Anda di halaman 1dari 23

BAB IV.

PEMBELAJARAN MODUL 3

TRANSPORTASI PERKOTAAN

Kegiatan Belajar 1: Transportasi Perkotaan dan Manajemen Lalu Lintas


Tujuan Pembelajaran :
Pada akhir pelajaran ini, mahasiswa harus mampu :
 Memahami dan mengerti tentang sejarah transportasi umum
 Mengerti tentang transportasi perkotaan
 Mengetahui system manajemen lalu lintas

Uraian Materi :
a. Sejarah transportasi umum
b. Taansportasi perkotaan
c. Manajemen lalu lintas
d. Kemacetan Lalu lintas
e. Kecelakaan
f. Manajemen lalu lintas yang tidak optimal
g. Pencemaran lingkungan

Metode Pendalaman Asesmen/


Topik Media Waktu
Pembelajaran Materi Tugas dan kuis
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Minggu e-learning Video/ Modul (materi) Tugas di modul 150 menit
6 multimedia / Power di hal 6 - 10 hal. 11
google zoom point

a. Sejarah Transportasi Umum


Sarana angkutan sejak jaman dulu telah diciptakan manusia mulai dari yang
paling sederhana berupa alat angkut yang digerakkan oleh manusia dan hewan maupun
dengan menggunakan alat penggerak yang lebih modern berupa mesin uap, sampai pada
akhirnya manusia dapat menciptakan alat angkutan dengan menggunakan alat
penggerak berupa mesin yang lebih canggih. Tujuan manusia menciptakan sarana
transportasi atau alat angkutan tiada lain adalah untuk memudahkan dan membantu

5
pergerakan baik orang maupun barang dari satu tempat ke tempat lain. Sarana
transportasi ada dilatarbelakangi oleh adanya kepentingan manusia untuk lebih cepat
dan efisien dalam melakukan pergerakan serta menjadi satu kebutuhan dalam
melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain.
Setelah terciptanya sarana transportasi, maka mulai dipikirkan oleh manusia
bagaimana agar sarana transportasi atau angkutan ini selain dinikmati untuk
kepentingan perjalanan pribadi, juga dapat dijadikan sarana pengangkutan untuk orang
lain, dan terjadilah pemikiran – pemikiran komersial untuk mencari keuntungan dalam
penciptaan kendaraan atau angkutan yang bisa mengangkut lebih dari satu atau dua
orang.
Angkutan berarti pemindahan orang dan atau barang dari satu titik ke titik lain
dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor
yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.
Perkembangan angkutan umum memiliki sejarah yang panjang, mulai dari penciptaan
sarana angkutannnya yang hanya dipergunakan untuk kepentingan perjalanan dekat
sampai pada penciptaan angkutan atau kendaraan yang berkapasitas lebih banyak dan
dapat dipergunanakan untuk menempuh jarak perjalanan jauh yang lebih cepat. Awal
pemikiran adanya penyediaan pengangkutan umum khususnya angklutan darat
sebenarnya telah dimulai sekitar 300 tahun yang lalu, ketika Pascal (Perancis) mulai
mengoperasikan gerbong untuk penumpang yang ditarik kuda di Kota Paris pada tahun
1662. Pada awalnya, penyediaan kereta ini tidak dipungut biaya, namun pada
perkembangannya kemudian mulai dikenakan biaya.
Revolusi industri yang berkembang di Eropa (Perancis dan Inggris) telah
membuat perkembangan kota yang sedemikian pesat, yang memunculkan adanya
pemisahan zona industri (tempat bekerja) dan zona permukiman (rumah), sehingga
timbul apa yang disebut dengan fenomena urban sprawl, yakni fenomena bergeraknya
area permukiman kelas menengah ke atas ke daerah sub-urban, menjauhi kawasan CBD
(Central Business District) yang terjadi di Inggris pada tahun 1750. Fenomena lain
adalah adanya arus commuting atau komuter. Jam puncak (peak hour) juga timbul
akibat adanya penumpukan arus pagi (berangkat untuk bekerja) dan arus sore (pulang),
dan timbulnya efek-efek kongesti, seperti kemacetan dan kesemrawutan. Inggris mulai
mengenalkan sistem transportasi massa pertamanya, yakni dengan munculnya Omni

6
Bus oleh George Shillibeer di kota London pada 1829. Omni Bus adalah kendaraan
mirip gerbong beroda besar dengan pintu masuk di belakang.
Jumlah kursinya 18 hingga 20 yang ditata sejajar dan berhadap-hadapan. Model Omni
Bus ini kemudian menyebar ke kota besar lain, seperti New York dan Paris pada tahun
1830-an. Pada tahun yang sama, George Stephenson meluncurkan kereta api uap yang
pertama di Inggris dengan rute Liverpool – Manchester. Perkembangan omni bus
berikutnya adalah omni bus susun (double decker). Omni bus inilah embrio pertama
lahirnya bus bermotor seperti yang dikenal sekarang.
Setelah era omni bus, sisitim pengangkutan umum berkembang memasuki
zamanya angkutan jalan rel disekitar tahun 1830 samapi dengan tahun 1920. Kemudian
mulai tahun 1920 sampai sekarang sistim pengangkutan umum berkembang memasuki
zamannya Bus, Trolley, Kereta Kabel dan angkutan – angkutan umum darat lainnya
yang lebih modern.

