Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah “Partisipasi Politik” ini tepat pada waktunya yang mana
makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menerima bantuan dari berbagi pihak,maka dari
itu penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Mahsuri,MA selaku Dosen Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik

2. Ayah dan Ibu selaku orang tua yang telah memberukan moral dan materil

3. Serta semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini terselesaikan.

Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
ada banyak hal yang merupakan suatu kekurangan yang mungkin saat ini belum dapat penulis
sempurnakan, maka dari itu dengan penuh keikhlasan penulis mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak yang mana bertujuan untuk menjadi suatu pelengkap makalah ini dimasa akan
datang.

Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya, karena dengan
membaca saja itu merupakan suatu kepuasan tersendiri bagi penulis. Dan semoga dengan adanya
makalah ini para pembaca lebih terpacu untuk mengembangkan potensi diri yang ada.

Pekanbaru, 01 Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................................2
1.5 Sistematika Penulisan............................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Pengertian Partisipasi Politik............................................................................................3
2.2 Partisipasi Politik di Negara Demokrasi...........................................................................4
2.3 Kelompok Kepentingan....................................................................................................6
BAB III: PENUTUP......................................................................................................................11
Kesimpulan................................................................................................................................11
Saran...........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara
demokrasi, sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Partisipasi politik
itu merupakan kegiatan yang dilakukan warga negara untuk terlibat dalam proses
pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan
yang dilakukan pemerintah. Salah Satu kegiatan menunjukkan adanya partisipasi politik
dalam sebuah negara adalah proses pemilihan umum.

Di negara-negara demokratis pemilihan umum merupakan alat untuk memberikan


kesempatan kepada rakyat untuk ikut serta mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah dan
sistem politik yang berlaku. Dengan hal ini pula pemilihan umum tetaplah merupakan
bentuk partisipasi politik rakyat.

Dalam memberikan pengetahuan mengenai politik selain partai politik keluarga


dan sekolah ,maka peran partai politiklah yang harus diutamakan dalam memberikan
pendidikan tersebut. karena partai politik merupakan organisasi yang beroperasi dalam
sistem perpolitikan. Salah satu fungsi dari partaii politik adalah fungsi partisipasi
politik,dimana fungsi partisipasi adalah fungsi partai politik untuk membawa warga
negara agar aktif dalam kegiatan perpolitikan. Jenis partisipasi politik yang ditawarkan
oleh partai politik kepada warga negaranya adalah kegiatan kampanye, memilih
pemimpin,demonstrasi dan debat politik.

Dalam ilmu politik dikenal adanya konsep partisipasi politik untuk memberikan
gambarab apa dan bagaimana tentang partisipasi politik.dalam perkembanganmya
,masalah partisipasin politik menjadi begitu penting, teruatama saat mengemukanya
tradisi pendekatan behavioral(perilaku) dan post behavioral(pasca tingkah laku). Kajian-

1
kajian partisipasi politik terutama banyak dilakukan dinegara berkembang,yang pada
umumnya kondisi partisipasi politiknya masih dalam tahap pertumbuhan.

2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu partisipasi politik?
1.2.2 Bagaimana peranan partisipasi politik dalam negara demokrasi?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan kelompok kepentingan?
1.2.4 Apa-apa saja klasifikasi dari kelompok kepentingan?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Memenuhi salah satu tugas Pengantar Ilmu Politik


1.3.2 Mengetahui pengertian partisipasi politik
1.3.3 Mengetahui pengertian kelompok kepentingan
1.3.4 Mengetahui klasifikasi dari kelompok kepentingan

1.4 Manfaat penulisan

1.4.1 Menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Ilmu Politik, khusunya
mengenai materi Partisipasi Politik

1.4.2 Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penulisan yang sejenis
1.4.3 Bagi kalangan pendidik di sekolah/kampus, penulisan ini dapat digunakan sebagai
bahan pembelajaran dalam mata pelajaran/kuliah Ilmu Politik dengan materi
Partisipasi Politik

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I (Pendahuluan) : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,


Manfaat Penulisan, Sistematika Penulisan.
BAB II (Pembahasan) : Pengertian Partisipasi Politik, Partisipasi Politik di Negara
Demokrasi, Kelompok Kepentingan.

