Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL SKRIPSI

PERAN PEMUDA DALAM PELESTARIAN TRADISI TANGLONG


SEBAGAI AKULTURASI NILAI-NILAI GOTONG ROYONG DI
KELURAHAN GUNTUNG MANGGIS KECAMATAN LANDASAN ULIN

DISUSUN OLEH:
MUTIA ANJARIAH

(1810112120010)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN

BANJARMASIN

2021
I. Judul Tentatif: Peran pemuda dalam pelestarian tradisi tanglong
sebagai akulturasi nilai-nilai gotong royong di kelurahan guntung
manggis kecamatan landasan ulin.
II. Latar Belakang
Peran diartikan sebagai pola tingkah-laku yang diharapkan oleh
masyarakat dari seorang individu yang memiliki status atau menempati
posisi tertentu di dalam masyarakat. Menurut Ralph Linton (Bernard
Raho, SVD, 2014:) mengartikan peran sebagai ekspresi dinamis dari
status. Seorang individu menduduki status tetapi melaksanakan peran.
Norma-norma budaya kita mengajarkan bahwa orang yang menduduki
status tertentu harus bertindak sesuai harapan masyarakat dari status itu.
Pemuda merupakan pewaris generasi yang seharusnya memiliki
nilai-nilai luhur, bertingkah laku baik, berjiwa membangun, cinta tanah
air, memiliki visi dan tujuan positif. Pemuda harus bisa mempertahankan
tradisi dan kearifan lokal sebagai identitas bangsa. Pendidikan formal yang
dilakukan juga harus menjadi bekal untuk bergaul dalam masyarakat.
Wahab dan Sapriya (2011, hlm. 311) mengidentifikasikan bahwa warga
negara yang baik yaitu: Warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan dengan baik hak dan kewajibannya sebagai individu, peka
dan memiliki tanggung jawab sosial, mampu memecahkan masalahnya
sendiri dan masalah kemasyarakatan sesuai fungsi dan perannya (socially
sensitive, socially responsible, dan socially intelligence), agar dicapai
kualitas pribadi dan perilaku warga masyarakat yang baik (socio civic
behavior dan desirable personal qualities).
Peran pemuda yang disebutkan dalam UndangUndang Negara
Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan pasal 16
tentang peran pemuda yaitu: “Pemuda berperan aktif sebagai kekuatan
moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek
pembangunan nasional.”
Di dalam masyarakat, pemuda merupakan penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan sumber bagi pembangunan bangsa karena pemuda
sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai
pemuda akan menguasai masa depan. Seperti yang diungkapkan oleh
Mangunhardjana (1986, hlm. 17) bahwa: Kaum muda yang ada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan serta dalam situasi yang berbeda
yang tidak selalu mudah, merupakan bagian dari keseluruhan bangsa. Oleh
karena itu mereka tidak dapat dipisahkan dari masalah-masalah yang
dihadapi oleh bangsa.
Pemuda dengan berbagai masalahnya, harus diarahkan pada
sesuatu yang bernilai positif. Hal itu tidak adakan mengubah
pandangannya terhadap Tradisi Tanglong sebagai civic culture yang perlu
dilestarikan. Abdullah (1994, hlm. 1) menyatakan bahwa: “Pemuda adalah
konsep yang sering diberati oleh nilai. Hal ini karena keduanya bukanlah
semata-mata istilah ilmiah tetapi pengertian ideologis atau kultural.
Pemuda sebagai harapan bangsa, pemuda harus dibina. Semua itu
memperlihatkan saratnya nilai-nilai yang melekat pada kata pemuda.”
Karakter pemuda saat ini yang diharapkan yaitu sesuai dengan
dasar negara kita yaitu Pancasila. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa
Pancasila bisa diambil intinya yaitu gotong royong, maka dapat
disimpulkan bahwa pemuda hendaknya memiliki jiwa semangat gotong
royong. Soekanto (1990, hlm. 193) bahwa: Pada umumnya generasi muda
dianggap sebagai individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan
asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya, generasi tua
dianggap sebagai orang-orang yang sukar menerima unsur baru. Hal ini
disebabkan oleh norma-norma tradisional yang sudah mendarah daging
dan menjiwai (sudah internalized). Sebaliknya belum menetapnya unsur-
unsur tradisional dalam jiwa generasi muda, menyebabkan mereka lebih
mudah menerima unsur baru yang kemungkinan besar dapat mengubah
kehidupan mereka.
Berdasarkan beberapa hal di atas, maka sangat penting pelestarian
tradisi gotong royong bagi pemuda melalui tradisi “tanglong” yang
dilakukan di Kelurahan Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin,
untuk pelaksanaannya biasanya berpusat di Lapangan Murjani berada di
Kota Banjarbaru. Untuk melestarikan budaya bangsa yang dijadikan
pondasi kebersamaan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Terutama pemuda sebagai penerus bangsa seharusnya mempunyai
keterampilan berwarganegara yang kreatif dan aktif dalam
mempertahankan tradisi maupun budaya agar tidak hilang. Seperti tradisi
tanglong ini sebagai contoh dalam bergotong royong merupakan wujud
keterampilan berwarga negara yang baik.

