Anda di halaman 1dari 4

NAMA : DEWI NUR AZIZAH

NIM : 11870521932

JURUSAN/LOKAL : ILMU ADMINISTRASI NEGARA 5/C

MATA KULIAH : KEBIJAKAN PUBLIK

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

1. Bagaimana peran media massa dalam mengawal kebijakan publik?


Jawab:
Media massa berperan sangat penting dalam mengembangkan kehidupan
berdemokrasi. Hal ini nampak dari fungsi pendidikan yang harus dibebankan pada media
massa sebagai medium yang dapat menggapai sebanyak mungkin orang. Fungsi lainnya
dari media massa ini adalah fungsi kontrol sosial yang mempunyai aspek yang amat luas,
salah satunya adalah sebagai anjing penjaga (watchdog) yang mungkin sering
disalahartikan. Selama ini, seakan-akan media massa berada dalam posisi saling
berhadapan atau berkonfrontasi dengan pemerintah.
Sebagai watchdog, media massa memang berfungsi untuk mengawasi pemerintah,
lembaga legislatif serta yudikatif. Maksudnya adalah agar segala kebijakan dan aktivitas
yang dilakukan lembaga-lembaga tersebut tidak menyimpang dari ketentuan hukum yang
berlaku. Selain itu, media massa memiliki peran sebagai penafsiran, yang mana media
massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap
kebijakan-kebijakan yang mungkin belum bisa dipahami seluruhnya oleh masyarakat.
Kemudian, media massa juga berperan dalam menyatukan anggota masyarakat yang
beragam untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan, agar kebijakan yang ditetapkan
nantinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, media massa juga berperan
dalam menyampaikan informasi publik yang bersifat fakta dan menyebarkan nilai-nilai
sosial agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara masyarakat dengan pemerintah. Hal ini
sangat penting sebab demi menjaga keamanan dan ketentraman di dalam negeri.

1
2. Apa yang menjadi patokan keefektifan suatu kebijakan publik?
Jawab:
Suatu kebijakan publik dikatakan efektif apabila adanya korelasi antara tujuan
kebijakan dengan hasil yang dicapai. Hal ini dapat terlihat melalui dimensi penilaian yang
fokus pada pencapaian tujuan kebijakan, yang mana kerangka penilaian efektivitas
mencakup tigal hal, yaitu:
a. Input (Masukan), yakni kualitas tujuan kebijakan;
b. Proses , terkait dengan tata kelola (Keterlibatan, komunikas, kesesuaian posisi dalam
konstelasi kekuasaan dan kepentingan);
c. Outcomes (Hasil Akhir), yakni pencapaian tujuan sebagaimana ditetapkan.
Adapun evaluasi efektivitas kebijakan dan perencanaan bersifat sistematis dan
melibatkan pelacakan dan evaluasi apakah dan seberapa baik implementasi kebijakan atau
rencana menyelesaikan masalah yang diangkat. Evaluasi kebijakan biasanya terkait
dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
a. Apakah kebijakan atau rencana mencapai tujuannya? Bagaimana untuk mengetahui
hal tersebut?
b. Apakah lembaga pelaksana memberikan hasil yang diharapkan?
c. Apakah hasil (dampak) lingkungan telah tercapai? Terkait perihal pemantauan dan
pelaporan lingkungan.
d. Seberapa efektif proses penyusunan dan implementasi kebijakan atau rencana?
e. Apakah kebijakan atau rencana tersebut mencakup hal yang paling penting?
f. Apakah ada isu yang muncul yang tidak ditangani?

3. Bagaimana peran lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif dalam merumuskan suatu
kebijakan publik?
Jawab:
Lembaga eksekutif mempunyai peran yang sangat penting dalam pembuatan
kebijakan publik. Keterlibatan presiden dalam pembuatan kebijakan dapat dilihat dalam
komisi-komisi presidensial atau dalam rapat-rapat kabinet. Dalam beberapa kasus,
presiden terlibat secara personal dalam pembuatan kebijakan. Selain keterlibatan secara
langsung, kadangkala presiden juga membentuk kelompok-kelompok atau komisi-komisi
penasehatan yang terdiri dari warga negara swasta maupun pejabat-pejabat yang ditunjuk
untuk menyelidiki kebijakan tertentu dan mengembangkan usulan-usulan kebijakan.

2
Adapun lembaga legislatif berhubungan dengan tugas politik sentral dalam
pembuatan peraturan dan pembentukan kebijakan dalam suatu sistem politik. Legislatif
ditunjuk secara formal yang mempunyai fungsi memutuskan keputusan-keputusan politik
secara bebas. Dalam melakukan penetapan perundangan, parlemen mempunyai peran
sentral dalam mempertimbangkan, meneliti, mengoreksi sampai menyebarluaskan
kebijakan kepada masyarakat.
Sedangkan lembaga yudikatif mempunyai kekuasaan yang cukup besar untuk
mempengaruhi kebijakan publik melalui pengujian kembali suatu undang-undang atau
peraturan (melalui peninjauan yudisial dan penafsiran undang-undang). Tinjauan yudisial
merupakan kekuasaan pengadilan untuk menetapkan apakah tindakan-tindakan yang
diambil oleh eksekutif atau legislatif sesuai dengan konsitusi atau tidak. Bila keputusan-
keputusan tersebut bertentangan dengan konstitusi, maka yudikatif berhak membatalkan
atau menyatakan tidak sah terhadap peraturan perundangan yang sudah ditetapkan.

4. Apa saja aspek pendukung keberhasilan implementasi kebijakan publik?


Jawab:
Menurut Ripley dan Franklin (1986: 12) bahwa untuk mendukung keberhasilan
implementasi kebijakan perlu didasarkan pada tiga aspek, yaitu:
a. Tingkat kepatuhan birokrasi terhadap birokrasi di atasnya atau tindakan birokrasi,
sebagaimana diatur dalam undang-undang
b. Adanya kelancaran rutinitas dan tidak adanya masalah
c. Pelaksanaan dan dampak (manfaat) yang dikehendaki dari semua program terarah

Sedangkan menurut Goggin et al (1990), implementasi kebijakan dapat diukur


keberhasilan kinerjanya berdasarkan variabel:
a. Dorongan dan paksaan pada tingkat federal
b. Kapasitas pusat/negara
c. Dorongan dan paksaan pada tingkat pusat dan daerah

5. Mengapa evaluasi kebijakan sangat penting untuk dilakukan?


Jawab:
Beberapa alasan pentingnya evaluasi kebijakan dilakukan, diantaranya sebagai
berikut.

3
a. Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan, yakni seberapa jauh suatu
kebijakan mencapai tujuan.
b. Mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal. Dengan melihat pada tingkat
efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal.
c. Memenuhi aspek akuntabilitas publik. dengan melakukan penilaian kinerja suatu
kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah
kepada publik sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan
program pemerintah.
d. Menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan. Apabila tidak dilakukan
evaluasi terhadap suatu kebijakan, para stakeholders terutama kelompok sasaran tidak
mengetahui secara pasti manfaat dari suatu kebijakan atau program.
e. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pada akhirnya, evaluasi kebijakan
bermanfaat untuk memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang
akan datang agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan diharapkan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai