Barang Bertonase Besar (Studi Fenomenologi Pada Sopir Mobil Barang Bertonase Besar
di Balaraja)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah MPS
Kualitatif
Disusun oleh:
Shella Nazwa Erlanda
6670200055
5A
Kebijakan perda Nomor 47 Tahun 2018 tentang Perubahan Peraturan Bupati Tangerang
No. 46 Tahun 2018 mengenai Pembatasan Waktu Opersional Mobil Barang pada Ruas
Jalan di Wilayah Kabupaten Tangerang ini memang menjadi perhatian khusus di
Kabupaten Tangerang, tarik menarik kepentingan antara pengusaha, sopir, masyarakat
umum dan pemerintah membuat realisasi perda ini seolah pasang surut, demo
masyarakat mendukung perda ini dan balasan demo dari sopir mobil barang bertonase
besar menolak perda ini menjadikan perda ini semakin menarik diteliti menggunakan
metodologi penelitian fenomonelogi, karena sesuai dengan teori cresweel bahwasanya
teori fenomenologi merupakan pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap
berbagai pengalaman hidup mereka terkait dengan konsep atau fenomena, dalam hal
ini pengalaman hidup sopir mobil barang bertonase besar yang menjadi subjek atau
actor dari kebijakan ini, untuk melihat intisari universal terhadap kebijakan yang penuh
pro dan kontra yang terus berlarut di Kabupaten Tangerang.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan pengidentifikasian masalah yang mana nantinya akan
diteliti oleh peneliti untuk meperoleh data dalam penelitian dimana dalam hal ini
merupakan penelitian mengenai “Kebijakan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 46
Tahun 2018 Terhadap Sopir Mobil Barang Bertonase Besar (Studi Fenomenologi Pada
Sopir Mobil Barang Bertonase Besar di Balaraja)”. Jika dilihat dari latar belakang
yang dipaparkan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yakni:
1. Adanya problematikan dalam pelaksanaan pembatasan jam operasional mobil
barang
2. Penerapan kebijakan pembatasan waktu opersional mobil barang pada ruas jalan di
wilayah Kabupaten Tangerang yang berdampak pada sopir di Balaraja.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada bagian latar belakang serta jika memperhatikan
poin-poin yang terdapat pada identifikasi masalah, maka peneliti mendapati rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana respon sopir mobil pengangkut barang bertonase besar di Balaraja
dalam menanggapi kebijakan Bupati Tangerang?
2. Apa dampak dari diberlakukannya kebijakan tersebut setelah 4 tahun berjalan bagi
kehidupan sopir mobil pengangkut barang bertonase besar?
D. Tujuan Penelitian
Pada suatu penelitian, dirasa sangat penting untuk menentukan tujuan yang hendak
dicapai setelah penelitian dilaksanakan. Hal tersebut pada dasarnya penelitian tanpa
tujuan merupakan suatu tantangan untuk peneliti dikarenakan tidak terdapat cepaian
yang diraih. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang,
identifikasi masalah, serta rumusan masalah maka penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui respon sopir mobil pengangkut barang bertonase besar di
Balaraja dalam menanggapi kebijakan Bupati Tangerang
2. Untuk mengetahui dampak dari diberlakukannya kebijakan tersebut setelah 4 tahun
berjalan bagi kehidupan sopir mobil pengangkut barang bertonase besar
E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian “Kebijakan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 46 Tahun 2018
Terhadap Sopir Mobil Barang Bertonase Besar (Studi Fenomenologi Pada Sopir
Mobil Barang Bertonase Besar di Balaraja)”, terdapat beberapa manfaat yang
diperoleh peneliti, yakni:
1. Untuk mengembangkan sekaligus menerapkan ilmu yang diperoleh selama
masa perkuliahan.
2. Adanya penelitian ini diharapkan hasil yang diperoleh mampu menjadi
referensi untuk penelitian berikutnya.
3. Dapat dijadikan sebagai sebuah pengalaman bagi penulis dalam melaksanakan
penelitian kedepannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Kebijakan Publik
Anderson (dalam Affrian, 2012) mendefinisikan kebijakan sebagai sejumlah
tindakan yang dilakukan oleh actor atau beberapa actor yang berhubungan dengan
problematikan yang dihadapi. Kebijakan disini berhubungan dengan suatu tindakan.
