Anda di halaman 1dari 13

Kebijakan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 46 Tahun 2018 Terhadap Sopir Mobil

Barang Bertonase Besar (Studi Fenomenologi Pada Sopir Mobil Barang Bertonase Besar
di Balaraja)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah MPS
Kualitatif

Dosen Pengampu: Ika Arinia Indriyani

Disusun oleh:
Shella Nazwa Erlanda
6670200055
5A

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia, transportasi mempunyai peran yang sangat penting
terutama dalam dunia perdagangan. Sesuai dengan perkembangan zaman, kebutuhan
hidup sehari-hari akan sarana transportasi semakin hari dirasa semakin meningkat.
Dalam hal ini dikarenakan tanpa adanya peran transportasi, suatu perusahaan tidak akan
terselenggara atau beroperasi. Transportasi merupakan elemen paling utama dalam
suatu sistem kehidupan, sistem pemerintahan, serta sistem kemaysrakatan. Transportasi
dalam hal ini menjadi sarana penting serta strategis dalam mempercepat roda
perekonomian. Disisi lain, transportasi juga mempunyai peran sebagai penyangga,
pendorong, serta percepatan untuk pertumbuhan suatu daerah yang berpotensi tetapi
belum berkembang (Aminah, 2012). Menurut KBBI sendiri transportasi yakni
pengangkutan barang oleh bermacam jenis kendaraan yang sesuai dengan kemajuan
teknologi. Dengan demikian, pengangkutan dapat diartikan sebagai pengiriman barang
atau orang dari suatu tempat ke tempat lain.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. PM 60 Tahun


2019 mengenai penyelenggaraan angkutan barang yang terdapat pada pasal 1 ayat 1
yang menjelaskan mengenai definisi angkutan barang, yakni perpindahan suatu barang
dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan kendaraan di jalan lalu lintas.
Kemudian pada pasal 1 ayat 4 menyatakan bahwa mobil barang sendiri merupakan
suatu kendaraan yang dirancang untuk mengangkut suatu barang (Menteri
Perhubungan Republik Indonesia, 2019).

Di Kabupaten Tangerang sendiri, terdapat banyak aktivitas kendaraan angkutan barang


yang dimana beroperasi setiap saat. Hal tersebut menimbulkan banyak keluhan dari
masyarakat terhadap aktivitas kendaraan pengangkut barang. Kendaraan pengangkut
barang ini berupa barang khusus tambang seperti tanah, pasir, batu yang mana
beroperasi pada waktu siang hari. Hal tersebut memberikan dampak pada kemacetan
serta kerusakan pada jalan dikarenakan mobil pengangkut barang mempunyai bobot
yang tinggi serta sering menimbulkan kecelakaan yang dapat merampas korban jiwa.
Keluhan masyarakat tersebut mendapat respon cepat dari pemerintah Kabupaten
Tangerang, dimana pemerintah mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbup) Tangerang
Nomor 47 Tahun 2018 tentang Perubahan Peraturan Bupati Tangerang No. 46 Tahun
2018 mengenai Pembatasan Waktu Opersional Mobil Barang pada Ruas Jalan di
Wilayah Kabupaten Tangerang. Dimana pembatasan jam operasional angkutan barang
tersebut yakni dari pukul 22.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB. Pembatasan jam
operasional tersebut ditetapkan pada jalan-jalan yang terdapat diwilayah Kabupaten
Tangerag yang menjadi kewenangan daerah (Salahudin, 2019).

Kebijakan perda Nomor 47 Tahun 2018 tentang Perubahan Peraturan Bupati Tangerang
No. 46 Tahun 2018 mengenai Pembatasan Waktu Opersional Mobil Barang pada Ruas
Jalan di Wilayah Kabupaten Tangerang ini memang menjadi perhatian khusus di
Kabupaten Tangerang, tarik menarik kepentingan antara pengusaha, sopir, masyarakat
umum dan pemerintah membuat realisasi perda ini seolah pasang surut, demo
masyarakat mendukung perda ini dan balasan demo dari sopir mobil barang bertonase
besar menolak perda ini menjadikan perda ini semakin menarik diteliti menggunakan
metodologi penelitian fenomonelogi, karena sesuai dengan teori cresweel bahwasanya
teori fenomenologi merupakan pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap
berbagai pengalaman hidup mereka terkait dengan konsep atau fenomena, dalam hal
ini pengalaman hidup sopir mobil barang bertonase besar yang menjadi subjek atau
actor dari kebijakan ini, untuk melihat intisari universal terhadap kebijakan yang penuh
pro dan kontra yang terus berlarut di Kabupaten Tangerang.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan pengidentifikasian masalah yang mana nantinya akan
diteliti oleh peneliti untuk meperoleh data dalam penelitian dimana dalam hal ini
merupakan penelitian mengenai “Kebijakan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 46
Tahun 2018 Terhadap Sopir Mobil Barang Bertonase Besar (Studi Fenomenologi Pada
Sopir Mobil Barang Bertonase Besar di Balaraja)”. Jika dilihat dari latar belakang
yang dipaparkan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yakni:
1. Adanya problematikan dalam pelaksanaan pembatasan jam operasional mobil
barang
2. Penerapan kebijakan pembatasan waktu opersional mobil barang pada ruas jalan di
wilayah Kabupaten Tangerang yang berdampak pada sopir di Balaraja.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada bagian latar belakang serta jika memperhatikan
poin-poin yang terdapat pada identifikasi masalah, maka peneliti mendapati rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana respon sopir mobil pengangkut barang bertonase besar di Balaraja
dalam menanggapi kebijakan Bupati Tangerang?
2. Apa dampak dari diberlakukannya kebijakan tersebut setelah 4 tahun berjalan bagi
kehidupan sopir mobil pengangkut barang bertonase besar?

D. Tujuan Penelitian
Pada suatu penelitian, dirasa sangat penting untuk menentukan tujuan yang hendak
dicapai setelah penelitian dilaksanakan. Hal tersebut pada dasarnya penelitian tanpa
tujuan merupakan suatu tantangan untuk peneliti dikarenakan tidak terdapat cepaian
yang diraih. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang,
identifikasi masalah, serta rumusan masalah maka penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui respon sopir mobil pengangkut barang bertonase besar di
Balaraja dalam menanggapi kebijakan Bupati Tangerang
2. Untuk mengetahui dampak dari diberlakukannya kebijakan tersebut setelah 4 tahun
berjalan bagi kehidupan sopir mobil pengangkut barang bertonase besar