b. Transportasi Perkotaan
Transportasi pada dasarnya mempunyai dua fungsi utama, yaitu melayani
kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan. Untuk pengembangan
wilayah perkotaan yang baru, fungsi merangsang perkembangan lebih dominan. Hanya
saja perkembangan tersebut perlu dikendalikan ( salah satunya dengan peraturan ) agar
sesuai dengan bentuk pola yang direncanakan.
Transportasi perkotaan mempunyai tujuan yang luas, yaitu membentuk suatu
kota dimana kota akan hidup jika sistem transportasi berjalan baik. Artinya mempunyai
jalan-jalan yang sesuai dengan fungsinya serta perlengkapan lalu lintas lainnya. Selain
itu transportasi juga mempunyai tujuan untuk menyebarluaskan dan meningkatkan
kemudahan pelayanan, memperluas kesempatan perkembangan kota, serta
meningkatkan daya guna penggunaan sumber-sumber yang ada.
Transportasi dan tata guna lahan berhubungan sangat erat, sehingga biasanya
dianggap membentuk satu landuse transport system. Agar tata guna lahan dapat
terwujud dengan baik maka kebutuhan transportasinya harus terpenuhi dengan baik.
Sistem transportasi yang macet tentunya akan menghalangi aktivitas tata guna lahannya.
Sebaliknya, tranportasi yang tidak melayani suatu tata guna lahan akan menjadi sia-sia,
tidak termanfaatkan.

7
Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang selalu dihadapi
oleh negara-negara yang telah maju (developed) dan juga oleh negara-negara yang
sedang berkembang (developing) seperti Indonesia baik di bidang transportasi perkotaan
(urban) maupun transportasi antar kota (regional). Terciptanya suatu sistem transportasi
atau perhubungan yang menjamin pergerakan manusia dan/atau barang secara lancar,
aman, cepat, murah dan nyaman merupakan tujuan pembangunan di sektor perhubungan
(transportasi).
Sistem transportasi antar kota terdiri dari berbagai aktivitas, seperti industri,
pariwisata, perdagangan, pertanian, pertambangan dan lain-lain. Aktivitas tersebut
mengambil tempat pada sebidang lahan (industri, sawah, tambang, perkotaan, daerah
pariwisata dan lain sebagainya). Dalam pemenuhan kebutuhan, manusia melakukan
perjalanan antara tata guna tanah tersebut dengan menggunakan sistem jaringan
transportasi.
Beberapa interaksi dapat dilakukan dengan telekomunikasi, seperti telepon,
faksimili atau surat. Akan tetapi hampir semua interaksi yang terjadi memerlukan
perjalanan dan oleh sebab itu akan menghasilkan pergerakan arus lalu lintas.
Sasaran umum dari perencanaan transportasi adalah membuat interaksi menjadi
semudah dan seefisien mungkin (Jurnal PWK No. 3, 1997:37). Sebaran geografis antara
tata guna tanah (sistem kegiatan) serta kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi
(sistem jaringan) digabung untuk mendapatkan volume dan pola lalu lintas (sistem
pergerakan). Volume dan pola lalu lintas pada jaringan transportasi akan mempunyai
efek feedback atau timbal balik terhadap lokasi tata guna tanah yang baru dan perlunya
peningkatan prasarana.
Jaringan jalan merupakan salah satu elemen dari suatu jaringan tranportasi
wilayah perkotaan secara keseluruhan. Untuk pelayanan sistem transportasi kota besar
sebaiknya dengan multi-moda, karena mencoba memanfaatkan keunggulan masing-
masing moda. Jenis moda transportasi yang banyak dipakai di wilayah perkotaan adalah
jalan kaki, sepeda dan sepeda motor, mobil, angkutan umum dengan bis dan minibis dan
angkutan umum berbasis rel.
Tinjauan terhadap jaringan jalan sudah sejak lama menjadi perhatian dan
pembahasan para ahli perencanaan dan perancang perangkutan. Tinjauan terhadap
jaringan jalan tersebut sangat penting sebagai langkah awal untuk menggambarkan

