Anda di halaman 1dari 7

Selama Amir Abdur Rahman berkuasa pada tahun 1880 – 1901, Inggris dan Rusia telah

mematoki wilayah perbatasan Afghanistan sebagaimana yang eksis sampai sekarang ini.
Selama Afghanistan dibawah Amir Abdur Rahman Inggris mengontrol penuh politik luar
negeri Afghanistan.
Ketika pecah Perang Dunia I, pihak Jerman telah membangkitkan semangat anti Inggris dari
pihak para gerilyawan Afghanistan yang ada disepanjang perbatasan India. Disamping itu
kebijaksanaan politik Habibullah, putra Amir Abdur Rahman, yang menyatakan Afghanistan
netral tidak begitu populer diantara rakyat Afghanistan.
Ketika Habibullah dibunuh pada tahun 1919 oleh anggota keluarga yang menentang
pengaruh Inggris, digantikan oleh Amanullah putra ketiga Abdur Rahman. Dimana
Amanullah inilah yang tampil memimpin perang Afghanistan-Inggris ke tiga. Setelah perang
tahun 1919 inilah Afghanistan mendapat lagi kekuasaan untuk menguasai politik luar
negerinya dengan menandatangani Perjanjian Rawalpindi pada tanggal 19 Agustus 1919.

Pada tanggal 19 Agustus 1919 inilah Afghanistan menyatakan hari kemerdekaan dari Inggris.
Raja Amanullah Khan yang berkuasa dari 1919 – 1929 telah berhasil mengalahkan Ingris dan
mendapat kemerdekaan politik luar negeri Afghanistan dari Inggris, telah melakukan
diplomasi untuk menjalin hubungan internasional dengan negara-negara lain. Ketika Raja
Amanullah Khan melakukan kunjungan ke negara-negara Eropa dan Turki ternyata situasi
dan politik Eropa dan Turki telah mempengaruhi banyak pemikiran Raja Amanullah Khan ini
(pemikiran sekuler mempengaruhi kebijakan politik Raja). Tetapi kebijaksanaan politik yang
radikal ini ternyata mendapat tantangan dari kaum ulama, para pimpinan muslim, dan
pasukan angkatan bersenjata, sehingga Raja Amanullah Khan dipaksa turun tahta pada bulan
Januari 1929.
Setelah Raja Amanullah Khan dijatuhkan, muncullah sepupu Amanullah Khan, Nadir Khan
dari suku Pashtun pada bulan Oktober 1929 dideklarasikan sebagai Raja Afghanistan.
Dimana Raja Nadir Khan ini mengembalikan kembali kebijaksanaan politik sekular yang
telah dijalankan oleh Raja Amanullah Khan. Tetapi 4 tahun kemudian pada tahun 1933 Raja
Nadir Khan dibunuh oleh seorang pelajar dari Kabul.
Muhammad Zahir Shah naik tahta dan berkuasa dari tahun 1933 sampai 1973. Keponakan
Zahir, Mohammad Daud Khan, menjadi Perdana Menteri Afganistan dari tahun 1953. Pada
tahun 1956, pemerintah Afghanistan memulai suatu program untuk memperbaiki keadaan
ekonomi dan sosial, sarana transportasi dan perawatan kesehatan diperbaiki dan berbagai
sekolah dibangun. Bendungan, tandor air, dan terusan dibangun untuk menyediakan air bagi
irigasi dan hidro elektrik pada tahun 1964, sebuah undang-undang yang diajukan oleh raja
mohammad sahir syah disetujui hingga afghanistan menjadi suatu negara kerajaan
konstitusional.
Perdana Menteri Daud merebut kekuasaan pada kudeta hampir tak berdarah pada tanggal 17
Juli 1973, karena korupsi dan kondisi ekonomi yang miskin. Daud mengakhiri monarki,
namun ambisinya dalam reformasi ekonomi dan sosial tidak berhasil. Hal ini membuat Partai
Demokrasi Rakyat Afganistan memanas karena represi yang dilakukan terhadap mereka oleh
rezim Daoud. Selain itu, kematian atas anggota Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, Mir
Akbar Khyber juga membuat partai itu memanas. Kematian misterius Khyber membuat
munculnya banyak demonstrasi anti Daoud di Kabul dan mengakibatkan penangkapan atas
beberapa pemimpin penting Partai Demokrasi Rakyat Afganistan.
Akibat dari hal tersebut, pada tanggal 27 April 1978, Partai Demokrasi Rakyat Afganistan
menggulingkan dan mengeksekusi Daoud dan anggota keluarganya. Nur Muhammad Taraki,
Sekjen Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, diangkat menjadi Presiden Dewan Revolusi, dan
Perdana Menteri negara yang baru, Republik Demokratis Afganistan.

