Anda di halaman 1dari 27

BAB V: PEMBELAJARAN MODUL 4

ANGKUTAN UMUM

Kegiatan Belajar 1: Pengertian Angkutan Umum, Tujuan Angkutan Umum, Peranan


Angkutan Umum, Karakteristik Pelayanan Sistem Angkutan Umum, dan Penentuan
Wilayah Pelayanan Angkutan Penumpang Umum.

Tujuan Pembelajaran :
Pada akhir pembelajaran ini, mahasiswa harus mampu :
 Mendeskripsikan pengertian angkutan umum
 Mengetahui dan memahami tujuan angkutan umum
 Mengetahui dan memahami peranan angkutan umum
 Mengetahui dan memahami karakteristik pelayanan sistem angkutan umum
 Mengetahui dan memahami karakteristik operasional angkutan umum
 Mengetahui dan memahami cara penentuan wilayah pelayanan angkutan
penumpang umum

Uraian materi :

a. Pengertian Angkutan Umum


b. Tujuan Angkutan Umum
c. Peranan Angkutan Umum
d. Karakteristik Pelayanan Sistem Angkutan Umum
e. Karakteristik Operasional Angkutan Umum
f. Penentuan Wilayah Pelayanan Angkutan Penumpang Umum

Metode Pendalaman Asesmen/


Topik Media Waktu
Pembelajaran Materi Tugas dan kuis
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Minggu e-learning Video/ Modul Tugas di 150 menit
6 multimedia / Power (materi) di hal modul hal. 11
google zoom point 6 - 10
a. Pengertian Angkutan Umum

Angkutan umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan


umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar. Dalam hal angkutan umum,
biaya angkutan menjadi beban angkutan bersama, sehingga sistem angkutan umum
menjadi efisien karena biaya angkutan menjadi sangat murah.[Warpani, 1990 : 170]
Daerah perkotaan yang berpenduduk satu juta jiwa atau lebih sudah selayaknya
memiliki pelayanan angkutan umum penumpang atau angkutan umum massal.
Manajemen perkotaan perlu melakukan efisiensi dalam memanfaatkan prasarana
perkotaan yang mengandalkan mobilitasnya pada keberadaan angkutan umum. Mereka
adalah penduduk yang tidak mempunyai pilihan lain kecuali menggunakan angkutan
umum.
Pengoperasian sistem angkutan massal adalah salah satu upaya menampung
kepentingan mobilitas penduduk, terutama di daerah perkotaan atau kota ang
berpenduduk lebih dari satu juta jiwa.
Angkutan umum massal kota di Indonesia pada umumnya dilayani dengan bus
sedang dan bus kecil, sedangkan bus besar hanya melayani angkutan kota di beberapa
kota besar; selebihnya, bus besar melayani angkutan antarkota antar propinsi.
Penduduk perkotaan di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Wilayah
perkotaan (kawasan terbangun) yang sudah merambah jauh ke wilayah penggiran,
bahkan sudah menyatu dengan kota-kota di sekitarnya yang semula adalah kota satelit –
membentuk satu wilayah kota raya.
Akibat dari kesenjangan pembangunan, arus migrasi desa ke kota sangat tinggi.
Penduduk perkotaan di Indonesia terus berkembang dengan pesat, begitu pula dengan
penduduk di daerah yang beubah status menjadi kota. Diperkirakan pada tahun 2020
akan ada 15 kota di Indonesia yang berpenduduk lebih dari 1.000.000 jiwa. Di samping
itu, terjadi perubahan tata nilai dan perilaku masyarakat sehingga meningkatkan
mobilitas, yang pada gilirannya menuntut pelayanan jasa angkutan dengan tingkat
keselamatan, keamanan, kelancaran, dan kenyamanan yang lebih tinggi, ragam yang
lebih banyak, dan kapasitas yang lebih besar.
Perluasaan daerah perkotaan serta meningkatnya mobilitas penduduk membuka
peluang usaha pelayanan angkutan umum baik pribadi maupun massal.
Dengan pesatnya peningkatan urbanisasi, meningkat pula kepemilikan kendaraan
sebagai akibat peningkatan penghasilan, terutama di kota-kota besar. Hal ini, dipadu
dengan perkembangan kawasan perkotaan, akan menuntut pengelolaan yang baik di
sektor lalu lintas dan angkutan jalan guna menjamin mobilitas sosial-ekonomi
perkotaan. Kebutuhan akan angkutan yang meningkat tanpa dibarengi pembangunan
prasarana yang terencana mengakibatkan beban jalan arteri dan kolektor menjadi
semakin tak tertampung.
Pembangunan kawasan perumahan dan industri di kawasan pinggiran atau luar kota
akan memanfaatkan jaringan utama (ruas jalan tol atau arteri). Kecepatan pembangunan
pemukiman dan industri hampir selalu tidak sebanding dengan kecepatan pembangunan
jalan sehingga dalam waktu yang sangat singkat kapasitas jalan sudah mendekati jenuh
atau bahkan sudah terlampaui. Jarak yang semakin jauh dari tempat kerja semula,
mendorong penggunaan kendaraan semakin meningkat.
Keberadaan angkutan umum, apalagi yang bersifat massal, berarti pengurangan
jumlah kendaraan yang lalu-lalang di jalan. Hal ini sangat penting artinya berkaitan
dengan pengendalian lalu lintas.
Karena sifatnya massal, maka para penumpang harus memiliki kesamaan dalam
berbagai hal yakni asal, tujuan, lintasan, dan waktu. Berbagai kesamaan pada gilirannya
menimbulkan masalah keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan. Pelayanan
angkutan umum akan berjalan dengan baik apabila dapat tercipta keseimbangan antara
ketersediaan dan permintaan [Warpani, 1990; 171]. Adalah suatu upaya yang sulit
(bahkan cenderung tidak mungkin) dipenuhi bila tolak ukurnya adalah permintaan pada
masa sibuk atau masa puncak. Ketidakpastian itu disebabkan oleh pola pergerakan
penduduk yang tidak merata sepanjang waktu, misalnya pada saat jam-jam sibuk
permintaan tinggi, dan pada saat sepi permintaan rendah.
Dalam hal kaitan ini pemerintah perlu campur tangan dengan tujuan antara lain :

1. Menjamin sistem operasi yang aman bagi kepentingan masyarakat pengguna


jasa angkutan, petugas pengelola angkutan, dan pengusaha jasa angkutan.
2. Mengarahkan agar lingkungan tidak terlalu terganggu oleh kegiatan angkutan.
3. Membantu perkembangan dan pembangunan nasional maupun daerah dengan
meningkatkan pelayanan jasa angkutan.
4. Menjamin pemerataan jasa angkutan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
5. Mengendalikan operasi pelayanan jasa angkutan (Stewart & David, 1980)

Gambar 5.1. Contoh Angkutan Umum

b. Tujuan Angkutan Umum


Tujuan pelayanan angkutan umum adalah memberikan pelayanan yang aman,cepat,
nyaman, dan murah pada masyarakat yang mobilitasnya semakin meningkat, terutama
bagi para pekerja dalam menjalankan kegiatannya. Bagi angkutan perkotaan,
keberadaan angkutan umum apalagi angkutan umum massal sangat membantu
manajemen lalu lintas dan angkutan jalan karena tingginya tingkat efisiensi yang
dimiliki sarana tersebut dalam penggunaan prasarana jalan.
Esensi dari operasi pelayanan angkutan umum adalah menyediakan layanan
angkutan pada saat dan tempat yang tepat untuk memenuhi permintaan masyarakat yang
sangat beragam.
Di sini ada unsur komersial yang harus diperhatikan, pengetahuan akan biaya,
kecepatan, dan ketepatan prakiraan, pengetahuan akan pasar dan pemasaran akan sangat
membantu dalam menawarkan pilihan pelayanan dan biaya lebih tinggi bila ada
kepastian dan jaminan cepat sampai ke tempat tujuan.
Dengan demikian, ada tawaran pilihan moda atau pencaran moda (modal split)
angkutan sehingga ada pengisihan kapasitas pada berbagai moda. Teknik pengoperasian
angkutan umum dan praktek komersialisasi sangat bergantung pada moda angkutan dan
lingkungan. Meskipun demikian, pada hakekatnya tetap sama yakni operator harus
memahami pola kebutuhan, dan harus mampu mengerahkan sediaan untuk memenuhi
kebutuhan secara ekonomis. Jadi, dalam hal ini dapat dikenali adanya unsur-unsur :
 Sarana operasi atau moda angkutan dengan kapasitas tertentu, yaitu banyaknya
orang atau muatan yang dapat diangkut.
 Biaya operasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menggerakkan operasi
pelayanan sesuai dengan sifat teknis moda yang bersangkutan.
 Prasarana, yakni jalan dan terminal yang merupakan simpul jasa pelayanan
angkutan.
 Staf atau sumber daya manusia yang mengoperasikan pelayanan angkutan.

Gambar 5.2. Contoh Angkutan Umum

c. Peranan Angkutan Umum


Pada umumnya kota yang pesat perkembangannya adalah kota yang beradapada
jalur sistem angkutan. Sejarah perkembangan kota besar di dunia menjadi bukti
besarnya peranan angkutan terhadap perkembangan kota yang bersangkutan.
Memang transportasi perkotaan merupakan salah satu faktor kunci peningkatan
produktivitas kota. Dalam perencanaan wilayah ataupun perencanaan kota, masalah
transportasi kota tidak dapat diabaikan, karena memiliki peran yang penting, yaitu :
1) Melayani kepentingan mobilitas masyarakat
Peranan utama angkutan umum adalah melayani kepentingan mobilitas masyarakat
dalam melakukan kegiatannya, baik kegiatan sehari-hari yang berjarak pendek atau
menengah (angkutan perkotaan/pedesaan dan angkutan antarkota dalam propinsi),
maupun kegiatan sewaktu-waktu antar propinsi (angkutan antarkota dalam propinsi dan
antarkota antar propinsi). Aspek lain pelayanan angkutan umum adalah peranannya
dalam pengendalian lalu lintas penghematan energi, dan pengembangan wilayah.

2) Pengendalian lalu lintas


Dalam rangka pengendalian lalu lintas, peranan layanan angkutan umum tidak
dapat ditiadakan. Dengan ciri khas yang dimilikinya, yakni lintasan tetap dan mampu
mengangkut banyak orang seketika, maka efisiensi penggunaan jalan menjadi lebih
tinggi karena pada saat yang sama luasan jalan yang sama dimanfaatkan oleh lebih
banyak orang.
Di samping itu, jumlah kendaraan yang berlalu lalang di jalanan dapat dikurangi,
sehingga dengan demikian kelancaraan arus lalu lintas dapat ditingkatkan. Oleh karena
itu, pengelolaan yang baik, yang mampu menarik orang untuk lebih menggunakan
angkutan umum daripada menggunakan kendaraan pribadi, menjadi salah satu andalan
dalam pengelolaan perlalulintasan.

3) Penghematan energy
Pengelolaan angkutan umum ini pun berkaitan dengan penghematan penggunaan
bahan bakar minyak (BBM). Sudah diketahui bahwa cadangan energi bahan bakar
minyak dunia (BBM) terbatas, bahkan diperhitungkan akan habis dalam waktu dekat
dan sudah ada upaya untuk menggunakan sumber energi non BBM. Untuk itu, layanan
angkutan umum perlu ditingkatkan, sehingga jika layanan angkutan umum sudah
sedemikian baik dan mampu menggantikan peranan kendaraan pribadi bagi mobilitas
masyarakat, maka sejumlah besar kendaraan dapat ‘dikandangkan’ selama waktu
tertentu; misalnya selama hari Senin hingga Jum’at. Akibat lanjutannya adalah
penghematan konsumsi BBM bagi operasi angkutan. Apabila kendaraan pribadi
mengkonsumsi BBM rata-rata sebanyak 10 L/hari, maka 1000 buah kendaraan sudah
dapat menghemat 10.000 L/hari.

4) Pengembangan wilayah
Berkaitan dengan perkembangan wilayah, angkutan umum juga sangat berperan
dalam menunjang interaksi sosial budaya masyarakat. Pemanfaatan sumber daya alam
maupun mobilisasi sumber daya manusia serta pemerataan daerah beserta hasil-
hasilnya, didukung oleh sistem perangkutan yang memadai dan sesuai dengan tuntutan
kondisi setempat.

Gambar 5.3. Contoh Angkutan Umum

d. Karakteristik Pelayanan Sistem Angkutan Umum


Pada dasarnya sistem transportasi perkotaan terdiri dari sistem angkutan
penumpang dan sistem angkutan barang. Selanjutnya sistem angkutan penumpang
sendiri bisa dikelompokkan menurut penggunaannya dan cara pengoperasiannya
(Vuchiv, 1981), yaitu :
1. Angkutan pribadi, yaitu angkutan yang memiliki dan dioperasikan oleh dan untuk
kepentingan pribadi pemilik dengan menggunakan prasarana baik pribadi maupun
prasarana umum.
2. Angkutan umum, yaitu angkutan yang dimiliki oleh operator yang bisa digunakan
untuk umum dengan persyaratan tertentu.Dalam sistem pemakaiannya angkutan
umum memiliki 2 sistem, yaitu :
 Sistem sewa, yaitu kendaraan bisa dioperasikan baik operator maupun
penyewa. Dalam hal ini tidak ada rute dan jadwal tertentu yang harus diikuti
oleh pemakai. Contohnya: jenis angkutan taxi
 Sistem penggunaan bersama, yaitu kendaraan dioperasikan oleh operator
dengan rute dan jadwal yang tetap. Sistem ini dikenal sebagai sistem
penggunaan bersama (transit system). Terdapat 2 jenis transit, yaitu :
- Jadwal yang pasti dan kendaraan dapat berhenti (menaikkan/menurukan
penumpang) di sepanjang rutenya. Contohnya: angkutan kota
- Jadwal dan tempat pemberhentiannya lebih pasti. Contohnya: bus kota

Jenis pelayanan Angkutan Umum

Pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan


menggunakan mobil bus atau mobil penumpang. Pengangkutan orang dengan
kendaraan umum dilayani dengan:

1. Trayek tetap dan teratur adalah pelayanan angkutan yang dilakukan dalam
jaringan trayek secara tetap dan teratur dengan jadwal tetap atau tidak berjadwal
untuk pelayanan angkutan orang.
2. Tidak dalam trayek, pengangkutan orang dengan angkutan umum tidak dalam
trayek terdiri dari:
- Pengangkutan dengan menggunakan taksi
- Pengangkutan dengan cara sewa
- Pengangkutan untuk keperluan pariwisata

Gambar 5.4. Contoh Angkutan Umum

e. Karakteristik Operasional Angkutan Umum


Faktor Muatan (Load Factor)

Untuk mengetahui kemampuan operasional kendaraan pada suatu rute


dikaitkan dengan keseimbangan demand-supplydinyatakan sebagai faktor muatan
(load factor).
Faktor muatan (load factor) merupakan pembagian antara permintaan
(demand) yang ada dengan kebutuhan (supply) yang tersedia. Faktor muatan dapat
menjadi petunjuk untuk mengetahui apakah jumlah armada yang ada masih kurang,
mencukupi, atau melebihi kebutuhan suatu lintasan angkutan umum serta dapat
dijadikan indikator dalam mewakili efisiensi suatu rute. Load factor angkutan
umum di setiap rutenya berkisar mulai 30% sampai 100%.