III. Fokus Masalah


Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti membatasi
permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah pada penggalian
data terkait peran pemuda dalam pelestarian tradisi tanglong sebagai
akulturasi nilai-nilai gotong royong di Kelurahan Guntung Manggis
Kecamatan Landasan Ulin.

IV. Rumusan Masalah


Pokok masalah ini dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan
penelitian, yaitu:
1. Bagaimana peran pemuda dalam pelestarian tradisi tanglong sebagai
akulturasi nilai-nilai gotong royong di Kelurahan Guntung Manggis
Kecamatan Landasan Ulin?
2. Bagaimana bentuk kegiatan tradisi tanglong di Kelurahan Guntung
Manggis Kecamatan Landasan Ulin?

V. Tujuan Penelitian
Sesuai permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui peran pemuda dalam pelestarian tradisi tanglong sebagai
akulturasi nilai-nilai gotong royong di Kelurahan Guntung Manggis
Kecamatan Landasan Ulin.
2. Mengetahui bentuk kegiatan tradisi tanglong di Kelurahan Guntung
Manggis Kecamatan Landasan Ulin.

VI. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini dapat dilihat dari manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat dan menambah
keilmuan maupun pengetahuan dalam pengembangan Ilmu
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan menambah referensi dalam
wawasan pengetahuan tentang tradisi daerah dan dapat
memberikan kontribusi sebagai proses untuk melestarikan tradisi
daerah di masyarakat.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk
memperkaya dan mengembangkan kajian tentang pelestarian
tradisi dengan melibatkan generasi muda agar mencintai tradisi
daerah.
2. Manfaat Praktis
a. Meningkatkan kecintaanya kepada tradisi dan melestarikan tradisi
khususnya pemuda.
b. Mendorong masyarakat untuk melestarikan tradisi agar menjadi
manusia yang berbudaya.
c. Diharapkan para pemuda menyadari salah satu peran meraka
adalah melestarikan budaya dan tradisi daerah.
d. Referensi pemerintah untuk membuat program-program lain dalam
melestarikan tradisi.