8
keadaan pelayanan sistem perangkutan itu sendiri. Morlok menjelaskan bahwa jaringan
jalan merupakan suatu konsep matematis yang dapat memberikan informasi secara
kuantitatif mengenai hubungan antara sistem perangkutan dengan sistem lainnya
(Morlok, 1995:94).
Jaringan jalan mempunyai kemampuan yang terbatas untuk melewatkan lalu
lintas. Titik yang kritis dalam jaringan jalan adalah daerah simpang yang harus
digunakan bersama oleh arus-arus yang berpotongan, dengan demikian kapasitas
jaringan jalan umumnya ditentukan oleh kapasitas simpang-simpangnya. Pemasangan
lampu lalu lintas dan koordinasi antar simpang merupakan langkah-langkah yang dapat
menaikkan kapasitas simpang secara terbatas.
Kemacetan pada simpang akan menyebabkan tundaan (delay) yang besar.
Tundaan tersebut akan membesar secara eksponensial bila simpang tersebut beroperasi
pada kondisi yang mendekati kapasitasnya. Di DKI Jakarta dan beberapa kota besar
lainnya fenomena tersebut nampak sebagi melebarnya saat sibuk selama beberapa jam,
baik di pagi hari maupun di sore hari. Selanjutnya para pemakai jalan akan ‘merintis’
jalan baru dengan melewati jalur tikus dan hal tersebut mengubah sistem transportasi
serta tata guna lahannya.
Jaringan jalan harus mempunyai suatu hirarki agar dapat berfungsi secara efisien
dalam kondisi dibebani secara berat. Undang-undang Jalan Tahun 1980 mengatur
hirarki, atau klasifikasi atas dasar peran jalan, dan Undang-undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Tahun 1992 telah mengaitkan klasifikasi jalan dengan klasifikasi peran
jalan. Dengan demikian sebenarnya telah ada arahan strategis untuk membentuk suatu
sistem jaringan jalan.
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 1980 tentang jalan, jaringan jalan di dalam
lingkup sistem kegiatan kota mempunyai peranan untuk mengikat dan menghubungkan
pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya di
dalam suatu hubungan hirarki (UU No. 13 Tahun 1980, pasal 2, ayat 3). Dilihat dari
pelayanan jasa, persebaran ditentukan oleh dua jenjang. Pertama, perannya sebagai
pelayanan jasa persebaran untuk pengembangan semua wilayah di lingkungan nasional
dengan semua simpul jasa persebaran yang kemudian berwujud kota, membentuk suatu
sistem jaringan jalan primer. Kedua, perannya sebagai pelayanan jasa persebaran untuk

9
masyarakat di dalam kota membentuk suatu sistem jaringan jalan sekunder (UU No. 13
Tahun 1980, pasal 3, ayat 1-2).
Di kota besar Indonesia sering terjadi kemacetan lalu lintas. Bagi para
pengemudi kendaraan dan pengelola lalu lintas kemacetan ini mungkin sudah sesuatu
yang biasa dan masing-masing berusaha mengatasinya dengan cara sendiri-sendiri.
Selanjutnya, untuk masa depan tidak dirasakan ada prospek yang cerah mengenai
kelancaran lalu lintas, bila kondisi seperti sekarang terus berlanjut.

Gambar 4.1 Kondisi transportasi perkotaan

c. Manajemen Lalu Lintas


Manajemen lalu lintas berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai serangkaian usaha
dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan,
dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan Jalan dalam rangka mewujudkan,
mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran
Lalu Lintas.
Permasalahan lalu lintas biasanya tumbuh lebih cepat dari upaya untuk
melakukan pemecahan permasalahan transportasi sehingga mengakibatkan
permasalahan menjadi bertambah parah dengan berjalannya waktu. Untuk bisa
memecahkan permasalahan lalu lintas perlu diambil langkah-langkah yang berani atas
dasar kajian dan langkah-langkah yang pernah dilakukan dikota-kota lain

10
d. Kemacetan lalu lintas
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya yang ditandai dengan
menurunnya kecepatan perjalanan dari kecepatan yang seharusnya atau bahkan
terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah lalu lintas kendaraan
melebihi kapasitas jalan. Kemacetan merupakan permasalahan yang umum terjadi dan
banyak terjadi di kota-kota besar yang pada gilirannya mengakibatkan kota menjadi
tidak efisien dan bisa mengakibatkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Kemacetan
ini disebabkan beberapa permasalahan:
a. Ratio infrastruktur transportasi dengan luas lahan
Bila dibandingkan dengan kota-kota dunia, kota-kota di Indonesia mempunyai
rasio infrastruktur transportasi dengan luas lahan yang cenderung rendah. Jakarta hanya
memiliki rasio sebesar 6 persen, sedangkan kota-kota di Amerika Utara berkisar di
antara 25-35 persen dan di Eropa berkisar antara 15 persen sampai 25 persen. Padahal,
jumlah kendaraan per kapita juga sudah sangat tinggi sehingga kemacetan merupakan
salah satu permasalahan di kota-kota besar Indonesia.

b. Jaringan jalan yang tidak memadai


Jaringan jalan untuk kendaraan
Jaringan jalan terutama di kawasan perkotaan yang tidak memadai yang
mengakibatkan pilihan rute menuju suatu kawasan terbatas sehingga jalan-jalan tertentu
menjadi sedemikian padatnya. Hal ini diperparah dengan jumlah kendaraan yang sangat
tinggi, sebagai contoh panjang jalan untuk setiap kendaraan di Jakarta hanya mencapai
1,17 m, sehingga kalau kendaraan disusun bumper to bumper tidak akan mencukupi
panjang jalan yang ada DKI Jakarta, sedangkan panjang jalan per kapita di Jakarta
hanya 0,88 m, angka yang kecil kalau dibandingkan dengan kota-kota lain di dunia
(kota-kota di Eropa berkisar 2,5 m/kapita dan kota-kota Amerika Utara berkisar 5
m/kapita).

