PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari pada zaman ini, Tranportasi digunakan untuk menunjang segala aspek
kehidupan sehari-hari manusia mulai dari kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan
kegiatan-kegiatan lainnya.
Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang
dari satu tempat ke tempat yang lain. Angkutan dilihat dari kepemilikannya dapat
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu angkutan pribadi dan angkutan umum. Angkutan
umum adalah angkutan yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar serta
mempunyai lintasan yang tetap dan dapat dipolakan dengan tegas (Asfari: 2009
dalam Igirisa: 2012)
Angkutan umum memiliki kinerja yang baik jika angkutan tersebut mampu
menghasilkan pelayanan yang efektif dan efisien, serta mampu memenuhi tuntutan
penumpang dan kegiatan masyarakat.
Kabupaten Gorontalo sebagai salah satu Kabupaten tertua di Provinsi
Gorontalo merupakan kabupaten yang tengah berkembang. Kemajuan
pembangunan yang sangat pesat di Kabupaten Gorontalo berdampak dengan
meningkatnya aktifitas masyarakat, peningkatan ini berbanding lurus dengan
naiknya penggunaan Transportasi umum dan tingkat pelayanan Transportasi umum.
Kebutuhan akan Transportasi umum yang baik semakin berkembang seiring dengan
meningkatnya pembangunan di suatu daerah. Salah satu kemungkinan masalah yang
muncul adalah ketidakmampuannya dalam mendorong orang agar beralih moda
Transportasi dari menggunakan kendaraan pribadi ke kendaraan massal.
Dari hal tersebut perlu dilakukan kajian mengenai kinerja Operasional dari
angkutan umum untuk mengetahui kinerja Operasional pada saat ini agar kinerja
Operasional angkutan umum bisa ditingkatkan.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian in dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana kinerja Operasional kendaraan transit car dalam hal ini angkutan
umum trayek Pusat Kota Gorontalo-Limboto?
b. Berapa Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan jumlah kebutuhan transit car
yang melayani pusat Kota Gorontalo-Limboto?
c. Sejauh mana keinginan masyarakat dalam menggunakan transit car sebagai alat
transportasi sehari-hari?
2
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengusaha angkutan umum untuk tinjauan
kelayakan usaha angkutan umum,
b. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Provinsi Gorontalo, khususnya
Pemerintah Kabupaten Gorontalo dalam hal BOK, dan
c. Sebagai pertimbangan bagi masyarakat untuk dapat beralih ke alat transportasi
massal.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Transportasi
Transportasi adalah kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari satu
tempat ke tempat lain. Transportasi baik volume maupun teknologinya berkembang
sangat pesat, sebagai akibat dari adanya kebutuhan pergerakan manusia dan barang,
maka timbullah tuntutan untuk menyediakan sarana dan prasarana agar pergerakan
tersebut bisa berlangsung dengan kondisi aman, nyaman dan lancar, serta ekonomis
dari segi waktu dan biaya. (Sistem Transportasi: 2002).
Dalam penyediaan prasarana transportasi, yakni bangunan-bangunan yang
diperlukan tentunya disesuaikan dengan jenis sarana, yakni kendaraan atau alat
angkut yang digunakan.
Dalam sistem transportasi modern, transportasi merupakan bagian integral
dari fungsi dan aktifitas masyarakat, dimana ada hubungan yang sangat erat dengan
gaya hidup, jangkauan, dan lokasi kegiatan-kegiatan produksi dan pemenuhan
kebutuhan barang serta pelayanan yang tersedia untuk dikonsumsi.
Untuk mengetahui berapa jumlah permintaan akan jasa angkutan yang
sebenarnya (actual demand) perlu dianalisis permintaan jasa-jasa transportasi sebagai
berikut:
a. Pertumbuhan penduduk
b. Pembangunan wilayah dan daerah
c. Perdagangan ekspor impor
d. Industrialisasi
e. Transmigrasi dan penyebaran penduduk
f. Analisis dan proyeksi akan permintaan jasa transportas
4
adanya dampak lingkungan dan kebisingan serta keselamatan lalu lintas. Jadi
adanya transportasi bertujuan untuk membantu masyarakat dalam memenuhi
segala aktifitasnya. (Hardaya: 2017)
Menurut Sukarto (2006) dalam Hardaya (2017) transportasi memiliki
berbagai manfaat bagi kehidupan manusia yang meliputi manfaat sosial, ekonomi,
politik, dan fisik.