VII. Kajian Pustaka


A. Peran
Peran menurut terminology adalah seperangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh yang berkedudukan dimasyarakat. Dalam
bahasa inggris peran disebut “role” yang definisinya adalah “person’s
task or duty in undertaking”. Artinya “tugas atau kewajiban seseorang
dalam suatu usaha atau pekerjaan”. Peran diartikan sebagai perangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam
masyarakat. Sedangkan peranan merupakan tindakan yang dilakukan
oleh seorang dalam suatu peristiwa.
Peran adalah aktivitas yang dijalankan seseorang atau suatu
lembaga/organisasi. Peran yang harus dijalankan oleh suatu
lembaga/organisasi biasanya diaturdalam suatu ketetapan yang
merupakan fungsi dari lembaga tersebut. Peran itu ada dua macam yaitu
peran yang diharapkan (expected role) dan peran yang dilakukan
(actual role). Dalam melaksanakan peran yang diembannya, terdapat
faktor pendukung dan penghambat.
Peran menurut Koentrajaraningrat, berarti tinkahlaku individu
yang memutuskan suatu kedudukan tertentu, dengan demikian konsep
peran menunjuk kepada pola perilaku yang diharapakan dari seseorang
yang memiliki status/posisi tertentu dalam organisasi atau sistem.
Menurut Abu Ahmadi peran adalah suatu kompleks pengharapan
manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam
situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya.
Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto, yaitu peran
merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang
melaksankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
maka ia menjalankan suatu peranan.
Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa
pengertian peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh
banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki
status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan hal-hal di atas dapat
diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan pemuda memiliki peran
sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam
segala aspek pembangunan. Berikut beberapa peran pemuda dalam
masyarakat sebagai berikut:
1. Sebagai agent of change, melakukan perubahan bersifat
kemanusiaan dalam masyarakat. Berdasarkan UU No. 40 Tahun
2009, pemuda memiliki peran sebagai Kontrol sosial, kekuatan
moral, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan
nasional.
2. Sebagai agent of development, yaitu melancarkan pembangunan
disegala bidang yang bersifst fisik maupun non fisik. Hal ini sesuai
dengan peran aktif pemuda dan tanggung jawab pemuda dalam
pembangunan nasional yang berlandaskan pada UU No. 40 Tahun
2009 Pasal 17 & 19.
3. Sebagai agent of modernization, yaitu pemuda bertindak sebagai
pelopor pembaruan. UU No. 40 tahun 2009 Pasal 1 ayat 4 & 9 juga
Pasal 17 ayat 3 tentang kemudaan dengan pengembangan
kepeloporan pemuda.
Berdasarkan pandangan di atas maka ada banyak orang atau
sekelompok yang menaruh harapan pada pemuda dalam suatu sikap
dan perilakunya mampu memberikan perubahan ke arah yang lebih
baik dengan berperan sebagai agent of change, agent of
development, dan agent of modernization.

B. Pelestarian
Pelestarian berasal dari kata dasar lestari, yang artinya adalah
tetap selama-lamanya tidak berubah. Pengunaan awalan ke- dan akhiran
-an artinya digunakan untuk menggambarkan sebuah proses atau upaya
(kata kerja). Jadi berdasarkan kata kunci lestari ditambah awalan ke-
dan akhiran –an, maka yang dimaksud pelestarian adalah upaya untuk
membuat sesuatu tetap selama- lamanya tidak berubah. Bisa pula
didefinisikan sebagai upaya untuk mempertahankan sesuatu supaya
tetap sebagaimana adanya (Pratama, 2006).
Mengartikan pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan
secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan
tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi,
bersifat dinamis, luwes, dan selektif. Mengenai pelestarian budaya lokal
adalah mempertahankan nilai-nilai seni budaya, nilai tradisional dengan
mengembangkan perwujudan yang bersifat dinamis, luwes dan selektif,
serta menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan
berkembang (Widjaja, 1986, p. 134).

C. Tradisi
Menurut khanazah bahasa Indonsia, tradisi berarti segala sesuatu
seperti adat, kebiasaan, ajaran, dan sebagainnya, yang turun menurun
dari nenek moyang.
Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat,
yakni kebiasaan-kebiasaan yang bersifat magsi-religius dari kehidupan
suatu penduduk asli yang meliputi mengenai nilai-nilai budaya, norma-
norma, hukum dan aturanaturan yang saling berkaitan, dan kemudian
menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta
mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk
mengatur tindakan sosial. Sedangkan dalam kamus sosiologi, diartikan
sebagai adat istiadat dan kepercayaan yang secara turun temurun dapat
dipelihara.
Tradisi adalah kesamaan benda material dan gagasan yang
berasal dari masa lalu namun masih ada hingga kini dan belum
dihancurkan atau dirusak. Tradisi dapat di artikan sebagai warisan
yang benar atau warisan masa lalu. Namun demikian tradisi yang
terjadi berulang-ulang bukanlah dilakukan secara kebetulan atau
disengaja.