Jaringan jalan bagi pejalan kaki


Fasilitas pejalan kaki umumnya tidak mendapat cukup perhatian oleh
pemerintah daerah, dan jika ada tidak didukung dengan standar desain yang baik

11
sehingga tidak bisa digunakan oleh penderita cacat. Keadaan ini diperparah lagi oleh
pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar atau jika trotoar digunakan untuk
kendaraan parkir. Permasalahan lain yang terkait dengan pejalan kaki adalah kurangnya
fasilitas penyeberangan yang dikendalikan di pusat kota, ataupun ketidakpatuhan
pemakai kendaraan bermotor untuk tidak memberikan prioritas terhadap pejalan kaki.

Tata Ruang yang tidak terkendali


Permasalahan lain yang besar adalah tata ruang yang tidak terkendali sehingga
mengakibatkan berbagai permasalahan, di antaranya jalan yang tidak teratur terutama di
kawasan pemukiman dan terkadang didaerah yang kumuh gang yang ada sedemikian
sempitnya sehingga bila terjadi kebakaran sulit untuk dimasuki mobil pemadam
kebakaran.

Pertumbuhan kendaraan yang sangat tinggi


Pertumbuhan pemilikan kendaraan pribadi yang sangat tinggi yang digunakan di
jalan membuat beban jaringan jalan menjadi semakin berat. Di kota-kota besar, 3 dari
10 orang memiliki kendaraan, suatu angka yang sangat besar. Kepemilikan kendaraan
pribadi ini didominasi oleh sepeda motor dengan pangsa hampir sebesar 80 persen.
Angka kepemilikan kendaraan yang tinggi ini mengakibatkan permasalahan parkir yang
cukup serius dengan seringnya dilakukan pelanggaran parkir.

Tidak memadainya pelayanan angkutan umum


Angkutan umum yang tidak memadai tidak akan mendorong masyarakat untuk
menggunakan angkutan umum. Permasalahan pelayanan angkutan umum yang dihadapi
pemerintah daerah khususnya di kawasan perkotaan adalah:
 Pada trayek-trayek tertentu jumlah bus yang melayani angkutan tidak
mencukupi, khususnya pada saat permintaan puncak, tapi pada trayek lainnya
terkadang sangat melebihi kebutuhan sehingga untuk mempertahankan operasi
operator menterlantarkan kualitas pelayanan
 Ukuran kendaraan tidak sesuai dengan permintaan yang ada, misal angkutan
pada koridor utama dengan permintaan yang tinggi dilayani dengan angkutan
umum ukuran kecil/angkot yang kapasitas angkutnya hanya sekitar 10 orang

12
 Kualitas angkutan yang sangat tidak memadai
 Jadwal yang tidak teratur
 Fasilitas perhentian yang tidak memadai, atap bocor, tidak dilengkapi dengan
informasi jaringan angkutan umum yang melewati perhentian tersebut, atau
tidak dilengkapi dengan jadwal

e. Pelanggaran ketentuan lalu lintas


Pelanggaran ketentuan lalu lintas yang dilakukan masyarakat kian tambah
memprihatikan dari tahun ke tahun yang pada gilirannya akan mengakibatkan
peningkatan kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal ataupun luka-luka yang
tidak sedikit. Disamping itu ketidak tertiban juga akan mengganggu kelancaran lalu
lintas yang akan menurukan kecepatan perjalanan. Untuk meningkatkan ketertiban
masyarakat perlu dipelajari dan dipetakan kembali profil pelanggaran yang dilakukan
masyarakat termasuk juga pelanggaran yang dilakukan oleh petugas. Pengamatan
terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat:
1. Tingginya pelanggaran terhadap batas kecepatan yang seolah-olah tidak ada
batasan kecepatan yang diberlakukan hal ini terutama menjadi masalah pada
jalan yang lalu lintas sedang sepi
2. Tingginya pelanggaran pada persimpangan yang dikendalikan lampu lalu lintas
khususnya didaerah pingiran kota. Pelanggaran terutama tinggi dilakukan oleh
pengendara sepeda motor, pengemudi angkutan umum khususnya angkot.
Pelanggaran lain yang juga terjadi bahwa pengemudi tetap masuk persimpangan
pada saat lampu sudah berubah menjadi merah dan kadang bila lalu lintas
didepannya macet pengemudi akan menghambat lalu lintas yang mendapatkan
lampu hijau dan akhirnya persimpangan akan terkunci.
3. Tidak berjalannya aturan penggunaan persimpangan perioritas atau bundaran
lalu lintas, pelanggaran ini pada gilirannya mengakibatkan persimpangan
terkunci. Memang pengertian masyarakat tentang hak menggunakan
persimpangan masih sangat rendah terutama pada persimpangan yang dilengkapi
dengan rambu beri kesempatan ataupun rambu stop.