1) Manfaat Sosial
Dalam kehidupan sosial / bermasyarakat ada bentuk hubungan yang
bersifat resmi, seperti hubungan antara lembaga pemerintah dengan swasta, maupun
hubungan yang bersifat tidak resmi, seperti hubungan keluarga, sahabat, dan
sebagainya. Untuk kepentingan hubungan sosial ini, transportasi sangat membantu
dalam menyediakan berbagai fasilitas dan kemudahan, seperti:
a. Pelayanan untuk perorangan maupun kelompok
b. Pertukaran dan penyampaian informasi
c. Perjalanan pribadi maupun sosial
d. Mempersingkat waktu tempuh antara rumah dan tempat bekerja
e. Mendukung perluasan kota atau penyebaran penduduk menjadi
kelompok-kelompok yang lebih kecil.
2) Manfaat Ekonomi
Manusia memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan
pangan, sandangn dan papan. Sumber daya alam ini perlu diolah melalui proses
produksi untuk menjadi bahan siap pakai untuk dipasarkan, sehingga selanjutnya
terjadi proses tukar menukar antara penjual dan pembeli. Transportasi adalah salah
satu jenis kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan manusia
melalui cara mengubah letak geografi orang maupun barang.
3) Manfaat Politik
Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, transportasi memegang peranan
penting. Beberapa manfaat politik transportasi adalah:
a. Transportasi menciptakan persatuan Nasional yang semakin kuat dengan
meniadakan isolasi
5
b. Transportasi mengakibatkan pelayanan kepada masyarakat dapat dikembangkan
atau diperluas secara lebih merata
c. Keamanan negara sangat bergantung pada transportasi yang efisien untuk
memudahkan mobilisasi kemampuan dan ketahanan Nasional, serta
memungkinkan perpindahan pasukan selama masa perang atau untuk menjaga
keamanan dalam negeri
d. Sistem trasnportasi yang efisien memungkinkan perpindahan penduduk dari
daerah bencana.
4) Manfaat Fisik
Transportasi mendukung perkembangan kota dan wilayah sebagai sarana
penghubung. Rencana tata guna lahan kota harus didukung secara langsung oleh
rencana pola jaringan jalan yang merupakan rincian tata guna lahan yang
direncanakan. Pola jaringan jalan yang baik akan mempengaruhi perkembangan
kota sesuai dengan rencana tata guna lahan. Ini berarti transportasi mendukung
penuh terhadap perkembangan fisik suatu kota/ wilayah.
6
a. Kelompok pertama adalah kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan
untuk memilih apakah menggunakan kendaraan pribadi atau menggunakan
angkutan umum dalam melakukan perjalanan (choice users).
b. Kelompok kedua adalah kelompok masyarakat yang karena alasan tertentu
hanya bergantung kepada sarana angkutan umum untuk melakukan perjalanan
(captive users).
7
dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan yang aman,
nyaman, cepat, dan murah. Jadi dapat dikatakakn bahwa angkutan umum adalah salah
satu media transportasi yang digunakan masayarakat secara bersama-sama dengan
membayar tarif.
Angkutan umum dibedakan dalam tiga kategori utama yaitu Angkatan Antar
Kota, Angkutan Perkotaan dan Angkutan Pedesaan. Angkutan Antar Kota dibagi dua
yaitu Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), yakni pelayanan jasa angkutan
umum antar kota yng melampaui batas administrasi provinsi, dan Angkutan Antar Kota
Dalam Provinsi (AKDP), yakni pelayanan jasa angkutan umum antar kota dalam satu
wilayah administrasi provinsi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2003 kendaraan
umum yang digunakan untuk angkutan kota harus dilengkapi dengan:
a. Nama perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan pada sisi
kiri, kanan, dan belakang kendaraan;
b. Papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta lintasan yang dilalui
dengan dasar putih tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan dan
belakang kendaraan;
c. Jenis trayek yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf balok
melekat pada badan kendaraan sebelah kiri dan kanan dengan
“ANGKUTAN KOTA”.
d. Jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard, yang dikeluarkan
oleh masing-masing perusahaan angkutan;
e. Tulisan standar pelayanan; dan
f. Daftar tarif yang berlaku.
