Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, ITB.
Abstrak
Kerja sama Sekber Kartamantul merupakan salah satu kerja sama antardaerah di Indonesia yang
diindikasikan berhasil. Namun, belum diketahui keberhasilan tersebut sebagai berlaku bagi seluruh
sektor. Penelitian ini mencoba untuk menilai keberhasilan kerja sama salah satu sektor yang
termasuk dalam kerja sama Sekber Kartamantul, yaitu sektor transportasi. Penilaian terhadap
keberhasilan kerja sama di sektor transportasi berdasarkan keefektifan adanya kerja sama
transportasi. Indikasi efektif atau belum efektifnya kerja sama di sektor transportasi kemudian
ditinjau berdasarkan dukungan bentuk dan proses kerja sama Kartamantul. Metode analisis kualitatif
digunakan sebagai metode analisis penelitian secara umum. Analisis didukung oleh sumber data
berupa hasil wawancara stakeholder terkait, observasi, dan data sekunder.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kerja sama sektor transportasi melalui Sekber Kartamantul telah
mengindikasikan adanya keefektifan. Ditinjau dari bentuk kerja sama, maka adanya komitmen,
kesadaran/inisiatif dari setiap anggota terutama untuk melaksanakan kesepakatan kebijakan telah
terbentuk berdasarkan kebutuhan bersama dan interdependensi yang kuat. Pemberdayaan biaya
dan tenaga ahli oleh setiap daerah juga telah mendukung upaya pelaksanaan kebijakan/program
yang telah disepakati. Dalam proses pelaksanaan koordinasi telah terdapat upaya untuk melibatkan
masyarakat, menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku serta menyesuaikan dengan nilai-nilai
daerah.
Kata kunci : Kerja sama antardaerah, Sekber Kartamantul, sektor transportasi, keefektifan
600,000
500,000
400,000 Kota Yogyakarta
300,000
Kab Bantul
200,000
Kab Sleman
100,000
0
1992 1994 1996 1998 2001 2003 2005 2008 2011
GAMBAR 1 Grafik Pertumbuhan Penduduk Kpy Tahun 2001-2010.Sumber: Hasil sintesis data BPS
setiap kecamatan di KPY, 2000-2010
Seiring dengan kondisi pertambahan penduduk Bantul. Terdapat 6 sektor infrastruktur yang
yang semakin meningkat, kebutuhan penduduk menjadi fokus kerja sama, yaitu infrastruktur
terhadap infrastruktur dasar juga akan jalan, drainase, persampahan, transportasi, air
meningkat. Terutama bagi kawasan perkotaan bersih, dan air limbah. Untuk mendukung
di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul jika keefektifan fungsi lembaga tersebut,
sifat kekotaan di kedua daerah terus pembentukan Sekber Kartamantul telah
berkembang. Hal tersebut dapat menimbulkan mendapat dukungan legalitas, baik dari ketiga
pertanyaan: siapa yang akan menyediakan dan daerah maupun provinsi.
siapa yang mengelola. Mengingat masing-
masing daerah memiliki potensi untuk dapat Sekber Kartamantul ditetapkan sebagai model
menyediakan kebutuhan infrastruktur bagi kerja sama antardaerah yang berhasil. Hal ini
penduduknya atau justru tidak mampu terbukti dengan penghargaan yang diperoleh
memenuhi kebutuhan tersebut. dari Departemen Dalam Negeri pada Juni tahun
2003, yaitu sebagai pemenang IMP Award 2003.
Kerja Sama Antardaerah Kartamantul Menurut Haryo Sasongko (dalam Sekber
Kartamantul, 2004), Sekber Kartamantul dinilai
Latar belakang dibentuknya Sekber Kartamantul berhasil dalam menjalin kerja sama dan
beberapa diantaranya, yaitu karena kawasan koordinasi antardaerah dalam satu provinsi
perbatasan/grey areas seringkali kurang sehingga tercapai tujuan pembangunan
diperhatikan. Selain itu, kerja sama antar- bersama. Selain itu menurutnya, Sekber Juga
daerah merupakan suatu keharusan bagi dua dinilai telah menerapkan asas-asas
atau lebih daerah otonom, mengingat otonomi, pemerintahan yang baik, seperti transparansi,
desentralisasi dan outward looking development akuntabilitas serta partisipatori.
adalah satu garis kebijakan dalam
pengembangan antardaerah. Dengan adanya Kerja Sama Antardaerah Kartamantul Sektor
Sekber Kartamantul yang merupakan Transportasi
regionalisasi kerja sama antardaerah ini,
diharapkan dapat mensinkronkan pembangunan Kerja sama sektor transportasi bertujuan agar
antardaerah (Sekber Kartamantul, 2011). tercipta sinkronisasi program dan kegiatan
pengelolaan prasarana dan sarana transportasi
Sekber Kartamantul menjalankan fungsinya di wilayah perkotaan Yogyakarta. Sektor
sebagai mediator, fasilitator dan koordinator di 3 transportasi memiliki dukungan legalitas yang
daerah yang tergabung dalam KPY, yaitu Kota terdapat dalam Perjanjian Kerja sama Antar
Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Pemerintah Kabupaten Bantul, Kabupaten
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A V2N2 |5
Evaluasi Keberhasilan Kerja Sama Antardaerah dalam Peningkatan Pengelolaan Infrastruktur
Sleman dan Kota Yogyakarta tentang Bentuk Kewenangan Sekber Kartamantul
Pengelolaan Prasarana dan Sarana Sistem
Transportasi Nomor 10/Perj/Bt/2001, Salah satu dukungan legalitas yang menjelaskan
08/PK.KDH/2001, 05/PK/2001. fungsi Sekber Kartamantul, yaitu Keputusan
Bersama Bupati Bantul, Bupati Sleman dan
Berdasarkan Laporan Kegiatan Sekber Walikota Yogyakarta Nomor: 04/Perj/RT/2001,
Kartamantul sejak tahun 2004 hingga 2010, 38/Kep.KPH/2001, 03 Tahun 2001 tentang
Sekber Kartamantul telah melakukan kegiatan Pembentukan Sekretariat Bersama Pengelolaan
dalam usaha meningkatkan pelayanan di bidang Prasarana dan Sarana Perkotaan antara
transportasi. Berikut ini kegiatan yang telah Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman dan Kota
dilaksanakan oleh Sekber Kartamantul jika Yogyakarta, pada pasal 2 ditetapkan bahwa
diklasifikasikan menurut prasarana dan sarana Sekber Kartamantul mempunyai fungsi
yang dikerjasamakan, yaitu sebagai berikut: penyelenggaraan usaha peningkatan kerja sama
pengelolaan prasarana dan sarana di wilayah
a) Kesepakatan penertiban angkutan, perkotaan Yogyakarta. Selanjutnya pada pasal 3
seperti penertiban angkutan desa yang menjelaskan tugas Sekber Kartamantul, yaitu
masuk ke Kota Yogyakarta, penertiban untuk membantu para pihak dalam
angkutan ilegal, penataan jalur mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan,
angkutan, pengembangan jaringan monitoring dan evaluasi, pengelolaan sarana
trayek, pembinaan koperasi angkutan dan prasarana di wilayah Perkortaan Yogyakarta.
dan lainnya.
b) Updating data statistik maupun Penelitian membagi peran Sekber Kartamantul
perhubungan. berdasarkan perjanjian kerja sama transportasi
c) Pengelolaan, pembangunan dan dalam 4 klasifikasi, yaitu peran
pemberdayaan terminal maupun sub pengawasan/monitoring dan evaluasi, peran
terminal, termasuk diantaranya menutup fasilitasi, peran mediasi, dan pemberlakuan
sub terminal yang mengganggu lalu sanksi. Berikut ini analisis peran-peran tersebut
lintas. berdasarkan hasil survey:
d) Pengendalian pencemaran udara melalui
payung hukum. a) Peran Monitoring dan Evaluasi Anggota
e) Fasilitas Park & Ride untuk mendukung Sekber Kartamantul
layanan bus perkotaan Trans Jogja.
f) Penanganan kemacetan di beberapa Pengawasan atau monitoring dalam
ruas jalan di perbatasan. keberjalanan implementasi
program/kebijakan tidak dilakukan dengan
Analisis Penilaian Keberhasilan Kerja prosedur secara khusus. Monitoring
Sama Kartamantul Sektor Transportasi dilakukan bersama, dalam artian
stakeholder terkait saling memonitoring
Penelitian ini mencoba mengidentifikasi tugas yang diberikan pada masing-masing
keberhasilan Sekber Kartamantul melalui pihak. Dalam hal evaluasi juga belum
pendekatan sektor, khususnya sektor terdapat bentuk evaluasi secara khusus
transportasi. Penilaian berdasarkan pengertian untuk menilai kinerja anggota pada masing-
bahwa keberhasilan yang dimaksud adalah masing tim, meskipun terdapat evaluasi
berhasil guna atau efektif. Untuk menelusuri bagi tim operasional, khususnya evaluasi
keefektifan tersebut sebelumnya akan dinilai bagi tim teknis.