Pasal 28 ayat (2) peraturan pemerintah Nomor 41 tahun 1993 : pengaturan


tentang penambahan kendaraan untuk trayek yang sudah terbuka dengan
menggunakan faktor muatan di atas 70% kecuali untuk trayek perintis. Untuk
trayek reguler dalam kota, faktor muatan yang dimaksud adalah dengan
menggunakan pendekatan dinamis yaitu dengan memperhitungkan load factor pada
seluruh ruas jalan agar tidak terjadi kelebihan penawaran. Nilai load factor dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :

Psg
Lf = ×100 % ............................(1.1)
C

Dimana :

Lf = Load factor (%)

Psg = Total jumlah penumpang pada setiap zona (penumpang)

C = Kapasitas kendaraan (penumpang)

Waktu Antara (Headway)

Waktu antara merupakan interval keberangkatan antar suatu angkutan dengan


angkutan berikutnya, diukur dalam satuan waktu pada titik tertentu untuk setiap
rutenya. Headway merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi tingkat
pelayanan angkutan umum. Kebijakan yang menyangkut pengaturan headway
berimplikasi pada kemungkinan tingkat pengisian muatan. Headway yang terlalu
rendah dapat mengakibatkan kapasitas akan melebihi permintaan. Angkutan yang
pertama akan mengambil banyak penumpang, selain itu juga dapat menimbulkan
kemacetan lalu lintas. Sedangkan headway yang tinggi akan mengakibatkan waktu
tunggu yang terlalu lama bagi para pengguna.

f. Penentuan Wilayah Pelayanan Angkutan Penumpang Umum

Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum di Wilayah


Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur, penentuan batas wilayah angkutan
penumpang umum diperlukan untuk :

a. Merencanakan sistem pelayanan angkutan umum penumpang.


b. Menetapkan kewenangan penyediaan, pengelolaan dan pengaturan pelayanan
angkutan umum penumpang.

Trayek Angkutan Umum Penumpang


Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang
dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap
dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal (PP No. 41 Th. 1993). Sehingga trayek
adalah lintasan pergerakan angkutan umum yang menghubungkan titik asal ke titik
tujuan dengan melalui rute yang ada. Sedangkan pengertian rute adalah jaringan
jalan atau ruas jalan yang dilalui angkutan umum untuk mencapai titik tujuan dari
titik asal. Jadi dalam suatu trayek mencakup beberapa rute yang dilalui (La Gusti
Negeri, 2009).
Dalam penyusunan jaringan trayek, telah ditetapkan hierarki trayek yang
terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Th. 1993 yaitu :
a. Trayek utama yang diselenggarakan dengan ciri – ciri pelayanan :
1. mempunyai jadwal tetap
2. melayani angkutan antara kawasan utama, antara kawasan utama dan
kawasan pendukung dengan ciri melakukan perjalanan ulang – alik secara
tetap dengan pengangkutan yang bersifat massal.
3. dilayani oleh mobil bus umum
4. pelayanan cepat dan atau lambat
5. jarak pendek
6. melalui tempat – tempat yang ditetapkan hanya untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang
b. Trayek cabang yang diselenggarakan dengan ciri – ciri pelayanan :
1. mempunyai jadwal tetap
2. melayani angkutan antar kawasan pendukung, antara kawasan pendukung
dan pemukiman
3. dilayani dengan mobil bus umum
4. pelayanan cepat dan atau lambat
5. jarak pendek
6. melalui tempat tempat yang telah ditetapkan untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang
c. Trayek ranting yang diselenggarakan dengan ciri – ciri pelayanan :
1. melayani angkutan dalam kawasan pemukiman
2. dilayani dengan mobil bus umum dan atau mobil penumpang umum
3. pelayanan lambat
4. jarak pendek
5. melalui tempat tempat yang telah ditetapkan untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang.
d. Trayek langsung yang diselenggarakan dengan ciri – ciri pelayanan :
1. mempunyai jadwal tetap
2. melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang bersifat massal dan
langsung
3. dilayani oleh mobil bus umum
4. pelayanan cepat
5. jarak pendek
6. melalui tempat tempat yang ditetapkan hanya untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang
Keterangan :
 yang dimaksud dengan mempunyai jadwal tetap adalah pengaturan jam
perjalanan setiap mobil bus umum, meliputi jam keberangkatan, persinggahan
dan kedatangan dalam terminal terminal yang wajib disinggahi.
 Kawasan utama yaitu kawasan yang merupakan pembangkit perjalanan yang
tinggi seperti kawasan perdagangan utama, perkantoran di dalam kota yang
membutuhkan pelayanan yang cukup tinggi.
 Kawasan pemukiman adalah suatu kawasan perumahan tempat penduduk
bermukim yang memerlukan jasa angkutan.
 Trayek langsung yaitu trayek yang menghubungkan langsung antara dua
kawasan yang permintaan angkutan keduanya tinggi, dengan syarat bahwa
kondisi prasarana jalan yang memungkinkan untuk dilaksanankan trayek
tersebut. (Direktorat Bina sistem Lalu Lintas dan angkutan Kota)