13
4. Pelanggaran jalur yang dilakukan oleh pengguna jalan dengan berjalan
menggunakan jalur lawan pada jalan-jalan yang dipisah dengan median ataupun
jalan satu arah. Pelanggaran ini terutama dilakukan oleh pengguna sepeda motor.
5. Pelanggaran terhadap penggunaan jalan, khususnya dijalur khusus bus yang
lebih dikenal sebagai Busway.
6. Pelanggaran tertib penggunaan perangkat keselamatan seperti helm dan sabuk
keselamatan yang cenderung masih tinggi terutama di kawasan pinggiran kota.

e Kecelakaan lalu lintas


Angka kecelakaan di Indonesia cenderung cukup tinggi bila dibandingkan
dengan negara-negara lain di Asean. Berbagai langkah perlu dilakukan untuk bisa
mengendalikan angka kecelakaan tersebut. Faktor yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan adalah:
1. Faktor Manusia
2. Faktor Kendaraan
3. Faktor jalan
4. Faktor cuaca

Faktor manusia
Faktor manusia merupakan penyebab kecelakaan yang paling besar bisa
mencapai 85 persen dari seluruh kejadian kecelakaan. Hampir seluruh kejadian
kecelakaan didahului dengan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundangan
tentang lalu lintas dan angkutan. Faktor manusia berupa keahlian yang tidak memadai
dalam menjalankan kendaraan, kesalahan menginterprestasikan aturan, pengemudi
sedang mabuk atau sakit, atau terkadang sengaja melakukan pelanggaran karena ingin
lebih cepat sampai di tujuan dengan mengemudikan kendaraan lebih cepat dari
ketentuan atau sengaja melanggar lampu lalu lintas dan berbagai penyebab lainnya.

Faktor Kendaraan
Faktor kendaraan diantaranya yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem
tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian
kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab lainnya.

14
Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan technologi yang digunakan,
perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan
perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk
melakukan pengujian kendaraan bermotor secara reguler.
Faktor jalan
Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan, geometrik jalan, pagar
pengaman di daerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan kondisi
permukaan jalan, tidak memadainya bahu jalan fasilitas pejalan kaki yang sering
diabaikan atau tidak tersedia. Jalan yang rusak/berlobang sangat membahayakan
pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda motor.

Faktor cuaca
Faktor Cuaca seperti hari hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan
seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang
juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau
lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut
juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan

f. Manajemen lalu lintas yang tidak optimal


Dengan segala permasalahan kemacetan lalu lintas dan angka kecelakaan yang
tinggi menjadi lebih parah kalau tidak didukung dengan manajemen lalu lintas untuk
mengurangi angka kecelakaan, mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan,
meningkatkan efisiensi sistem transportasi.

g.Pencemaran lingkungan
Salah satu dampak negatip sebagai akibat performansi lalu lintas yang jelek,
bahan bakar yang buruk serta tehnologi kendaraan yang sudah ketinggalan akan
mengakibatkan pecemaran lingkungan. Dampak pencemaran lingkungan ini berupa:
1. Emisi gas buang yang berupa gas dan partikel beracun seperti, gas CO, HC,
NOx, Benzen dan berbagai gas lainnya serta berbagai partikel seperti senyawa
karbon lepas, timbal dan berbagai partikel lainnya.

15
2. Emisi gas rumah kaca, yang saat ini dianggap sebagai pemicu terjadinya
perubahan iklim. Peran Gas rumah kaca dari sektor transportasi berada pada
kisaran 15 sampai 20 persen yang merupakan angka yang tidak kecil.

Tugas
Kerjakan soal-soal dibawah ini pada kertas kerja.
1. Jelaskan 2 fungsi utamaTransportasi?
2. Jelaskan Sasaran umum dari perencanaan transportasi?
3. Jelaskan Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan?

Kertas Kerja
Kertas Kerja
Kerjakan latihan soal tersebut diatas dan jawablah dengan benar.

Jawaban
1. ......................................................................................... ......................
2. ................................................................................ ...................... ..........
3. ................................................................................ ...................... ..........
4. Dan seterusnya

Tes Formatif 1
Petunjuk :
a. Bacalah soal-soal dibawah ini dengan teliti dan kerjakan dengan baik dan benar.
b. Dilarang bekerjasama dan bercakap-cakap dengan teman

Soal-soal :
1. Jelaskan Tujuan manusia menciptakan sarana transportasi atau alat angkutan?

16
2. Jelaskan Pengertian Manajemen lalu lintas berdasarkan Undang-undang No. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan?
3. Jelaskan permasalahan pelayanan angkutan umum yang dihadapi pemerintah
khususnya di kawasan perkotaan ?

Kunci Jawaban
1. Tujuan manusia menciptakan sarana transportasi atau alat angkutan tiada lain
adalah untuk memudahkan dan membantu pergerakan baik orang maupun barang
dari satu tempat ke tempat lain Pengendalian parkir ditujukan untuk menyediakan
fasilitas parkir yang menunjang terwujudnya lalu lintas yang lancar, aman, nyaman
dan dengan biaya yang tidak besar

2. Manajemen lalu lintas berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang


Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai serangkaian usaha dan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan
pemeliharaan fasilitas perlengkapan Jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung
dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran Lalu Lintas.

