DOSEN PENGAMPU:
Dr.Zulfa,M.pd.M.Hum
a.adat dan budaya minang kabau
1.Kebudayaan Minang Kabau
Budaya Minangkabau adalah sebuah budaya yang berkembang di Minangkabau serta daerah
rantau Minang. Budaya Minangkabau merupakan salah satu dari dua kebudayaan besar di Nusantara
yang sangat menonjol dan berpengaruh. Budaya ini memiliki sifat egaliter, demokratis, dan sintetik.
Hal ini menjadi anti-tesis bagi kebudayaan besar lainnya, yakni Budaya Jawa yang bersifat feodal
dan sinkretik.
Adat Minangkabau pada dasarnya sama seperti adat pada suku-suku lain, tetapi dengan
beberapa perbedaan atau kekhasan yang membedakannya. Kekhasan ini terutama disebabkan
karena masyarakat Minang sudah menganut sistem garis keturunan menurut Ibu, matrilinial, sejak
kedatangannya di wilayah Minangkabau sekarang ini. Kekhasan lain yang sangat penting ialah bahwa
adat Minang merata dipakai oleh setiap orang di seluruh pelosok nagari dan tidak menjadi adat para
bangsawan dan raja-raja saja. Setiap individu terikat dan terlibat dengan adat, hampir semua laki-
laki dewasa menyandang gelar adat, dan semua hubungan kekerabatan diatur secara adat.
2.sistem Religi atau Keagamaan di Minang Kabau
Kedatangan para reformis Islam dari Timur Tengah pada akhir abad ke-18, telah menghapus adat
budaya Minangkabau yang tidak sesuai dengan hukum Islam. Budaya menyabung ayam, mengadu kerbau,
berjudi, minum tuak, diharamkan dalam pesta-pesta adat masyarakat Minang. Para ulama yang dipelopori oleh
Haji Piobang, Haji Miskin, dan Tuanku Nan Renceh mendesak kaum adat untuk mengubah pandangan budaya
Minang yang sebelumnya banyak berkiblat kepada budaya animisme dan Hindu-Budha, untuk berkiblat kepada
syariat Islam.
Reformasi budaya di Minangkabau terjadi setelah perang Paderi yang berakhir pada tahun 1837. Hal ini
ditandai dengan adanya perjanjian di Bukit Marapalam antara alim ulama, tokoh adat, dan cadiak pandai
(cerdik pandai). Mereka bersepakat untuk mendasarkan adat budaya Minang pada syariah Islam. Hal ini
tertuang dalam adagium Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Syarak mangato adat mamakai (Adat
bersendikan kepada syariat, syariat bersendikan kepada Al-Quran). Sejak reformasi budaya dipertengahan
abad ke-19, pola pendidikan dan pengembangan manusia di Minangkabau berlandaskan pada nilai-nilai Islam.
Sehingga sejak itu, setiap kampung atau jorong di Minangkabau memiliki masjid, disamping surau yang ada di
tiap-tiap lingkungan keluarga. Pemuda Minangkabau yang beranjak dewasa, diwajibkan untuk tidur di surau. Di
surau, selain belajar mengaji, mereka juga ditempa latihan fisik berupa ilmu bela diri
b.koekstensi islam
1. Eksistensi tradisi bajapuik dalam perkawinan masyarakat Pariaman Minangkabau Sumatera Barat
Salah satu model perkawinan yang sering mendapat perhatian adalah tradisi bajapuik. Perhatian
itu tertuju pada ” uang japuik” sebagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh pihak keluarga
perempuan untuk terlaksananya suatu perkawinan. Padahal dalam pelaksanaan perkawinan yang
berlaku umum di Minangkabau tidak demikian, bahkan pengantin laki-laki yang menyerahkan sesuatu
kepada pengantin perempuan sebagai sesuatu yang diwajibkan oleh agama Islam. Kondisi inilah yang
membedakan dengan pelaksanaan perkawinan yang ada di Pariaman. Sebelum kewajiban itu
dilaksanakan oleh calon mempelai laki-laki, pihak keluarga perempuan yang harus memenuhi
kewajibannya dahulu terhadap pihak keluarga laki-laki yaitu dengan memberikan uang japuik.
c.abs-sbk
1.latar Belakang ABS-SBK
ABS-BSK adalah kerangka pandangan hidup (way of live) masyarakat Minangkabau secara
kultural dan Sumatera Barat secara provinsial yang bersayap hubungan horizontal sesama
manusia, serta hubungan vertikal dengan Allah SWT (hablumminannas dan hablumminallah).
Dengan begitu, ABS-SBK sebagai konsep nilai yang telah disepakati menjadi self identity (jati
diri) Minangkabau timbul dari kronologis masyakatnya melalui proses historis sehingga terjadi titik
temu antara adat dengan Islam. Perpaduan kedua konsep itulah yang menjadi sebuah sistem nilai
(value system) dan norma dalam kebudayaan Minangkabau yang melahirkan falsafah ABS_SBK.
Sejauh ini belum ada bukti-bukti akurat yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
yang menceritakan tentang waktu, tempat dan pencetus ABS-SBK tersebut di
Minangkabau. Akan tetapi secara umum, sejauh ini ada beberapa periode yang dapat
dikemukakan dalam tulisan ini, seperti; Surat Kabar Harian Singgalang pernah mengutip
pengungkapan ahli sejarah Minangkabau yang bernama Sutan Mahmud. Menurutnya,
ABS_SBK telah ada jauh sebelum Perang Paderi, tepatnya pada tahun 1640 Masehi sebagai
kesepakatan Kaum Fiqih dan kaum Sufi. Kedua kelompok itu sering bertikai dan berseteru
karena masalah khilafiah, dan kemudian bersepakat pada perjanjian tersebut.
2.Falsafah Abs-Sbk Sebagai Rumusan Jati Diri Masyarakat
Minangkabau
Tungku nan Tigo Sajarangan adalah tiga unsur pimpinan atau elit tradisonal
Minangkabau yang saling melengkapi dalam mempertahankan dan meningkat kualitas
serta penerapan ABS-SBK dalam kehidupan seharihari masyarakat . Mereka terdiri dari
Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai.
Terima Kasih