Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS DAMPAK KERJA SAMA

PEMBANGUNAN INTERNASIONAL ANTARA


INDO-JEPANG TERHADAP PENGURANGAN
KEMACETAN LALU LINTAS
(Studi Kasus Pengoperasian MRT di DKI Jakarta)

Desi Desnita
Dewi Nur Azizah
Dira Yefri Amalia
Doni Alsandi
Elva Febiola
Wafiqah Azizah Umaiyah

Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,


Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

ABSTRAK
Kerjasama Internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan suatu negara
dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk
kepentingan negara-negara di dunia. Kerjasama pembangunan internasional bertujuan
untuk mendekati dunia ideal tanpa kemiskinan, konflik, dan kerusakan ekologis.
Persoalan-persoalan saat ini tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu negara, melainkan
sesuatu yang harus bersama-sama diselesaikan oleh satu komunitas global. Salah satu
kerja sama yang dilakukan antara Indonesia dengan Jepang adalah pembangunan Mass
Rapid Transit (MRT) di DKI Jakarta. Mass Rapid Transit (MRT) adalah angkutan cepat
terpadu yang merupakan sebuah sistem transportasi transit cepat berbasis rel. Adapun
penelitian ini bertujuan untuk menganalis dampak yang ditimbulkan atas kerja sama
pembangunan internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Jepang dengan Pemerintah
Indonesia dalam hal pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) terhadap pengurangan
kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan
(library research) yang bersumber dari buku maupun artikel penelitian yang relevan.
Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerja sama pembangunan yang dijalin
antara Indonesia dan Jepang dalam hal pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) sangat
berdampak pada pengurangan kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta.

Kata Kunci: Kerja Sama Internasional, Kerja Sama Indo-Jepang, Pembangunan MRT

International Development Coorperation | 1


ABSTRACT

International cooperation is a form of relationship that is carried out by a


country with other countries which aims to meet the needs of the people and for the
interests of countries in the world. International development cooperation aims to
approach the ideal world without poverty, conflict and ecological damage. Today's
problems can not only be solved by one country, but something that must be solved
together by a global community. One of the collaborations between Indonesia and Japan
is the construction of the Mass Rapid Transit (MRT) in DKI Jakarta. Mass Rapid Transit
(MRT) is an integrated rapid transit which is a rail-based rapid transit transportation
system. This study aims to analyze the impact of international development cooperation
carried out by the Government of Japan and the Government of Indonesia in terms of the
construction of Mass Rapid Transit (MRT) on reducing traffic congestion in DKI Jakarta.
The method used in this study is a qualitative method with data collection techniques
through library research sourced from relevant books and research articles. The results
of this study indicate that the development cooperation established between Indonesia
and Japan in terms of the construction of the Mass Rapid Transit (MRT) has an impact
on reducing traffic congestion in DKI Jakarta.

Keywords: International Cooperation, Indo-Japan Cooperation, MRT Development

PENDAHULUAN
Pada era globalisasi, aktor-aktor hubungan internasional semakin
memperluas kesempatannya untuk saling berinteraksi antar negara. Adapun
hubungan internasional meliputi beberapa jenis pola hubungan antar negara
diantaranya hubungan berupa konflik, kerja sama dan diplomasi (Sudagung, dkk.,
2015). Dalam suatu kerja sama internasional, akan ditemukan berbagai macam
kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi
di dalam negaranya sendiri (Daris, 2019).
Sebagai salah satu negara dengan kekuatan ekonomi dan pembangunan
terbesar di dunia, Jepang sudah banyak menjalin kerja sama pembangunan
ekonomi dengan negara-negara lain khususnya dalam bidang perdagangan,
pembangunan infrastuktur dan bantuan luar negeri. Bantuan luar negeri ini
diberikan melalui Official Development Assistance (ODA) (Iqbal, 2020). Dan
Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapatkan bantuan tersebut dari
Pemerintah Jepang.
Adapun permasalahan yang sangat krusial di Indonesia adalah
permasalahan mengenai transportasi, yang mana kemacetan menjadi alasan utama
Pemerintah Indonesia untuk segera melakukan pengembangan teknologi
transportasi. Dan saat ini, Indonesia sedang melakukan pembenahan sistem

International Development Coorperation | 2


transportasi, khususnya di DKI Jakarta. Sebagai pusat pemerintahan, perkantoran,
pemukiman, dan hiburan, sehingga permasalahan kemacetan di Jakarta pun tidak
dapat terhindarkan, dimana masyarakat menjadi sulit bergerak dalam lingkungan
perkotaan yang demikian (Kharisma, 2017). Berbagai program pengendalian
kemacetan seperti pengadaan Bus Transjakarta, pelarangan sepeda motor di jalan
tertentu, dan penerapan sistem ganjil genap terlihat belum membuahkan hasil
(Bintari dan Pandiangan, 2016) . Yang pada akhirnya pembangunan moda
transportasi Mass Rapid Transit (MRT) menjadi salah satu pilihan solusi untuk
meringankan kemacetan lalu lintas yang memburuk.
Mass Rapid Transit (MRT) adalah angkutan cepat terpadu yang
merupakan sebuah sistem transportasi transit cepat berbasis rel (Kharisma, 2017).
Sebenarnya, pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta sudah sejak lama
diwacanakan yakni sejak tahun 1986. Setelah melewati beberapa pertimbangan
selama bertahun-tahun, akhirnya pada tahun 2008 didirikanlah PT Mass Rapid
Transit Jakarta (PT MRT Jakarta) melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 3 Tahun
2008 dan Perda No. 4 Tahun 2008 dan diresmikan pengoperasiannya pada tahun
2019. Anggaran proyek pembangunan MRT Jakarta dibagi menjadi dua yaitu
anggaran yang berasal dari pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi DKI Jakarta
serta didukung oleh dana pinjaman Pemerintah Jepang melalui JICA (Japan
International Cooperation Agency) (Iqbal, 2020).
Hubungan antara Indonesia dengan Jepang dalam kerja sama
pembangunan dan ekonomi telah berlangsung lama. Tentunya, sebagian besar
bantuan pembangunan maupun ekonomi yang diberikan oleh Jepang tidak
semata-mata untuk meningkatkan perekonomian Indonesia saja. Akan tetapi, hal
ini dikarenakan Indonesia memiliki arti penting secara strategis dan simbolis
dalam politik dunia. Selain itu juga, Indonesia sebagai negara yang kaya akan
sumber daya alam meletakkan Indonesia menjadi tujuan utama dari bantuan luar
negeri Jepang khususnya di kawasan Asia Tenggara (Purwadi, 2015). Hingga
pada akhirnya Jepang tertarik untuk melakukan kerja sama dengan memberikan
dana pinjaman kepada Pemerintah Indonesia untuk membangun Mass Rapid
Transit (MRT) Jakarta ini.

International Development Coorperation | 3


Penelitian mengenai kerja sama pembangunan Indonesia-Jepang sudah
menjadi salah satu hal yang umum di kalangan para peneliti. Beberapa contoh
penelitian yang fokus utamanya adalah kerja sama antara Indonesia-Jepang
perihal pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta yakni penelitian yang
dilakukan oleh Listifadah mengenai dampak sosial proyek Mass Rapid Transit
(MRT) Jakarta. Di dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa terdapat beberapa
dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari adanya proyek Mass Rapid
Transit (MRT) ini. Adapun dampak positifnya adalah tingkat kemacetan lalu
lintas di Jakarta menjadi lebih rendah dan polusi udara dari transportasi pun
berkurang. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan adalah dampak terhadap
perekonomian masyarakat sekitar, dikarenakan adanya relokasi toko-toko yang
dimiliki oleh masyarakat sekitar akibat pembangunan MRT (Listifadah, 2015).
Adapun penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak yang
ditimbulkan atas kerja sama pembangunan internasional yang dilakukan oleh
Pemerintah Jepang dengan Pemerintah Indonesia dalam hal pembangunan Mass
Rapid Transit (MRT) terhadap pengurangan kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta.
Maka, fokus permasalahan yang hendak diteliti adalah “Bagaimana dampak yang
ditimbulkan atas kerja sama antara Jepang-Indonesia berupa pembangungan Mass
Rapid Transit (MRT) terhadap pengurangan kemacetan lalu lintas di Jakarta?”

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-
dalamnya melalui pengumpulan data. Oleh karena itu, peneliti menilai bahwa
metode ini relevan diterapkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam
penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu teknik studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan
dilaksanakan dengan mencari berbagai literatur seperti buku dan artikel-artikel
yang berkaitan dengan kerja sama pembangunan internasional (International
Development Cooperation). Khususnya terhadap keterkaitan dengan judul yang
kami ambil yaitu dampak dari pembangunan MRT terhadap pengurangan
kemacetan di Jakarta. Setelah pengumpulan data, kemudian dilakukan aktivitas

International Development Coorperation | 4


analisis data berupa reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.

KERANGKA KONSEPTUAL
Kerja Sama Internasional
Kerja sama Menurut Lewis Thomas dan Elaine B. Johnson (Edwi
Gustikowendha 2014) adalah pengelompokan yang terjadi di antara makhluk-
makhluk hidup yang kita kenal. Kerja sama atau belajar bersama adalah proses
beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling
mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat. Ruang kelas suatu tempat
yang sangat baik untuk membangun kemampuan kelompok (tim), yang anda
butuhkan kemudian di dalam kehidupan.
Kerja sama juga berarti suatu kegiatan bekerja bersama antara satu orang
atau lebih secara kooperatif dan menjadi bagian dalam kelompok. Bukan bekerja
secara terpisah atau saling berkompetisi. Kerjasama merupakan interaksi dan
kompromi dari beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga, dan atau
pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima
akibat dan manfaat dari kegiatan kerjasama tersebut. (Surminah, 2013).
Kerjasama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan suatu
negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan
untuk kepentingan negara-negara di dunia. Kerjasama internasional, yang meliputi
kerjasama di bidang politik, social, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan
ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri masing-masing Negara. Kerjasama
antara negara dengan non-negara, dalam hal ini institusi atau organisasi
internasional, mulai bermunculan karena baik negara maupun organisasi sama-
sama saling membutuhkan satu sama lain untuk mencapai tujuan dan kepentingan
yang sama, dan dengan adanya institusi atau organisasi maka dapat mengurangi
biaya dan menyediakan informasi dalam kerjasama (Bagaskara 2018).
Menurut K.J Holsti, dalam (Agita 2015) kerjasama internasional dapat
didefinisikan sebagai berikut :

International Development Coorperation | 5


a. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan saling
bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau dipenuhi oleh
semua pihak sekaligus.
b. Pandangan atau harapan dari suatu negara bahwa kebijakan yang diputuskan
oleh negara lainnya akan membantu negara itu untuk mencapai kepentingan
dan nilai-nilainya.
c. Persetujuan atau masalahmasalah tertentu antara dua negara atau lebih dalam
rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau benturan kepentingan.
d. Aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi di masa depan yang
dilakukan untuk melaksanakan persetujuan.
e. Transaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka.
Dengan begitu kerja sama internasional dapat disimpulkan sebagai suatu
kerjasama antar negara atau bahkan lebih yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan masing-masing dan mencapai kepentingan mereka bersama.

Konsep Pembangunan
Pembangunan berasal dari kata “bangun” yang berarti sadar, siuman,
bangkit, berdiri dan juga berarti bentuk. Dalam kata kerja “bangun” juga berarti
membuat, mendirikan atau membina. Sehingga bisa dikatakan pembangunan
meliputi bentuk (anatomik), kehidupan (fisiologi) dan perilaku (behavioral)
(Suryono 2020).
Menurut Nugroho dan Dahuri (dalam Digdowiseiso, 2019), pembangunan
dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif
yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan
mencapai aspirasinya yang paling manusiawi..
Konsep pembagunan biasanya melekat dalam konteks kajian suatu
perubahan, pembangunan disini diartikan sebagai bentuk perubahan yang sifatnya
direncanakan. Setiap orang atau kelompok orang tentu akan mengharapkan
perubahan yang mempunyai bentuk lebih baik bahka sempurna dari keadaan yang
sebelumnya. Untuk mewujudkan harapan ini tentu harus memerlukan suatu
perencanaan. Pembangunan secara terencana lebih dirasakan sebagai suatu usaha
yang lebih rasional dan teratur bagi pembangunan masyarakat yang belum atau
baru berkembang (Purba, dkk., 2021)

International Development Coorperation | 6


Maka, dari beberapa konsep-konsep yang telah dipaparkan di atas, secara
sederhana dapat dipahami bahwa pembangunan merupakan suatu proses
perubahan yang dilakukan secara sadar dan terus menerus untuk mencapai
kemajuan dan perbaikan hidup yang lebih baik menuju tujuan yang diinginkan.
Oleh karena itu, dalam pembangunan (development) terkandung unsur-unsur
perubahan, tujuan, dan potensi masyarakat.

Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api


MRT (Mass Rapid Transit) merupakan bentuk kerja sama pembangunan
dalam bidang transportasi yang di lakukan kerja sama antara Indonesia dan
Jepang. Dengan hal ini tentu banyak peraturan-peraturan yang mengatur tentang
kereta api, khususnya di Indonesia.
Membahas mengenai ketertiban lalu lintas dan angkutan jalan, sebenarnya
sudah diatur di dalam UU NO 22 Tahun 2009 Tentang Angkutan Jalan dan Lalu
lintas. UU ini membahas mengenai penanganan lalu lintas yang mencakup nilai
aman, lancar, dan tertib, dan menganjurkan para pengguna jalan untuk memenuhi
sejumlah persyaratan teknis, administrasi dan legal guna untuk kelancaran
berkendara.
Tetapi ketika dalam hal kereta api, di Indonesia hal tersebut secara sekilas
diatur didalam UU ini membahas mengenai tempat pergantian antarmoda dan
intermoda stasiun kereta api seperti pada pasal 1 ayat 5 (JDIH Departemen
Perhubungan 2009).
UU No 23 Tahun 2007 ini, yang memuat secara lengkap tentang
pengkretaapian mulai dari pengertian kereta api , fungsi dari transportasi kereta
api, hingga ke proses pengoperasian kereta api. Salah satunya adalah defenisi
kereta api yang sudah diatur dalam Pasal 1 ayat 1 bahwasanya kereta api adalah
“sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang
bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api. “ .
MRT sendiri merupakan salah satu jenis transportasi kereta api kecepatan
tinggi, seperti yang sudah tertuang pada Pasal 4 Tentang Tatanan Perkretaapian.
Bahwasanya Kereta api menurut jenisnya terdiri dari:

International Development Coorperation | 7


a. kereta api kecepatan normal;
b. kereta api kecepatan tinggi;
c. kereta api monorel;
d. kereta api motor induksi linear;
e. kereta api gerak udara;
f. kereta api levitasi magnetik;
g. trem; dan
h. kereta gantung.
Kemudian pada peraturan Peraturan Pemerintah (PP) No 6 Tahun 2017
tentang perubahan atas peraturan pemerintah no 56 tahun 2009 Tentang
Penyelengaraan Pengkreta-apian. Didalam nya juga membahas mengenai kereta
api dan penyelenggaraanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kerja Sama Indo-Jepang terhadap Pembangunan Bidang Trasnportasi
Defenisi konseptual dan pendekatan yang digunakan untuk mengkaji
persoalan pembagunan sangat beragam sehingga, keberhasilan pembangunan juga
diukur dari seberapa besar proses pembangunan tersebut bisa memenuhi
parameter yang mereka ciptakan. Dengan demikian parameter atau tolak ukur
yang digunakan dalam melihat terpenuhinya kehidupan yang lebih baik bagi
setiap orang adalah dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar manusia
(Asri, 2017).
Kerja sama pembangunan internasional adalah proses kerja sama yang
Hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua negara atau lebih untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu. Kerja sama pembangunan internasional sendiri bertujuan
untuk mendekati dunia ideal tanpa kemiskinan, konflik, dan kerusakan ekologis.
Persoalan-persoalan saat ini tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu negara,
melainkan sesuatu yang harus bersama-sama diselesaikan oleh satu komunitas
global. Dalam kerangka kebijakan kerja sama pembangunannya, pemerintahan
harus berkontribusi dan membantu pencapaian sasaran ini, yang terkandung dalam
tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals). (Kedutaan
Besar Republik Federal Jerman Jakarta n.d.)

International Development Coorperation | 8


Adapun contoh pembangunan yang menjadi sasaran penulis adalah Kerja
Sama Pembangunan Transportasi Kereta Cepat MRT (Mass Rapid Transit) yang
dilakukan oleh Jepang dan juga Indonesia. Indonesia bagi negara Jepang bisa
dilihat dari berapa besar bantuan yang di terima Indonesia. Dari beberapa negara
di kawasan Asia, Indonesia menjadi negara paling besar dan menjadi urutan
pertama yang menerima bantuan Jepang. Total bantuan yang diterima Indonesia
sejak 1960 sebesar 45% dari keseluruhan sumbangan Jepang, dengan ini Jepang
adalah negara pendonor terbesar bagi Indonesia (Iqbal 2020).
Alat MRT ini semua bahan bakunya dibawa langsung dari Jepang ke
Indonesia dengan berharap akan terjalinya suatu kerja sama yang baik diantara
keduanya. Pada dasarnya hubungan antara Jepang dan Indonesia terkait dengan
pemberian bantuan malalui ODA untuk pembangunan proyek MRT Jakarta ini,
kedua negara mengaharapkan proyek MRT ini memberikan manfaat secara
serentak kepada pihak Jepang dan pihak Indonesia. Masing – masing negara
memiliki tujuan yang berbeda – beda, disatu sisi Jepang sebagai negara pendonor
bantuan luar negeri berharap bahwa melalui bantuan pembangunan proyek MRT
ini menjadi salah satu jalan Jepang untuk mencapai tujuan nasionalnya, sedangkan
disisi lain Indonesia sebagai negara penerima bantuan luar negeri berharap bahwa
dimasa yang akan datang Kota Jakarta akan menjadi Kota Metropolitan yang
terhindar dari masalah kemacetan. Berupa pinjaman dana dan transfer teknologi
yang ditujukan kepada Indonesia terkait pembangunan proyek MRT ini
merupakan komitmen Jepang untuk mencapai tujuannya melalui penyaluran
ODA.
Pihak Jepang harusnya memaksimalkan bantuan yang telah diberikan
bukan memberikan bantuan secara beruntun tanpa ada efek positif dari bantuan
yang telah diberikan. Ternyata dibalik itu semua ada beberapa tujuan yang ingin
Jepang capai. Beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh Jepang melalui proyek
MRT di Jakarta ini meliputi beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut
(Purwadi, 2015).
a. Kepentingan Nasionalnya
Jepang ingin menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Jepang sebagai
negara pendonor bantuan luar negeri memiliki kontribusi yang sangat besar

International Development Coorperation | 9


terhadap pembangunan internasional dan dapat disejajarkan dengan beberapa
negara barat yang menjadi pendonor bantuan luar negeri
b. Persepsi global
Pada dasarnya tujuan dari pemberian bantuan tersebut bukan hanya semata-
mata memberikan bantuan saja, tetapi Jepang juga ingin menghapuskan
image buruk terhadap masa lalu Jepang atas penjajahan pada masa Perang
Dunia II, maka Jepang memiliki komitmen terhadap negara-negara
berkembang atas pembangunan secara global melalui bantuan ODA.
c. Tujuan diplomatik
Point ketiga adalah tujuan diplomatik. Hal ini terkait dengan ambisi Jepang
yang menginginkan menjadi suatu negara yang kuat di kawasan Asia.
d. Kawasan Asia Pasifik
Jepang ingin membuat kawasan Asia pasifik sebagai kawasan pengembangan
pasar perekonomiannya. Kawasan Asia Pasifik adalah wilayah yang
menunjukkan perkembangan ekonomi yang sangat pesat dalam dekade
terakhir ini.
Dalam hal pelaksanaannya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah
meletakkan isu kemacetan sebagai agenda prioritas pada RPJP Tahun 2005 -
2025, RPJMD Tahun 2013 - 2017 dan RKPD Tahunan. Adapun turunan dari hal
tersebut, kemudian telah dihasilkan suatu grand design penanganan permasalahan
kemacetan yakni Road Map Pola Transportasi Makro (PTM) dengan payung
hukum yakni Peraturan Gubernur Nomor 103 tahun 2007 Tentang Pola
Transportasi Makro (Bintari dan Pandiangan, 2016).

Kondisi Kemacetan Dan Faktor-Faktor Penyebabnya


Kemacetan dan polusi udara seringkali menjadi masalah utama
transportasi terutama di daerah perkotaan. Kecenderungan penggunaan mobil
pribadi dalam mobilisasi dapat meningkatkan tingkat lalu lintas dan berdampak
pada polusi serta polusi udara. Angkutan umum dipercaya sebagai salah satu
solusi untuk mengatasi kemacetan karena dapat menggerakkan orang lebih dari
sekedar mobil pribadi. Pada dasarnya, membangun sistem transportasi umum
yang ada di kota diperlukan untuk beberapa tujuan: mengurangi kemacetan lalu

International Development Coorperation | 10


lintas, meningkatkan transportasi umum, melayani pusat kota dengan lebih baik,
memperbaiki lingkungan, dan mendorong pembangunan (Listifadah, 2015).
Adapun faktor-faktor penyebab kemacetan (Sitanggang and Saribanon
2018) adalah sebagai berikut:
a. Faktor Penggunaan Kendaraan Pribadi
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa faktor utama penyebab
kemacetan lalu lintas adalah tingginya jumlah kendaraan pribadi baik
kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua, sementara
infrastrukturnya tidak sebanding
b. Faktor Kapasitas Jalan Kapasitas jalan yang tidak sebanding dengan
jumlah kendaraan sering kali menjadi penyebab kemacetan lalu lintas
terjadi karena kapasitas jalan tidak bisa menampung semua kendaraan
yang ada sehingga kemacetan pun tak bisa dihindari.
c. Faktor Manusia
Faktor manusia sebagai pengguna jalan (road user) baik sebagai:
pengemudi, penumpang, dan pejalan kaki yang tidak disiplin dan tidak taat
aturan lalu lintas menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan. Perilaku
pengemudi yang tidak patuh terhadap rambu-rambu lalu lintas yang ada.
Faktor yang dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas, Menurut Firdaus
Ali, dalam Bergkamp, D. Dalam (Wini Mustikarani and Suherdiyanto
2016) faktor yang meyebabkan kemacetan lalu lintas disebabkan oleh
faktor jalan raya (ruang lalu lintas jalan), faktor kendaraan, faktor manusia
(pemakai jalan), Faktor lain. Sedangkan berdasarkan hasil
pengamatan/survey, kemacetan lalu lintas di sepanjang Jalan seperti:
Faktor Jalan Raya (Lebar jalan, volume kendaraan, lampu lalu lintas,
persimpangan jalan dan gang) dan faktor manusia seperti parkir
sembarangan, adanya pasar tradisional dan modern serta beberapa bulan
yang lalu di meriahkan oleh aktifitas perbaikan Jalan dan jembatan di
beberapa ruas jalan.

Dampak Dari Pembangunan Indo Jepang Terhadap Pengurangan


Kemacetan

International Development Coorperation | 11


Pertumbuhan penduduk dan pemakaian kendaraaan pribadi yang tinggi
sangat berbanding terbalik dengan pertumbuhan prasarana jalan. Kondisi
angkutan umum yang buruk juga membuat masyarakat lebih tertarik
menggunakan kendaraan pribadi. Kurangnya daya tampung jalan membuat
pergerakan kendaraan tidak dapat berjalan normal. Kemacetan tidak terhindarkan
dan membutuhkan penanganan serius dari seluruh stakeholder yang
berkepentingan.
Berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kemacetan
mulai dari kemunculan moda transportasi smart city seperti busway dan OK TRIP
yang saat ini telah hadir di masyarakat. Sebagai perkembangan dari hal tersebut
kini pemerintah telah menghadirkan Mass Rapid Transit yang resmi dioperasikan
pada tanggal 1 April 2019 dengan tarif mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 14.000
(Ramadhani, 2019). Namun hadirnya MRT tersebut harus didukung dengan
antusias masyarakat untuk menggunakan MRT. Salah satu wujud antusias tersebut
yakni meninggalkan kendaraan pribadi lalu beralih ke kendaraan umum atau
transportasi umum. Dengan adanya pembangunan MRT telah merubah tata ruang
kota, seperti telah dibuatnya jembatan layang dan lain-lain (Ramadhayanti, 2020).
Selain itu, keberadaan MRT ini kemungkinan besar akan membawa
kualitas lingkungan hidup yang lebih baik, sebab dengan adanya MRT ini tingkat
kemacetan menjadi lebih rendah dan polusi udara dari transportasi berkurang. Dan
sistem MRT yang dibangun di DKI Jakarta ini pun berbasis rel yang dikenal
sebagai transportasi ramah lingkungan (Listifadah, 2015).
Sebenarnya, MRT ini bukan menjadi satu-satunya solusi untuk mengatasi
stagnasi kendaraan di ibu kota, namun kehadiran MRT ini setidaknya mampu
mengurangi beban jalan raya yang selama ini dipadati oleh kendaraan pribadi.
Namun, memindahkan budaya masyarakat dari kendaraan pribadi ke transportasi
umum bukan perkara mudah. Yang mana hal ini membutuhkan waktu yang cukup
lama sehingga mustahil perubahan tersebut dapat terlihat dalam jangka waktu satu
atau dua bulan. Oleh sebab itu, diharapkan bahwa dengan adanya MRT ini secara
perlahan namun pasti masyarakat akan beralih menggunakan transportasi umum
(Biro Komunikasi, 2019).

International Development Coorperation | 12


SIMPULAN
Dari beberapa pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kerja sama pembangunan yang dilakukan antara Indonesia-
Jepang dengan membangun moda transportasi Mass Rapid Transit (MRT) sangat
berdampak pada pengurangan kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta. Yang mana
dengan hadirnya MRT ini akan mengubah pola pemakaian moda transportasi
masyarakat, yang tadinya menggunakan kendaraan pribadi beralih kepada
penggunaan MRT.
Tarif yang tergolong cukup murah membuat MRT dapat menarik antusias
masyarakat untuk menggunakannya. Dengan antusias masyarakat untuk
menggunakan moda transportasi umum, maka mampu mengurangi beban jalan
raya yang selama ini dipadati oleh kendaraan pribadi.
Selain itu, keberadaan MRT ini kemungkinan besar akan membawa
kualitas lingkungan hidup yang lebih baik, sebab dengan adanya MRT ini tingkat
kemacetan menjadi lebih rendah dan polusi udara dari transportasi berkurang. Dan
sistem MRT yang dibangun di DKI Jakarta ini pun berbasis rel yang dikenal
sebagai transportasi ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Agita, Suryadi. 2015. “Kepentingan Indonesia Menyepakati Kerjasama Ekonomi
Dengan Slovakia Dalam Bidang Energi Dan Infrastruktur.” Library of Riau
University 2(2):6–15.

Asri, Silsila. 2017. “Etika Dalam Pembangunan Internasional.” Andalas Journal


of International Studies 6(1):40–54.

Bagaskara, Annaas Maulana. 2018. “Kerjasama Pemerintah Indonesia Dan


ECPAT Dalam Menangani Permasalahan.” Journal of International
Relations, Volume 4, Nomor 3, 2018, Hal. 367-375 4(182):367–75.

Bintari, Antik, dan Landrikus H. S. Pandiangan. 2016. “Formulasi Kebijakan


Pemerintah Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Perseroan Terbatas (PT) Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta Di Provinsi DKI
Jakarta.” Jurnal Ilmu Pemerintahan 2(2):220–38.

International Development Coorperation | 13


Biro Komunikasi. 2019. “Menhub: MRT Sebagai Salah Satu Solusi Mengatasi
Kemacetan.” Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi.
Retrieved May 24, 2021 (https://maritim.go.id/menhub-mrt-sebagai-salah-
satu-solusi-mengatasi-kemacetan/).

Daris, Muhammad. 2019. “Kerjasama Indonesia-China Dalam Pembangunan


Kereta Cepat Jakarta-Bandung 2104-2018.” Universitas Komputer Indonesia
Bandung.

Digdowiseiso, Kumba. 2019. Teori Pembangunan. Jakarta: Lembaga Penerbitan


Universitas Nasional.

DPR.GO.ID, JDIH. 2007. “UU NO 23 TAHUN 2017.” Pravoslavie.Ru (1).

Edwi Gustikowendha. 2014. “Meningkatkan Kemampuan Membaca Puisi Pada


Peserta Didik Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 18 Matan Hilr Selatan
Kabupaten Ketapang.” 46–60.

Fachry, Reyhan Muhammad, dan Dudy Heryadi. 2019. “MDGs Sebagai Dasar
Strategi Kebijakan Luar Negeri Dalam Kerja Sama Pembangunan
Internasional GPEDC.” Padjadjaran Journal of International Relations
1(2):122.

Hasan, Muhammad, dan Muhammad Azis. 1999. Pembangunan Ekonomi &


Pemberdayaan Masyarakat.

Iqbal, Muhammad. 2020. “Alasan Jepang Memberikan Bantuan Luar Negeri Ke


Indonesia Dalam Proyek Mass Rapid Transit (MRT) Di Jakarta.” Universitas
Muhammadiyah Malang.

Jamaludin, Adon Nasrullah. 2016. Sosiologi Pembangunan. Bandung: Pustaka


Setia.

JDIH Departemen Perhubungan. 2009. “UU No.22 Tahun 2009.Pdf.” 203.

Kedutaan Besar Republik Federal Jerman Jakarta. n.d. “Kerja Sama


Pembangunan.”

International Development Coorperation | 14


Kharisma, Astried. 2017. “Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat Dalam
Pembangunan Infrastruktur (Studi Kasus Pembangunan Mass Rapid Transit
(MRT) Di Rute Koridor Selatan-Utara Tahap 1, Lebak Bulus, Jakarta
Selatan).” Universitas Diponegoro.

Lembaran, Tambahan, dan Peraturan Pemerintah. 2017. “PP Nomor 6 Tahun


2017.” 1–34.

Listifadah. 2015. “Social Impact of Railway Project a Case Study of Mass Rapid
Transit (MRT) Jakarta, Indonesia.” Warta Penelitian Perhubungan
27(1):19–28.

Purba, Bonaraja, dkk. 2021. Ekonomi Pembangunan. Medan: Yayasan Kita


Menulis.

Purnomo, Joko, dkk. 2017. Globalisasi Dan Politik Pembangunan Internasional.


Malang: UB Press.

Purwadi, Raden Iding. 2015. “Kepentingan Jepang Dalam Pemberian Bantuan


ODA (Official Development Assistance) Terhadap Proyek MRT (Mass
Rapid Transit) Jakarta.” Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Ramadhani, Niko. 2019. “5 Manfaat Kehadiran MRT Jakarta Untuk Indonesia.”


Akseleran. Retrieved May 24, 2021 (https://www.akseleran.co.id/blog/mrt-
jakarta/).

Ramadhayanti, Ana. 2020. “Analisis Pengaruh Dampak Tata Ruang Kota Dan
Antusias Masyarakat Dalam Menggunakan Mass Rapid Transit (MRT)
Terhadap Pengurangan Kemacetan Di Jakarta (Lebak Bulus-Hotel
Indonesia).” Jrunal Manajemen Pemasaran 14(1):1–7.

Sitanggang, Rohana, dan Euis Saribanon. 2018. “Faktor-Faktor Penyebab


Kemacetan Di Dki Jakarta.” Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan
Logistik (JMBTL) 4(3):289–96.

Sudagung, Adityo Darmawan, dkk. 2015. “Kerjasama Pembangunan Indonesia


Dan Uni Eropa: Suatu Analisis Teori Liberalisme Dalam Hubungan

International Development Coorperation | 15


Internasional.” Jurnal Ilmu Politik Dan Komunikasi 5(1):31–42.

Surminah, Iin. 2013. “Pola Kerjasama Lembaga Litbang Dengan Pengguna Dalam
Manajemen Litbang (Kasus Balai Penelitian Tanaman Pemanis Dan Serat).”
Jurnal Bina Praja 05(02):101–12. doi: 10.21787/jbp.05.2013.101-112.

Suryono, Agus. 2020. Dimensi-Dimensi Prima Teori Pembangunan. Malang:


Universitas Brawijaya Press.

Wini Mustikarani, dan Suherdiyanto. 2016. “Analisis Faktor-Faktor Penyebab


Kemacetan Lalu Lintas Di Sepanjang Jalan H Rais a Rahman (Sui Jawi)
Kota Pontianak.” Jurnal Edukasi 14(1):143–55.

International Development Coorperation | 16

Anda mungkin juga menyukai