E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian “Kebijakan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 46 Tahun 2018
Terhadap Sopir Mobil Barang Bertonase Besar (Studi Fenomenologi Pada Sopir
Mobil Barang Bertonase Besar di Balaraja)”, terdapat beberapa manfaat yang
diperoleh peneliti, yakni:
1. Untuk mengembangkan sekaligus menerapkan ilmu yang diperoleh selama
masa perkuliahan.
2. Adanya penelitian ini diharapkan hasil yang diperoleh mampu menjadi
referensi untuk penelitian berikutnya.
3. Dapat dijadikan sebagai sebuah pengalaman bagi penulis dalam melaksanakan
penelitian kedepannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Kebijakan Publik
Anderson (dalam Affrian, 2012) mendefinisikan kebijakan sebagai sejumlah
tindakan yang dilakukan oleh actor atau beberapa actor yang berhubungan dengan
problematikan yang dihadapi. Kebijakan disini berhubungan dengan suatu tindakan.
Disisi lain, Friedrich menyatakan bahwa kebijakan merupakan suatu tindakan yang
mengapa pada tujuan yang diusulkan oleh individu, kelompok, ataupun pemerintah
dalam suatu lingkunga tertentu yang disertai dengan adanya hambatan dan upaya
menemukan peluang guna mencapai tujuan yang diinginkan. Pandangan-
pandangan mengenai kebijakan tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya kebijakan
berkaitan dengan agenda/rencana yang ditujukan untuk memperoleh tujuan tertentu.
Kebijakan public sendiri merupakan salah satu elemen negara yang tidak bisa
diabaikan. Dimana kebijakan public ini sebuah opsi pemerintah untuk
melaksanakan sesuai atau tidak melakukan sesuatu (Affrian, 2012).
Pada masyarakat demokratis, kebijakan public pada dasarnya merupakan cerminan
dari adanya suara/opini public. Hal tersebut sangat perlu untuk menciptakan
kebijakan yang efektif. Untuk menciptakan opini public diperlukan adanya
beberapa hal yakni (1) adanya perangkat yang jelas seperti halnya peraturan
perundang-undangan, supaya masyarakat tahu dengan jelas mengenai kebijakan
yang dibuat, (2) kebijakan public harus jelas terkait struktur serta administrasinya,
(3) perlu adanya prosedur control public dalam penyelenggaraannya supaya tidak
menciptakan adanya penyimpangan (Anggara, 2014). Namun dalam masyarakat
yang bersifat otoriter, kebijakan public merupakan suatu output dari pemerintah
tanpa melibatkan public sehingga 3 perangkat diatas tidak terjadi.
2. Transportasi
Transportasi merupakan sebuah sarana yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, baik untuk keberlangsungan interaksi antar manusia, ataupun sebagai alat
untuk mempermudah manusia dalam memindahkan barang dari satu tempat ke
tempat lain. Aktivitas kehidupan social dalam hal ini merupakan karakteristik
keberadaan manusia sebagai masyarakat yang berkelompok, adanya kegiatan
masyarakat tersebut diperlukan adanya sarana penyokong yang memadai. Sarana
tersebut salah satunya yakni layanan transportasi/jaringan transportasi.
Adisasmita menyebut transportasi sebagai sarana penghubung atau yang
menghubungkan antara daerah produksi & pasar atau bisa disebut menjembatani
produsen dengan konsumen. Transportasi mempunyai peran sangat penting, yakni
sebagai sarana penghubung, mendekatkan, menjembatani antara berbagai pihak
yang saling membutuhkan (Fatimah, 2019).
3. Lalu Lintas Jalan
Dalam UU No. 22/2009 mengenai Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan
sebagai gerak kendaraan serta orang di ruang lalu lintas jalan. Ruang lalu lintas jalan
disini dimaksudkan sebagai prasarana yang peruntukkan bagi gerak pindah
kendaraan, orang atau barang seperti jalan serta fasilitas pendukung. Problematikan
lalu lintas secara umum yakni berupa keamanan serta keselamatan lalu lintas yang
kurang, kemacetan lalu lintas, adanya pelanggaran lalu lintas, serta ketidaktertiban
lalu lintas. Dalam hal ini terdapat jenis kendaraan bermotor berdasarkan UU No.
22/2009 pasal 5, yakni:
1. Sepeda motor merupakan kendaraan bermotor roda 2 dengan atau tanpa rumah-
rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda
tiga tanpa rumah-rumah.
2. Mobil penumpang merupakan jenis kendaraan yang terdapat kurang lebih 8
tempat duduk (tidak termasuk tampat duduk sopir) baik terdapat atau tidak
adanya perlengakapan pengangkutan bagasi.
3. Mobil bus merupakan kendaran yang terdapat lebih dari 8 tampat duduk (tidak
termasuk tampat duduk sopir) baik terdapat atau tidak adanya perlengakapan
pengangkutan bagasi.
4. Mobil barang merupakan kendaraan selain dari kendaraan bermotor, mobil
penumpang, serta mobil bus. Dimana mobil ini diperuntukan bagi
pengangkutan suatu barang.
5. Kendaraan khusus merupakan kendaraan yang bukan termasuk kendaraan
bermotor untuk penumpang serta untuk barang, melainkan penggunaannya
untuk keperluan khusus atau mengangkut berbagai barang khusus (Yuserlina,
2019).
4. Pengangkutan Barang
Pengangkutan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
serta tidak mmapu dipisahkan dari kegiatan masyarakat. Penggunaan jasa
pengangkut barang sudah menjadi kebutahan masyarakat dalam melaksanaan
kegiatan usahanya atau dalam melakukan pengiriman ke suatu tempat. Dalam hal
ini pengangkutan mempunyai 3 macam, yakni pengangkutan darat, perairan, serta
udara yang dimana ketiga macam pengangkutan tersebut dapat juga mengangkut
orang, barang ataupun jasa. Pengangkutan adalah suatu perjanjian timbal balik
antara pengangkut dengan pengirim, yang mana pengangkut disini mengikatkan
dirinya untuk melaksnakan pengangkutan barang/jasa /orang dari satu tempat ke
tempat tujuan, kemudian mengenai pengirim sendiri mengikatkan dirinya untuk
membayar biaya angkutannya (Purwosutjipto, 2015).