c) Afganistan – Rusia: “Campur Tangan”, Konflik dan Peperangan

Komunis makin lama makin berpengaruh di Afganistan. Sejak saat itu banyak pemimpin
islam yang terbunuh dan rakyat banyak yang mengungsi ke Pakistan, Nur Muhammad Taraki
mendapat dukungan sepenuhnya dari Uni Soviet.[7][7]
Setelah Nur Muhammad Taraki memegang Jabatan Presiden dan merangkap Perdana Menteri
Republik Demokrasi Afghanistan, dengan partai komunis demokrasi rakyat Afghanistan telah
melakukan perobahan besar-besaran, dimana mendeklarasikan membebaskan riba, melarang
kawin paksa, memberikan kebebasan bagi anak-anak perempuan untuk masuk sekolah
umum, mengakui hak perempuan ikut pemilihan, menggantikan dasar dan sumber hukum
Islam dengan dasar hukum sekular, melarang pelaksanaan hukum adat dan melarang
reformasi hak tanah milik pribadi.
Pemerintah Republik Demokrasi Afghanistan mengundang Pemerintah Uni Soviet untuk
membantu memoderenisasikan infra struktur ekonomi seperti menyangkut masalah eksplorasi
dan penyulingan mineral dan gas alam. Pemerintah Uni Soviet mengirimkan kontraktor-
kontraktor untuk membangun jalan, rumah sakit, sekolah, penyaluran air, dan melatih serta
memperlengkapi perlengkapan.
Modernisasi dan sekularisasi yang dijalankan oleh Pemerintah Republik Demokrasi
Afghanistan dibawah Presiden Nur Muhammad Taraki ternyata membawa akibat negatif,
dimana pihak ulama dan kaum muslimin Afghanistan sangat menentang terhadap
kebijaksanaan sekularisasi yang dijalankan oleh Pemerintah yang berhaluan kepada komunis
Uni Soviet ini. Perlawanan yang digerakkan oleh kaum ulama dan mujahidin ini untuk
melawan Pemerintah Nur Muhammad Taraki dan pihak pendukungnya Pemerintah Uni
Soviet dengan komunisnya, terus makin gencar dijalankan.[8][8]
Untuk membendung perlawanan pasukan anti-komunis dan “menguasai” Afganistan
seutuhnya, Uni Soviet mengirimkan pasukan bersenjatanya ke Afganistan. Dalam
perkembangan selanjutnya, kemelut politik yang terjadi menyebabkan terbunuhnya Perdana
Menteri Hafizullah Amin dan keluarganya, yang kemudian berakibat pada munculnya
intervensi Uni Soviet dengan menaikkan Babrak Kamal pada tampuk kekuasaan.[9][9]
Invasi pasukan militer Uni Soviet ke Afganistan menimbulkan pergolakan militer
berkepanjangan. Rakyat Afganistan yang dimotori oleh semangat “jihad” disatukan dibawah
kesatuan pasukan Mujahidin. Pasukan Mujahidin mampu memberikan perlawanan terhadap
pasukan Uni Soviet.
Perjuangan pasukan Mujahidin melawan pasukan militer Uni Soviet tak berhenti sampai
pasukan Uni Soviet meninggalkan Afganistan. Konflik militer bersenjata antara pasukan Uni
Soviet dan pasukan Mujahidin ternyata menimbulkan masalah kemanusiaan lain, yaitu
pengungsian penduduk sipil.
Sebagian besar pengungsi pergi menuju ke selatan, yaitu ke negara Pakistan dan ada juga
yang ke Iran, mereka menuju ke negara tersebut disebabkan oleh persamaan agama.
Pengungsian Afganistan dimulai sejak terbentuknya pemerintahan komunis di Afganistan di
bawah pimpinan Nor Moh. Taraki, bulan April 1978. Arus pengungsi terus bertambah
dengan meningkatnya pertempuran antara Mujahidin dengan pasukan Uni Soviet.
Akhir Januari 1980 tercatat tidak kurang dari 500.000 pengungsi Afganistan di Pakistan,
sepanjang tahun, arus pengungsi bertambah terus seiring dengan semakin mengganasnya
pasukan Uni Soviet yang menghancurkan desa-desa Islam.[10][10]

d) Dinamika Afganistan Pasca Invasi Uni Soviet


Korban jiwa, kerugian ekonomi dan sosial-politik dirasakan Uni Soviet dan langsung
menimbulkan kritik dari kebijakan pendudukan. Leonid Brezhnev meninggal pada tahun
1982, dan setelah 2 pengganti yang “hidup sebentar”, Mikhail Gorbachev mengambil alih
pemerintahan pada Maret 1985. Saat Gorbachev membuka sistem negara, ini menjadi jelas
bahwa Uni Soviet berharap untuk menemukan jalan yang aman untuk mundur dari
Afganistan.
Pemerintahan Presiden Karmal, yang didirikan tahun 1980 dan diidentifikasikan sebagai
rezim boneka sama sekali tidak mempunyai pengaruh. Hal ini diperlemah dengan divisi di
dalam Partai Demokrasi Rakyat Afganistan dan faksi Parcham dalam usaha rezim untuk
memperluas dukungan untuk mereka terbukti sia-sia.
Moskwa datang untuk memberitahu kepada Karmal atas kegagalan dan menyalahkan dia
untuk masalahnya. Satu tahun kemudian, saat Karmal tidak memiliki kemampuan untuk
mengkonsolidasi pemerintahannya telah menjadi nyata, Mikhail Gorbachev, lalu Sekjen
Partai Komunis Soviet menyatakan: “Alasan utama bahwa tidak ada konsolidasi nasional
karena Karmal berharap untuk melanjutkan kekuasaannya di Kabul dengan bantuan kami”.
Pada bulan November tahun 1986, Mohammad Najibullah, kepala polisi rahasia Afganistan
(KHAD), dipilih sebagai presiden dan konstitutional baru digunakan. Dia juga
memperkenalkan kebijakan 1987 tentang "rekonsiliasi nasional". Walaupun pengharapan
tinggi, kebijakan baru membuat rezim Kabul lebih populer, maupun meyakinkan
pemberontak untuk bernegosiasi dengan pemerintah yang berkuasa.
Negosiasi informal untuk mundurnya Soviet dari Afganistan telah berlangsung sejak tahun
1982. Tahun 1988, pemerintah Pakistan dan Afganistan, dengan Amerika Serikat dan Uni
Soviet melayani sebagai penjamin, ditandatangani persetujuan penyelesaian yang dikenal
dengan persetujuan Jenewa.
Pada tanggal 20 Juli 1987, penarikan diri pasukan Soviet dari Afganistan diumumkan.
Pengunduran diri pasukan Soviet direncanakan oleh Boris Gromov, yang pada waktu itu
adalah komandan pasukan ke-40 Uni Soviet. Persetujuan tentang penarikan diri disetujui, dan
pada tanggal 15 Februari, 1989, pasukan Soviet yang terakhir meninggalkan
Afganistan.[11][11]
Perang saudara terus berlanjut di Afganistan setelah Soviet mundur dari Afganistan. Uni
Soviet meninggalkan Afganistan di musim dingin dengan kepanikan di antara orang-orang di
Kabul. Rezim Najibullah, meski gagal memperoleh bantuan, wilayah, atau pengakuan
internasional, tetap berkuasa hingga tahun 1992. Kabul telah mencapai gencatan senjata yang
membuka kelemahan Mujahidin, politik dan militer. Setelah hampir 3 tahun, Pemerintah
Najibullah sukses mempertahankan dirinya dari serangan Mujahidin, pada tanggal 18 April
1992 Mohammad Najibullah bisa dijatuhkan. Kemudian Abdul Rashid Dostum yang
bersekutu dengan Ahmad Shah Massoud mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, dan
dideklarkan bahwa Afghanistan menjadi Negara Islam Afghanistan.
Ketika Abdul Rashid Dostum dan Ahmad Shah Massoud telah mendeklarasikan Afghanistan
sebagai Negara Islam Afghanistan, ternyata persoalannya tidak selesai dan berhenti sampai
