Anda di halaman 1dari 20

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan


Lalu lintas (traffic) adalah kegiatan lalu-lalang atau gerak kendaraan,
orang atau hewan di jalanan. Masalah yang dihadapi dalam
perlalulintasan adalah keseimbangan antara kapasitas jaringan jalan
dengan banyakanya kendaraan dan orang yang berlalu lalang
menggunakan jalan tersebut. Jika kapasitas jaringan jalan sudah hampir
jenuh, apalagi terlampaui, maka yang terjadi adalah kemacetan lalu lintas.
Persoalan ini sering dirancukan sebagai persoalan angkutan.
Angkutan (transport) adalah kegiatan perpindahan orang dan barang
dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan
sarana (kendaraan).
Yang harus diperhatikan adalah keseimbangan antara kapasitas moda
angukuta (armada) dengan jumlah (volume) barang maupun orang yang
memerlukan angkutan. Bila kapasitas armada lebih rendah dari yang
dibutuhkan, akan banyak barang maupun orang yang tidak terangkat atau
keduanya dijejalkan ke dalam kendaraan yang ada.
Dengan mengetahui perbedaan hakiki antara lalu lintas dengan
angkutan dan perbedaan persoalan yang ditimbulkannya, pemecahan
persoalannya pun harus digali secara berbeda. Sehingga kebijakan dalam
memecahkan persoalan perlalulintasan juga tidak sama dengan kebijakan
dalam memecahkan persoalan perlalulintasan juga tidak sama dengan
kebijakan dalam memecahkan persoalan perangkutan, masing-masing
mempunyai garapan fisik sendiri-sendiri. Meskipun demikian, lalu lintas
dan angkutan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, keduanya selalu
muncul serentak, kehadiran yang satu adalah akibat yang lain-karena lalu
lintas juga diakibatkan oleh adanya kegiatan angkutan.
Berikut ini dapat dilihat hakikat lalu lintas yang ditinjau dari segi
perlalulintasan dan perangkutan yang ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Hakikat lalu lintas
PERLALULINTASAN PERANGKUTAN

DEFINISI Lalu lintas adalah gerak Angkutan adalah


kendaraan, orang dan perpindahan orang
hewan di jalan dan/atau barang dari satu
tempat ke tempat lain
menggunakan kendaraan.

ELEMEN Kendaraa, orang, Orang, barang


UTAMA hewan Moda
Jaringan jalan angkutan/kendaraan
MASALAH Banyaknya kendaran/ Banyaknya
ISU orang/hewan di jalan orang/barang atau
(V) muatan yang diangkut
Kapasitas jaringan (M)
jalan (C) Kapasitas kendaraan
Lintasan (K)
Asal dan Tujuan
DIMENSI V/C K/M

PERSOALAN Lalu lintas macet Muatan tidak


Lalu lintas semrawut terangkut
Kecelakaan lalu lintas Kendaraan dijejali
muatan
Tidak nyaman, tidak
aman
UPAYA Melebarkan ruas jalan Menambah armada
Rekayasa lalu lintas Memberikan pilihan
Membangun jalan baru moda
Mengurangi V Mengoperasikan
angkutan massal
Sumber : Suwardjoko.P.Warpani. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, Penerbit
ITB, 2002

Menelaah perangkutan tidak mungkin dilakukan dengan mengabaikan


perlalulintasan, demikian pula sebaliknya.

B. Angkutan Umum
1. Pengertian Angkutan Umum
Angkutan umum adalah angkutan penumpang dengan
menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa
atau bayar. Dalam hal angkutan umum, biaya angkutan menjadi beban
angkutan bersama, sehingga sistem angkutan umum menjadi efisien
karena biaya angkutan menjadi sangat murah. Selain itu, pengguanan
jalan pun relative efisien dalam m2/penumpangnya [Warpani,1990 :
170].
Daerah perkotaan yang berpenduduk satu jiwa atau lebih
sudah selayaknya memiliki pelayanan angkutan umum penumpang
atau angkutan umum massal. Manajemen perkotaan perlu melakukan
efisiensi dalam memanfaatkan prasarana perkotaan yang
mengandalkan mobilitasnya pada keberadaan angkutan umum.
Mereka adalah penduduk yang tidak mempunyai pilihan lain kecuali
menggunakan angkutan umum.
Pengoperasian sistem angkutan massal adalah salah satu upaya
menampung kepentingan mobilitas penduduk, terutama di daerah
perkotaan atau kota yang berpenduduk lebih dari satu juta jiwa.
Angkutan umum massal adalah salah satu upaya menampung
kepentingan mobilitas penduduk, terutama di daerah perkotaan atau
kota yang berpenduduk lebih dari satu juta jiwa.
Keberadaan angkutan umum, apalagi yang bersifat massal, berarti
pengurangan jumlah kendaraan yang lalu-lalang dijalan. Hal ini
sangat penting artinya berkaitan denan pengendalian lalu lintas.
Karena sifatnya yang massal, maka para penumpan harus
memiliki kesamaan dalam berbagai hal yakni asal, tujuan, lintasan dan
waktu. Berbagai kesamaan ini pada gilirannya menimbulkan masalah
keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan. Pelayanan
angkutan umum akan berjalan dengan baik apabila dapat tercipta
keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan
[Warpani,1990;171]. Adalah suatu upaya yang sulit (bahkan
cenderung tidak mungkin) dipenuhi bila tolok ukurnya adalah
permintaan pada masa sibuk atau masa puncak. Ketidakpastian itu
disebabkan oleh pola pergerakan penduduk yang tidak merata
sepanjang waktu, misalnya pada saat jam-jam sibuk permintaan
tinggi, dan pada saat sepi permintaan rendah.
Dalam hal kaitan ini Pemerintah perlu campur tangan dengan
tujuan antara lain :
a. Menjamin sistem operasi yang aman bagi kepentingan masyarakat
pengguna jasa angkutan, petugas pengelola angkutan, dan
pengusaha jasa angkutan;
b. Mengarahkan agar lingkungan tidak terlalu terganggu oleh
kegiatan angkutan;
c. Membantu perkembangan dan pembangunan nasional maupun
daerah dengan meningkatkan pelayanan jasa angkutan;
d. Menjamin pemerataan jasa angkutan sehingga tidak ada pihak
yang dirugikan;
e. Mengendalikan operasi pelayanan jasa angkutan (Stewart dan
David,1980).

2. Tujuan Angkutan Umum


Tujuan pelayanan angkutan umum adalah memberikan pelayanan
yang aman, cepat, nyaman, dan murah pada masyarakat yang
mobilitasnya semakin meningkat, terutama bagi para pekerja dalam
menjalankan kegiatannya. Bagi angkutan perkotaan, keberadaan
angkutan umum apalagi angkutan umum massal sangat membantu
manajemen lalu lintas dan angkutan jalan karena tingginya tingkat
efisiensi yang dimiliki sarana tersebut dalam pengguanaan prasarana
jalan.

Esensi dari operasi pelayanan angkutan umum adalah


menyediakan layanan angkutan pada saat dan tempat yang tepat untuk
memenuhi permintaan masyarakat yang sangat beragam.
Disini ada unsur komersial yang harus diperhatikan. Pengetahuan
akan biaya, kecepetan, dan ketepatan prakiraan, pengetahuan akan
pasar dan pemasaran akan sangat membantu dalam menawarkan
pilihan pelayanan. Misalnya, penumpang tertentu pada jam sibuk
dapat saja memilih pelayanan dengan biaya lebih tinggi bila ada
kepastian dan jaminan cepat sampai ke tempat tujuan.
Dengan demikian, ada tawaran pilihan moda atau pencaran moda
(modal split) angkutan sehingga ada pengisian kapasitas pada
berbagai moda. Teknik pengoperasian angkutan umum dan praktek
komersialisasi sangat bergantun pada moda angkutan dan lingkungan.
Meskipun demikian, pada hakekatnya tetap sama yakni operator harus
memahami pola kebutuhan, dan harus mampu mengerahkan sediaan
untuk memenuhi kebutuhan secara ekonomis. Jadi, dalam hal ini
dapat dikenali adanya unsur-unsur.
Sarana operasi atau moda angkutan dengan kapasitas tertentu, yaitu
banyaknya orang atau muatan yang dapat diangkut.
Biaya operasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menggerakkan
operasi pelayanan sesuai dengan sifat teknis moda yang
bersangkutan.
Prasarana, yakni jalan dan terminal yang merupan simpul jasa
pelayanan angkutan.
Staf atau sumber daya manusia yang mengoperasikan pelayanan
angkutan.
3. Peranan Angkutan Umum
Pada umumnya kota yang pesat perkembangnya adalah kota yang
berada pada jalur sistem angkutan. Sejarah perkembangan sejumlah
kota besar di dunia menjadi bukti besarnya peranan angkutan terhadap
perkembangan kota yang bersangkutan.
Dalam perencanaan wilayah ataupun perencanaan kota, masalah
transportasi kota tidak dapat diabaikan, karena memiliki peran yang
penting, yaitu :
a. Melayani kepentingan mobilitas masyarakat
Peranan utama angkutan umum adalah melayani kepentingan
mobilitas masyarakat dalam melakukan kegiatannya, baik
kegiatan sehari-hari yang berjarak pendek atau menengah. Aspek
lain pelayanan angkutan umum adalah peranannya dalam
pengendalian lalu lintas penghematan energy, dan pengembangan
wilayah.
b. Pengendalian lalu lintas
Dalam rangka pengendalian lalu lintas, peranan layanan
angkutan umum tidak dapat ditiadakan. Dengan ciri khas yang
dimilikinya, yakni lintasan tetap dan mampu mengangkut banyak
orang seketika, maka efisiensi penggunaan jalan menjadi lebih
tinggi karena pada saat yang sama luasan jalan yang sama
dimanfaatkan oleh lebih banyak orang.
Di samping itu, jumlah kendaraan yang berlalu lalang
dijalanan dapat dikurangi, sehingga dengan demikian kelancaran
arus lalu lintas dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, pengelolaan
yang baik, yang mampu menarik orang untuk lebih menggunakan
angkutan umum daripada menggunakan kendaraan pribadi,
menjadi salah satu andalan dalam pengelolaan perlalulintasan.
c. Penghematan energi
Pengeloaan angkutan umum ini pun berkaitan dengan
penghematan penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Sudah
diketahui bahwa cadangan energi bahan bakar minyak dunia
(BBM) terbatas, bahkan diperhitungkan akan habis dalam waktu
dekat dan sudah ada upaya untuk menggunakan sumber energy
non BBM. Untuk itu, layanan angkutan umum perlu ditingkatkan,
sehingga jika layanan angkutan umum sudah sedemikian baik dan
mampu menggantikan peranan kendaraan dapat dikandangkan
selama waktu tertentu, misalnya selama hari senin hingga jumat.
Akibat lanjutannya adalah penghematan konsumsi BBM bagi
operasi angkutan. Apabila kendaraan pribadi menghkonsumsi
BBM rata-rata sebanyak 10 L/hari, maka 1000 buah kendaraan
sudah dapat menghema 10.000 L/hari.
d. Pengembangan wilayah
Berkaitan dengan pengembangan wilayah, angkutan umum
juga sangat berperan dalam menunjang interaksi social budaya
masyarakat. Pemanfaatan sumber daya alam maupun mobilisasi
sumber daya manusia serta pemerataan pembangunan daerah
beserta hasil-hasilnya, didukung oleh sistem perangkutan yang
memadai dan sesuai dengan tuntutan kondisi setempat.

C. Karakteristik Pelayanan Sistem Angkutan Umum


Dalam sistem pemakaiannya angkutan umum memiliki 2 sistem, yaitu:
1. Sistem sewa, yaitu kendaraan bias dioperasikan baik operator maupun
penyewa. Dalam hal ini tidak ada rute dan jadwal tertentu yang harus
diikuti oleh pemakai.
Contohnya: jenis angkutan taxi
2. Sistem pegguanaan bersama, yaitu kendaraan dioperasikan oleh
operator dengan rute dan jadwal yang tetap. Sistem ini dikenal sebagai
sistem penggunaan bersama (transit system). Terdapat 2 jenis transit,
yaitu :
a. Jadwal yang pasti dan kendaraan dapat berhenti (menaikkan
menurunkan penumpang) di sepanjang rutenya. Contohnya :
angkutan kota
b. Jadwal dan tempat pemberhentiannya lebih pasti.
Contohnya : bus kota
D. Karakteristik Pengguna Angkutan Umum
Karakteristik pengguna jalan bervariasi dari satu orang ke orang lain,
baik karakteristik mentalnya maupun karakteristik phisik pengguna jalan.
Dalam merancang lalu lintas perlu dipahami karaktaristik pengguna agar
bisa menggunakan semua variabel karakteristik pengguna jalan dalam
merencanakan, mengoperasikan serta mengendalikan lalu lintas yang
aman, aman, efisien dan berwawasan lingkungan. Karakteristik pengguna
jalan merupakan bagian yang sangat penting untuk diketahui oleh para
perencana lalu lintas. Pemahaman karakteristik pengguna jalan perlu
dibedakan antara pengguna kendaraan dan pejalan kaki
Untuk mamahami karakteristik pengguna angkutan umum, dapat
dilakukan pengkajian karakteristik masyarakat daerah studi deskripsi
awal secara umum. Ditinjau dari pemenuhan akan mobilitasnya,
masyarakat pengguna dapat dibagi menjadi 2 (dua) segmen utama, yaitu
kelompok choise dan captive
Kelompok choise, sesuai dengaan artinya adalah orang-orang yang
mempunyai pilihan (choise) dalam pemenuhan kebutuhan mobilitasnya.
Mereka terdiri dari orang-orang yang memiliki kendaraan pribadi karena
financial, legal dan fisik hal itu dapat dimungkinkan. Jumlah dari
kelompok ini tergantung pada tingkat kemajuan dan kemakmuran suatu
daerah atau negara.
Kelompok captive, di lain pihak adalah kelompok orang-orang yang
tergatung (captive) pada angkutan umum untuk memenuhi kebutuhan
mobilitasnya. Mereka terdiri dari orang-orang yang tidak menggunakan
kendaraan pribadi karena tidak memenuhi salah satu diantara tiga
syaratnya. Dan mayoritas dari kelompok ini terdiri dari orang-orang yang
tidak mampu secara financial atau tidak memiliki kendaraan pribadi.

E. Angkutan Perkotaan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1993 tentang
Angkutan Jalan dijelaskan angkutan adalah pemindahan orang dan atau
barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.
Sedangkan kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang
disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.
Pengangkutan orang dengan kendaraan umum di lakukan dengan
menggunakan mobil bus atau mobil penumpang dilayani dengan trayek
tetap atau teratur dan tidak dalam trayek.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang angkutan jalan
pada Bab 1 ketentuan umum mendefinisikan :
1. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi
sebanyak banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat
duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan
pengangkutan bagasi.
2. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa
angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan
perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak
berjadwal.
Teori Atmodirono (1974), mengemukakan kegiatan manusia yang
berbagai macam menyebabkan mereka perlu saling berhubungan. Untuk
itu diperlukan alat penghubung, salah satu diantaranya dan yang paling
tua umurnya adalah angkutan. Jadi pengangkutan adalah bukan tujuan
akhir melainkan sekedar untuk melawan jarak.

F. Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Moda


Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih suatu
moda transportasi dapat dibedakan atas tiga kategori sebagai berikut
(Ofyar Tamin, 1997):
1. Karekteristik pelaku perjalanan
Hal-hal yang mempengaruhi sebagai berikut:
a. Keadaan sosial, ekonomi, dan tingkat pendapatan.
b. Ketersedian atau kepemilikan kendaraan.
c. Kepemilikan surat izin mengemudi (SIM).
d. Struktur rumah tangga (Pasangan muda, keluarga dengan anak,
pensiunan, dan lain-lain).
e. Faktor-faktor lainnya, seperti keharusan menggunakan mobil ke
tempat bekerja dan keperluan mengantar anak sekolah.
2. Karakteristik perjalanan
Hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik perjalanan adalah:
a. Tujuan perjalanan
Di negara-negara maju akan lebih mudah melakukan perjalanan
dengan menggunakan angkutan umum karena ketepatan waktu
dan tingkat pelayanan yang sangat baik, serta biaya yang relatif
murah dari pada menggunakan kendaraan pribadi.
b. Jarak perjalanan
Semakin jauh perjalanan, orang semakin cendrung memilih
angkutan umum dibandingkan dengan kendaraan pribadi.
c. Waktu terjadinya perjalanan.
3. Karakteristik sistem transportasi
Tingkat pelayanan yang ditawarkan oleh masing-masing sarana
transportasi merupakan faktor yang sangat menentukan bagi
seseorang dalam memilih sarana transportasi. Tingkat pelayanan
dikelompokan dalam dua kategori:
a. Faktor kuantitatif
1) Lama waktu perjalanan yang meliputi waktu di dalam
kendaraan, waktu tunggu dan waktu berjalan kaki.
2) Biaya transportasi, misalnya tarif, biaya bahan bakar, dan Iain-
lain.
3) Ketersediaan raang untuk parkir.
b. Faktor Kualitatif
1) Kenyamanan.
2) Kemudahan.

3) Keandalan dan keteraturan.


4) Keamanan

G. Karakteristik Angkutan Umum Penumpang

Ketentuan umum perumusan dan penyusunan pedoman teknis tentang


lalu lintas angkutan kota, dirjen perhubungan darat adalah parameter-
parameter yang digunakan sebagai ukuran penyelenggaraan pelayanan
dan pengoperasian angkutan orang dengan kendaraan umum.
Adapun yang dijadikan indikator pelayanan angkutan orang dengan
kendaraan umum dalam trayek adalah tetap dan teratur adalah :
1. Faktor Muat (Load Factor)
Faktor muat (load factor) merupakan perbandingan antara
kapasitas terjual dan kapasitas tersedia untuk perjalanan yang
dinyatakan dalam persen (%) faktor muat terdiri dari :
a. Faktor muat statis
b. Faktor muat dinamis
Faktor muat yang digunakan dalam penentuan standar angkutan
orang dengan kendaraan umum dalam trayek tetap dan teratur di
wilayah kota atau perkotaan adalah faktor muat dinamis. Di mana
penentuan batas tambahan kendaraan pada trayek yang ada bila load
factor diatas 70 % berdasarkan PP 41 th. 1993 digunakan sebagai
standar.

PNP
LF 100 0 0 (1)
C
Keterangan :
LF : Faktor Muat (%)
PNP : Jumlah Penumpang yang diangkut pada suatu rute
C : Kapasitas
(Sumber : Dephub, 2002)

2. Waktu Perjalanan
Waktu perjalanan adalah waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan
untuk melewati ruas jalan yang diamati, termasuk waktu berhenti
untuk menaikkan dan menurunkan penumang dan perlambatan karena
hambatan. Penumpang biasanya menginginkan pelayanan jumlah
total waktu tempuh yang sesingkat mungkin. Hal ini dibuktikan,
bahwa pada kenyataannya penumpang yang memiliki uang cukup
memilih perjalanannya dengan membayar tarif yang lebih tinggi
untuk melakukan perjalanannya dengan waktu tempuh yang lebih
cepat. Pihak pengguna dalam hal ini menghendaki pelayanan yang
cepat dengan frekuensi yang tinggi.
Total waktu tempuh ditentukan oleh :
a. Mobilitas, yaitu kemudahan angkutan umum untuk bergerak.
Dipengaruhi oleh kecepatan pada jaringan jalan, kecepatan pada
setiap link yang dilalui, tundaan di setiap persimpangan dan pusat
keramaian.
b. Aksesibilitas, kemudahan untuk mencapai tujuan yang ditentukan
oleh lokasi tujuan pada jaringan jalan yang ada.
3. Kecepatan Kendaraan
Kecepatan adalah laju perjalanan yang biasanya dinyataan dalam
kilometer per jam (km/jam) dan umumnya dibagi menjadi tiga jenis
(Hobbs, 1995) :
1) Kecepatan setempat (spot speed)
2) Kecepatan bergerak (running speed)
3) Kecepatan perjalanan (journey speed)
Kecepatan setempat (spot speed) adalah kecepatan kendaraan
pada suatu saat diukur dari suatu tempat ditentukan. Kecepatan
bergerak (running speed) adalah kecepatan kendaraan rata-rata pada
saat kendaraan bergerak dan dapat didapat dengan membagi panjang
jalur dibagi dengan lama waktu kendaraaan bergerak menempuh jalur
tersebut. Kecepatan perjalanan (journey speed) adalah kecepatan
efektif kendaraan yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat,
dan merupakan jarak antara dua tempat dibagi dengan lama waktu
bagi kendaraan untuk menyelesaikan perjalanan antara dua tempat
tersebut, dengan lama waktu ini mencakup setiap waktu berhenti yang
ditimbulkan oleh hambatan (penundaaan) lalu lintas. (Hobbs, 1995)
Dengan demikian kecepatan perjalanan dan kecepatan gerak
dapat didefinisikan sebagai berikut :

Kecepatan perjalanan = jauh perjalanan / waktu tempuh (2)

Kecepatan yang diukur dalam penelitian ini yaitu kecepatan


perjalanan (journey speed).
4. Waktu Tunggu
Waktu tunggu merupakan waktu yang diperlukan bagi calon
penumpang untuk menunggu kendaraan yang melewati suatu jalan,
dimana waktu tunggu dapat diperkirakan 0,5 dari waktu antara
(headway) didefinisikan sebagai berikut:

ht 60
W (3)
2 2f

Keterangan :
ht = selang keberangkatan (headway bis) menit/bis
W = waktu tunggu penumpang
(Sumber : Morlok, 1988)

5. Frekuensi Perjalanan
Sebagai periode manajemen angkutan untuk jumlah perjalanan
kendaraan dalam satuan waktu tertentu yang hal ini sangat
dipengaruhi oleh jumlah arus penumpang pada suatu periode.
Frekuensi mempengaruhi tingkat pemilihan moda pengguna jasa
angkutan kota. Frekuensi perjalanan suatu angkutan disesuaikan
dengan volume penumpang pada jam sibuk maupun tidak sibuk.

60
f (4)
h

Keterangan :
f = Frekuensi keberangkatan bis / angkutan untuk satu arah, bis/jam
F= Frekuensi minimum yang dapat diterima, bis/jam
H = Headway maksimum yang dapat diterima, jam/bis
(Sumber : Morlok, 1988)
6. Waktu Antara (Headway)
Dengan tingkat volume atau arus penumpang yang berbeda dalam
setiap periode maka mengakibatkan selang waktu keberangkatan yang
tidak seragam apabila pelayanan yang dibutuhkan lebih tinggi
daripada pelayanan dengan frekuensi minimum. Apabila selang
keberangkatan yang konstan dibutuhkan maka selang keberangkatan
disesuaikan dengan arus penumpang terbesar dalam setiap periode
yang lebih kecil daripada kapasitas kendaraan.

60
f (5)
h

Keterangan :
H = Headway (Menit)
f = Frekuensi Kendaraan (Kend/Jam)
(Sumber : Morlok, 1988)
Standar pelayanan adalah parameter yang digunakan dalam
menilai kualitas pelayanan angkutan umum baik secara keseluruhan
maupun pada trayek tertentu menurut UU no. 22 tahun 2009
sedangkan Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan
menetapkan standar pelayanan untuk angkutan umum sebagai berikut
:
Tabel 3. Indikator Standar Pelayanan Angkutan Umum
Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. >1 >1 <5 >15 >12 <13 <4 <82 >30 05-08
2. 0.8-1 0.7-1 5-10 10-15 6-12 13-15 4-6 82-100 20-30 05-20
3. <0.8 <0.7 >10 <10 <6 >15 >6 >100 <20 05-22

Sumber : Ditjen Perhubungan Darat, 1999


Keterangan :
Nilai : 1 Standar Pelayanan Dengan Kategori Kurang.
2 Standar Pelayanan Dengan Kategori Sedang
3 Standar Pelayanan Dengan Kategori Baik.
Kolom 1 : Rata-rata load factor dinamis rata-rata pada jam sibuk
Kolom 2 : Rata-rata load factor dinamis rata-rata pada jam tidak sibuk
Kolom 3 : Rata-rata kecepatan perjalanan (km/jam)
Kolom 4 : Rata-rata waktu antara atau headway (menit)
Kolom 5 : Rata-rata waktu perjalanan (menit/km)
Kolom 6 : Waktu pelayanan (jam)
Kolom 7 : Frekuensi (kendaraan/jam)
Kolom 8 : Jumlah kendaraan yang beroperasi (%)
Kolom 9 : Rata-rata waktu tunggu penumpang (menit)
Kolom 10 : Awal dan akhir waktu pelayanan

Tabel 4. Standar Kinerja Pelayanan Angkutan Berdasakan Total Nilai


Bobot
Kriteria Total Nilai Bobot
Baik 18,00 24,00
Sedang 12,00 17,99
Kurang <12

Sumber : Ditjen Perhubungan Darat 1999

Parameter tersebut merupakan pelayanan angkutan umum


penumpang dengan memperhatikan kebutuhan permintaan terhadap
penumpang dalam kondisi secara umum. Dalam persepsi tersebut
pihak operator dituntut secara ideal menyediakan kebutuhan jumlah
armada yang ditentukan berdasarkan kondisi kinerja pelayanan
dengan pendekatan keuntungan dalam margin 5%-10% keuntungan.
Diharapkan dengan kondisi tersebut asumsi keseimbangan dalam
persepsi operator dan pengguna angkutan umum dapat terpenuhi
secara kondisional berdasarkan karakteristik pengguna jasa.
Sehingga besaran nilai tersebut acuan parameter standar kinerja
pelayanan angkutan umum penumpang dengan suatu nilai korelasi
dengan kondisi fisik dasar rute angkutan umum tersebut serta
karakteristik yang ada.
7. Waktu Henti (Layover Time)
Waktu henti dalam suatu masa waktu dapat ditambahkan pada
akhir perjalanan atau di tengah perjalanan yang panjang atau waktu
yang digunakan angkutan umum selama di terminal. Hal ini berguna
untuk mengatur operasi kendaraan dan memberikan kesempatan pada
pihak operator untuk istirahat. Waktu henti kendaraan di asal atau di
tujuan (TTA atau TTB) ditetapkan sebesar 10% dari waktu perjalanan
antar A dan B.
8. Waktu Sirkulasi
Waktu sirkulasi adalah waktu yang diperlukan oleh angkutan kota
untuk menjalani satu putaran atau dua rit pelayanan trayek dari
terminal asal kembali lagi ke terminal asal. Rumus yang digunakan
sebagai berikut :

2 2

CTABA TAB TBA AB BA TTA TTB (6)
Dimana :
CTABA = waktu sirkulasi dari A ke B, kembali ke A
TAB = waktu perjalanan dari A ke B
TBA = waktu perjalanan dari B ke A
AB = deviasi waktu perjalanan dari A ke B
BA = deviasi waktu perjalanan dari B ke A
TTA = waktu henti kendaraan di A
TTB = waktu henti kendaraan di B
(Sumber : Dephub, 2002)

9. Jumlah Armada yang Dibutuhkan


Peningkat kebutuhan akan bepergian mengharuskan pula
peningkatan sediaan kendaraan, baik kendaraan pribadi maupun
kendaraan umum. Salah satu tolok ukur keberhasilan pengelolaan
perangkutan adalah terpenuhinya kebutuhan kendaraan atau armada
yang siap operasi pada saat diperlukan dalam jumlah yang optimal.
Hal ini berhubungan dengan berapa kapasitas yang harus disediakan
untuk mengankut, berapa jumlah calon penumpang atau barang, dari
mana asalnya, kemana tujuannya dan kapan waktu
nya. Pengertian optimal dalam hal ini adalah kapasitas tersedia
sedemikian rupa sehingga mampu memberikan pelayanan yang
maksimal pada masa sibuk, namun tidak terlalu banyak kendaraan
yang mengganggu pada masa sepi.
Dalam menentukan jumlah armada yang dibutuhkan untuk
melayani suatu trayek dari sistem angkutan umum berdasarkan waktu
tempuh terdapat beberapa variable utama yang perlu diketahui.
Adapun variable tersebut adalah :
1) Volume : jumlah kendaraan yang dibutuhkan untuk melayani
suatu trayek
2) Waktu tempuh : waktu perjalanan yang diperlukan untuk melintas
dari ujung ke ujung rute.
3) Headway : selang waktu keberangkatan kendaraan.

Hubungan dasar dari ketiga variable tersebut selanjutnya dinyatakan


dalam sebuah hubungan matematis, yaitu :
CT
V (7)
H
Dimana :
V = volume jumlah kendaraan (unit)
CT = waktu tempuh (menit)
H = headway (menit)
Selanjutnya, besar keilnya nilai waktu tempuh ditentukan oleh
kecepatan dan jarak. Dengan meningkatkan kecepatan akan
mempersingkat waktu tempuh dan waktu sirkulasi, sehingga volume
yang diperlukan semakin sedikit.
Sedangkan untuk menentukan jumlah armada yang dibutuhkan
untuk melayani suatu trayek dari sistem angkutan umum per waktu
sirkulasinya, yaitu waktu yang dibutuhkan dari A ke B, kembali ke A,
berdasarkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. 687 tahun
2002 tentang Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di
Wilayah Perkotaan Dalam Trayek tetap dan Teratur, ditetapkan
berdasarkan rumus sebagai berikut :
CTABA
K (8)
H fA
Dimana :
K = jumlah armada per waktu sirkulasi (unit kendaraan)
CTABA = waktu sirkulasi kendaraan dari A ke B, kembali
ke A (menit)
H = headway (menit)
fA = faktor ketersediaan kendaraan (100%)
Dan kebutuhan armada pada periode sibuk yang diperlukan dihitung
dengan rumus :
W
K' K (9)
CTABA
Dimana :
K = kebutuhan armada pada periode sibuk (trip kendaraan)
K = jumlah armada per waktu sirkulasi (unit kendaraan)
W = periode jam sibuk (menit)
CTABA = waktu sirkulasi kendaraan dari A ke B, kembali ke A (menit)
(Sumber : Dephub, 2002)

I. Indikator Kualitas Pelayanan Angkutan Umum


Di dalam pelayanannya, angkutan umum memiliki indikator
kualitas (parameter) pelayanan khususnya di wilayah kota. Parameter
ini berdasarkan standard hasil penelitian yang direkomendasi oleh
Bank Dunia di dalam mengoperasikan kendaraan penumpang
angkutan umum, dengan tujuan guna mencapai angkutan umum yang
nyaman, aman, handal dan murah.

Tabel 5. Kriteria Pelayanan

No Kriteria Ukuran

1 Waktu Tunggu
Rata rata 5-10 menit
Maksimum 10-20 menit

2 Jarak jalan kaki ke shelter


Wilayah padat 300-500 meter
Wilayah kurang padat 500-1000 meter

3 Jumlah pergantian moda


Rata-rata 0-1 Kali
Maksimum 2 kali

4 Waktu perjalanan bus


Rata rata 1-1,5 jam
maksimum 2-3 jam

5 Kecepatan perjalanan bus


Daerah pada dan mix traffic 10-12 km/jam
Dengan lajur khusus bus 15-18 km/jam
Daerah kurang padat 25 km/jam

Sumber : Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib


(Abubakar,1998)

Anda mungkin juga menyukai