B. Penelitian Terdahulu
1. Sultan Salahudin (2021)
Penelitian berjudul “Efektivitas Peraturan Bupati Tangerang Nomor 47 Tahun
2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Tangerang Nomor 46 Tentang
Pembatasan Waktu Operasional Mobil Barang Pada Ruas Jalan Di Wilayah
Kabupaten Tangerang” yang dilakukan oleh Sultan Salahudin pada tahun 2020
dilatarbelakangi oleh adanya kebijakan pembatasan waktu operasional mobil
barang yang berlaku dari pukul 22.00-05.00 WIB, serta mobil barang yang di
maksud yaitu mobil barang khusus tambang (batu, tanah dan pasir). Karena peneliti
masih melihat beberapa kendaraan mobil barang khususnya mobil truk tanah yang
melanggar waktu operasional mobil barang pada ruas jalan di wilayah kabupaten
tangerang. Penelitin ini mengangkat judul mengenai pembatasan waktu operasional
mobil barang pada ruas jalan di kabupaten bertujuan karena ingin mengetahui sudah
efektif atau belum peraturan yang di buat oleh bupati tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Sultan Salahudin ini menggunakan metode
penelitian empiris dengan cara mengolah data dan wawancara. Yang dimana
berdasarkan dari hasil megolah data dan wawancara beberapa pihak, peraturan
tersebut sudah efektif namun masih ada beberapa mobil truk tanah yang melanggar
karena terbatasnya jumlah personil yang mengawasi dan mobil tanah yang
melanggar jam operasional di kenakan undang – undang nomor 22 tahun 2009
tentang lalu lintas jalan sesuai dengan jenis pelanggarannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Sultan Salahudin yang dilakukan pada tahun 2021
ini mempunyai persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis yakni
mengenai permasalahan kebijakan Peraturan Bupati Nomor 47 Tahun 2018
Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Tangerang Nomor 46 Tentang
Pembatasan Waktu Operasional Mobil Barang Pada Ruas Jalan Di Wilayah
Kabupaten Tangerang, kemudian terkait lokasi penelitian pada penelitian ini
dilakukan di wilayah Kabupaten Tangerang yang sama dengan lokasi penelitian
penulis. Namun disisi lain terdapat juga perbedaan dalam penelitian Sultan
Salahudin dengan penelitian penulis yakni terkait dengan focus permasalahan
dimana permasalahan dalam penelitian ini berfokus pada seberapa efektif kebijakan
Bupati tersebut, sedangkan penulis sendiri memfokuskan permasalahan pada
respon sopir mobil pengangkut barang bertonase besar di Balaraja dalam
menanggapi kebijakan Bupati Tangerang.
2. Muhamad Arman Taufik (2016)
Penelitian berjudul “Pengaruh Arus Kendaraan Berat (Truk) Terhadap Tingkat
Kemacetan Lalu Lintas Di Kelurahan Mawang, Kecamatan Somba Opu,
Kabupaten Gowa” yang dilakukan oleh Muhamad Arman Taufik dilatarbelakangi
oleh tingginya aktivitas masyarakat memicu penggunaan sara transportasi yang ikut
meningkat. Dalam hal ini menimbulkan permasalahan seperti meningkatnya jumlah
kendaraan yang tidak seimbang dengan kapasitas ruas jalan, sehingga menciptakan
ketidaknyamanan masyarakat seperti halnya adanya kemacetan. Kemacetan
tersebut dipengaruhi adanya kendaraan berat yang juga menimbulkan kerusakan
jalan. Tidak hanya itu, banyaknya kendaraan berat yang melintas juga menimbulkan
kecelakaan hingga merenggut nyawa. Kemudian juga terdapat hambatan di ruas
jalan dikarenakan banyak truk yang berparkir.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Arman Taufik ini mempunyai persamaan
dengan penelitian yang penulis lakukan yakni mengenai keresahan masyarakat
terhadap adanya mobil bertonase besar, namun pada penelitian ini focus
permasalahannya yakni meneliti pengaruh kendaraan truk terhadap kinerja ruas
jalan serta upaya penanganan masalah tersebut. Sedangkan pada penelitian yang
penulis lakukan ialah fokus kepada bagaimana para sopir melihat kebijakan
Pembatasan Waktu Opersional Mobil Barang.

C. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir merupakan sebuah landasan awal penelitian, dimana seorang penulis
menggabungkan masalah yang akan di teliti dengan masalah yang akan dikaji.
Berkaitan dengan penilitian ini, bahwa adanya mobil pengangkut barang bertonase
besar ini menimbulkan desakan dari masyarakat karena sering terjadinya kecelakang
yang menyebabkan kematian. Desakan masyarakat tersebut terealisasikan dengan
dikeluarkannya kebijakan mengenai pembatasan waktu operasional. Kebijakan tersebut
mendapatkan respon penolakan dari pengusaha hingga sopir mobil truk bertonase besar.
Yang kemudian kebijakan tersebut tidak efektif karena masih terdapat pelanggaran.
Secara umum kerangka berfikir penelitian ini dapat di lihat melalui gambar di bawah
ini:

