hidup masyarakatnya yang akan selalu meningkat. Salah satu aspek yang penting
Indonesia cukup jauh dan membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga
yang sangat besar menunjang aktivitas masyarakat juga sebagai tonggak dalam
mencapai tujuan tertentu dengan waktu yang lebih cepat dan efisien.
oleh sebuah sistem yang terintegrasi secara kuat dan utuh. Kebutuhan akan jasa-
atau penggerakan orang atau barang dari suatu lokasi, yang disebut lokasi asal,
ke lokasi lain, yang biasa disebut lokasi tujuan, untuk keperluan tertentu dengan
beberapa dimensi seperti lokasi (asal dan tujuan), alat (teknologi), dan keperluan
tertentu di lokasi tujuan seperti ekonomi, sosial, dan lain-lain. Kalau salah satu
dari ketiga dimensi tersebut terlepas atau tidak ada, hal demikian tidak dapat
disebut transportasi 2
ditinjau 3 :
1
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2
Fidel Miro. 2012. pengantar sistem transportasi. Jakarta : Erlangga. hlm. 1
3
Fidel Miro .op.cit. hlm. 104
Dari aspek ini, faktor-fakor yang mempengaruhinya antara lain ialah,
biaya transportsi, kondisi fisik alat transportasi, rute tempuh atau trayek,
kecepatan (waktu perjalnan dan waktu tunggu), dan lain - lain. Sesuai dengan
sarana jasa pengangkut penumpang dan barang. Menurut Siti Maimunah dan
Lidya Chotimah salah satu sarana transportasi yang biasa digunakan oleh
dan barang adalah kereta api4. Masyarakat yang menggunakan jasa kereta api
Api Indonesia. Kereta api merupakan sarana transportasi massal sejak dahulu
4
Siti Maimunah dan Lidya Chotimah, Melakukan kajian pustaka mengenai pembangunan kereta api
cepat, 2011, hal. 536
masyarakat dari berbagai golongan di Indonesia. Moda kereta api terus
dapat mengangkut dalam jumlah besar atau bersifat masal, hemat energi,
massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari moda
Berdasarkan laporan yang diberikan oleh PT. Kereta Api Madiun yang
yang pesat 5.
5
Laporan Tahunan PT. Kereta Api Madiun, 2014
Sumber : Laporan Tahunan PT. Kereta Api Madiun, 2014
transportasi kereta api, maka keluhan yang dirasakan oleh pengguna jasa
menjadi hak penguna jasa. Hal yang tidak menyamankan di dalam Kereta Api
yaitu banyaknya pedagang asongan di dalam Kereta Api dan di Stasiun Kereta
Api, ini membuat penumpang tidak nyaman. Berdasarkan wawancara dengan
asongan di dalam kereta api tidak diperbolehkan lagi untuk menjaga ketertiban di
dalam Kereta Api. Pada tahun 2007, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
owner perkeretaapian Indonesia. Berdasarkan Pasal 133 b yaitu bahwa PT. KAI
kereta api. Masalah pelayanan Kereta Api kepada penumpang sudah dapat
diselesaikan dengan baik, namun timbul permasalahan baru yaitu dampak sosial
dan ekonomi pedagang asongan akibat dari kebijakan PT. Kereta Api yang tidak
Api. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas dan meneliti
lebih jauh terhadap dampak dari UU Nomor 23 Tahun 2007 kepada pedagang
PUBLIK.
C. Rumusan Masalah
3. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh stasiun kereta api Madiun untuk
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dikemukakan adapun tujuan
objektif dan tujuan subjektif dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Obyektif
stasiun kereta api Madiun akibat dari penerapan UU No.23 Tahun 2007.
c. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh stasiun kereta api Madiun
2. Tujuan Subyektif
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penulisan ini yaitu :
1. Manfaat Teoritis
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi
peneliti yang akan datang sesuai dengan bidang penelitian yang dikaji
penulis.
2. Manfaat Praktis
kuliah.
F. Tinjauan Pustaka
1. Undang – Undang No. 23 Tahun 2007
1. Asas manfaat;
2. Asas keadilan;
3. Asas keseimbangan;
5. Asas keterpaduan;
6. Asas kemandirian;
7. Asas transparansi;
9. Asas berkelanjutan.
nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang
pembangunan nasional.