D. Tanglong
Festival tanglong merupakan suatu perayaan untuk
memperingati malam ke-21 Ramadan dengan berbagai macam
kegiatan seperti atraksi kembang api, pameran dan parade keliling
kendaraan hias yang menggunakan lampu kertas aneka motif, hingga
penyalaan lampion berbagai bentuk.
Atraksi kembang api biasanya mewarnai pembukaan festival
tanglong. Sementara kendaraan hias yang diarak keliling kota
tersebutlah dinamai sebagai tanglong. Bentuk Tanglong bisa
menyerupai berbagai macam, tetapi umumnya masih belum lepas dari
nuansa keislaman. Tanglong biasanya sering dijumpai dalam bentuk
masjid, kereta, burung buraq hingga unta.
Sementara bagi grup yang tanglongnya paling unik dan menarik
akan mendapat apresiasi berupa uang tunai sebagai hadiah.
Bukan hanya orang-orang dari suku Banjar yang turut
merayakan festival ini. Orang-orang suku Jawa bahkan turis dari
mancanegara yang tinggal di sekitaran kota pun biasanya juga ikut
merayakan kemeriahan tanglong.
Namun sayangnya, eksistensi tradisi yang biasanya berpusat di
Lapangan Murjani ini, mulai ditiadakan. Khususnya di daerah
sekitaran kota Banjarbaru. Sejak bulan Ramadan tahun 1435 Hijriah,
tepatnya pada tahun 2014 Masehi lalu, Pemerintah Kota Banjarbaru
telah membuat keputusan untuk meniadakan festival tanglong. Padahal
tradisi tanglong sendiri telah cukup lama menjadi ikon pariwisata
Ramadan kota Banjarbaru.
Peniadaan festival tanglong berkaitan dengan pernyataan tokoh
agama sekitar serta Pengurus Majelis Ulama Indonesia yang
beranggapan bahwa tanglong mengganggu kesucian dan kekhsuyuan
bulan suci Ramadan.
Festival yang dilaksanakan pada malam "Salikur" atau 21 itu
lebih banyak membawa kemudharatan ketimbang manfaatnya. Setiap
pelaksaan tanglong, situasi seringnya jadi tidak terkontrol hingga
cukup merugikan masyarakat serta pemkot setempat. Misalnya saja
penggunaan petasan dan mercon secara barbar. Hingga suara mau pun
ledakannya mengganggu orang lain.
Hal serupa juga terjadi di kota Martapura. Pemkot setempat
telah membuat sebuah kebijakan untuk meniadakan tanglong dan
menggantinya dengan pekan maulid, atau festival maulid dalam rangka
menyambut malam Lailatul Qadar di Kabupaten Banjar.
Tanpa bermaksud menutup mata akan sisi negafif dari festival
tanglong, pemerintah kota setempat seharusnya juga memerhatikan sisi
postif dari kegiatan tersebut. Tanglong telah menjadi hal identic yang
tergambar dibenak orang-orang ketika mendengar kata "Ramadan dan
Banjar". Karena tradisi ini telah berlangsung selama belasan atau
bahkan puluhan tahun.
Kebijakan untuk memberhentikan atau meniadakan tanglong
menurut saya kurang tepat. Behubung masih ada alternatif berupa
musyawarah bersama untuk mencapai suatu kesepakatan yang
mungkin bisa menjadi titik tengah demi mempertahankan tradisi ini.
Langkah lain yang juga mungkin untuk ditempuh, misalnya
dengan membentuk panitia seksi keamanan khusus, penyediaan
perlengakapan keamanan yang memadai hingga edaran tegas berupa
imbauan untuk tetap menjaga kenyamanan dan ketertiban selama
festival tanglong berlangsung.
Tapi, meski pun begitu, keberadaan festival tanglong ini masih
bisa dijumpai di daerah perkotaan seperti Banjarmasin, Hulu Sungai,
bahkan mungkin di tempat-tempat lain yang belum saya sebutkan di
atas karena keterbatasan informasi yang saya dapatkan.