Jaringan Trayek
Jaringan trayek menurut pedoman teknis penyelengaraan angkutan penumpang
umum di wilayah perkotaan dalam trayek tetap dan teratur adalah kumpulan trayek
yang menjadi satu kesatuan pelayanan angkutan orang. Faktor yang digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jaringan trayek adalah sebagai
berikut :
a. Pola tata guna tanah
Pelayanan angkutan umum diusahakan mampu menyediakan aksesibilitas yang
baik. Untuk memenuhi hal itu, lintasan trayek angkutan umum diusahakan
melewati tata guna tanah dengan potensi permintaan yang tinggi. Demikian
juga lokasi-lokasi yang potensial menjadi tujuan bepergian diusahakan menjadi
prioritas perjalanan.
b. Pola pergerakan penumpang angkutan umum
Rute angkutan umum yang baik adalah rute yang mengikuti arah pola
pergerakan penumpang angkutan sehingga tercipta pergerakan yang lebih
effisien. Trayek angkutan umum harus dirancang sesuai dengan pola
pergerakan penduduk yang terjadi, sehingga transfer moda yang terjadi pada
saat penumpang mengadakan perjalanan dengan angkutan umum dapat
diminimumkan.
c. Kepadatan penduduk
Salah satu faktor yang menjadi prioritas angkutan umum adalah wilayah
kepadatan penduduk yang tinggi, pada umumnya merupakan wilayah yang
mempunyai potensi permintaan yang tinggi. Trayek angkutan umum yang ada
diusahakan sedekat mungkin menjangkau wilayah tersebut.
d. Daerah pelayanan
Pelayanan angkutan umum, selain memperhatikan wilayah potensial
pelayanan, juga menjangkau semua wilayah perkotaan yang ada. Hal ini sesuai
dengan konsep pemerataan pelayanan terhadap penyediaan fasilitas angkutan
umum
e. karakteristik jalan
Kondisi jaringan jalan akan menentukan pola pelayanan trayek angkutan
umum. Karakteristik jaringan jalan meliputi konfigurasi, klasifikasi, fungsi,
lebar jalan, dan tipe operasi jakur. Operasi angkutan umum sangat dipengaruhi
oleh karakteristik jaringan jalan yang ada.

Pola Jaringan Trayek


Bentuk jaringan trayek selain berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan
juga akan mempengaruhi pengoperasian dari sistem tersebut, secara rinci pola
jaringan trayek akan mempengaruhi :
a. Luas wilayah yang dapat dijangkau
b. Jumlah titik yang dibutuhkan penumpang untuk mencapai ke tujuan
c. Jadwal, frekuensi, dan waktu tunggu di pemberhentian
Kumpulan trayek bus kota akan membentuk suatu jaringan dan mempunyai
suatu pola tertentu. Menurut Giannopoulus, GA (1989), macam– macam pola
jaringan trayek bus kota antara lain :
1. Pola Radial
Pada pola radial , terlihat pada Gambar 5.5, seluruh atau hampir seluruh jalur
utama membentuk jari-jari dari pusat kota ke daerah pinggir kota. Pelayanan trayek
memotong pusat kota, memutar pusat kota atau berhenti di pusat kota. Keuntungan
dari sistem ini adalah jumlah titik perpindahan sedikit karena mayoritas penumpang
menuju satu titik, sedangkan kerugiannya adalah menambah kemacetan pada
daerah pusat kota.
Gambar 5.5 Jaringan Trayek Pola Radial

2. Pola Orthogonal / Grid


Pada pola Orthogonal / Grid, seperti terlihat pada Gambar 5.6, ditandai dengan
lintasan-lintasan yang membentuk grid (kisi-kisi), sebagian menuju pusat kota dan
sebagian lainnya tidak melalui pusat kota. Tujuan utama pola ini adalah
memberikan pelayanan yang sama untuk semua bagian kota.

Gambar 5.6 Jaringan Trayek Pola Orthogonal / Grid

3. Pola Radial Bersilang


Pola Radial Bersilang, tersaji pada Gambar 5.7, bertujuan untuk
mempertahankan karakteristik pola grid dan tetap mendapat keuntungan pola radial
dengan saling menyilangkan lintasan dan menyediakan titik-titik tambahan dimana
lintasan saling bertemu seperti di pusat-pusat perbelanjaan atau tempat pendidikan.
Gambar 5.7 Jaringan Trayek Pola Radial Bersilang

4. Pola Jalur Utama dengan Feeder


Feeder adalah jalan-jalan yang menuju ke jalur utama. Jalan arteri melayani
koridor utama perjalanan yang berbentuk linier/ memanjang karena kondisi
topografi, geografi, pola jaringan jalan, atau perkembangan kota berbentuk linier
dan lain-lain. Kerugian pola ini adalah diperlukan perpindahan moda, sedang
keuntungannya dapat meningkatkan pelayanan jalur utama. Seperti disajikan
Gambar 5.8.