BAB III (Penutup) : Kesimpulan dan Saran.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah bagian penting dalam kehidupan politik suatu negara,
terutama bagi negara yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, partisipasi politik
merupakan salah satu indikator utama. Artinya, suatu negara bisa disebut sebagai negara
demokrasi jika pemerintah yang berkuasa memberi kesempatan yangs seluas-luasnya
kepada warga negara untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik, sebaliknya warga
negara yang bersangkutan juga harus memperlihatkan tingkat partisipasi politik yang
cukup tinggi. Jika tidak, maka kadar kedemokratisan negara tersebut masih diragukan.
Masalah partisipasi politik bukan hanya menyangkut watak atau sifat dari pemerintahan
negara, melainkan lebih berkaitan dengan sifat dan karakter masyarakat suatu negara dan
pengaruh yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, partisipasi politik menjadi kajian
penting dalam sosiologi politik, disamping juga menjadi kajian ilmu politik.

Partisipasi berasal dari bahasa Latin, yaitu “Pars”, yang artinya bagian dan
“Capere” (Sipasi), yang artinya mengambil. Bila digabungkan berarti mengambil bagian.
Dalam bahasa inggris, partisipate atau partisipation berarti mengambil bagian atau
mengambil peranan. Jadi, apakah partisipasi politik itu? Sebagai definisi umum dapat
dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk
ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih
pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung, memengharui kebijakan
pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan
umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan atau lobbying dengan pejabat
pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial
dengan direct action, dan sebagainya.

4
Pada mulanya di Eropa hanya elite masyarakat saja yang diwakili di dalam
perwakilan. Di Amerika, perempuan baru mempunyai hak suara setelah adanya
Amandemen ke-19 pada tahun 1920. Tetapi perlahan-lahan keinginan untuk
berpartisipasi menjangkau semua sektor masyarakat laki-laki dan perempuan dan mereka
menuntut hak untuk bersuara.

2.2 Partisipasi Politik di Negara Demokrasi

Dalam analisis politik modern partisipasi politik merupakan suatu masalah yang
penting, dan akhir-akhir ini banyak di pelajari terutama dalam hubungannya dengan
negara-negara berkembang. Pada awalnya studi mengenai partisipasi politik
memfokuskan diri pada partai politik sebagai pelaku utama, tetapi dengan
berkembangnya demokrasi banyak muncul kelompok masyarakat yang juga ingin
memengaruhi proses pengambilan keputusan mengenai kebijakan umum.Kelompok-
kelompok ini lahir di masa pasca-industrial (post industrial) dan di namakan gerakan
social baru (new social movement). Kelompok-kelompok ini kecewa dengan kinerja
partai politik dan cenderung untuk memusatkan perhatian pada suatu masalah tertentu
(single issue) saja dengan harapan akan lebih efektif memengaruhi proses pengambilan
keputusa melalui direct action.

Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan


tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan
warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut . Dalam
prakteknya secara teknis yang menjalankan kedaulatan rakyat adalah pemerintahan
eksekutif yang dipilih secara langsung oleh rakyat dan wakil-wakil rakyat di lembaga
perwakilan rakyat atau parlemen. Perwakilan rakyat tersebut yang bertindak untuk dan
atas nama rakyat, yang secara politik menentukan corak dan cara bekerjanya
pemerintahan, serta tujuan yang hendak dicapai baik dalam jangka panjang maupun
jangka pendek. Agar para wakil rakyat tersebut dapat bertindak atas nama rakyat, maka
wakil-wakil rakyat harus ditentukan sendiri oleh rakyat mereka dengan cara dipilih
melalui pemilihan umum. Dengan adanya pemilihan umum maka masyarakat dapat

5
mewujudkan aspirasinya yang disalurkan melalui partai politik. Secara umum tujuan
pemilihan umum adalah: untuk memungkinkan peralihan pemerintahan secara tertib dan
aman, untuk melaksanakan kedaulatan rakyat, dan dalam rangka melaksanakan hak azasi
warga negara.

Kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai partisipasi politik menunjukkan


berbagai bentuk dan intensitas. Biasanya diadakan pembedaan jenis partisipasi menurut
frekuensi dan intensitasnya. Orang yang mengikuti kegiatan secara tidak intensif, yaitu
kegiatan yang tidak banyak menyita waktu dan yang biasanya tidak berdasarkan prakarsa
sendiri(seperti memberikan suara dalam pemilihan umum) besar sekali jumlahnya.
Sebaliknya, kecil sekali jumlah orang yang secara aktif dan sepenuh waktu melibatkan
diri dalam politik. Kegiatan sebagai aktivis politik ini mencakup antara lain menjadi
pimpinan partai atau kelompok kepentingan. Suatu bentuk partisipasi yang paling mudah
diukur intensitasnya adalah perilaku warga negara dalam pemilihan umum, antara lain
melalui perhitungan persentase orang yang menggunakan hak pilihnya (voter turnout)
dibanding dengan jumlah seluruh warga negara yang berhak memilih.

Pada pemilihan umum 1999 warga yang menggunakan haknya 69.5%.. Di


Indonesia persentase pemilih sangat tinggi, yaitu 90% keatas. Dalam pemilihan umum
pertama (1995) yang diselenggarakan dalam suasana yang khidmat karena merupakan
pemilihan umum pertama yang pernah diadakan, persentasenya adalah 91% yaitu 39 juta
dari total jumlah warga negara yang berhak memilih sejumlah 43 juta. Di masa reformasi
dalam pemilihan umum1999 dan tahun 2004 partisipasi menurun. Penurunan ini
disebabkan karena pemilu diadakan tergesa-gesa dan adanya perubahan sistem pemlihan
umum. Akan tetapi, memberi suara dalam pemilihan umum bukan merupakan satu-
satunya bentuk partisipasi. Angka hasil pemilihan umum hanya memberikan gambaran
yang kasar mengenai partisipasi itu. Penelitian mengenai kegiatan ini menunjukkan
bahwa persentase partisipasi dalam kegiatan yang tidak menyangkut pemberian suara
semata-mata. Maka dari itu, untuk mengukur tingkat partisipasi perlu diteliti berbagai
kegiatan politk lainnya.

6
2.3 Kelompok Kepentingan
2.3.1 Definisi Kelompok Kepentingan

Kelompok kepentingan bertujuan untuk memperjuangkan sesuatu


“kepentingan” dengan mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar dapat
keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan keputusan yang merugikan.
Kelompok kepentingan tidak berusaha untuk menempatkan wakil-wakilnya dalam
dewan perwakilan rakyat, melainkan cukup mempengaruhi satu atau beberapa
partai didalamnya atau instansi yang berwenang maupun menteri yang
berwenang.

Kelompok-kelompok kepentingan muncul pertama kali pada awal abad


ke-19. Dahulu disebut kelompok penekan (pressure group), akan tetapi karena
muncul anggapan bahwa tidak semua kelompok kepentingan mengadakan
penekanan, sehingga sekarang ini masyarakat lebih cenderung memakai istilah
“Kelompok Kepentingan”. Organisasi internal lebih longgar dibanding dengan
partai politik. Mereka juga tidak mermperjuangkan kursi dalam parlemen, mereka
memfokuskan diri pada satu masalah-masalah yang lebih spesifik. (Miriam
Budiarjo, hal:383)

2.3.2 Sifat dan Tujuan Kelompok Kepentingan

Sifat lembaga ini antara lain :

a. Independen
Bahwa dalam menjalankan visi, misi, tujuan, program, sarana dan lain
sebagainya dilakukan secara bebas dengan tanpa ada intervensi pihak lain.
b. Netral
Bahwa dalam menjalankan eksistensinya, tidak tergantung pihak lain.

7
c. Krisis
Bahwa dalam menjalankan eksistensinya, dilakukan berdasarkan pada
data, fakta, dan analisi yang mendalam yang dilakukan dengan metode teknik
analisi yang shahih.
d. Mandiri
Bahwa dalam menjalankan eksistensinya, dilakukan dengan konsep dari,
oleh, dan untuk masyarakat itu sendiri yang ditujukan bagi kesejahteraan
masyarakat luas.