mengenai input dan proses kerja sama yang
selanjutnya dinilai keefektifan kerja sama sektor b) Peran Fasilitasi Sekber Kartamantul
transportasi melalui Sekber Kartamantul.
Penilaian menggunakan kriteria Bardach (1972, Beberapa permasalahan strategis perkotaan
dalam Patton dan Sawicky, 1986) yaitu technical terkait transportasi telah dibahas bersama
feasibility. administrative operability dan political melalui Sekber Kartamantul. Permasalahan
viability. Dalam penelitian ini evaluasi dilakukan di sektor transportasi yang muncul di
secara ex-post dengan pendekatan evaluasi perkotaan Yogyakarta dapat diajukan untuk
secara formal. kemudian didiskusikan bersama melalui
Sekber Kartamantul. Pengusulan isu
1. Dukungan Kelembagaan transportasi tidak hanya berasal dari SKPD
6 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A V2N2
Indria Ryastra Astikawati
terkait, tetapi juga dapat diusulkan oleh perubahan rencana APBD maka dapat diusulkan
masyarakat, media massa, dan stakeholder pada tahun berikutnya. Pada akhirnya ketika
lainnya. APBD juga tidak mampu mencukupi kebutuhan
implementasi daerah masing-masing, maka
c) Peran Mediasi Sekber Kartamantul dapat diusulkan untuk memperoleh dana dari
provinsi atau pemerinntah pusat.
Pada sektor transportasi, perselisihan yang
kemudian terjadi akibat kesepakatan diatur Setelah proses pengusulan anggaran mencapai
melalui Perjanjian Kerja sama Pada final, kemudian ditunjuk tenaga ahli untuk
kenyataannya, menurut responden secara mengimplementasikan kebijakan/
umum, perselisihan yang terjadi merupakan program/kegiatan. Tenaga ahli yang dimaksud
perselisihan yang dapat diselesaikan dan merupakan staf SKPD masing-masing daerah.
diperoleh solusi bersama. Perselisihan atau Dalam hal ini penilaian dibatasi dengan asumsi
konflik yang terjadi, termasuk masalah bahwa setiap kesepakatan yang dilaksanakan
kendala dalam impelementasi, dibahas pada tentu terdapat tenaga ahli yang memang
agenda berikutnya sehingga diperoleh mampu dan sesuai dengan tugas pokok dan
kesepakatan baru yang lebih sesuai. fungsinya (tupoksi) untuk menyelesaikan tugas
dari masing-masing SKPD.
d) Pemberlakuan sanksi bagi pelanggar
kesepakatan Fasilitas Pendukung
Tidak diberlakukan adanya sanksi untuk Dukungan fasilitas ditinjau dari pelayanan kerja
sektor transportasi. Jika ditinjau dari segi sama Sekber Kartamantul yang memungkinkan
pengelolaan, maka adanya sanksi berlaku masyarakat untuk terlibat secara langsung
bagi sektor dengan pengelolaan di salah maupun tidak langsung. Pelibatan masyarakat
satu pihak atau pihak di luar anggota, secara langsung tentunya melalui pertimbangan
dalam hal ini swasta. Sedangkan sektor secara khusus terkait dengan dampak secara
yang tidak memberlakukan sanksi yaitu sosial, ekonomi dan lainnya, terutama yang
sektor yang mengelola jaringan yang saling berkaitan dengan kemungkinan kerugian yang
berkaitan atau tidak dapat dikelola salah akan dialami masyarakat tersebut. Selain
satu pihak. pelibatan masyarakat secara langsung,
penarikan aspirasi dari masyarakat juga dapat
Kemampuan Staf dan Finansial diperoleh secara tidak langsung, misalnya
melalui email, telepon, media massa dan lain
Untuk melaksanakan program/kebijakan yang sebagainya.