Gambar 5.8 Jaringan trayek pola jalur utama dengan feeder

5. Pola Transfer Network


Pola ini terlihat pada Gambar 5.9, perlu perencanaan yang sangat cermat, karena
membutuhkan koordinasi antara perencanaan rute dan penjadwalan. Keuntungan
dari sistem ini adalah penumpang tidak perlu ke pusat kota untuk berpindah atau
menunggu lama, karena seluruh lintasan melayani titik-titik perpindahan
penumpang dengan frekuensi, jadwal kedatangan dan keberangkatan yang sama,
sehingga bus kota dijadwalkan saling bertemu atau bersimpangan selama waktu
tertentu untuk penumpang berpindah kendaraan.

Gambar 5.9 Jaringan trayek pola tranfer network

Cara Menentukan Wilayah Pelayanan Angkutan Penumpang

Wilayah pelayanan angkutan penumpang umum kota dapat ditentukan


setelah diketahui batas-batas wilayah terbangun. Batas wilayah pelayanan angkutan
penumpang umum kota ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut.

a) Batas wilayah terbangun kota


1. Wilayah terbangun kota dapat diketahui batas-batasnya dengan melihat
peta penggunaan lahan suatu kota dengan daerah sekitarnya atau dengan
menggunakan foto udara.
2. Wilayah terbangun kota adalah wilayah kota yang penggunaan lahannya
didominasi oleh bangunan yang membentuk suatu kesatuan.
b) Pelayanan Angkutan umum penumpang kota Untuk menentukan titik terjauh
pelayanan angkutan umum penumpang kota, dilakukan beberapa cara yaitu :
1. menghitung besarnya permintaan pelayanan angkutan umum penumpang
kota kepada kelurahan- kelurahan yang terletak disekitar batas wilayah
bangunan kota,
2. menghitung jumlah penumpang minimal untuk mencapai titik impas
pengusaha angkutan umum,
3. menentukan batas wilayah pelayanan kota denngan menghubungkann
titiktitik terluar tersebut di atas.

c) Struktur jaringan jalan.


d) Geometri dan kontruksi jalan.
e) Koridor.
Koridor 400 meter kanan 400 meter kiri
1. Lahan sepanjang koridor.
2. Kesempatan kerja sepanjang koridor
Guna mencapai pemenuhan pelayanan angkitan penumpang umum yang
optimal, proses perencanaan harus mengacu pada kebijaksanaan angkutan
umum berikut ini.
a. Peraturan yang sudah berlaku,
b. Kebijakan pemerintah daerah, khususnya dalam sektor publik,
c. Ketetapan wilayah operasi angkutan bus kota dan interaksinya dengan
jenis angkutan yang lalu.
Tahapan proses perencanaan yang dimaksud dalam keputusan Direktur
Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.687 / AJ.206 / DRJD / 2002 yang
meliputi beberapa hal berikut ini.
1. Analisis permintaan dilakukan dengan cara:
a. menelaah rencana pengembangan kota, investarisasi tata guna lahan, dan
aktivitas ekonomi wilayah perkotaan,
b. menelaah data penduduk, invetarisasi data perjalanan yang termasuk
didalamnyaasal tujuan perjalanan, maksud perjalanan memilih moda
angkutan (moda split), dan jumlah penduduk serta penyebarannya,
c. menelaah pertumbuhan penumpang masa lalu dan pertumbuhan
parameter lain, misalnya pemilikan kendaraan dan pendapatan.
2. Analisis kinerja rute dan operasi
Analisis ini mengkaji beberapa parameter sebagai berikut ini.
a. faktor muatan (load factor),
b. jumlah penumpang yang diangkut,
c. waktu antara (headway),
d. waktu tunggu penumpang,
e. kecepatan perjalanan,
f. sebab-sebab keterlambatan,
g. ketersediaan penumpang,
h. tingkat konsumsi bahan bakar.

Pengumpulan data dilakukan dengan survei kendaraan (on board survey),


pengamatan langsung, wawancara, parameter-peremeter diatas dapat digunakan
sebagai alat untuk melihat efektifitas dan efisiensi pengoprasian dan penentuan
jumlah armada.

3. Analisis kinerja prasarana.


Analisis ini mengkaji beberapa aspek antara lain adalah
a. fasilitas TBP dan halte,
b. kemungkinan aplikasi langkah-langkah prioritas bus,
c. sistem informasi,
d. inventarisasi jaringan jalan termasuk dimensi, kondisi, kapasitas, serta
volume lalu lintas.
4. Penyusunan rencana.
a. Rencana pengembangan angkutan umum didasarkan atas permintaan dan
kebijakan yang berlaku, yaitu :
1. penepatan rute (jumlah dan kepadatan),
2. pelayanan operasi (jumlah armada, waktu antara, kecepatan, jam
operasi) tiap rute.
b. Pengembangan prasarana dan sarana angkutan umum sesuai dengan
permintaan dan peraturan yang ditentukan.
1. kebutuhan tempat henti
2. kebutuhan tempat pemantauan
c. Kelembagaan dan peraturan
Untuk menjamin berjalannya sistem angkutan umum bus kota yang baik
diperlukan peraturan dan kelembagaan yang sesuai, meliputi sistem organisasi
dan prosedur perizinan.
Tugas
Kerjakan soal-soal dibawah ini.
1. Sebutkan peranan penting angkutan umum!
2. Dalam perencanaan jaringan trayek angkutan umum ada beberapa parameter
yang harus diperhatikan. Sebutkan dan jelaskan secara singkat!
3. Angkutan umum memiliki 2 sistem. Sebutkan dan jelaskan!