Desakan masyarakat terhadap


mobil truk bertonase besar

Kebijakan pembatasan waktu


operasional

Tidak berjalan efektif dan


masih banyak pelanggaran

Mendapat respon penolakan


dari pengusaha hingga sopir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian dengan judul “Kebijakan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 46 Tahun
2018 Terhadap Sopir Mobil Barang Bertonase Besar (Studi Fenomenologi Pada Sopir
Mobil Barang Bertonase Besar di Balaraja).” yang dilakukan oleh penulis
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Menurut John
Cresweel, pendekatan fenomenologi mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah
individu terhadap berbagai pengalaman hidup mereka terkait dengan konsep atau
fenomena. Pendekatan fenomenologi ini memfokuskan untuk mendeskripsikan apa
yang sama/umum dari semua partisipan ketika mereka mengalami fenomena. Tujuan
pendekatan fenomenologi ini ialah untuk mereduksi pengalaman individu pada
fenomena menjadi deskripsi tentang esensi atau intisari universal. Dimana peneliti
mengidentifikasi fenomena (objek dari pengalaman manusia), yang dalam hal ini
mengacu pada pengalaman hidup sopir mobil barang bertonase besar yang menjadi
subjek atau actor dari kebijakan ini, untuk melihat intisari universal terhadap kebijakan
yang penuh pro dan kontra yang terus berlarut di Kabupaten Tangerang.

B. Focus Penelitian
Pada penelitian “Kebijakan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 46 Tahun 2018
Terhadap Sopir Mobil Barang Bertonase Besar (Studi Fenomenologi Pada Sopir Mobil
Barang Bertonase Besar di Balaraja).” penulis memfokuskan penelitian kepada
bagaimana para sopir melihat kebijakan Pembatasan Waktu Opersional Mobil Barang,
karena masih menimbulkan adanya pro dan kontra. Dengan demikian penulis dapat
mengetahui pandangan sopir terhadap kebijakan Peraturan Bupati Tangerang Nomor
46 Tahun 2018.

C. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yakni
sebagai berikut.
1. Wawancara. Merupakan suatu Teknik yang dapat dipergunakan oleh seorang
peneliti untuk mengumpulkan berbagai data dengan cara berkomunikasi baik
secara langsung maupun tidak dengan objek penelitian. Maka dapat dipahami
bahwasanya teknik wawancara ini dimaksudkan dengan komunikasi dua arah
yang bertujuan untuk mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan topik
penelitian guna memperoleh suatu data.

2. Observasi
Observasi merupakan salah satu bagian dari penelitian kualitatif, dimana dengan
melakukan observasi peneliti mampu mendokumentasikan serta merefleksikan
secara tersrtuktur terhadap kegiatan serta interaksi subjek penelitian. Dalam hal ini,
semua yang dilihat serta didengar dalam observasi dapat dicacat serta direkan
dengan teliti apabila sesuai dengan topik permasalahan yang dikaji dalam penelitian.
Perlunya pengamatan dalam melakukan penelitian ialah karena peneliti mampu
menganalisis serta melakukan pencatatan secara bersusun terkait perilaku seseorang
atau kelompok secara langsung. Sehingga mampu mendapatkan gambaran yang
luas mengenai permasalahan yang diteliti. Tak hanya itu, peneliti juga mampu
mengamati secara visual terhadap objek yang dikaji sehingga data yang diperoleh
bersifat validitas (Nugrahani, 2014)

D. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan suatu teknik yang mana data yang telah terkumpul kemudian
akan dianalisis guna mencari tahu kebenaran data tersebut. Dalam hal ini terdapat 3
tahapan yang perlu diperhatikan yakni:
1. Mereduksi Data. Tahap awal dalam analisis data, dimana peneliti diharuskan untuk
memilih data yang sesuai dengan penelitian
2. Menyajikan Data. Tahapan yang mengharuskan peneliti untuk mendeskripsikan
data kedalam bentuk yang sederhana
3. Verifikasi Data. Dalam tahap ini, peneliti akan mengambil kesimpulan dari
berbagai data yang telah di reduksi serta sajikan (Haryoko, 2020).