disepakati dibutuhkan pendanaan yang
mencukupi. Dalam hal pembiayaan juga telah 2. Proses Kerja Sama
diatur melalui Keputusan Bersama Bupati Bantul,
Bupati Sleman dan Walikota Yogyakarta Nomor: Proses kerja sama Sekber Kartamantul berkaitan
18 Tahun 2001, 01/PK-KDH/2001, 01 Tahun dengan proses penyesuaian dengan peraturan
2001 tentang Kerja sama Pengelolaan Prasarana berlaku, proses berkomitmen para pelaku
dan Sarana Perkotaan antar Kabupaten Bantul, kebijakan dan proses yang adil bagi stakeholder
Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta, yaitu terkait.
pada pasal 6 ayat 1 yang menetapkan bahwa
segala biaya yang timbul sebagai akibat Proses Penyesuaian dengan Aturan Berlaku
pelaksanaan keputusan bersama ini dibebankan
kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahap perumusan kebijakan/program melalui
Daerah masing-masingKabupaten/Kota diskusi Sekber Kartamantul pada dasarnya
bersangkutan dan dari sumber dana yang syah. disesuaikan dengan peraturan perundang-
undangan maupun peraturan pemerintah.
Kebijakan/program yang disepakati, yang Pelibatan SKPD untuk setiap isu yang dibahas
membutuhkan dana akan diusulkan masing- dapat dikategorikan sebagai upaya penyesuaian
masing daerah untuk dapat dimasukkan dalam dengan UU, PP dan peraturan berlaku lainnya.
rencana APBD. Jika belum termasuk dalam Selain itu, masing-masing SKPD memiliki
rencana APBD maka diajukan pada perubahan kewenangan yang juga telah diatur dalam perda
rencana APBD. Apabila telah melewati batas masing-masing tentang tupoksi.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A V2N2 |7
Evaluasi Keberhasilan Kerja Sama Antardaerah dalam Peningkatan Pengelolaan Infrastruktur
Proses berkomitmen para pelaku Aspek legal merupakan salah satu pendukung
kebijakan/program yang menguatkan adanya suatu perjanjian,
termasuk diantaranya, yaitu perjanjian kerja
Telah terdapat adanya komitmen yang sama. Dukungan legalitas kerja sama pada
mendukung keberjalanan kerja sama. Beberapa sektor transportasi dituangkan dalam Perjanjian
hal yang mengindikasi adanya komitmen Kerja sama antar Pemerintah Kabupaten Bantul,
tersebut yaitu ditinjau dari peran pemimpin, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta tentang
potensi inisiatif dan kemampuan menjaga Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sistem
hubungan baik antar anggota. Dalam hal Transportasi Nomor: 10/Perj/Bt/2001,
pemimpin, telah terdapat aktor yang mampu 08/PK.KDH/2001, 05/PK/2001. Perjanjian
menyatukan kepentingan berbagai pihak, tersebut diantaranya mengatur tentang sub atau
sehingga tercapai kesepakatan dari individu batasan sarana prasarana yang dikerjasamakan,
beragam kepentingan. Kemudian dalam hal yaitu:
potensi inisiatif, ditemukan inisiatif yang cukup, 1. Jaringan transportasi jalan wilayah
terutama dari kalangan tim teknis. Kemudian, perkotaan,
dalam hal kemampuan menjaga Hubungan Baik 2. Sub sistem manajemen dan rekayasa
Antar Anggota, dalam keberjalanannya lalu lintas dan angkutan jalan yang
koordinasi di Sekber Kartamantul telah berjalan mengatur tentang jaringan transportasi,
dengan baik. perlengkapan jalan, fasilitas pendukung
kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan
Proses yang adil bagi setiap stakeholder terkait (parkir, trotoar dan fasilitas
penyeberangan),
Proses yang adil bagi setiap stakeholder terkait 3. Sub sistem manajemen angkutan orang
merupakan proses penting untuk mencapai yang mengatur jaringan angkutan
kesepakatan bersama. Terkait dengan prioritas umum,
pengangkatan isu/permasalahan yang diusulkan 4. Sub sistem manajemen angkutan
oleh SKPD masing-masing daerah tidak terdapat barang yang mengatur jaringan lintas,
prioritas daerah. Dalam artian ketika Kota uji teknik dan laik jalan kendaraan
Yogyakarta dan Kabupaten Bantul secara bermotor,
bersama mengusulkan suatu isu/permaslahan 5. Sub sistem manajemen simpul, terminal
untuk dibahas, maka tidak ada pertimbangan transportasi jalan yang mengatur
kedaerahan untuk dapat diangkat dalam diskusi tentang terminal angkutan penumpang,
di Sekber Kartamantul. terminal angkutan barang serta
pangkalan dan tempat peristirahatan
3. Keefektifan Kerja Sama kendaraan angkutan barang,
6. Sub sistem jaringan transportasi jalan
Penilaian didasarkan pada efektifitas, yang rel kereta api perkotaan,
menurut Patton dan Sawicki (1986, p.157) 7. Sub sistem pembinaan, penyuluhan dan
merupakan ukuran terkait sejauh mana pengawasan yang mengatur tentang
kebijakan atau program mencapai apa yang pembinaan dan penyuluhan, dan
diinginkan. Capaian kebijakan atau program 8. Dampak lingkungan.