Kertas Kerja

Test Formatif.

Latihan Soal :

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan angkutan umum!


2. Apa tujuan pelayanan angkutan umum dalam masyarakat?

Kunci jawaban :

1. Angkutan umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan


kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar.
2. Tujuan pelayanan angkutan umum adalah memberikan pelayanan yang
aman,cepat, nyaman, dan murah pada masyarakat yang mobilitasnya semakin
meningkat, terutama bagi para pekerja dalam menjalankan kegiatannya. Bagi
angkutan perkotaan, keberadaan angkutan umum apalagi angkutan umum
massal sangat membantu manajemen lalu lintas dan angkutan jalan karena
tingginya tingkat efisiensi yang dimiliki sarana tersebut dalam penggunaan
prasarana jalan.

Daftar pustaka

http://eprints.umm.ac.id/35087/3/jiptummpp-gdl-tommyjulsb-46983-3-babii.pdf
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1434/05.2%20bab
%202.pdf?sequence=8&isAllowed=y
http://eprints.undip.ac.id/34433/6/2130_chapter_II.pdf
Kegiatan Belajar 2 : Penentuan Jumlah Armada Angkutan Penumpang Umum
dan Aspek Sarana dan Prasarana
Tujuan Pembelajaran :
Pada akhir pelajaran ini, mahasiswa harus mampu :
 Mengetahui dan memahami cara penentuan jumlah armada angkutan penumpang
umum
 Mengetahui aspek sarana dan prasarana

Uraian materi :

a. Penentuan Jumlah Armada Angkutan Penumpang Umum


b. Sarana Dan Prasarana

Metode Pendalaman Asesmen/


Topik Media Waktu
Pembelajaran Materi Tugas dan kuis
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Minggu e-learning Video/ Modul Tugas di 151 menit
6 multimedia / Power (materi) di hal modul hal. 11
google zoom point 6 - 10

a. Penentuan Jumlah Armada Angkutan Penumpang Umum

Dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor:


SK.687/AJ.206/DRJD/2002, pada dasarnya pengguna kendaraan angkutan umum
menghendaki adanya tingkat pelayanan yang cukup memadai, baik waktu tempuh,
waktu tunggu maupun keamanan dan kenyamanan yang terjamin selama perjalanan.
Tuntutan akan hal tersebut dapat terpenuhi apabila penyediaan armada angkutan
penumpang umum berada pada garis yang seimbang dengan permintaan jasa angkutan
umum.

Jumlah armada yang “tepat” sesuai dengan kebutuhan sulit dipastikan, yang
dapat dilakukan adalah jumlah yang mendekati besarnya kebutuhan.Ketidakpastian itu
disebabkan oleh pola pergerakan penduduk yang tidak merata sepanjang waktu
misalnya pada jam-jam sibuk permintaan tinggi dan pada saat sepi permintaan rendah.
Dasar-dasar perhitungan berikut dibawah ini yang nantinya dipakai dalam analisis
menurut Ditjen Perhubungan Darat (2002) seperti berikut ini.
1. Faktor muat (load factor) merupakan perbandingan antara kapasitas terjual dan
kapasitas tersedia untuk satu perjalanan yang bisa dinyatakan dalam persen (%).
Load factor juga di definisikan sebagai perbandingan antara jumlah penumpang di
banding dengan kapasitas tempat duduk pada satu satuan tertentu. Faktor muat
untuk perhitungan tarif umumnya adalah 70%. Perhitungan load factor didasarkan
pada asumsi daya angkut bus sebagai berikut ini.
a. Untuk bus yang diijinkan berdiri menpunyai penumpang berdiri, kapasitas dihitung
sama dengan jumlah tempat duduk ditambah 30%-nya.
b. Untuk bus tanpa ijin berdiri sama dengan jumlah tempat duduk ijin dapat dilihat
pada Rumus 3.6 berikut ini.
∑ Pnp−km
LF= x 100 %
(∑ bus−km)×C
Keterangan =
LF = factor muatan
ΣPnp-km = jumlah penumpang x panjang perjalanan dalam satuan waktu
tertentu
Σbus-km = jumlah perjalanan bus x dengan panjang trayek dalam satuan waktu
tertentu
C = kapasitas bus
2. Kapasitas kendaraan adalah daya muat penumpang pada setiap kendaraan angkutan
umum dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini.
Tabel 5.1 Kapasitas Kendaraan
Catatan :
a. Angka-angka kapasitas kendaraan bervariasi tergantung pada susunan tempat
duduk dalam kendaraan.
b. Ruang untuk berdiri per penumpang dengan luas 0,17 m2 /penumpang Penentuan
kapasitas kendaraan yang menyatakan kemungkinan penumpang berdiri adalah
kendaraan dengan tinggi lebih dari 1,7 m dari lantai bus bagian dalam dengan ruang
berdiri seluas 0,17 m2 per penumpang.
3. Dasar perhitungan kendaraan pada suatu jenis trayek ditentukan oleh kapasitas
kendaraan, waktu sirkulasi, waktu henti kendaraan di terminal dan waktu antara.
a. Waktu sirkulasi dengan pengaturan kecepatan kendaraan rata-rata 20 km perjam
dengan deviasi waktu sebesar 5 % dari waktu perjalanan. Deviasi waktu perjalanan
sebesar 5% dari waktu perjalanan. TAB dan TBA ditetapkan sebesar 10% dari
waktu perjalanan dari A ke B. Waktu sirkulasi dihitung dengan Rumus 3.7 berikut
ini.