Disisi lain, Friedrich menyatakan bahwa kebijakan merupakan suatu tindakan yang
mengapa pada tujuan yang diusulkan oleh individu, kelompok, ataupun pemerintah
dalam suatu lingkunga tertentu yang disertai dengan adanya hambatan dan upaya
menemukan peluang guna mencapai tujuan yang diinginkan. Pandangan-
pandangan mengenai kebijakan tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya kebijakan
berkaitan dengan agenda/rencana yang ditujukan untuk memperoleh tujuan tertentu.
Kebijakan public sendiri merupakan salah satu elemen negara yang tidak bisa
diabaikan. Dimana kebijakan public ini sebuah opsi pemerintah untuk
melaksanakan sesuai atau tidak melakukan sesuatu (Affrian, 2012).
Pada masyarakat demokratis, kebijakan public pada dasarnya merupakan cerminan
dari adanya suara/opini public. Hal tersebut sangat perlu untuk menciptakan
kebijakan yang efektif. Untuk menciptakan opini public diperlukan adanya
beberapa hal yakni (1) adanya perangkat yang jelas seperti halnya peraturan
perundang-undangan, supaya masyarakat tahu dengan jelas mengenai kebijakan
yang dibuat, (2) kebijakan public harus jelas terkait struktur serta administrasinya,
(3) perlu adanya prosedur control public dalam penyelenggaraannya supaya tidak
menciptakan adanya penyimpangan (Anggara, 2014). Namun dalam masyarakat
yang bersifat otoriter, kebijakan public merupakan suatu output dari pemerintah
tanpa melibatkan public sehingga 3 perangkat diatas tidak terjadi.
2. Transportasi
Transportasi merupakan sebuah sarana yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, baik untuk keberlangsungan interaksi antar manusia, ataupun sebagai alat
untuk mempermudah manusia dalam memindahkan barang dari satu tempat ke
tempat lain. Aktivitas kehidupan social dalam hal ini merupakan karakteristik
keberadaan manusia sebagai masyarakat yang berkelompok, adanya kegiatan
masyarakat tersebut diperlukan adanya sarana penyokong yang memadai. Sarana
tersebut salah satunya yakni layanan transportasi/jaringan transportasi.
Adisasmita menyebut transportasi sebagai sarana penghubung atau yang
menghubungkan antara daerah produksi & pasar atau bisa disebut menjembatani
produsen dengan konsumen. Transportasi mempunyai peran sangat penting, yakni
sebagai sarana penghubung, mendekatkan, menjembatani antara berbagai pihak
yang saling membutuhkan (Fatimah, 2019).
3. Lalu Lintas Jalan
Dalam UU No. 22/2009 mengenai Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan
sebagai gerak kendaraan serta orang di ruang lalu lintas jalan. Ruang lalu lintas jalan
disini dimaksudkan sebagai prasarana yang peruntukkan bagi gerak pindah
kendaraan, orang atau barang seperti jalan serta fasilitas pendukung. Problematikan
lalu lintas secara umum yakni berupa keamanan serta keselamatan lalu lintas yang
kurang, kemacetan lalu lintas, adanya pelanggaran lalu lintas, serta ketidaktertiban
lalu lintas. Dalam hal ini terdapat jenis kendaraan bermotor berdasarkan UU No.
22/2009 pasal 5, yakni:
1. Sepeda motor merupakan kendaraan bermotor roda 2 dengan atau tanpa rumah-
rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda
tiga tanpa rumah-rumah.
2. Mobil penumpang merupakan jenis kendaraan yang terdapat kurang lebih 8
tempat duduk (tidak termasuk tampat duduk sopir) baik terdapat atau tidak
adanya perlengakapan pengangkutan bagasi.
3. Mobil bus merupakan kendaran yang terdapat lebih dari 8 tampat duduk (tidak
termasuk tampat duduk sopir) baik terdapat atau tidak adanya perlengakapan
pengangkutan bagasi.
4. Mobil barang merupakan kendaraan selain dari kendaraan bermotor, mobil
penumpang, serta mobil bus. Dimana mobil ini diperuntukan bagi
pengangkutan suatu barang.
5. Kendaraan khusus merupakan kendaraan yang bukan termasuk kendaraan
bermotor untuk penumpang serta untuk barang, melainkan penggunaannya
untuk keperluan khusus atau mengangkut berbagai barang khusus (Yuserlina,
2019).
