Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 2

Angga Leo Prasetya Lingga


17.11.1001.7311.041

Dian Prasetyo
17.11.1001.7311.042

Tommy Arie Bowo


17.11.1001.7311.049

Rudi Sulistyono
17.11.1001.7311.030
PEMABAHASAN
BAB V
01 BAB 5 Pentingnya Dimensi Trasportasi Wilayah dalam Pembangunan

BAB VI
02 Kebijakan Umum Transportasi

BAB VII
03 Konsolidasi Muatan dalam Transportasi

BAB VIII
04 Staregi Investasi Prasarana Transportasi
BAB 5 Pentingnya Dimensi Trasportasi Wilayah
dalam Pembangunan

1. Peranan Transportasi Wilayah


2. Transportasi di artikel sebagai kegiatan melakukan pengangkutan muat
an (manusia dan barang) dari tempat asal ketempat tujuan.
3. Pola Jaringan Infakstruktur Transportasi
4. Masalah pembangunan infakstruktur meliputi beberapa aspek penting,
yaitu; kondisi jalan, kualitas kontruksi jalan , kapasitas daya dukung
Pola jaringan jalan hakekatnya dapat di sederhanakan ke dalam struktur jaringa
n jalan yang mempunyai karakterristik sebagai berikut:

1. Jaringan arteri, yaitu jaringan utama dengan hiraki fungsional tertinggi dalam
struktur jaringan jalan, menghubungkan kota-kota utama
2. Jaringan kolektor, yaitu jaringan jalan dengan fungsi kolektor yang
menghubung-kan kota-kota utama dengan kota- kota yang berbeda dalam
sub-ordinasinya
3. Jaringan lokal, yaitu jaringan jalan dengan hiraki fungsional terendah yang
meng hubungkan tempat- tempat yang berbeda dalam wilayah pengaruh ibu
kota kecamatan.
 Perencanaan Pembangunan Infakstrukur Transportasi
Prasarana infakstruktur jalan sangat pentin, yaitu di lalui oleh moda tran
sportasi yang mengangkut muatan (barang dan manusia ) dari satu tempat as
al menuju ketempat tujuan.
BAB 6 Kebijakan Umum Transportasi

6.1 Arah Kebijakan Transportasi


Dalam pembangunan sektor transportasi, dapat dikemukakan tujuan transportasi adalah:
menunjang pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang, dan jasa. namun secara
umum dan garis besarnya kebijakan transportasi di arahakan pada upaya- upaya sebagai
berikut:
a) Penyedian perasaran dan sarana transportasi yang berkapasitas cukup handal
b) peningkatan daya saing industri jasa transportasi nasional dan regional
c) pemberdaya masyarakat dunia usaha dan pemerintah dalam rangka penyelenggaran
playanan transportasi
d) peningkatan perana trasnsportasi dalam menunjang dan mempercepat laju pertumbuhan
nasional dan regoinal
6.2 Kebijakan Sistranas
Untuk memujudkan transportasi yang efektif dan efisien untuk menunjang dan menggeraka
n dinamika pembangunan, meningkatkan mobilisasi penduduk, barang dan jasa.
kebijakan sisterasi sebagai pedoma perumusan startegi dan upayah, sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan nasional, meliputi:
a. peningkatan kualitas pelayanan.
b. peningkatan keterpaduan pembangunan Tatrans, Tatrawil, dan Tatralok.
c. peningkatan peran sektor transportasi terhadap pengembangan dan peningkat
daya saing sektor lain.
d. peningkatan dan pengembangan sektor transportasi.
e. Meningkatkan peran BUMN, BUMD, Swasta dan kopras
f. peningkatan pelayanan untuk kelompok tertentu
g. peningkatan pelayana pada keadaan darurat.
2. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi
a. Peningkatan keselamatan transportasi.
b. peningkatan keamana trasnportasi.
 
