalui sistem pendidikan, kebebasan akademis, dan adanya pers yang bebas.
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat, baik secara lisan maupun tulisan
tentang hal-hal yang menyangkut bidang ekonomi, agama, politik maupun
sosial.
5. Perlindungan bagi warga negara terhadap campur tangan pejabat pemerintahan
yang tidak semestinya dalam urusan pribadi seorang warganegara.
6. Hak warga untuk mengadakan pertemuan yang tidak meresahkan umum.
7. Supremasi(kekuasaan tertinggi) kekuasaan sipil atas kekuasaan militer sesuai
dengan prinsipnya, sipil mengambil keputusan dan militer alat untuk
melaksanakan keputusan bila perlu.
8. Konsep Federasi Amerika sebagai suatu serikat permanen antara negara-
negara permanen, yang dibentuk sesuai perang saudara, dipertahankan melalui
kekuasaan hokum konstitusi dan yang melarang pembatalan atau pemisah diri
oleh negara-negara bagian.
3. Hukum dalam Nilai-nilai Amerika
Perkembangan peradaban barta membuahkan dua sistem perundang-undangan yang
berbeda satu sama lain. Bagi sebagian besar Eropa barat, hokum modern bersumber pada
hokum yang merupakan ekspresi kecemerlangan bangsa Romawi Kuno. Nilai-nilai Amerika
yang berkembang di bidang hokum mencakup konsep-konsep berikut:
1. Konsep “pemerintahan oleh hokum dan bukan oleh manusia” artinya
kekuasaan hokum yang dijalankan pengadilan biasa berada di atas kekuasaan
para pejabat dan instansi pemerintah.
2. Konsep hokum sebagai sesuatu yang hidup dan tumbuh terus mengikuti
perkembangan masyarakat.
3. Hak setiap orang untuk bebas bergerak kemana saja dan memilih pekerjaan,
kecuali bila ia dinyatakan bersalah melakukan kejahatan, dan hanya mendapat
hukum umum, yang melarang perbudakan dan kerjapaksa.
4. Hak setiap orang untuk mengetahui perkara yang dituduhkan negara terhadap
dirinya, hak diadili secra cepat di muka umum, hak memperoleh saksi, dan
bantuan hokum sehingga menjamin adanya perlindungan hokum yang sama
dengan orang lain.
5. Hak seseorang untuk menolak memberikan kesaksian melawan dirinya
sendiri.
6. Hak untuk diadili oleh juri yang beranggotakan orang-orang yang sederajat
dengan dia apabila pemerintahan Amerika Serikat menyampaikan tuduhan-
tuduhannya.
7. Perlindungan bagi orang-orang supaya “jiwa raganya jangan diancam bahaya
sampai dua kali bagi satu pelanggaran yang sama atau jika ternyata bersalah,
jangan sampai mendapatkan hukuman yang kejam atau diluar batas”.
8. Pengingkaran terhadap wewenang pemerintahan untuk menghukum seseorang
melalui perangakat hokum ex post facto , yaitu undang-undang yang
diriumuskan untuk menyatakan bahwa suatu tindakan adalah pelanggaran
setelah tindakan tersebut terjadi.
4. Agama dalam Nilai-nilai Amerika
Aspek keagamaan dari kebudayaan Amerika Serikat mengungkapkan tradisi Yahudi-
Kristiani sebagai unsur pokok dalam peradaban Barat. Kepercayaan mayoritas pria dan
wanita abad ke 17, dan ke 18, yang meletakkan dasar-dasar peradaban Amerika alaha
protestanisme dalam berbagai aliran. Di beberapa koloni gereja Anglikan dianggap gereja
yang resmi. Nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat mengandung konsep-konsep:
1. Lembaga-lembaga keagamaan berhak hadir di tengah-tengah masyarakat
tanpa ketergantungan pada negara dan gereja dan negara maing-masing berdiri
sendiri-sendiri.
2. Kebebasan untuk mengimani dan menyebarluaskan agama atas petunju suara
hati seseoarng.
3. Gereja sebagai persekutuan orangorang beriman yang bertanggung jawab atas
kelestariannya.
4. Terdapat suatu kerangka yang menjelaskan makna kehidupan.
5. Norma-norma etika bersumber pada agama.
6. Untuk meningkatkan persaudaraan antar manusia di bawah naungan Allah
sebagai Bapa umat manusia, gereja-gerejaharus menjangkau setiap sudut
dunia.
7. Semangat cinta bersal dari tradisi Yahudi-Kristiani dan masyarakat merupakan
religious yang teruji.
8. Negara harus menghormati keyakinan orang yang karena menuruti kata
hatinya tidak mau turut serta dalam kekersan prang berdarah. Dan dipaksa
hanya dalam keadaan darurat dan itupun tugas khusus.
5. Pendidikan dalam Nilai-nilai Amerika
Dalam abad ke 17 dan ke 18 koloni-koloni Inggris di America Utara membebani orang
tua tanggung jawab atas pendidikan putra putriny. Sekolah-sekolah local untuk mengajar
anak-anak membaca dan menulis bermunculan terutama di New England. Nilai-nilai dalam
pendidikan yaitu:
1. Pemerintah menuntut agar warganya mengenyam pendidikan setinggi-
tingginya.
2. Kesamaan ha katas kesempatan belajar bagi semua kalangan masyarakat.
3. Pemerintah mengahruskan anak bersekolah sampai masa remaja.
4. Negara tidak boleh memonopoli pendidikan dan universitas-universitas
swasta.
5. Khususnya pendidikan tinggi adalah untuk mempersiapkan para ahli untuk
bekerja di tengah-tengah masyarakat.
6. Pendidikan dimaksudkan untuk mempersiapkan individu menjadi makluk
sosial.
7. Perguruan tinggi didapatkan agar mempunyai pandangan luas dan luwes
disamping keahliannya.
8. Kebebasan akademik yang menjamin bahwa pengajar di perguruan tinggi
bebas mencari dan mengajarkan kebenaran tanpa ada paksaan dari pihak
geraja maupun pejabat administrative dan lainnya.
9. Pendidikan merupakan proses sepanjang hidup sehingga adanya pendidikan
pasca sekolah untuk orang dewasa.
6. Nilai-nilai Sosial
Nilai-nilai sosial di Amerika berasal dari serat-serat religious dan humanistic dalam
peradaban Barat. Namun kondisi kehidupan di Dunia Baru sejak awal pemukiman Inggris
telah membentuk pandangan hidup bangsa Amerika dan memberi warna khusus bagi nilai-
nilai sosial Amerika. Nilai-nilai sosialnya adalah:
1. Martabat dan pentingnya individu.
2. Kebebasan berpikir dan bertindak bagi individu.
3. Kebebasan, dan sedapat mungkin peluang yang sama bagi individu untuk
menentukan hidupnya sesuai dengan kemampuannya.
4. Perhatian terhadap kelompok dan kegiatannya.
5. Perhatian terhadap keluarga sebagai instituasi sosial yang mendasar.
6. Penghargaan bagi pekerjaan yang memacu prestasi.
7. Perhatian terhadap kesehatan fisik maupunmental masyarakat.
8. Perhatian terhada pengabdian masyarakat secara sukarela.
9. Penerimaan terhadap aspek kehidupan sosial.
7. Ilmu Pengetahuan dalm Nilai-nilai Amerika
Koloni-koloni Inggris yang akhirnya menjadi Amerika Serikat kecuali satu, didirikan
pada abad ke-17 ketika ilmu pengetahuan modern lahir. Awal abad ke 18, lembaga-lembaga
pendidikan tinggi di Amerika semakin banyak menaruh perhatian kepada matematika dan
ilmu pengetahuan alam. Nilai-nilai yang mancakup aspek ini yaitu:
1. Penghargaan terhadap rasionalitas( pendekatan kritis terhadap gejala alam dan
masyarakat).
2. Manusia harus berani menyingkap rahasia-rahasia alam sebanyak-banyaknya.
3. Manusia harus menerima dan tidak menghindari tanggung jawab moral atas
penggunaan kekuatan apapu yang diberikan kepadanya oleh pengetahuan yang
semakin bertambah.