6
Undang – Undang No. 23 Tahun 2007 Pasal 2
Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum meliputi kegiatan 7:
1. Pembangunan prasarana
2. Pengoperasian prasarana
3. Perawatan prasarana
4. Pengusahaan prasarana
perkeretaapian.
c. Prasarana Perkeretaapian
7
Undang – Undang No. 23 Tahun 2007 Pasal 18
Prasarana perkeretaapian umum dan perkeretaapian khusus meliputi 8:
Stasiun kereta api berfungsi sebagai tempat kereta api berangkat atau
1. Keselamatan;
2. Keamanan;
3. Kenyamanan;
5. Penyandang cacat;
8
Undang – Undang No. 23 Tahun 2007 Pasal 35
9
Undang – Undang No. 23 Tahun 2007 Pasal 53
6. Kesehatan; dan
7. Fasilitas umum.
Selain itu juga stasiun kereta api untuk keperluan bongkar muat barang
1. Keselamatan;
2. Keamanan;
1. Fasilitas operasi;
3. Jumlah penumpang;
4. Jumlah barang;
6. Fasilitas penunjang.
Penyelenggara.
10
Undang – Undang No. 23 Tahun 2007 Pasal 56
11
Undang – Undang No. 23 Tahun 2007 Pasal 86
Sarana Perkeretaapian dan pihak ketiga atas kerugian sebagai akibat
perkeretaapian.
Penyelenggara.
Perkeretaapian.
perkeretaapian.
Petugas.
jalan;
Perkeretaapian
1. Lokomotif;
2. Kereta;
3. Gerbong; dan
4. Peralatan khusus.
12
Undang – Undang No. 23 Tahun 2007 Pasal 89
Setiap sarana wajib memenuhi persyaratan teknis dan kelaikan operasi
Masyarakat berhak13:
2. Pelayanan Publik
a. Pengertian Pelayanan
14
A.S Moenir, Manajemen Pelayanan Umum Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta,2002, hal. 26-27
15
A.S Moenir, op.cit. hal.16
16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pusta, Jakartaka,
1990.
d. Pelayanan adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual
dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai- nilai norma yang
jasa, baik itu orang yang bersifat komersial ataupun yang bersifat non
17
Syafiie, Inu Kencana dkk, Ilmu Administrasi Publik, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hal.18
18
A.S Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hal. 7
berlandaskan mencari keuntungan, sedangkan kegiatan pelayanan yang
bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa
Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka
pelayanan.
19
A.S Moenir, op.cit, hal. 8
Dalam pelayanan publik aparatur pemerintah selaku personil
memadai.
a. Transparansi
Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang
b. Akuntabilitas
20
Sinambela, Lijan Poltak, Reformasi Pelayanan Publik, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hal. 6
Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
c. Kondisional
efektivitas.
d. Partisipatif
masyarakat.
e. Keamanan Hak
1. Kesederhanaan
21
MENPAN No. 63/ KEP/ M.PAN/ 7/ 2003
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit- belit, mudah dipahami
2. Kejelasan
3. Kepastian waktu
4. Akurasi
5. Keamanan
kepastian hukum.
6. Tanggung jawab
publik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
8. Kemudahan akses
10. Kenyamanan
a. Prosedur pelayanan
b. Waktu penyelesaian
pengaduan.
c. Biaya pelayanan
d. Produk Pelayanan
masyarakat.
a. Pelayanan administratif
b. Pelayanan barang
c. Pelayanan jasa
tinggi negara, dan instansi pemerintah lainnya, baik pusat maupun daerah
banyak orang.24
dalam orang birokrasi diatur dalam mekanisme dan prosedur agar tidak
prosedur yang berlaku pada orang tersebut. Adapun yang menjadi ciri
jalur birokrasi yang lebih ringkas dan membuka peluang bagi pemerintah
a. Fungsional
b. Terpusat
c. Terpadu
3. Gugus Tugas
perbuatan.26
26
A.S. Moenir, op.cit, hal. 164
Aktivitas manajemen memang subyek, karena manajemen
peralatan, bahan, metode dan pasar (bagi orang bisnis). Namun dalam hal
pelayanan umum / publik harus dapat mencapai sasaran atau tujuan yang
telah ditetapkan.
dilakukan. Hal ini berkaitan dengan masalah kepuasan yang tidak dapat
a. Layanan
27
A.S. Moenir, op.cit, hal. 204
28
A.S. Moenir, op.cit, hal. 165
Agar layanan dapat memuaskan orang atau sekelompok orang yang
yakni (a) tingkah laku yang sopan, (b) cara menyampaikan sesuatu
tamahan.
b. Produk
1. Barang
2. Jasa
Produk jasa yang dimaksud adalah suatu hasil yang tidak harus
dalam bentuk fisik tetapi dapat dinikmati oleh panca indera dan
tujuan
29
A.S. Moenir, op.cit, hal. 164 - 185
Prof. Subekti, SH dalam Drs. C.S.T. Kansil, SH mengatakan bahwa,
“hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang dalam pokoknya mendatangkan
dalam masyarakat dapat dilihat dan dua sisi, yaitu sisi pertama dimana kemajuan
sisi yang kedua dimana hukum yang baik dapat mengembangkan masyarakat
a. Ketertiban;
b. Ketentraman;
c. Kedamaian; dan
kemajuan, yaitu:
30
C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Negara Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta, 1989, hal.
41
31
H. Munir Fuady, Teori-Teori Besot- (Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana, Jakarta, 2003, hal. 245
32
H. Zainal Asikin, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hal. 19
33
Ibid
Secara umum, dapat dikatakan bahwa fungsi hukum dalam masyarakat
sebagai berikut:
suatu ketertiban.
b. Fungsi represif, dalam hal ini termasuk penggunaan hukum sebagai alat elite
d. Fungsi reflektif, dalam hal ini hukum merefleksi keinginan bersama dalam
pola-pola kelakuan baru dan sebagainya.35 Hal tersebut terjadi karena hukum
berkembang lebih lanjut menjadi slat yang efektif untuk melaksanakan suatu
34
Ibid, hal.246
35
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal.206
berfungsi untuk mengendalikan masyarakat dan bisa juga menjadi sarana untuk
dalam masyarakat, hukum tidak hanya berfungsi hanya sebagai pembenar atau
hukum hares tampil secara bersamaan sengan peristiwa yang terjadi, bahkan
Freidman dalam buku Munir Fuady menyatakan bahwa, perubahan hukum yang
c. Atas inisiatif dari kelompok kecil masyarakat yang dapat melihat jauh ke
tersebut.
36
Satjipto Rahardjo, op.cit, hal. 189
37
H.Abdul Manan, Apek-Aspek Pengubah Hukum, Kencana, Jakarta, 2009. hal. 8
f. Ada perkembangan pengetahuan dan teknologi yang memunculkan bentukan
baru terhadap bidang hukum tertentu, seperti penemuan alat bukti baru untuk
oleh Roscoe Pound dalam Teori Law as a Tool of Social Engineering di Negara
Barat pertama kali dipopulerkan oleh apa yang dikenal sebagai aliran Pragmatic
Legal Realism39 Teori law as a tool of social engineering termasuk dalam Teori
untuk memberi kemampuan bagi institusi hukum “untuk secara menyeluruh dan
cerdas mempertimbangkan fakta sosial yang disitu hukum tersebut berproses dan
dimasyarakat, baik dari segi efektivitas kekuatan berlaku yang mengarah pada
persepsi hukum sebagai alat rekayasa sosial dalam masyarakat. Roscoe Pound
hukum sebagai lembaga sosial yang dapat dikembangkan melalui usaha manusia
42
Adi Sulistiyono, Materi KuliahTeori Hukum, Program Studi Ilmu Hukum Pasca Sarjana UNS. 2013.
43
Roscoe Pounr dalam buku karangan Satjipto Raharjo, op.cit 95
44
Satjipto Raharjo, op.cit. hal. 95
45
Satjipto Raharjo, op.cit. hal. 304
social engineering adalah cara-cara untuk mempengaruhi masyarakat dengan
dilindungi oleh hukum, yang dibaginya tiga golongan, yailu kepentingan umum,
serta pendapat);
a. Keamanan umum;
c. Moral umum;
46
Soerjono Soekanto, Pokok – Pokok Sosiologi Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005. hal. 122
f. Kehidupan individual (pernyataan diri, kesempatan dan kondisi
kehidupan).47
sarana menuju tujuan sosial dan sebagai alat dalam perkembangan sosial. Kedua,
karenanya yang terpenting adalah tujuan akhir dari hukum yang diaplikasikan
yaitu:
penggarapan tersebut.
b. Memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting dalam hal
47
Satjipto Raharjo, op.cit. hal. 304
48
Bernard L. Tanya, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Genta
Publishing, Yogyakarta, 2010, hal. 158
sektor kehidupan majemuk. Pada tahap ini ditentukan nilai-nilai dari sektor
c. Membuat hipotesa-hipotesa dan memilih mana yang paling layak untuk bisa
dilaksanakan.
hukum berperan aktif sebagai alat untuk rekayasa sosial (law a tool of social
(tended change) dan hams direncanakan (planed change) sedemikian rupa sesuai
social engineering terlihat jelas dalam rincian persoalan yang menurut Pound
wajib dilakukan oleh seorang ahli hukum sosiologis agar hukum dapat benar-
benar efektif sebagai alat perubahan sosial. Sebagaimana dikutip oleh Satjipto
hukum;
ditimbulkan oleh ajaran-ajaran hukum pada masa yang lalu dan bagaimana
hukum dimasa lalu itu tumbuh dari kondisi sosial, ekonomi dan psikologi, dan
sekarang ini, agaknya tipe hukum responsif sangat relevan untuk dijadikan
53
Bernard L. Tanya. op.cit, hal. 163
sebagai bahan rujukan. Pertimbangannya, pertama, proses pembuatannya bersifat
“aspiratif”. Artinya, memuat materi - materi yang secara umum sesuai dengan
aspirasi atau kehendak yang dilayaninya sehingga produk hukum itu dapat
dipandang sebagai kristalisasi dari kehendak masyarakat; ketiga, dilihat dari segi
peraturan pelaksanaan dan peluang yang sempit itu pun hanya berlaku untuk hal-
society): (1) hukum sebagai pelayan kekuasaan represif, (2) hukum sebagai
dirinya, dan (3) hukum sebagai fasilitator dari berbagai respon terhadap
kebutuhan dan aspirasi sosia1.55 Tanda-tanda dari hukum represif adalah adaptasi
54
Khudzaifah Dimyati, op.cit, hal. 118
55
Philippe Nonet dan Philip Selznick, op.cit, hal. 18
berusaha untuk mengatasi ketegangan kedua hukum tersebut. Lembaga responsif
kesempatan untuk melakukan koreksi diri. 56 Ciri khas hukum responsif adalah
hukum yang baik seharusnya menawarkan sesuatu yang lebih baik daripada
sekedar keadilan prosedural. Hukum yang baik harus berkompeten dan juga adil;
hukum semacam itu seharusnya mampu mengenali keinginan publik dan punya
peraturan dibuat problematik, para pejabat dan warga negara dapat bertindak
sekehandak hatinya dengan lebih mudah. Menurut argumen para kritikus, bahwa
56
Ibid, hal.87
57
Ibid, hal.90
58
Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, Dasar-Dasar Politik Hukum, Jakarta: RajaGrafindo.2013,
hal.76
59
Philippe Nonet dan Philip Selznick, op.cit, hal.84
hukum kehilangan kemampuannya untuk mendisiplinkan para pejabat dan
kedua, pentingnya kerakyatan, baik sebagai tujuan hukum maupun cara untuk
mencapainya.61
60
Ibid, hal.85
61
Khudzaifah Dimyati, op.cit, hal. 111
ditujukan kepada mereka sanksi-sanksinya, aktivitas dari lembaga pelaksana
dirinya.
kekuatan politik, sosial dan lain-lainnya mengenai din mereka serta umpan
J. Kerangka Berfikir
K. Metode Penelitian
62
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004, hal.46
dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.63 Metode adalah alat untuk
mencari jawaban.64 Metode ilmiah adalah segala cara dalam rangka ilmu tersebut,
a. Hukum sebagai ide, cita-cita, moral, dan keadilan. Materi studi tentang aspek
suatu waktu dan tempat tertentu. Sebagai produk dari suatu kekuasaan negara
hukum positif.
c. Hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional dalam sistem
1. Jenis Penelitian
63
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Untuk Penulisan Paper, Skripsi, Desertasi, Alumni, Bandung,
hal. 30.