dapat ditinjau berdasarkan (outcome) menurut
tujuan dibentuknya kerja sama transportasi. Pertemuan untuk membahas permasalahan di
Dalam pasal 2, Perjanjian Kerja Sama antar bidang transportasi pada umumnya sesuai
Pemerintah Kabupaten Bantul, Kabupaten dengan batasan tersebut. Hal ini dapat dilihat
Sleman dan Kota Yogyakarta tentang dari laporan kegiatan Sekber Kartamantul di
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sistem bidang transportasi yang banyak membahas
Transportasi Nomor: 10/Perj/Bt/2001, tentang terminal, angkutan umum, parkir,
08/PK.KDH/2001, 05/PK/2001, dijelaskan bahwa jaringan jalan dan lainnya yang sesuai dengan
tujuan dari adanya kerja sama di bidang pokok aturan.
transportasi, yaitu untuk menciptakan
sinkronisasi program, kegiatan pengelolaan Perjanjian kerja sama yang ada dijadikan
prasarana dan sarana transportasi di wilayah sebagai pedoman secara umum bagi
perkotaan Yogyakarta. kebijakan/program/kegiatan yang menjadi
kesepakatan berikutnya. Dalam keberjalanannya,
Dukungan legalitas program/kebijakan/kegiatan yang disepakati
8 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A V2N2
Indria Ryastra Astikawati
dalam setiap agenda pertemuan tidak dibahas lebih lanjut atau sebagai pendukung
ditetapkan dalam bentuk surat perjanjian, tetapi kesepakatan lain dan kesepakatan sebagai final
hanya berupa notulensi yang dijadikan sebagai untuk ditindaklanjuti. Tabel IV.1 dan tabel IV.2
acuan pelaksanaan program/kebijakan. merupakan penilaian bagi kedua klasifikasi
Meskipun demikian, notulensi tersebut menjadi kesepakatan. Ketentuan penilaian bagi
tanggung jawab SKPD terkait untuk kesepakatan awal atau pendukung, yaitu ketika
melaksanakan apa yang telah disepakati. kesepakatan itu pada akhirnya dapat membawa
pada suatu implementasi kebijakan (terlaksana).
Implementasi program/kebijakan yang Prosentase bagi keduanya dinilai berdasarkan
disepakati kesepakatan program/kebijakan yang terlaksana
dibagi dengan jumlah kesepakatan. Masing-
Beberapa kesepakatan berdasarkan Laporan masing kesepakatan terlaksana diberi nilai 1.
Kegiatan Sekber Kartamantul sejak tahun 2004 Kesepakatan yang diberi nilai 0.5 ketika terdapat
sampai dengan 2010, khususnya terkait bidang indikasi pelaksanaan (dalam proses) tetapi
transportasi, telah diobservasi dan terkendala.
dikonfirmasikan pada stakeholder terkait.
Kesepakatan yang menjadi obyek observasi
merupakan kesepakatan yang dapat teramati ( )
secara langsung atau secara spasial.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa 91.66%. Hal ini mengindikasikan bahwa kerja
kesepakatan kebijakan/program di sektor sama di sektor transportasi terlaksana dengan
transportasi yang dikerjasamakan melalui efektif. Menurut stakeholder yang dikonfirmasi
Sekber Kartamantul sebagian besar telah terkait pelaksanaan kesepakatan, sebagian
dilaksanakan. Jika dihitung rata-rata kedua besar menyatakan bahwa secara umum
klasifikasi, maka diperoleh nilai, yaitu sebesar