4. Pengangkutan Barang
Pengangkutan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
serta tidak mmapu dipisahkan dari kegiatan masyarakat. Penggunaan jasa
pengangkut barang sudah menjadi kebutahan masyarakat dalam melaksanaan
kegiatan usahanya atau dalam melakukan pengiriman ke suatu tempat. Dalam hal
ini pengangkutan mempunyai 3 macam, yakni pengangkutan darat, perairan, serta
udara yang dimana ketiga macam pengangkutan tersebut dapat juga mengangkut
orang, barang ataupun jasa. Pengangkutan adalah suatu perjanjian timbal balik
antara pengangkut dengan pengirim, yang mana pengangkut disini mengikatkan
dirinya untuk melaksnakan pengangkutan barang/jasa /orang dari satu tempat ke
tempat tujuan, kemudian mengenai pengirim sendiri mengikatkan dirinya untuk
membayar biaya angkutannya (Purwosutjipto, 2015).
B. Penelitian Terdahulu
1. Sultan Salahudin (2021)
Penelitian berjudul “Efektivitas Peraturan Bupati Tangerang Nomor 47 Tahun
2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Tangerang Nomor 46 Tentang
Pembatasan Waktu Operasional Mobil Barang Pada Ruas Jalan Di Wilayah
Kabupaten Tangerang” yang dilakukan oleh Sultan Salahudin pada tahun 2020
dilatarbelakangi oleh adanya kebijakan pembatasan waktu operasional mobil
barang yang berlaku dari pukul 22.00-05.00 WIB, serta mobil barang yang di
maksud yaitu mobil barang khusus tambang (batu, tanah dan pasir). Karena peneliti
masih melihat beberapa kendaraan mobil barang khususnya mobil truk tanah yang
melanggar waktu operasional mobil barang pada ruas jalan di wilayah kabupaten
tangerang. Penelitin ini mengangkat judul mengenai pembatasan waktu operasional
mobil barang pada ruas jalan di kabupaten bertujuan karena ingin mengetahui sudah
efektif atau belum peraturan yang di buat oleh bupati tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Sultan Salahudin ini menggunakan metode
penelitian empiris dengan cara mengolah data dan wawancara. Yang dimana
berdasarkan dari hasil megolah data dan wawancara beberapa pihak, peraturan
tersebut sudah efektif namun masih ada beberapa mobil truk tanah yang melanggar
karena terbatasnya jumlah personil yang mengawasi dan mobil tanah yang
melanggar jam operasional di kenakan undang – undang nomor 22 tahun 2009
tentang lalu lintas jalan sesuai dengan jenis pelanggarannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Sultan Salahudin yang dilakukan pada tahun 2021
ini mempunyai persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis yakni
mengenai permasalahan kebijakan Peraturan Bupati Nomor 47 Tahun 2018
Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Tangerang Nomor 46 Tentang
Pembatasan Waktu Operasional Mobil Barang Pada Ruas Jalan Di Wilayah
Kabupaten Tangerang, kemudian terkait lokasi penelitian pada penelitian ini
dilakukan di wilayah Kabupaten Tangerang yang sama dengan lokasi penelitian
penulis. Namun disisi lain terdapat juga perbedaan dalam penelitian Sultan
Salahudin dengan penelitian penulis yakni terkait dengan focus permasalahan
dimana permasalahan dalam penelitian ini berfokus pada seberapa efektif kebijakan
Bupati tersebut, sedangkan penulis sendiri memfokuskan permasalahan pada
respon sopir mobil pengangkut barang bertonase besar di Balaraja dalam
menanggapi kebijakan Bupati Tangerang.
2. Muhamad Arman Taufik (2016)
Penelitian berjudul “Pengaruh Arus Kendaraan Berat (Truk) Terhadap Tingkat
Kemacetan Lalu Lintas Di Kelurahan Mawang, Kecamatan Somba Opu,
Kabupaten Gowa” yang dilakukan oleh Muhamad Arman Taufik dilatarbelakangi
oleh tingginya aktivitas masyarakat memicu penggunaan sara transportasi yang ikut
meningkat. Dalam hal ini menimbulkan permasalahan seperti meningkatnya jumlah
kendaraan yang tidak seimbang dengan kapasitas ruas jalan, sehingga menciptakan
ketidaknyamanan masyarakat seperti halnya adanya kemacetan. Kemacetan
tersebut dipengaruhi adanya kendaraan berat yang juga menimbulkan kerusakan
jalan. Tidak hanya itu, banyaknya kendaraan berat yang melintas juga menimbulkan
kecelakaan hingga merenggut nyawa. Kemudian juga terdapat hambatan di ruas
jalan dikarenakan banyak truk yang berparkir.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Arman Taufik ini mempunyai persamaan
dengan penelitian yang penulis lakukan yakni mengenai keresahan masyarakat
terhadap adanya mobil bertonase besar, namun pada penelitian ini focus
permasalahannya yakni meneliti pengaruh kendaraan truk terhadap kinerja ruas
jalan serta upaya penanganan masalah tersebut. Sedangkan pada penelitian yang
penulis lakukan ialah fokus kepada bagaimana para sopir melihat kebijakan
Pembatasan Waktu Opersional Mobil Barang.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir merupakan sebuah landasan awal penelitian, dimana seorang penulis
menggabungkan masalah yang akan di teliti dengan masalah yang akan dikaji.