64
H. Setiono, Pemahaman Terhadap Metodologi Penelitian Hokum, Program Studi Ilmu Hukum,
Surakarta, hal. 19
65
Bambang Sunggono, Metodologi Peneltian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006,hal.
66
Johnny Ibrahim, op.cit,hal 37.
a. Hukum adalah asa kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan
berlaku universal;
termasuk dalam kategori konsep hukum yang kedua, yaitu hukum adalah
yang berlaku (ius constitutum) guna melihat pada hukum yang seharusnya
67
Soetandyo Wignyosoebroto dalam H. Setiono, op.cit,hal. 20
hak adminitratif Penduduk. Berdasarkan konsep hukum tersebut, maka
undangan;
perundang-undangan;
68
Lihat H. Setiono,op.cit,haI. 20
69
Bambang Sunggono, op.cit, hal. 86
70
Johnny Ibrahim, op.cit, hal. 44
g. Penelitian sejarah hukum.71
a. Hukum sebagai ide, cita-cita, moral, dan keadilan. Materi studi tentang
pada suatu waktu dan tempat tertentu. Sebagai produk dari suatu
c. Hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional dalam sistem
1. Jenis Penelitian
71
Amiruddin den H. Zainal Asikin, op.cit, hal. 29.
72
Johnny Ibrahim, op.cit, hal. 300
c. Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim inconcreto, dan
stasiun kereta api yang nyaman dan aman dengan melihat pada hukum
doktrinal.74
73
Ibid
74
Ibid,hal. 303
hukum yang dikerjakan dengan tujuan menemukan asas atau doktrin
futuredevelopment”.76
undangan;
perundang-undangan;
75
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, op.cit, hal. 31
76
Soerjono Soekanto, Penelitian Hokum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta, 1985, hal.28.
77
Ibid, hal 51
sinkronisasi suatu peraturan perundang-undangan dengan tidak
masyarakat.
2. Pendekatan Penelitian
pendekatan berikut:
sebagai berikut:
hierarkis.80
79
Bambang Sunggono, op.cit, hal. 82
80
H. Setiono, op.cit, hal. 26
perundang-undangan. Pertama, penafsiran menurut sejarah hukum
(“ready made”).
b. Bentuk maupun isi data sekunder telah dibentuk dan diisi oleh
peneliti-peneliti terdahulu.
sebagai berikut:
mengikat.
81
Johnny Ibrahim, op.cit, hal. 220
82
C.S.T. Kansil, op.cit, hal. 68
c. Bahan hukum tertier, yakni bahan yang meinberikan petunjuk
sekunder.83
Tentang Perkeretaapian
83
Johnny Ibrahim, op.cit,hal.222
Penggunaan bahan hukum sekunder sejalan dengan
1. Kamus;
2. Jurnal;dan
84
lbid, hal 224
a. menetapkan kriteria identifikasi untuk menyeleksi manakah
dan mana pula yang disebut sebagai nonna sosial lainnya yang
bersifat non-hukum;
komprehensif.85
a. Inventarisasi peraturan.
b. Penafsiran.
c. Analisis.86
L. Jadwal Penelitian
AGUSTUS
No
Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu
85
Ibid
86
C.S.T. Kansil, loc.cit
I II III IV
1 Penyusunan Proposal
2 Konsultasi Proposal
3 Seminar Proposal
4 Revisi Proposal
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan Data
7 Analisis Data
8 Penyusunan Laporan
9 Pertanggungjawaban
10 Konsultasi Tesis
11 Ujian Tesis
12 Revisi Tesis