3. Permasalahan pelayanan angkutan umum yang dihadapi pemerintah daerah


khususnya di kawasan perkotaan adalah:

 Pada trayek-trayek tertentu jumlah bus yang melayani angkutan tidak


mencukupi, khususnya pada saat permintaan puncak, tapi pada trayek lainnya
terkadang sangat melebihi kebutuhan sehingga untuk mempertahankan
operasi operator menterlantarkan kualitas pelayanan

 Ukuran kendaraan tidak sesuai dengan permintaan yang ada, misal angkutan
pada koridor utama dengan permintaan yang tinggi dilayani dengan angkutan
umum ukuran kecil/angkot yang kapasitas angkutnya hanya sekitar 10 orang

 Kualitas angkutan yang sangat tidak memadai

 Jadwal yang tidak teratur

 Fasilitas perhentian yang tidak memadai, atap bocor, tidak dilengkapi dengan
informasi jaringan angkutan umum yang melewati perhentian tersebut, atau
tidak dilengkapi dengan jadwal

17
Daftar Pustaka
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan, “Konsepsi Penyusunan Tataran
Transportasi Wilayah (Tatrawil) Propinsi”, Departemen Perhubungan, Jakarta, 2005
2. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM.49 Tahun 2005 Tentang
Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS),
4. Peraturan Menteri PU RI No. 03/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Penetapan Fungsi
Jalan dan Status Jalan
5. Peraturan pemerintah RI No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan

18
Kegiatan Belajar 2: Parkir, Transportasi Perkotaan
Tujuan Pembelajaran :
Pada akhir pelajaran ini, mahasiswa harus mampu :
 Memahami dan mengerti tentang Parkir
 Mengerti tentang pola jaringan transportasi
 Mengetahui system transportasi

Uraian Materi :
a. Pengertian Parkir dan permasalahannya
b. Cara dan Jenia Parkir
c. Analisa dan Kebutuhan Parkir
d. Pengendalian Parkir

Metode Pendalaman Asesmen/


Topik Media Waktu
Pembelajaran Materi Tugas dan kuis
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Minggu e-learning Video/ Modul (materi) Tugas di modul 151 menit
7 multimedia / Power di hal 6 - 10 hal. 11
google zoom point

A. dan Permasalahannya
Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan diawali dan diakhiri di tempat
parkir, oleh karena itu, ruang parkir tersebar di tempat asal perjalanan bias di garasi
mobil, di halaman dan tujuan perjalanan, di pelataran parkir, gedung parkir ataupun di
tepi jalan. Karena konsentrasi tujuan pejalanan lebih tinggi daripada tempat asal
perjalanan, maka biasanya menjadi permasalahan di tujuan perjalanan. Namun sebelum
lebih jauh kita harus mengetahui lebih dahulu defenisi parkir dan stop/berhenti. Parkir
adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti

19
adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan untuk sementara dengan pengemudi
tidak meninggalkan kendaraannya.
Adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, baik perubahan
dalam demografi, ekonomi maupun sosial mempunyai implikasi tertentu kepada sektor
parkir. Dalam mengatasi masalah transportasi ada beraneka ragam instrument yang
dapat digunakan oleh pemerintah. Instrumen yang umum dikenal adalah: peraturan;
perizinan lokasi parkir dan pengendalian harga/tariff parkir.
Pola tata guna lahan merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan
dalam menyusun suatu tariff parkir. Semakin mendekati pusat kota, maka harga lahan
juga naik. Dengan demikian harga fasilitas parkir lebih tinggi di pusat kota disbanding
di pinggir kota. Kebijakan parkir dengan pembatasan biaya mampu mendistribusikan
volume lalulintas. Jalan-jalan di sekitar CBD dibebani volume lalu lintas yang besar
dapat dialihkan ke pinggiran kota.
Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan menginginikan
kendaraannya parkir di tempat, dimana tempat itu mudah untuk dicapai. Kemudahan
yang diingijnkan tersebut salah satunya adalah parkir di badan jalan. Dengan demikian
untuk mendesain suatu area parkir di badan jalan ada 2 (dua) pilihan yakni, pola parkir
parallel dan menyudut.
Dasar Pengaturan mengenai parkir adalah Keputusan Mentri Perhubungan
Nomor: KM 66 Tahun 1993 tentang Fasilitas Parkir untuk umum dan keputusan
Menteri Perhubungan Nomor: KM 4 Tahun 1994 tentang tata cara parkir kendaraan
bermotor di jalan telah diatur fasilitas parkir untuk umum dan tata cara parkir di jalan,
dengan keputusan Dirjen Darat No. 272/HK.105/DRJD/96
Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu pendek atau
lama, sesuai dengan kebutuhan pengendara. Parkir merupakan salah satu unsur
prasarana transportasi yang tidak terpisahkan dari sistem jaringan transportasi, sehingga
pengaturan parkir akan mempengaruhi kinerja suatu jaringan, terutama jaringan jalan
raya.
Daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk dan tingkat ekonomi yang tinggi
mengakibatkan tingkat kepemilikan kendaraan pribadi yang tinggi pula. Apabila kondisi
ini didukung dengan kebijakan pemerintah dalam manajemen lalu lintas yang tidak
membatasi penggunaan mobil pribadi, maka akan mendukung pelaku pergerakan untuk