3. Meningkatkan pembinaan pengusaha transportasi.
c. Peningkatan efisiensi dan daya saing.
d. Penyederhanaan perijinan dan deregulasi.
e. peningkatan kompetisi modal transportasi.
f. Peningkatan standarisasi playanan dan teknologi.
g. Peningkatan penerimaan dan pengurangan subsidi.
h. peningkatan aksesibilitas perusaahn nasional transportsi ke luar negri.
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
a. Peningkatan inovasi melalui penelitian pengembangan.
b. pengembangan pendidikan dan pelatihan transportasi.
c. peningkatan kepedulian masyarakat terhadap peraturan perundangan
transpotasi.
5. Meningkatkan pemeliharaan dan kualitas lingkungan hidup serat penghemataan pengguna energi.
a. Peningkatan proteksi kualitas lingkungan hidup
b. peningkatan kesadaran terhadap ancaman tumpahan minyak.
c. Peningkatan konservasi energi.
d. Penghematan penggunaan ruang.
6. Meningkatkan penyediaan dana pembangunan transportasi.
d. Peningkataan penerimaan dari pemakai jasa transportasi.
e. Peningkatan anggaran pembangunan nasional dan daerah.
f. peningkataan partisipasi swasta dan koprasi di sektor transportasi.
g. pemanfaatan hibah/bantuan liar negri untuk program- program pembangunan transportasi.
6.3 Kebijakan Transportasi Dilihat dari pendekatan penyusunan.
Kebiajakan sistem transportasi nasioanal secara luas dan rinci telah di uraikan pada sub babdi atas, namun
kebijakan transportasi nasioanal dapat pula dilihat dari pendekataan penyusunannay. Kebijakan transportasi n
asioanal yang mantap dan dimensi disusun atau dirumuskan secara terkoordinasi, tekonsolidasi, terintegrasi, t
ersinkrosinasisasi dan berimbang.
 
6.4 Kebijakan Transportasi Dilihat dari Kepentingan Berbagai Pihak
Selain dari kebijakan Sistrans dan kebijkan dari segi pendekatan penyusunan, dapat pula kebijakan transporta
si dilihat dari kepentingan berbagai pihak (yaitu pihak oprator, pihak pengguna jasa transportasi, pihak pemeri
ntah, dan pihak masyarakat).
BAB 7 Konsolidasi Muatan dalam Transportasi

7.1 Pengertian Konsilidasi Muatan Transportasi


sistem transportasi nasioanl bertujuan mewujudkan pelayanan transportasi yang efektif dan efisien, dala
m arti meningkatkan kelancaran transportasi.
transportasi wilayah adalah melayani transportasi antar wilayah, yang berbeda- beda potensi sumber day
a alam yang cukup besar, tetapi ada pula wilayah- wilayah yang potensi sumber daya alam nya kurang.
 
7.2 Langkah- langkah Memujudkan Konsolidasi Muatan yang Efektif dan Efisien
Seperti yang di kemukakan di depan bahwa terdapat kaitan yang tidak dipisahkan antara konsolidasi muat
an dengan kapasitas muat moda transportasi yang terkait dengan ukuran kendraan.
Contoh, suatu perusahaan transpor melayani suatu trayek setiap hari dalam enam hari secara berturut-turu
t dengan menempatkan satu kendaraan kecil setiap harinya
Beberapa alternatif pelayanan angkuatn muatan barang mengunakan beberapa kendaraan berukuran berb
eda-beda.
 
7.3 Peti Kemas Sebagai Alat Konsolidasi Muatan
Konsolidasi muatan berkaitan dengan pemanfaatan kapasitas muat dari moda transportasi yang di gunaka
n, dengan cara menyediakan moda transportasi yang di sediakan adalah berukuran besar, dan demikian s
ebaliknya bila muatan yang di angkat kecil volumenya, kendaraan yang di sediakan adalah berukuran kecil.
Peti kemas berbentuk kotak besar, lebar 8 kaki, tinggi 10 kaki, dan panjang 40 kaki
BAB 8 Staregi Investasi Prasarana Transportasi
8.1 Ship Follows Trade, Trade Followa Ship, dan Transportation Promotes Development
alam pengembangan Transportasi terdapat semboyan atau selogan yang di kenal cukup lua, yaitu
Ship Follows Trade dan Trade Follows Ship. Ship Follows Trade atau kapal mengikut perdagang
an, diartikan bahwa pelayanan kapal dilakukan setelah tersedia muatan yang akan di angkut.