E. Gotong Royong
Sejarah tolong menolong di Indonesia sangat akrab disebut
gotong royong, sebagaimana Kaelan (2013, hlm. 59) bahwa:
“Semangat gotong royong mengungkapkan cita-cita kerakyatan,
kebersamaan dan solidaritas sosial. Berdasarkan semangat gotong
royong dan asas kekeluargaan, negara mempersatukan diri dengan
seluruh lapisan masyarakat.”
Dalam hal ini Collette (1987:3) misalnya menyatakan bahwa
“gotong royong telah berurat berakar dalam kehidupan masyarakat
Indonesia dan merupakan pranata asli paling penting dalam
pembangunan masyarakat”
Koentjaraningrat (1998:155) menegaskan bahwa dalam
kehidupan modern tolong menolong tidak akan pernah hilang karena
setiap manusia pasti memiliki sahabat-sahabat karib, kerabat dekat dan
teman-teman yang merupakan kelompok primernya. Jiwa gotong
royong tidak terbatas pada kelompok primer saja dan karena itu bisa
dipertahankan dalam kehidupan modern.

VIII. Metode Penelitian


A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut
Parsudi Suparlan pendekatan kualitatif sering juga dinamakan sebagai
pendekatan humanistik, karena di dalam pendekatan ini cara pandang,
cara hidup, selera ataupun ungkapan emosi dan keyakinan dari warga
masyarakat yang diteliti sesuai dengan masalah yang diteliti, juga
termasuk data yang perlu di kumpulkan. Metode yang digunakan
adalah metode penelitian lapangan (field research), yaitu sebuah
penelitian yang sumber data dan proses penelitiannya menggunakan
kancah atau lokasi tertentu. Kajian terhadap peran pemuda dalam
pelestarian tradisi tanglong sebagai akulturasi nilai-nilai gotong royong
di Kelurahan Guntung Manggis dalam mengoptimalkan publisitas
akan menggunakan penelitian lapangan. Dengan mempelajari secara
intensif latar belakang, peran pemuda dalam pelestarian tradisi
tanglong sebagai akulturasi nilai-nilai gotong royong. Dan interaksi
anak di dalam masyarakat di wilayah Kelurahan Guntung Manggis.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian
yang tidak menggunakan perhitungan, melainkan menggambarkan dan
menganalisis data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau kata-
kata. Untuk jenis penelitian, peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu penelitian yang jenis datanya kualitatif, berupa
pernyataan, kalimat, dan dokumen.

B. Tempat Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di kampung Sei Sumba di
Kelurahan Guntung Manggis Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan
Selatan. Informasi yang akan diminta keterangannya dalam penelitian
ini terdiri dari Ketua RT, Ketua RW, Karang Taruna dan masyarakat di
Kelurahan Guntung Manggis Kota Banjarbaru. Alasan peneliti
memilih melakukan penelitian ini di Kelurahan Guntung Manggis
karena peran pemuda sangat berpengaruh dalam segala kegiatan
dengan begitu peneliti bisa mengetahui, memahami, atas apa yang
terjadi di masyarakat serta memiliki waktu untuk memberikan
informasi secara benar. Karena di Kelurahan Guntung Manggis dilihat
lingkungan masyarakatnya yang orang tuanya bercerai berpengaruh
dan berdampak terhadap moral anak yang mencerminkan sikap dan
perilaku baik ataupun buruk.

C. Instrument Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri,
karena penelitilah yang menentukan dan menetapkan fokus penelitian,
mengumpulkan sumber data, memilih sumber data serta membuat
kesimpulan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2015:222)
yang mengatakan bahwa “penelitian kualitatif yang menjadi instrumen
atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”. Peneliti sebagai
instrumen penelitian maksudnya adalah peneliti sendiri yang
menetapkan pada fokus masalah dan rumusan masalah yang mengenai
peran pemuda dalam pelestarian tradisi tanglong sebagai akulturasi
nilai-nilai gotong royong di Kelurahan Guntung Manggis Kecamatan
Landasan Ulin Kota Banjarbaru.