disini, melainkan timbul konflik baru antara berbagai milisi yang sebelumnya bersama-sama
berjuang dan perang menghadapi pihak Pemerintah Nur Muhammad Taraki, Mohammad
Najibullah, dan pemerintah Uni Soviet.
Konflik antara milisi dan faksi ini telah melahirkan perang bersaudara. Untuk mencapai
kesepakatan diantara para milisi dan faksi ini dibentuklah Dewan Jihad Islam, dimana yang
pertama memimpin Dewan Jiha Islam ini adalah Sibghatullah Mojaddedi yang memimpin
selama dua bulan. Kemudian diteruskan oleh Burhanuddin Rabbani. Tetapi pertentangan
diantara faksi dan milisi ini tidak berhenti, malahan makin terus hebat.
Ada satu hal yang menjadi salah satu dasar timbulnya pertentangan dalam Dewan Jihad Islam
ini yaitu kurangnya wakil-wakil dari suku Pashtun. Karena itulah ketika gerakan pelajar
Islam atau Taliban dari suku Pashtun tampil dalam pergerakan ini, dan pelajar Islam ini
kebanyakan mantan mujahidin, Pada 27 September 1996 Taliban mampu mengontrol sekitar
90% wilayah Afghanistan.
Ketika Taliban melakukan gerakan bersenjatanya, ternyata hanya sebagian kecil yang
melakukan perlawanan, terutama perlawanan yang digerakkan oleh pihak suku dari
kelompok Aliansi Utara Afghanistan yang pemerintahnya dipimpin Burhanuddin Rabbani
dan Ahmad Shah Massoud masih diakui oleh PBB. Sedangkan pihak Taliban dibawah
pimpinan Mohammad Omar yang telah menguasai hampir seluruh Afghanistan dan
memegang kekuasaan di Afghanistan sampai tahun 2001, ternyata pemerintah Taliban
dibawah Mohammad Omar tidak diakui oleh PBB.
Ketika terjadi serangan 11 September 2001 terhadap dua gedung pencakar langit World
Trade Center di New York dan gedung Pentagon di Washington DC, pihak Pemerintah
Amerika menuduh dan mengganggap bekas aliansinya di Afghanistan, yaitu kaum
Mujahidin dibawah pimpinan Osama bin Laden (dengan gerakan Al Qaeda) yang dilindungi
oleh Pemerintah Mohammad Omar yang melakukan serangan tersebut.
Pada tanggal 20 September 2001, George W. Bush presiden Amerika Serikat,
mendeklarasikan perang melawan Gerakan Taliban Afghanistan. Amerika dan sekutunya
dalam melakukan seranganndi Afghanistan bekerja sama dengan Aliansi Utara.
Setelah adanya konferensi dari aliansi utara yang diadakan berkat campur tangan PBB, Pada
22 Desember 2001 pemerintah Afghanistan dibentuk, Hamid Karzai dilantik sebagai
pemimpinnya. Pemerintah Afghanistan sementara ini akan menjalankan tugas dan
kewajibannya selama 6 bulan sampai bekas Raja Mohammad Zahir Shah membentuk Dewan
Tradisional (Loya Jirga) untuk mempersiapkan dan membuat undang undang dasar atau
konstitusi baru negara sekular Afghanistan dan mengangkat seorang kepala pemerintah baru.
Pada bulan Juni 2002 ketika Dewan Tradisional (Loya Jirga) dibentuk dipilihlah Hamid
Karzai sebagai Presiden Afghanistan. Pada tanggal 14 Desember 2003 sampai 4 Januari 2004
dibicarakan konstitusi baru Afghanistan. Dan pada tanggal 16 Januari 2004 konstitusi baru
Afghanistan ditandatangani. Isinya menekankan kepada perlindungan hak hak asasi manusia,
pelaksanaan demokrasi, keadilan sosial, menjamin persatuan, patuh pada dasar hukum PBB,
menandatangani deklarasi umum hak hak asasi manusia.[12][12]

2.3 Jamaluddin Al-Afghani dan Pan-Islamisme

Salah satu “harta dan sumbangan terbesar” Afganistan bagi dunia pada umumnya, serta bagi
umat dan negara Islam khususnya adalah dengan melahirkannya salah satu pemikir terhebat
di dunia, yang pengaruhnya mampu menciptakan pembaharuan serta mampu membangkitkan
dan menghimpun semangat anti-kolonialisme pada umat dan negara-negara islam di dunia.
Jamaluddin al-Afghani adalah tokoh yang terkemuka, yang menjadi sentral umat Islam pada
abad ke XIX. Jamaluddin al-Afghani dilahirkan di Asad Abad dekat dengan suatu distrik di
Kabul Afghanistan pada tahun 1839 M. Ketika berusia 22 tahun, ia telah menjadi pembantu
bagi pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Di tahun 1864 ia menjadi penasehat
Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian diangkat oleh Muhammad Azam Khan menjadi
perdana menteri. Inggris telah mulai mencampuri soal politik negeri Afghanistan dan dalam
pergolakan yang terjadi, Afghanistan memihak pihak yang melawan golongan yang disokong
Inggris. Pihak pertama kalah dan Al-Afghani meninggalkan tanah tempat kelahirannya dan
pergi ke India tahun 1869.
Di India ia juga merasa tidak bebas bergerak, karena negara ini telah jatuh di bawah
kekuasaan Inggris, oleh karena itu ia pindah ke Mesir pada tahun 1871. Selama di Mesir al-
Afghani mengajukan konsep-konsep pembaharuannya, antara lain :
1. Musuh utama adalah penjajahan (Barat), hal ini tidak lain dari lanjutan perang salib.
2. Umat Islam harus menentang penjajahan di mana dan kapan saja.
3. Untuk mencapai tujuan itu umat Islam harus bersatu (Pan Islamisme).
Pan Islamisme ini bukan berarti leburnya kerajaan Islam menjadi satu, tetapi mereka harus
mempunyai satu pandangan bersatu dalam kerjasama. Persatuan dan kerjasama merupakan
sendi yang amat penting dalam Islam. Persatuan Islam hanya dapat dicapai bila berada dalam
kesatuan pandangan dan kembali pada ajaran Islam yang murni yaitu al-Qur’an dan Sunnah.
Yang menjadi sasaran utama semua aspek gerakan Jamaluddin al-Afghani ialah
membebaskan negara Islam dari penjajahan dan untuk menuju itu umat Islam harus
membebaskan diri dari pola-pola pikiran yang beku. Untuk mencairkan ini menurut
Jamaluddin al-Afghani, orang-orang Islam harus mempunyai kepandaian teknis dalam rangka
kemajuan barat, wajib belajar secara rahasia kelemahan orang Eropa.
Ajaran Jamaluddin al-Afghani berpengaruh besar sekali terutama di Mesir, baik pada
generasi muda (pelajar) dan sebagian ulama Azhar misalnya M. Abdul Karim Salman, Syeikh
Ibrahim Allaqani, Syeikh Saad Zaqlul, pengaruh dari tokoh pembaharuan dalam Islam ini kita
melihat dari Turki ketika Inggris menduduki Mesir tahun 1882, Jamaluddin al-Afghani serta
merta di usir. Kemudian melanjutkan ke Konstatinopel, dan ia mendapat perlindungan dari
Abdul Hamid, lalu membentangkan politik Pan Islamisme.[13][13]
Al-Afghani menjelaskan kesatuan Islam semua umat Islam (Al-Wahdat Al-Islamiyah) yang
jangka Barat Pan-Islamisme, sebagai sarana ampuh untuk melawan imperialisme Barat. Dia
bersikeras potensi umat untuk membangun peradaban besar lagi dengan mengikuti penegasan
Al-Qur’an, innamal mu’minuna ikhwa (semua Muslim adalah saudara), dan dengan
melupakan perselisihan internal mereka, politik atau agama, dan bersatu untuk memerangi
penetrasi oleh kekuatan Eropa, khususnya Inggris yang membawa pengaruh kolonialisme
yang dapat menyengsarakan umat islam dan negara islam.[14][14]

Anda mungkin juga menyukai