20
selalu menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini akan menimbulkan kebutuhan lahan
parkir yang besar pada zona tarikan sebagai contoh pada daerah pusat bisnis
(CBD, Central Business District).
Tidak semua pengembang pusat bisnis mampu menyediakan lahan parkir yang
mencukupi, sehingga badan jalan yang berada di sekitarnya digunakan untuk lahan
parkir. Apabila badan jalan tersebut dilalui lalu lintas dalam jumlah yang cukup besar
maka bisa dipastikan bahwa parkir di badan jalan akan menimbulkan permasalahan lalu
lintas (kecepatan menurun dan waktu tempuh meningkat).
Timbulnya permasalahan parkir di kota-kota besar menuntut para ahli
transportasi untuk betul-betul memahami parkir. Konsep dan karakteristik parkir,
analisis kebutuhan parkirr, perencanaan geometrik lahan parkir, dan kebijakan parkir
merupakan materi bisa diimplementasikan untuk menangani permasalahan parkir.

B. Cara dan Jenis Parkir


Menurut Penempatannya
1). Parkir di tepi jalan (on-street parking). Yakni parkir dengan menggunakan badan
jalan sebagai tempat parkir
Kerugian :
 Mengganggu lalu lintas
 Mengurangi kapasitas jalan karena adanya pengurangan lebar lajur lalu lintas
 Meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan
Keuntungan :
 Murah tanpa investasi tambahan
 Bagi pengguna tempat parkir bisa lebih dekat dan mudah
Posisi parkir :
 Sejajar dengan sumbu jalan
 Tegak lurus sumbu jalan
 Membuat sudut dengan sumbu jalan

21
Gambar 4.2 Ruang Parkir Bersudut
Sumber : Menuju lalu lintas dan angkutan jalan yang tertib, DLLAJ, 1995

2). Parkir di luar badan jalan (off-street parking). Yakni parkir kendaraan di luar badan
jalan bisa di halaman gedung perkantoran, supermarket, atau pada taman parkir.
Keuntungan :
 Tidak mengganggu lalu lintas
 Faktor keamanan lebih tinggi
Kerugian :
 Perlu biaya investasi awal yang besar.
 Bagi pengguna dirasakan kurang praktis, apalagi jika kepentingannya hanya
sebentar saja.

Menurut Statusnya
 Parkir umum, biasanya dikelola oleh pemerintah daerah.
 Parkir khusus, dikelola oleh swasta.
 Parkir darurat, diselenggarakan karena adanya kegiatan incidental.
 Taman Parkir, dikelola oleh pemerintah daerah.
 Gedung Parkir, biasanya diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan
pengelolaannya oleh swasta.
Menurut Jenis Kendaraan
 Kendaraan tidak bermesin (sepeda)
 Sepeda motor
 Mobil
Menurut Jenis Tujuan Parkir
 Parkir penumpang : untuk kebutuhan menaikkan dan menurunkan penumpang
 Parkir barang : untuk kebutuhan bongkar muat barang

22
Menurut Jenis Kepemilikan dan Pengoperasian
 Milik swasta dan dikelola oleh swasta
 Milik pemerintah daerah dan dikelola oleh pemda
 Milik pemerintah daerah dan dikelola oleh swasta

C. Analisis Kebutuhan Parkir


Analisis kebutuhan parkir sangat diperlukan untuk perencanaan fasilitas parkir,
baik perencanaan awal maupun perencanaan pengembangan lahan parkir. Analisis ini
akan mengestimasikan luas lahan parkir yang harus disediakan untuk suatu tempat.
Ada 3 metode yang sering digunakan untuk menentukan kebutuhan lahan parkir,
yaitu metode berdasarkan pada kepemilikan kendaraan, metode berdasarkan luas lantai
bangunan, dan metode berdasarkan selisih terbesar antara kedatangan dan
keberangkatan kendaraan. Penggunaan metode ini tergantung pada fungsi lahan dan
luas lahan layanan.

Berdasarkan kepemilikan kendaraan


Metode ini mengasumsikan adanya hubungan antara luas lahan parkir dengan
jumlah kendaraan yang tercatat di suatu kota. Meningkatnya jumlah kendaraan akan
meningkatkan kebutuhan area parkir. Metode ini bisa digunakan untuk
mengestimasikan pengembangan lahan parkir yang diperlukan pada suatu lahan parkir
yang sudah tersedia. Pengembangan ini didasarkan pada kenaikan kepemilikan
kendaraan pada suatu kota.

Berdasarkan luas lantai bangunan


Luas lantai suatu bangunan akan mempengaruhi jumlah kendaraan yang akan
diparkir pada area dekat bangunan tersebut. Metode ini lebih tepat bila digunakan untuk
perencanaan awal dari suatu bangunan yang akan didirikan. Berdasarkan beberapa hasil
studi, Direktorat Jendral Perhubungan darat menentukan kriteria kebutuhan ruang parkir
untuk tempat perbelanjaan, perkantoran dan rumah sakit.