D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari, manusia, situasi
atau peristiwa, dan dokumentasi.Sumber data manusia berbentuk
perkataan maupun tindakan orang yang bisa memberikan data melalui
wawancara. Sumber data suasana/peristiwa berupa susana yang
bergerak (peristiwa) ataupun diam (suasana), meliputi ruang, suasana,
dan proses. Sumber data dokumenter atauberbagai referensi yang
menjadi bahan rujukan dan berkaitan langsung dengan masalah yang
diteliti. Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini terbagi
menjadi dua yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh lagsung di
lapangan oleh peneliti sebagai obyek penulisan (Umar, 2003: 56).
Dalam penelitian ini data primernya orang tua.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada kepada peneliti (Sugiyono, 2005:52).
Sumber data lain yang digunakan penulis dalam peneliti ini berupa
buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi
pokok bahasan peneliti ini.

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam peneliti ini, untuk memperoleh data yang dibutuhkan
penulis melakukan.
1. Observasi
Di dalam pengertian psikologi, observasi atau yang biasa
disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.
Observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba, dan pengecap. Observasi dapat dilakukan
dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara
(Arikunto, 1998: 146-147). Dalam penelitian ini, peneliti memilih
pengamatan tidak terlibat, merupakan pengamatan yang dilakukan
tanpa keterlibatan penelitian dalam aktivitas yang diamati, peneliti
dalam hal ini hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan
pengamatan.
Metode pengumpulan data melalui pengamatan tidak
terlibat dalam penelitian ini dilakukan secara umum terfokus pada
metode, praktik, dan peran pemuda dalam pelestarian trasi
tanglong sebagai akulturasi nilai-nilai gotong royong di Kelurahan
Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru.
Pengamatan dipergunakan untuk mempelajari secara langsung
permasalahan yang sedang diteliti sehingga dapat diketahui secara
empiris fenomena apa yang terjadi dalam kaitannya dengan
persoalan yang dikaji.
2. Wawancara
Wawancara mendalam merupakan metode pengumpulan
data yang dilakukan melalui cara lisan atau tatapan muka antara
peneliti dengan sumber data manusia. Sebelum wawancara
dilakukan pertanyaan telah disiapkan lebih dahulu sesuai dengan
penggalian yang diperlukan dan kepada siapa wawancara tersebut
dilakukan. Teknik wawancara mendalam digunakan untuk
mengetahui secara mendalam tentang berbagai informasi yang
terkait dengan persoalan yang sedang diteliti kepada pihak-pihak
yang dianggap dapat memberikan informasi secara utuh tentang
persoalan yang akan dikaji.
Tentu saja informasi dari hasil wawancara yang disuguhkan
masih penulis maknai dana memerlukan interpretasi lebih lanjut
berdasarkan pemahaman penulis dengan melakukan cross check
dengan teori yang ada. Sedangkan jadwal untuk mengadakan
indepth interview tidak dibuat sebab akan disesuaikan dengan
kesempatan yang ada dan data yang diperlukan. Untuk mengatasi
terjadianya bias informasi yang diragukan kesahihannya, maka
setiap hasil wawancara akan diuji dengan membandingkan bentuk
informasi yang diterima satu dan informan dengan informasi yang
didapat dari informasi lain.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data melalui data-
data dokumentasi, berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah. Agenda ataupun jurnal yang dapat memberikan informasi
tentang objek yang diteliti. Data dokumentasi yang dimaksud
adalah data tentang anak bina dan pembina, serta berbagai yang
dibutuhkan dalam penelitian ini untuk melengkapi data yang
diperoleh dari wawancara dan observasi yang didapat.
Ketiga teknik pengumpulan data di atas digunakan secara
simultan dalam penelitian ini, dalam arti digunakan untuk saling
melengkapi antara data saru dengan data yang lain. Sehingga data
yang penulis peroleh memliki validitas dan keabsahan yang baik
untuk dijadikan sebagai sumber informasi.