Adapun tujuan dari pembentukan kelompok kepentingan yaitu:

• Untuk melindungi kepentingannya dari adanya dominasi dan penyelewengan


dari pemerintah atau negara
• Untuk menjadi wadah dalam pemberdayaan masyarakat dan kehidupannya
• Untuk menjadi wadah pengawasan dan pengamatan terhadap pelaksanaan tugas
serta fungsi pemerintah dan negara
• Untuk menjadi wadah kajian dan analisis bagi aspek-aspek pembangunan
nasional dalam semua bidang kehidupan

2.3.3 Peran dan Fungsi Kelompok Kepentingan

a. Media Penampung Kepentingan Masyarakat


Kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah dapat menguntungkan
maupun merugikan masyarakat. Kepentingan dan kebutuhan rakyat dapat
dipenuhi namun dapat pula terabaikan dan tidak terpenuhi. Oleh karena itu
rakyat berkepentingan dan perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan yang
diputuskan oleh pemerintahnya.

b. Mengartikulasikan Kepentingan-Kepentingan
Kelompok kepentingan memusatkan perhatian pada upaya
mengartikulasikan kepentingan tertentu yang ditujukan kepada pemerintah.
Mereka berharap pemerintah menyusun kebijakan yang memihak

8
kelompoknya. Kelompok kepentingan bertujuan untuk memperjuangkan
sesuatu kepentingan dengan mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar
mendapatkan keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan keputusan
yang merugikan.

c. Sebagai Salah Satu Saluran Input Bagi Pemerintah


Kelompok kepentingan memberikan input yang digunakan pemerintah
untuk memutuskan kebijakan yang akan diambil terhadap rakyatnya. Input
yang mereka berikan bertujuan agar pandangan-pandangan mereka dipahami
oleh para pembuat keputusan dan agar mendapat output yang sesuai dengan
tuntutan mereka. Dalam tulisannya Gabriel A. Almond, mengatakan untuk
memberikan input pada pembuat kebijakan, saluran-saluran yang penting dan
biasa digunakan adalah demonstrasi dan (mungkin) tindakan kekerasan;
tindakan ini biasa digunakan untuk menyatukan tuntutan kepada pembuat
kebijakan.

2.3.4 Klasifikasi Kelompok Kepentingan

Menurut Almond, ada 4 jenis kelompok kepentingan, yaitu:

a. Anomik
Terbentuk secara spontan dan hanya seketika, tidak memiliki
norma-norma yang mengatur tindakannya, dan seringkali bergerak dalam
partisipasi politik yang inkonstitusional, seperti demonstrasi, kerusuhan,
dan lainnya. Terkadang perilaku anomik tidak dapat dibedakan dari
tindakan-tindakan dari kelompok-kelompok yang terorganisasi. Seringkali
pula perilaku anomik dianggap sebagai tindakan yang menggunakan cara-
cara kekerasan (inkonstitusional). Oleh karena itu, kadang sulit
membedakan antara anomik dengan yang terorganisasi.
Alasan munculnya gerakan anomik:
a) Adanya kekecewaan yang menumpuk dan diletupkan oleh sebuah
insiden
b) Munculnya seorang pemimpin yang dapat memicu ledakan

9
b. Kelompok Nonasosiasional
Kelompok ini jarang terorganisasikan dengan rapi. Kegiatannya
bersifat kadangkala, dan bentuknya berupa kelompok-kelompok keluarga,
keturunan, atau etnik regional. Cara kelompok ini menyampaikan
kepentingannya melalui individu, klik, kepala keluarga, atau pemimpin
agama. Misalnya, keluhan dari suatu kelompok linguistik tertentu tentang
bahasa pengantar di sekolah, atau permintaan tuan tanah kepada birokrat
dalam suatu suasana informal tentang fasilitas pertanian.
Kelompok Nonasosiasional ini merupakan ciri masyarakat
tradisioinal, yang kesetiaan suku atau keluarga aristokratnya masih
mendominasi kehidupan politik. Sekalipun demikian, di negara-negara
maju pun kelompok ini juga ada, misalnya keluarga-keluarga yang
berpengaruh, pemuka agama, misalnya tokoh-tokoh lokal atau regional.