E. Teknik Tringulasi
Menurut Patton dalam (Haryoko, 2020) teknik tringulasi merupakan sebuah teknik
dimana dalam penelitian perlu adanya uji keabsahan/keakuratan data yang diperoleh.
Teknik ini terdapat 4 jenis yakni sebagai berikut.
1. Tringulasi Sumber. Untuk menguji keakuratan dilakukan dengan mencari
informasi yang sama pada sumber data yang berbeda, agar data yang didapatkan
tidak bersifat subjektif
2. Tringulasi Metode. Untuk menguji keakuratan dilakukan dengan menggunakan
metode yang beda pada sumber data yang sama
3. Tringulasi Peneliti. Untuk menguji keakuratan dilakukan dengan membandingkan
data yang diperoleh dari lapangan dengan data yang diperoleh dari penelitian
selanjutnya dengan peneliti yang beda
4. Tringulasi Teori. Dalam hal ini dilakukan dengan menggunakan beragam teori
dalam mencari data serta membahas problematika yang sama.

Tringulasi merupakan kombinasi berbagai sumber data, tenaga peneliti, teori, serta
teknik metodologis dalam suatu penelitian terkait gejala social. Tringulasi ini
dibutuhkan karena setiap teknik mempunyai kelemahan serta kelebihannya masing-
masing. Sehingga tringulasi memungkinkan tangkapan realitas secara lebih valid.
Terdapat 4 jenis tringulasi yakni sebagai berikut.
1. Tringulasi Data. Penggunaan berbagai macam sumber data dalam suatu penelitian
2. Tringulasi Peneliti. Penggunaan beberapa peneliti yang mana disiplin ilmunya
berbeda dalam suatu penelitian
3. Tringulasi Teori. Penggunaan beberapa pandangan/perspektif dalam menafsirkan
satu data
4. Tringulasi Teknik Metodologis. Penggunaan beberapa teknik dalam suatu
penelitian (Huberman & Miles, 1992).

F. Lokasi dan Jadwal Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan lokus yang dipilih oleh peneliti untuk melakukan
penelitian, dengan ini peneliti memiliki batasan dimana penelitian harus dilakukan.
Pada penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian di daerah Balaraja, Kabupaten
Tangerang.
2. Jadwal penelitian
Jadwal penelitian yang penulis lakukan pada penelitian ini ialah sesuai dengan
arahan serta waktu penelitian yang sudah disepakati pada awal perkuliahan. Dimana
penelitian ini dilaksnakan dengan waktu yang intens agar mampu memperoleh data
yang sesuai dan selengkap mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Affrian, R. (2012). Kebijakan Publik by Eko Handoyo. Semarang: Widya Karya, 323.
Aminah, S. (2012). Transportasi Publik dan Aksesbilitas Masyarakat Perkotaan. Teknik Sipil
Untan, 12(DESEMBER), 175–176. file:///C:/Users/Nur Ali
Rahmatullah/Downloads/1435-4550-1-PB.pdf
Anggara, S. (2014). Kebijakan Publik. Penerbit Pustaka Setia.
Fatimah, S. (2019). Pengantar Transportasi. Myria Publisher.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=PEnCDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1
&dq=jurnal+tentang+transportasi&ots=Xt9kC7oU-
O&sig=wlnza2tNyvno7xjtAyspJUHN7xs&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
Haryoko, S. (2020). Analisis Data Penelitian Kualitatif (Konsep, Teknik & Prosedur
Analisis). Badan Penerbit UNM.
Huberman, & Miles. (1992). Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif. Jurnal Studi
Komunikasi Dan Media, 02(1998).
Menteri Perhubungan Republik Indonesia. (2019). Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia No.60 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang dengan
Kendaraan Bermotor di Jalan. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
No.60 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang Dengan Kendaraan
Bermotor Di Jalan, 116.
Nugrahani, F. (2014). METODE PENELITIAN KUALITATIF: Dalam Penelitian Pendidikan
Bahasa. 信阳师范学院, 1(1), 305.
Purwosutjipto. (2015). Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3 Hukum Pengangkutan
(3rd ed.).
Salahudin, S. (2019). EFEKTIVITAS PERATURAN BUPATI NOMOR 47 TAHUN 2018
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 46
TAHUN 2018 TENTANG PEMBATASAN WAKTU OPERASIONAL MOBIL BARANG
PADA RUAS JALAN DI WILAYAH KABUPATEN TANGERANG. 5–10.
Yuserlina, A. (2019). Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas Oleh Satuan Lalu Lintas
Polres Bukitinggi Terhadap Pelajar. JCH (Jurnal Cendekia Hukum), 4(2), 334.
https://doi.org/10.33760/jch.v4i2.133

Anda mungkin juga menyukai