CT ABA = (TAB+TBA) + (𝜎AB+𝜎BA) + (TTA+TTB) (3.7)


Keterangan :
CT ABA = Waktu sirkulasi dari A ke B kembali ke A
TAB = Waktu perjalanan rata-rata dari A ke B
TBA = Waktu perjalanan rata-rata dari B ke A
𝜎AB = Deviasi waktu perjalanan dari A ke B
𝜎BA = Deviasi waktu perjalanan dari B ke A
TTA = Waktu henti kendaraan di A
TTB = Waktu henti kendaraan di B
b. Waktu antara (headway) adalah kondisi dimana kendaraan dengan kendaraan
berurutan dibelakangnya pada satu rute yang sama. Headway makin kecil
menunjukkan frekuensi semakin tinggi sehingga akan menyebabkan waktu tunggu
yang rendah. H ideal = 5-10 menit sedangkan untuk H Puncak = 2-5 menit,
perhitungan waktu antara ditetapkan berdasarkan Rumus 3.8 berikut ini.

60.C . L . f
H=
P

Keterangan :
H = Waktu antara (menit)
P = Jumlah penumpang perjam pada seski terpadat
C = Kapasitas kendaraan
Lf = Faktor muat, diambil 70% (pada kondisi dinamis)
c. Kebutuhan jumlah armada dapat ditentukan bedasarkan waktu sirkulasi atau jumlah
kendaraan persirkulasi, dihitung dengan Rumus 3.9 berikut ini.
CT
K=
H Xf A

Keterangan :
K = Jumlah kendaraan
CT = Waktu sirkulasi (menit)
H = Waktu antara (menit)
FA = Faktor ketersediaan kendaraan (100%)
Kebutuhan jumlah armada pada periode sibuk dapat dihitung dengan menggunakan
Rumus 3.10 berikut ini.
W
K’= K x
CT A B A

Keterangan =
W = Periode sibuk (menit)
CT ABA = Waktu sirkulasi dari A ke B kembali ke A
K’ = Kebutuhan armada pada periode sibuk

b. Sarana dan Prasarana


Suatu sistem angkutan umum terdiri dari sekumpulan sistem sarana dan prasarana, dan
kedua komponen pendukung ini bekerja sama dalam suatu sistem pengoperasian
dimana menggunakan jalan sebagai medianya. Secara lebih rinci komponen–
komponen tersebut dapat dibagi sebagai berikut :
a. Komponen Prasarana angkutan Umum, meliputi :
 Sistem jaringan rute
 Track di sepanjang lintasan dari masing–masing rute
 Halte / Perhentian Bus

b. Komponen Sarana Angkutan Umum, meliputi :


 Jenis Kendaraan yang digunakan
 Dimensi dan Desaian Kendaraan

Tugas :

Kerjakan soal-soal di bawah ini:


1. Dari hasil survei kendaraan diketahui:
- Periode tersibuk antara pukul 05.30 dan pukul 09.30 = 4 jam
- Waktu sirkulasi yang dibutuhkan untuk 1 rit adalah 100 menit
- Headway sebesar 10 menit
- Faktor ketersediaan armada angkutan umum diasumsikan sama dengan 1
Hitunglah jumlah armada angkutan umum yang dibutuhkan!

2. Dari hasil survei di atas kendaraan diketahui:


- Periode tersibuk antara pukul 05.30 dan pukul 09.30
- Jumlah penumpang terbanyak terjadi pada pukul 06.30 – 07.30 yaitu sebesar 145
penumpang
- Kapasitas per angkutan umum adalah 30 penumpang
- Nilai load factor reratanya sebesar 70 %
Hitunglah headway-nya!

Kertas Kerja

Test Formatif.

1. Tuliskan komponen sarana dan prasarana angkutan umum!


2. Rute A adalah rute melingkar dengan waktu sirkulasi total 15 menit
Pada Pukul 06.00 – 07. 00 di Rute A, diperlukan angkutan umum dengan headway
= 6 menit.

Hitunglah frekuensi bus dan jumlah armada!

Jawab :

1. Komponen Prasarana angkutan Umum, meliputi :


-Sistem jaringan rute
-Track di sepanjang lintasan dari masing–masing rute
-Halte / Perhentian Bus
Komponen Sarana Angkutan Umum, meliputi :
-Jenis Kendaraan yang digunakan
-Dimensi dan Desaian Kendaraan
2. -Frekuensi :
F = 1/6 x 60 menit = 60 bus
-Jumlah armada = 3 bus

-Jumlah kendaraan dihitung dengan membagi waktu sirkulasi total dengan headway
-Waktu sirkulasi total dihitung sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai