Oleh :
Kelompok 8
Kelas C
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Etika
Kata Etika yang berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu Ethikos yang
berarti “timbul dari kebiasaan” atau juga perkataan Etika atau lazim juga disebut
etik yang berasala dari kata Yunani yaiut Ethos yang berarti “watak,
keasusialaan atau adat kebiasaan manusia”. Etika adalah sebuah sesuatu yang
dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai dan
kualitas yang menjadi studi untuk penilaian moral. Ada juga menurut para ahli
yaitu
Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli bahwa etika adalah
suatu aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya
dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Etika dalam
perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi
manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.
2.2 Kerjasama
Penghematan biaya
Pembagian risiko (risk sharing)
Perbaikan atau mempertahankan tingkat pelayanan
Peningkatan pendapatan dari layanan
Pelaksanaan yang lebih efisien
Manfaat ekonomi yang lebih luas (efek pengganda, penciptaan lapangan
kerja)
Penting bagi semua pihak untuk saling memahami, misi, fungsi dan
tugas, hak, kewajiban masing-masing sebagai pelaku pembangunan.
Melakukan persepsi dalam negoisasi kegiatan kemitraan, sangat
diperlukan keterbuakaan, komitmen dari para pelaku pembangunan
dengan dicapainya hasil yang saling menguntungkan.
Perlunya keterlibatan langsung seluruh pihak, terutama Pemerintah
Daerah, DPRD, masyarakat, karyawan dll.
Keberadaan dan akses data yang relevan, mudah, benar dan konsisten.
Dukungan yang jelas dan benar kepada pemberi keputusan baik tingkat
Pusat, Propinsi ataupun Daerah (Kabupaten/Kota).
Kriteria persyaratan lelang/negoisasi yang jelas, transparan dan
konsisten.
Struktur dan tugas tim negoisasi yang jelas dan kemampuan dalam
penguasaan materi bidang Hukum, Teknis dan Keuangan.
PPP unit atau Badan yang bertugas secara aktif untuk memfasilitasi
Kerjasama pemerintah dan swasta saat ini adalah BAPPENAS, direktorat
Pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (PKPS). Adapun
peraturanperaturan yang mendasari KPS dapat dilihat di PP No. 1 Tahun 2008
tentang Investasi Pemerintah, juga terutama di Perpres No. 67 Tahun 2005
tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur. Perpres ini telah diperbaiki menjadi Perpres No. 13 Tahun 2010.
Salah satu aspek penting dalam perpres ini adalah apresiasi terhadap ide atau
inovasi dari pihak swasta dalam proposal yang diajukan, dalam bentuk nilai atau
score tambahan bila proposal tersebut dilelangkan. Hal ini tentunya juga perlu
direspons sebelumnya dengan siapnya grand strategy dari pemerintah agar ide-
ide yang akan dilaksanakan tidak menyimpang dari grand strategy. U
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Proyek MRT merupakan salah satu mega proyek yang digagas langsung
oleh Joko Widodo yang kala itu merupakan Gubernur DKI Jakarta. Proyek MRT
ini atau yang lebih dikenal dengan masyarakat dengan sebutan mono rail di
bangun di sekitaran daerah Ibukota Jakarta . PT. MRT J didirikan berdasarkan
Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan BUMN PT. MRT
Jakarta (Perda 3/2008). Berdasakan Perda 3/2008, ruang lingkup PT. MRT
Jakarta adalah penyelenggaraan sarana dan prasarana perkeretapaian umum
perkotaan, yang meliputi pembangunan, pengoperasian, perawatan dan
pengusahaan prasarana dan sarana MRT. Kewenangan PT. MRT Jakarta untuk
mengembangkan proyek MRT didapatkan berdasarkan atribusi dari Perda
3/2008. Sejalan dengan UU Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian (UU
23/2007), yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan prasarana dan sarana
perkerataapian umum dapat dilakukan oleh BUMN, BUMD, badan hukum
Indonesia yang khusus didirikan untuk perkeretaapian, pemerintah atau
pemerintah daerah. Perda 3/2008 dan UU 23/2007 dengan demikian dapat
dianggap memberikan kewenangan secara atribusi kepada PT. MRT Jakarta
untuk melakukan tindakan terkait pembangunan prasarana dan sarana MRT dan
menandatangani kontrak kontruksi untuk dan atas namanya sendiri.