Berdasarkan akumulasi parkir maksimum

23
Metode ini memperhitungkan kebutuhan lahan parkir didasarkan pada akumulasi
terbesar pada suatu selang waktu pengamatan, dengan harapan bahwa pada lahan parkir
ini tidak akan pernah terjadi penolakan parkir. Apabila metode ini digunakan maka pada
hari biasa dan pada jam tidak sibuk akan banyak ruang parkir yang kosong, sehingga
pemanfaatan ruang parkir tidak cukup efisien.

D. PENGENDALIAN PARKIR
Pengendalian parkir ditujukan untuk menyediakan fasilitas parkir yang
menunjang terwujudnya lalu lintas yang lancar, aman, nyaman dan dengan biaya yang
tidak besar. Sehingga pengendalian parkir dilakukan dengan mengkombinasikan
pembatasan-pembatasan ruang, waktu dan biaya.
Parkir tidak diijinkan pada tempat yang diperlukan mobilitas yang tinggi,
kapasitas jalan yang lebih besar adalah diperlukan. Pengendalian biaya dan waktu parkir
berkaitan dengan usaha menyeimbangkan penawaran dan permintaan, dan pembayaran
kembali atas investasi untuk pembangunan prasarana dan perawatan.

Kombinasi-kombinasi pengendalian yang utama adalah:


 Kebijaksanaan tarif parkir, diterapkan untuk memaksimalkan retribusi parkir
ataupun mengurangi kegiatan parkir suatu daerah dalam kaitannya dengan
pembatasan lalu lintas kendaraan pribadi.
 Pembatasan ruang parkir kendaraan ditujukan untuk mengendalikan penggunaan
kendaraan pribadi pada suatu daerah tertentu untuk kelancaran arus lalu lintas.
 Pembatasan waktu parkir pada jam-jam sibuk yang bertujuan untuk mencapai
kelancaran arus lalu lintas.
 Pembatasan waktu lamanya parkir biasanya diwujudkan dengan penggunaan
tarif progresif menurut lamanya waktu parkir. Petunjuk umum yang dapat
digunakan untuk pembatasan waktu adalah: 1 jam untuk daerah perkotaan, 2 jam
untuk daerah pinggiran, dan 10 – 20 menit untuk bank, dan kantor pos.
Pembatasan parkir khususnya di badan jalan biasanya berdasarkan lokasi dan waktunya.
Metode pengendalian yang bisa digunakan adalah alat pengukur parkir, sistim kartu,
dan sistem karcis.

24
Pelaksanaan pengendalian parkir banyak terhambat adanya parkir liar. Parkir liar
menyebabkan terjadinya kesemrawutan dan bahkan kecelakaan baik bagi pengendara
maupun bagi pejalan kaki. Pengendalian dan penindakan pada umumnya merupakan
permasalahan setempat yang harus ditata administrasinya oleh Pemerintah Daerah
setempat dan organisasi pengelola parkir.

Tugas
Kerjakan soal-soal dibawah ini pada kertas kerja.
1. Jelaskan apa yang di maksud dengan parkir ?
2. Jelaskan kombinasi-kombinasi pengendalian parkir yang utama ?
3. Jelaskan 3 metode yang sering digunakan untuk menentukan kebutuhan lahan parkir?

Kertas Kerja
Kertas Kerja
Kerjakan latihan soal tersebut diatas dan jawablah dengan benar.

Jawaban
1. ......................................................................................... ......................
2. ................................................................................ ...................... ..........
3. ................................................................................ ...................... ..........
4. Dan seterusnya

Tes Formatif 1
Petunjuk :
a. Bacalah soal-soal dibawah ini dengan teliti dan kerjakan dengan baik dan benar.
b. Dilarang bekerjasama dan bercakap-cakap dengan teman

Soal-soal :

25
1. Jelaskan kekurangan dan kelebihan parkir di tepi jalan dengan menggunakan
badan jalan sebagai tempat parkir ?
2. Jelaskan tujuan dilakukan pengendalian parkir ?

Kunci Jawaban
1. Parkir di tepi jalan (on-street parking), yakni parkir dengan menggunakan badan jalan
sebagai tempat parkir

Kerugian :

Mengganggu lalu lintas


Mengurangi kapasitas jalan karena adanya pengurangan lebar lajur lalu lintas
Meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan
Keuntungan :
Murah tanpa investasi tambahan
Bagi pengguna tempat parkir bisa lebih dekat dan mudah
Posisi parkir :
Sejajar dengan sumbu jalan
Tegak lurus sumbu jalan
Membuat sudut dengan sumbu jalan
2. Pengendalian parkir ditujukan untuk menyediakan fasilitas parkir yang menunjang
terwujudnya lalu lintas yang lancar, aman, nyaman dan dengan biaya yang tidak besar

Daftar Pustaka
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan, “Konsepsi Penyusunan Tataran
Transportasi Wilayah (Tatrawil) Propinsi”, Departemen Perhubungan, Jakarta, 2005
2. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM.49 Tahun 2005 Tentang
Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS),
3. Peraturan Menteri PU RI No. 03/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Penetapan Fungsi
Jalan dan Status Jalan
4. Peraturan pemerintah RI No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan

26
27

Anda mungkin juga menyukai