4. Metodologi ilmu pengetahuan (memadukan penalaran yang tepat dnegan
pengamatan yang cermat serta sekperimen terkendali).
5. Ilmuwan yang mencari pengetahuan baru harus memiliki kebebasan dalam
penelitian.
6. Perhatian terhadap penerapan pengetahuan ilmiah dengan menggunakan
teknologi pada masalah-masalah kehiduapan.
8. Nilai-nilai dalam Ekonomi Amerika
Masyarakat pindahan dari Inggris yang mendirikan koloni-koloni Amerika Utara pada
abad ke 17 mendasarkan ekonomi mereka atas prinsip-prinsip usaha bebas dan harta milik
pribadi. Nilai-nilainya yaitu:
1. Kerja seorang individu sangat dihargai.
2. Kesejahteraan ekonomi individu tidak hanya dinilai sebagai landasan ekonomi
yang sehat akan tetapi juga sebagai landasan bagi kehidupan individu
sepenuhnya.
3. Penghargaan pada perjanjian dan penghormatan terhadap harta milik.
4. Produksi barang sebagai prasyarat bagi sehatnya ekonomi.
5. Wirausaha dinilai tinggi
6. karena memberi kesempatan bagi pengusaha secara indivisu atau kelompok
mengembangkan kemampuan yang kreatif.
7. Sistem memperoleh keuntungan dinilai tinggi, karena hanya dengan mendapat
keuntungan wirausaha dapat bertahan lama.
8. Kesejahteraan ekonomi masyarakat local dan nasional dihargai.
9. Jaminan sosial bagi individu dijunjung tinggi dan mengambil bentuk asuransi
di BAwah pengawasan negara.
10. Prinsip pemberian bantuan oleh pemerintah kepada kelompok-kelompok
tertentu.
11. Adanya subsidi.
12. Dalam produksi barang, mekanismenya sangat efektif.
13. Pemberian kesempatan pegawai untuk naik pangkat.
14. Rakyat Amerika menghargai pemerintah tidak hanya untuk menjaga ketertiban
dan keadilan tetapi juga untuk memantapkan pertumbuhan ekonomi dan
menangkal ketidakseimbangan ekonomi yang berlebih-lebihan.
9. Kesenian dalam Kehidupan Amerika
Pada umumnya kesenian dalam kehidupan Amerika di masa lampau dan di masa kini
berasal dari tradisi seni peradaban barat. Akan tetapi seni dari Asia, terutama seni rupa dari
Jepang, juga telah bekembang dan memberikan sumbangan kepada arsitektur Amerika
terutama di pantai barat. Nilai-nilai seni yaitu:
1. Perhatian terhadap penciptaan dan penyajian music.
2. Perhatian terhadap pengumpulan dan penyediaan lukisan-lukisan, patung-
patung, kerajinan tangan dan lain-lain.
3. Perhatian terhadap desain alat-alat kebutuhan hidup sehari-hari.
4. Perhatian terhadap sastra kreatif.
5. Perhatian terhadap drama dan tari-tarian.
6. Perhatian terhadap tradisi maupun inovasi dalam seni lukis, seni patung, hasta
karya dan lain-lain.
7. Perhatian terhadap tradisi dan inovasi.
8. Perhatian terhadap kritik pada cendikiawan dan spesialis bidang seni.
10. Hubungan Internasional
Dalam bidang hubungan internasional muncul dari pengalaman selama 1 ½ abad lebih
bagi Amerika Serikat sebagai anggota masyarakat bangsa-bangsa. Nilai yang mencakup
konsep hubungan internasional yaitu:
1. Perubahan dalam hubungan antar bangsa dapat dicapai melalui jalan damai.
2. Kedaulatan internasional di bawah hukum Internasional.
3. Nilai keamanan bersama dalam ruang lingkup organisasi nation-state.
4. Kepatuhan kepada hukum internasional dan komitmen-komitmen
internasional yang secara resmi telah dikukuhkan.
5. Penggunaan keputusan hukum internasional untuk menyelesaikan
persengketaan hukum.
6. Negara menjaga kerukunan antar negara tetangga.
7. Pemerintah harus mendorong dan mendukung pertukaran budaya antar
bangsa.

Anda mungkin juga menyukai