sebalikanya Tarde Follows Ship, yang diterjemahkan perdaganagn mengikut kapal, yang dimaksu
t muatan barang akan di sediakan oleh para pemiliknya apabila terdapat kepastian akan adanya k
apal yang yang menyinggahi pelabuhan dimana muatan barang tersebut di sediakan.
8.2 Supply Follows Demand dan Demand Folloes Supply
Selain dari semboyan atau slogan ship follow trade dan trade follow ship. Dalam pembangunan transportas
i dikenal pula strategi supply follow demand dan demand follow supply. Strategi supply follow demand atau pena
waran mengikuti permintaan, dimaksudkan bahwa tersedianya fasilitas transportasi diperlukan untuk menunjang
pengembangan kegiatan-kegiatan pada sektor-sektor lain, yang berarti fasilitas transportasi itu sebagai unsur pe
nawaran yang menyediakan jasa transportasi, akan dikembangkan pada sektor-sektor lain
Sebaliknya strategi demand follows supply atau permintaan mengikuti penawaran, dicontohkan suatu wilay
ah meskipun memiliki potensi sumber daya ekonomi yang memadai , tetapi belum dikembangkan karena tidak te
rsedianya fasilitas transportasi yang melayani ke wilayah tersebut, maka fasilitas transportasi harus disediakan le
bih dahulu,yang kemudian diikuti kegiatan produksi sumber daya ekonomi yang dimiliki wilayah tersebut untuk di
pasarkan ke luar wilayah menggunakan jasa transportasi yang telah disediakan.
8.3 pengembangan prasarana transportasi
Investasi pemerintah dalam bidang prasarana transportasi merupakan usaha untuk menciptakan alokasi sumbe
r daya ekonomi secara efisien agar dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata ke
sempatannya nya

kemampuan penyedia dana pemerintahan yang relatif terbatas menyebabkan alokasi biaya perawatan berkura
ng. berkurangnya kemampuan masyarakat dalam partisipasi membayar biaya operasi yang semakin meningka
t menyebabkan an tarif pelayanan tidak dapat dinaikkan

Pelayanan jasa prasarana transportasi secara keseluruhan harus menghadapi tuntutan mempertahankan tingkat
pelayanannya,karena faktor percepatan kerusakan prasarana transportasi yang disebabkan minimnya biaya per
awatan, biaya operasi yang meningkat, pendapatan yang menurun dan sangat terbatasnya investasi baru
8.4 investasi prasarana transportasi bersifat jangka panjang
investasi prasarana transportasi dianalisis secara keseluruhan dalam jangka panjang pembangunan prasarana t
ransportasi jangka panjang dipengaruhi faktor penduduk tingkat pendapatan masyarakat, faktor produksi (teru
tama modal dan teknologi), dan berbagai kebijakan, misalnya perpajakan, bunga bank dan lainnya

Pada primnsipnya penentuan program transportasi dalam arti luas adalah membandingkan investasi marginal
di sektor transportasi dengan investasi merginal yang di lakukan sektor-sektor lainnya seperti sektor pendidik
an, pertanian, perindustrian, dan pertahanan keamanan.

Selanjutnya perlu di perhatikan pula bahwa program transportasi tersebut tidak hanya di kaitkan dengan kebut
uhan investasi secara fisik, biayanya, prioritasnya dan kapan kebutuhan injvestasi secara fisik, biayanya, prior
itasnya dan pelaksaanya tetapi juga harus di bahas begaimana program tersebut di biayai
Thank you

Anda mungkin juga menyukai