F. Teknik Analisis Data


Disesuaikan dengan jenis data yang ada, dalam penelitian ini
terdapat beberapa jenis data yang dapat diperoleh dengan prosedur
pengumpulan data. Dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) jenis prosedur
pengumpulan data seperti yang dijelaskan di atas, yaitu observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan prosedur pengumpulan
data tersebut, kemudian hasil data yang diperoleh dianalisis sesuai
dengan metodenya masing-masing.
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,
2009: 248).
Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data dilakukan untuk memfokuskan data pada
hal-hal yang penting dari sekian banyak data yang diperoleh
dari data hasil observasi, wawancara, dan catatan lapangan
yang tidak terpola. Langkah ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi maka data yang diperoleh
didisplay, yakni dengan menyajikan sekumpulan data dan
informasi yang sudah tersusun dan memungkinkan untuk
diambil sebuah kesimpulan.
3. Penarikan Kesimulan (Conclusion Drawing/Verification)
Prosedur penarikan kesimpulan didasarkan pada data
informasi yang tersusun pada bentuk yang terpola pada
penyajian data.
Melalui informasi tersebut peneliti dapat melihat dan
menentukan kesimpulan yang benar mengenai objek penelitian
karena penarikan kesimpulan merupakan kegiatan
penggambaran yang utuh dari objek penelitian (Sugiyono,
2010: 336-337).

G. Pengujian Absahan Data


Untuk menguji keabsahan data agar data yang telah
dikumpulkan akurat dan valid, maka peneliti menggunakan teknik
triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui
sumber lainnya (Moleong, 2009: 330).

IX. Jadwal Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan terhitung sejak disetujuinya proposal
penelitian ini sampai penelitian dinyatakan selesai.

No Kegiatan 2020-2021
September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
proposal
2 Konsultasi
(bimbingan)
3 Memasuki
lapangan
4 Analisis data
5 Membuat draf
laporan penelitian
6 Diskusi draf
laporan
7 Penyempurnaan
laporan
8 Ujian hasil
penelitian
9 Perbaikan hasil
penelitian
10 Penggandaan hasil
penelitian
11 Penyerahan hasil
penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Bintari, P. N., & Darmawan, C. (2016). Peran pemuda sebagai penerus


tradisi sambatan dalam rangka pembentukan karakter gotong
royong. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 25(1), 57-76.

Alfaqi, M. Z., Shofa, A. M. I. A., & Habibi, M. M. (2020). Peran Pemuda


Dalam Pelestarian Wayang Suket Sebagai Aktualisasi Nilai
Moral Pancasila. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, 4(2), 368-374.

DELVIA, B., Azizah Husin, A., & Didi Tahyuddin, D. (2020). UPAYA


PEMUDA DALAM MELESTARIKAN TRADISI NINGKUK
(STUDI KASUS DESA TANJUNG LALANG KABUPATEN
OGAN ILIR) (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).

Subiyakto, B., Syaharuddin, S., & Rahman, G. (2017). Nilai-Nilai Gotong


Royong Pada Tradisi Bahaul Dalam Masyarakat Banjar Di Desa
Andhika Sebagai Sumber Pembelajaran IPS. Vidya
Karya, 31(2).

Estherlita, R. (2017). Analisa Upaya Pelestarian Kain Sasirangan Sebagai


Penunjang Daya Tarik Wisata di Kalimantan Selatan (Doctoral
dissertation, STP AMPTA Yogyakarta).

Efendi Desrian., Endri Bagus Bagus Prastiyo. (2020). Peran Pemuda


Dalam Melestarikan Kesian Tradisional Alu Di Desa Limau
Manis Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna.
Jurnal Stisipol. Vol. 1 NO. 2.

Anda mungkin juga menyukai