c. Kelompok Asosiasional
Kelompok ini menyampaikan kepentingan suatu kelompok khusus,
dengan menggunakan tenaga staf profesional yang bekerja secara full
time. Ia mempunyai prosedur yang teratur untuk merumuskan kepentingan
dan tuntutan Inggris, misalnya, kegiatan politik kelompok ini yang utama
adalah melakukan tawar-menawar dengan pejabat-pejabat pemerintah (di
luar saluran partai politik) tentang Peraturan Pemerintah atau Rancangan
UU di parlemen.
Basis kelompok asosiasional berada diatas kelompok non-
asosiasional. Oleh karena itu, jika kelompok asosiasional ini dibiarkan
berkembang, ia cenderung untuk membatasi gerak perkembangan jenis-
jenis kelompok lainnya. Taktik dan tujuan kelompok asosiasional ini
sering kali diakui sah dalam masyarakat, dan mereka mewakili kelompok
kepentingan yang luas.

10
Contoh kelompok asosiasional adalah:
 Serikat buruh
 Kamar dagang
 Perkumpulan usahawan
 Para industrialis
 Paguyuban etnik: persatuan yang diorganisasikan oleh
kelompok-kelompok agama, dan lainnya
 Federasi besi dan baja di Inggris

d. Kelompok Institusional
Kelompok ini bersifat formal, mempunyai fungsi-fungsi politik,
sosial, dan artikulasi kepentingan. Cara kelompok ini menyampaikan
kepentingannya dengan lobbying, kegiatan pemilu, hubungan pribadi,
perwakilan langsung, dengan menggunakan saluran formal seperti media
massa (radio, koran, TV, majalah) melalui saluran institusional lain seperti
parpol misalnya. Contoh kelompok institusional:
 Korporasi bisnis
 Badan legislatif
 Militer
 Birokrasi
 Gereja
 Kelompok-kelompok kecil dalam badan hukum seperti fraksi-
fraksi di DPR, klik Perwira,dan sebagainya

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga dalam mengikuti proses politik.
Contohnya yaitu warga mengikuti atau berpartisipasi untuk menclobos caleg. Partisipasi
politik ini merupakan hal yang sangat diperlukan di dalam kehidupan, dengan
berpartispasi dalam politik kita bisa mengubah dan mempengaruhi suatu kebijakan
pemerintah, selain itu dengan berpartisipasi dalam politik kita telah melaksanakan
kewajiban kita sebagai warga negara, demi mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
Tanpa adanya partisipasi politik maka negara akan menjadi suatu negara yang otoriter
dimana penguasalah yang akan menentukan segaa sesuatunya tanpa boleh satu orangpun
untuk mengubah ataupun menentang keputusan penguasa.

Landasan partsipasi politik suatu asal usul atau mulanya politik itu d adakan sebagai
penghitungan suara masyarakat yang berpengaruh pada proses jadinya presiden misalnya.
Bentuk partisipasi politik bisa dilakukan dengan cara demokrasi yang mana bentuknya
bisa dilakukan melalui organisasi komunikasi yang situ bisa timbul lobby politik yang
mengarah pada pemerintah.

3.2 Saran
Menyadarkan kepada masyarakat bagaimana pentingnya partisipasi politik dan manfaat
dari partisipasi politik bagi kehidupan bernegara. Ini dapat dilakukan melaui pendidikan
sosialisasi politik kepada masyarakat itu sendiri, sehingga dengan ini kita bisa
menimbulkan kesadaran pada diri masyarakat untuk berpartisipasi dalam politik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Basrowi, Sukidin, dkk. 2012. Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia

Budiarjo, Mriam. 2008. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia

Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana

Philipus, Ng., dan Nurul Aini. 2009. Sosiologi dan Politik. Jakarta: Rajawali

Liando, DM. 2017. Pemilu dan Partisipasi Politik Masyarakat.

https://ejournal.unsrat.ac.id. Diakses pada 6 Oktober 2018

12

Anda mungkin juga menyukai