NIM : 11870521932
1
2. Apa yang menjadi patokan keefektifan suatu kebijakan publik?
Jawab:
Suatu kebijakan publik dikatakan efektif apabila adanya korelasi antara tujuan
kebijakan dengan hasil yang dicapai. Hal ini dapat terlihat melalui dimensi penilaian yang
fokus pada pencapaian tujuan kebijakan, yang mana kerangka penilaian efektivitas
mencakup tigal hal, yaitu:
a. Input (Masukan), yakni kualitas tujuan kebijakan;
b. Proses , terkait dengan tata kelola (Keterlibatan, komunikas, kesesuaian posisi dalam
konstelasi kekuasaan dan kepentingan);
c. Outcomes (Hasil Akhir), yakni pencapaian tujuan sebagaimana ditetapkan.
Adapun evaluasi efektivitas kebijakan dan perencanaan bersifat sistematis dan
melibatkan pelacakan dan evaluasi apakah dan seberapa baik implementasi kebijakan atau
rencana menyelesaikan masalah yang diangkat. Evaluasi kebijakan biasanya terkait
dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
a. Apakah kebijakan atau rencana mencapai tujuannya? Bagaimana untuk mengetahui
hal tersebut?
b. Apakah lembaga pelaksana memberikan hasil yang diharapkan?
c. Apakah hasil (dampak) lingkungan telah tercapai? Terkait perihal pemantauan dan
pelaporan lingkungan.
d. Seberapa efektif proses penyusunan dan implementasi kebijakan atau rencana?
e. Apakah kebijakan atau rencana tersebut mencakup hal yang paling penting?
f. Apakah ada isu yang muncul yang tidak ditangani?
3. Bagaimana peran lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif dalam merumuskan suatu
kebijakan publik?
Jawab:
Lembaga eksekutif mempunyai peran yang sangat penting dalam pembuatan
kebijakan publik. Keterlibatan presiden dalam pembuatan kebijakan dapat dilihat dalam
komisi-komisi presidensial atau dalam rapat-rapat kabinet. Dalam beberapa kasus,
presiden terlibat secara personal dalam pembuatan kebijakan. Selain keterlibatan secara
langsung, kadangkala presiden juga membentuk kelompok-kelompok atau komisi-komisi
penasehatan yang terdiri dari warga negara swasta maupun pejabat-pejabat yang ditunjuk
untuk menyelidiki kebijakan tertentu dan mengembangkan usulan-usulan kebijakan.
2
Adapun lembaga legislatif berhubungan dengan tugas politik sentral dalam
pembuatan peraturan dan pembentukan kebijakan dalam suatu sistem politik. Legislatif
ditunjuk secara formal yang mempunyai fungsi memutuskan keputusan-keputusan politik
secara bebas. Dalam melakukan penetapan perundangan, parlemen mempunyai peran
sentral dalam mempertimbangkan, meneliti, mengoreksi sampai menyebarluaskan
kebijakan kepada masyarakat.
Sedangkan lembaga yudikatif mempunyai kekuasaan yang cukup besar untuk
mempengaruhi kebijakan publik melalui pengujian kembali suatu undang-undang atau
peraturan (melalui peninjauan yudisial dan penafsiran undang-undang). Tinjauan yudisial
merupakan kekuasaan pengadilan untuk menetapkan apakah tindakan-tindakan yang
diambil oleh eksekutif atau legislatif sesuai dengan konsitusi atau tidak. Bila keputusan-
keputusan tersebut bertentangan dengan konstitusi, maka yudikatif berhak membatalkan
atau menyatakan tidak sah terhadap peraturan perundangan yang sudah ditetapkan.
3
a. Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan, yakni seberapa jauh suatu
kebijakan mencapai tujuan.
b. Mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal. Dengan melihat pada tingkat
efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal.
c. Memenuhi aspek akuntabilitas publik. dengan melakukan penilaian kinerja suatu
kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah
kepada publik sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan
program pemerintah.
d. Menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan. Apabila tidak dilakukan
evaluasi terhadap suatu kebijakan, para stakeholders terutama kelompok sasaran tidak
mengetahui secara pasti manfaat dari suatu kebijakan atau program.
e. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pada akhirnya, evaluasi kebijakan
bermanfaat untuk memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang
akan datang agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan diharapkan lebih baik.