Berkaitan dengan penilitian ini, bahwa adanya mobil pengangkut barang bertonase
besar ini menimbulkan desakan dari masyarakat karena sering terjadinya kecelakang
yang menyebabkan kematian. Desakan masyarakat tersebut terealisasikan dengan
dikeluarkannya kebijakan mengenai pembatasan waktu operasional. Kebijakan tersebut
mendapatkan respon penolakan dari pengusaha hingga sopir mobil truk bertonase besar.
Yang kemudian kebijakan tersebut tidak efektif karena masih terdapat pelanggaran.
Secara umum kerangka berfikir penelitian ini dapat di lihat melalui gambar di bawah
ini:
B. Focus Penelitian
Pada penelitian “Kebijakan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 46 Tahun 2018
Terhadap Sopir Mobil Barang Bertonase Besar (Studi Fenomenologi Pada Sopir Mobil
Barang Bertonase Besar di Balaraja).” penulis memfokuskan penelitian kepada
bagaimana para sopir melihat kebijakan Pembatasan Waktu Opersional Mobil Barang,
karena masih menimbulkan adanya pro dan kontra. Dengan demikian penulis dapat
mengetahui pandangan sopir terhadap kebijakan Peraturan Bupati Tangerang Nomor
46 Tahun 2018.
2. Observasi
Observasi merupakan salah satu bagian dari penelitian kualitatif, dimana dengan
melakukan observasi peneliti mampu mendokumentasikan serta merefleksikan
secara tersrtuktur terhadap kegiatan serta interaksi subjek penelitian. Dalam hal ini,
semua yang dilihat serta didengar dalam observasi dapat dicacat serta direkan
dengan teliti apabila sesuai dengan topik permasalahan yang dikaji dalam penelitian.
Perlunya pengamatan dalam melakukan penelitian ialah karena peneliti mampu
menganalisis serta melakukan pencatatan secara bersusun terkait perilaku seseorang
atau kelompok secara langsung. Sehingga mampu mendapatkan gambaran yang
luas mengenai permasalahan yang diteliti. Tak hanya itu, peneliti juga mampu
mengamati secara visual terhadap objek yang dikaji sehingga data yang diperoleh
bersifat validitas (Nugrahani, 2014)
E. Teknik Tringulasi
Menurut Patton dalam (Haryoko, 2020) teknik tringulasi merupakan sebuah teknik
dimana dalam penelitian perlu adanya uji keabsahan/keakuratan data yang diperoleh.
Teknik ini terdapat 4 jenis yakni sebagai berikut.
1. Tringulasi Sumber. Untuk menguji keakuratan dilakukan dengan mencari
informasi yang sama pada sumber data yang berbeda, agar data yang didapatkan
tidak bersifat subjektif
2. Tringulasi Metode. Untuk menguji keakuratan dilakukan dengan menggunakan
metode yang beda pada sumber data yang sama
3. Tringulasi Peneliti. Untuk menguji keakuratan dilakukan dengan membandingkan
data yang diperoleh dari lapangan dengan data yang diperoleh dari penelitian
selanjutnya dengan peneliti yang beda
4. Tringulasi Teori. Dalam hal ini dilakukan dengan menggunakan beragam teori
dalam mencari data serta membahas problematika yang sama.
Tringulasi merupakan kombinasi berbagai sumber data, tenaga peneliti, teori, serta
teknik metodologis dalam suatu penelitian terkait gejala social. Tringulasi ini
dibutuhkan karena setiap teknik mempunyai kelemahan serta kelebihannya masing-
masing. Sehingga tringulasi memungkinkan tangkapan realitas secara lebih valid.
Terdapat 4 jenis tringulasi yakni sebagai berikut.
1. Tringulasi Data. Penggunaan berbagai macam sumber data dalam suatu penelitian
2. Tringulasi Peneliti. Penggunaan beberapa peneliti yang mana disiplin ilmunya
berbeda dalam suatu penelitian
3. Tringulasi Teori. Penggunaan beberapa pandangan/perspektif dalam menafsirkan
satu data
4. Tringulasi Teknik Metodologis. Penggunaan beberapa teknik dalam suatu
penelitian (Huberman & Miles, 1992).