8
terjadwal untuk pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam
trayek tetap dan tertentu.
b. Tidak dalam trayek, pengangkutan orang dengan angkutan umum tidak dalam
trayek terdiri dari: pengangkutan dengan menggunakan taksi, pengangkutan
dengan cara sewa, dan pengangkutan dengan cara swasta.
9
Tabel 2.1
10
2.7.1 Faktor Muat (Load Factor)
Faktor muat (LF) merupakan perbandingan antara kapasitas terjual dan
kapasitas tersedia untuk satu perjalanan yang biasa dinyatakan dalam persen (%).
Dinyatakan dengan persamaan:
Jumlah Penumpang
LF = x 100 % ........................................................ (2.1)
Kapasitas Angkutan
dengan,
V = Kecepatan perjalanan (Km/Jam)
J = Jarak (panjang) segmen (Km)
W = Waktu Tempuh (Jam)
11
60
H= ................................................................................................. (2.3)
F
dengan,
H = Waktu antara (Headway)
F = Frekuensi Pelayanan
dengan,
12
W = Waktu perjalanan (Menit/ Km)
T = Waktu tempuh per segmen (Menit)
J = Jarak antara segmen (Km)
dengan,
X = Armada yang beroperasi langsung
Y = Armada menurut izin operasi
13
2.8 Tarif Angkutan Umum
Tarif adalah besarnya biaya yang dikenakan pada setiap penumpang
kendaraaan angkutan umum yang dinyatakan dalam rupiah. Perhitungan tarif
angkutan umum merupakan hasil perkalian antara tarif pokok dan jarak
(kilometer) rata-rata satu perjalanan atau BEP (Break Event Point) dan
ditambah 10% untuk keuntungan jasa perusahaan, secara matematis dirumuskan
sebagai berikut:
Tarif = (tarif pokok x jarak rata-rata) + 10% tarif BEP (2.8)
Tarif BEP = tarif pokok x jarak rata-rata (2.9)
14
d. Pemerintah adalah yang menanggung biaya transportasi dalam hal subsidi,
dan sumbangan modal yang harus dikeluarkan untuk pembangunan prasarana
transportasi.
e. Daerah adalah yang memandang biaya transportasi sebagai pengorbanan
secara tidak langsung, yaitu melalui reorganisasi tata guna lahan dari lokasi
yang berubah fungsi.
2.10 Biaya Operasi Kendaraan (BOK)
Biaya adalah faktor yang menentukan dalam transportasi untuk
penetapan tarif, alat kontrol agar dalam pengoperasian mencapai tingkat efektifitas
dan efisiensi.
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan untuk angkutan untuk pembiayaan operasional armada
angkutan. Biaya operasional ini meliputi:
a. Bahan Bakar Minyak (BBM),
b. Biaya retribusi; adalah biaya yang dikeluarkan suatu angkutan umum untuk
biaya keluar masuk terminal,
c. Biaya penggantian minyak pelumas; seperti oli mesin, oli gardan, oli
transmisi, minyak rem, dan penambahan oli,
d. Biaya penggantian ban,
e. Biaya penggantian spareparts,
f. Biaya perawatan dan pemeliharaan,
g. Gaji supir, dan
h. Gaji kondektur.
Biaya pendapatan pada umumnya didapat dari penumpang yang
menggunakan jasa angkutan umum yang diambil tiap-tiap tripnya dengan
menggunakan rata-rata pendapatan yang diterima oleh pihak angkutan.
15
Dengan demikian antara pengusaha angkutan umum dan pengguna jasa
angkutan tidak saling dirugikan, dalam arti kata pihak pengguna jasa angkutan
tidak berkeberatan mengeluarkan biaya ongkos yang ditetapkan oleh pemerintah
dan pengusaha angkutan umum, sedangkan pihak pengusaha angkutan umum
tidak terjadi kerugian dalam mengoperasikan armada-armada angkutannya.
BOK didefinisikan sebagai biaya yang secara ekonomi terjadi dengan
dioperasikannya satu kendaraan pada kondisi normal untuk satu tujuan.
Perhitungan BOK dapat dibagi menjadi tiga kelompok biaya yang terdiri dari
biaya tetap, biaya tidak tetap, dan biaya tidak terduga.
dengan,
UP : upah pengemudi dan kondektur (Rp per hari)
ADM : biaya administrasi (Rp per tahun)
AS : biaya asuransi (Rp per tahun)
BM : biaya bunga modal (Rp per tahun)
16
Biaya Variabel = BBM + MP + MN + BN + DEP + TPR + SC .........(2.12)
dengan,
BBM : bahan bakar minyak (Rp per hari)
MP : biaya minyak pelumas (Rp per hari)
MN : biaya pemeliharaan (Rp per hari)
BN : biaya pemakaian ban (Rp per hari)
DEP : biaya penyusutan/depresiasi (Rp per hari)
TPR : biaya retribusi (Rp per hari)
SC : biaya penggantian suku cadang (sparepart) (Rp per hari)
Untuk biaya operasi kendaraan yang dikeluarkan setiap harinya
dihitung dengan rumus:
BOK per hari = BT + BV ....................................................... (2.13)
BOK total = BOK per hari + U / (12 x HOP) + OV ............. (2.14)
dengan,
BT : biaya tetap (Rp per hari)
BV : biaya variabel (Rp per hari)
OV : biaya overhead (Rp per hari)
HOP : hari operasi perbulan
U : keuntungan (Rp per hari) = 10 % x harga kendaraan baru (Rp per
tahun)
17
diperhitungkan berdasarkan rute yang ditempuh dengan jarak perkilometernya dan
dengan biaya tertentu.
Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suatu terminal ke
terminal yang lain merupakan salah satu faktor yang juga diperhitungkan
biayanya. Di daerah perkotaan waktu yang ditempuh untuk mencapai suatu
terminal lebih besar waktu yang dibutuhkan dibandingkan di daerah pedesaan
dengan jarak yang sama. Hal ini dikarenakan oleh kemacetan lalu lintas, adanya
tanda-tanda lalu lintas (traffic signal), jumlah kendaraan (kepadatan lalu lintas),
dan adanya tempat pemberhentian tertentu (halte).
dengan,
JKb : jumlah kendaraan yang dibutuhkan
Lf : load factor (hasil survey)
Jki : jumlah kendaraan yang beroperasi menurut ijin
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
19
gambaran jumlah penumpang naik dan turun pada masing-masing ruas jalan dalam
satu lintasan.
c. Survey Investigasi
Survey investigasi adalah survey wawancara, dimana surveyor melakukan
wawancara kepada pemilik angkutan masing-masing jenis kendaraan untuk
mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan untuk operasional kendaraan, yang terdiri
dari biaya tetap, biaya variabel, dan biaya tak terduga.
20
3.5 Tahapan Penelitian
Mulai
Survey Pendahuluan
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Analisis Data
Selesai
21
DAFTAR PUSTAKA
Hardaya, Urai Kharisma. 2017. Kajian Kinerja Operasional Angkutan Kota di Kota
Tanjungpinang (Studi Kasus: Angkutan Kota Trayek B). Tugas Akhir.
Fatek: Bandung.
Igirisa, Vita A. 2012. Analisis Tarif Angkutan Umum Trayek Pusat Kota –
Kwandang. Universitas Negeri Gorontalo : Gorontalo.
Kamarwan, Sidharta S. Prof.Ir dkk. 1991. Sistem Transportasi. Gunadarma: Jakarta.
Mabruwaru, Vian Andrias. 2017. Jurnal Analisis Kinerja Angkutan Umum
Penumpang di Kota Sorong-Papua Barat (Studi Kasus Trayek A).
Universitas Atma Jaya Yogyakarta: Yogyakarta.
Sriyanto, Pentika Pulung Sari. 2008. Evaluasi Kinerja Operasional Bus Trayek
Terboyo-Mangkeng Berdasarkan Biaya Operasi Kendaraan (Studi Kasus:
Perum Damri UABK Semarang). Semarang
2.1
22