Pembangunan proyek MRT tersebut terdiri atas 3 tahap, yaitu: Tahap I –
(Lebakbulus-Dukuhatas), Tahap II - (Dukuhatas-Kota), dan Tahap III (Balaraja–
Cikarang). Saat ini, proyek pembangunan yang berjalan adalah Tahap I dengan
rute Lebakbulus-Dukuhatas yang diperkirakan akan selesai pada tahun
2016.Rencana dibangunnya MRT tersebut diharapkan untuk mengurangi
kemacetan yang terjadi di DKI jakarta,MRT Jakarta adalah salah satu program
Pemprov DKI dalam mengatasi kemacetan yang tertuang dalam Pola
Transportasi Makro (PTM). Beberapa strategi untuk menanggulangi kemacetan
yait yang tertuang dalam PTM ini adalah : (1) Pembangunan angkutan umum
massal, (2) Peningkatan jaringan jalan dan (3) Pembatasan lalu lintas dan
penggunaan kendaraan pribadi. Dengan hadirnya MRT sebagai transportasi
umum yang baik, masyarakat DKI lebih banyak yang menggunakan MRT dari
pada kendaraan pribadi seperti yang terjadi sekarang, sehingga kemacetan pun
akan terataasi dengan adanya MRT ini. Melihat dampak positif itulah yang
membuat gubernur DKI ingin membangun MRT, tetapi selain dampak
positifnya didalam pembangunan MRT ini ada juga dampak negatifnya,
kususnya pada dana pembangunan yang terhitung sangat mahal. Dan disini
merupakan sebuah permasalahan karena disini terlihat adanya kesenjangan
antara keadaan yang seharusnya dan keadaan yang sebenarnya.
Dalam hal ini, pemerintah sendiri haruslah memiliki etika yang baik
terhadap pihak swasta, memberi kepercayaan kepada pihak swasta dan tidak
menaruh curiga terhadap swasta karena apabila pemerintah tidak memiliki
keterbukaan berupa kepercayaan terhadap pihak swasta, maka sebuah tujuan
tersebut tidak akan berhasil untuk dicapai. Pemerintah juga harus adil dalam
pembagian resiko yang akan ditimbulkan dari MRT ini kepada pihak swasta, dan
pemerintah juga harus tidak lepas tanggung jawab begitu saja terhadap proyek
MRT dan tanggung jawab itu diberikan kepada swasta dengan sepenuhnya.
Dengan awal yang penuh pro kontra akibat biaya yang sangat banyak,
MRT merupakan sebuah realisasi dari pemerintah dalam kerjasamanya dengan
sector public. Etika pemerintah sangat diperlukan komitmennya dalam
menjalankan kerjasama dengan swasta ini. Apabila pemerintah sendiri tidak
memiliki etika yang baik terhadap sector swasta yang menangani pembangunan
MRT ini maka jelas sudah mega proyek ini akan mangkrak.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. tt. Kondisi KPS di Indonesia Serta
Peran Pengawasannya. Internet. Diakses melalui:
<http://www.bpkp.go.id/puslitbangwas/konten/2287/14.065-Kondisi-KPS-Serta-
Peran-Pengawasannya-di-Indonesia> [Diakses pada: 6 November 2017]
Sari, Kurnia. 2012. Pro dan Kontra MRT di Jakarta. Internet. Diakses melalui:
<http://megapolitan.kompas.com/read/2012/11/20/16240049/Pro.dan.Kontra.M
RT.di.Jakarta> [Diakses pada: 5 November 2017]
Sandra, Thresa. 2017. MRT Jakarta Gandeng WIKA untuk Studi Kawasan TOD.
Internet. Diakses melalui: <https://www.jakartamrt.co.id/2017/06/06/mrt-
jakarta-gandeng-wika-untuk-studi-kawasan-tod/> [Diakses pada 7 November
2017]