Anda di halaman 1dari 17

“KEBIJAKAN DISEKTOR TRANSPORTASI”

Oleh :
MUSYAWWIR
215190072
A. Tugas Pemerintah/ Pemerintah Daerah dalm LLAJ

Secara garis besar melakukan pembinaan


dalam hal perencanaan, pengaturan, pengendalian
serta pengawasan sesuai bidang masing-masing.
Sedangkan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan
jalan yang berhubungan langsung terhadap pelayanan
masyarakat dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, badan hukum, dan/atau masyarakat. Tentang
pelaksanaannya diserahkan kepada bidang masing-masing
sesuai tugas serta fungsi lembaga terkait.
B. Peran Masyarakat dalam LLAJ

• Pemantauan dan penjagaan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu


lintas dan angkutan jalan.
• Memberi masukan kepada instansi Pembina dan kepada penyelenggara lalu lintas dan
angkutan jalan baik ditingkat pusat maupun daerah dalam hal penyempurnaan peraturan,
pedoman dan standar teknis di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.
• Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada instansi Pembina dan penyelenggara lalu
lintas dan angkutan jalan baik dipusat maupun daerah dalam hal kegiatan penyelenggaraan
lalu lintas dan angkutan jalan yang menimbulkan dampak lingkungan
• Memberikan dukungan terhadap penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
C. Issu Transportasi Berkelanjutan

Makna transportasi berkelanjutan ( sustainable transport ) telah menjadi komitmen


bersama Negara-negara di dunia lewat center for sustainable development,
menyangkut aspek masyarakat, ekonomi dan lingkungan. Berbagai prinsip utama yang
harus dilakukan untuk terwujudnya konsep transportasi berkelanjutan antara lain :
• Adanya jaminan tersedianya aksesibilitas bagi setiap orang
• Adanya kepastian kondisi lingkungan terjaga dengan baik
• Adanya jaminan keadilan bagi setiap orang dalam menggunakan moda transportasi
apapun.
• Adanya kepastian dalam hal keselamatan dan keamanan dalam bertransportasi apapun.
• Adanya partisipasi masyarakat dalam berbagai hal kebijakan transportasi.
• Adanya perlindungan terhadap hak-hak masyarakat yang merasa dirugikan oleh
berbagai kebijakan transportasi.
D. Manajemen Pemerintahan Transportasi

Berbagai strategi kebijakan dapat dilakukan untuk mendukung


keberhasilan program TDM ini antara lain sebagai berikut :

1. Menyebarkan pusat-pusat kegiatan ekonomi secara adil dan


seimbang, sehingga memperkecil potensi terjadinya urbanisasi.
2. Beraktifitas tidak dalam waktu yang bersamaan
3. Tidak berpergian kalau tidak urgen, melakukan audit perjalanan.
4. Memperbesar okupansi moda yang digunakan untuk melakukan
perjalanan.
5. Memberlakukan biaya perjalanan bagi setiap pengguna pada ruas-ruas
jalan tertentu.
6. Memberlakukan pajak progresif bagi setiap pemilik kendaraan yang lebih
dari satu.
7. Jadikan angkutan umum lebih kompetitif dalam segala hal dari pada
angkutan pribadi.
8. Tumbuhkan kesadaran kolektif untuk bertransportasi secara efisien, butuh
keteladanan.
Disamping melaksanakan beberapa strategi kebijakan TDM diatas,
perlu pula dilakukan penyempurnaan fungsi- fungsi prasarana trasportasi
yang telah ada, baik yang bersifat perbaikan, peningkatan dan lain sebagainya.
b
c

Gambar di samping merupakan contoh


salah satu kebijakan di sektor transportasi
yang ada di kota parepare .
1. Dari titk A ke titik b adalah Jl Bau
Massepe adalahsalah satu jalan yang di
atur pemkot parepare menjadi jalan 1
arah hanya untuk jalan masuk ke arah
kota parepare.
a 2. Dari titik B ke C ke A adalah arah
sebaliknya dari jalan bau massepe , yaitu
Jl. H. Agussalim, yang di atur oleh pemkot
jalan menuju ke luar wilayah pusat kota
pare pare
KONSEP PERENCANAAN TRANSPORTASI

Model perencanaan transportasi empat tahap menurut


ofyar
1. Aksebilitas

2. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan

3. Sebaran Pergerakan

4. Pemilihan Moda

5. Pemilihan Rute

6. Arus lalulintas
A. BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN

Bangkitan pergerakan adalah tahapan memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal


dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata
guna lahan atau zona. Bangkitan ini mencakup :
• Lalulintas yang meninggalkan suatu lokasi
• Lalulintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi

i d

Pergerakan Pergerakan
dari zona i ke zona d
Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalulintas berupa jumlah kendaraan, orang,
atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya kendaraan/jam. Bangkitan dan tarikan lalulintas
tersebut tergantung pada dua aspek tata guna lahan.
• Jenis tata guna lahan dan
• Jumlah aktivitas (dan intensitas) pada tata guna lahan tersebut.
B. SEBARAN PERGERAKAN
Tahap ini merupakan tahap ketiga dari lima tahap yang menghubngkan interaksi
antar tata guna lahan, jaringan transportasi, dan arus lalulintas adalah fungsi dari tata
guna lahan dan sistem jaringan transportasi. Tahan ini juga terbagi beberapa aspek,
yaitu :
• Pemisahan ruang
 Jarak yang jauh atau biaya yang besar akan membuat pergerakan antara dua
buah tata guna lahan menjadi sulit.

• Intensitas tata guna lahan


 Makin tinggi tingkat aktivitas suatu tata guna laha, makin tinggi pula
kemampuannya dalam menarik lalulintas.

• Pemisahan ruang dan intensitas tata guna lahan.


 Daya tarik suatu tata guna lahan akan berkurang dengan menigkatnya suatu jarak.
C. BANGKITAN DAN SEBARAN PERGERAKAN
Intensitas tata guna lahan berpengaruh pada jumlah bangkitan lalulintas sehingga
jelasnya bahwa bangkitan pergerakan sangat berkaitan dengan sebaran pergerakan.
Bangkitan pergerakan memperlihatkan banyaknya lalulintas yang dibangkitkan oleh setiap
tata guna lahan, sedangkan sebaran pergerakan menunjukkan ke mana dari mana
lalulintas tersebut. Ilustraasi ( Wells, 1975)

75 pergerakan
i d
200 150 i d
Antara zona i
dan d
200 Pergerakan 150 Pergerakan 200 Pergerakan 150 Pergerakan
berasa dari menuju ke berasa dari menuju ke
zona i zona d zona i zona d

Bangkitan pergerakan menghasilkan Sebaaran pergerakan menghasilkan


pergerakan lalulintas yang masuk jumlah arus lalulintas yang bergerak
dan keluar suatu zona dari satu zona ke zona lainnya
D. PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI

Secara sederhana moda berkaitan dengan jenis transportasi yang


digunakan. Pilihan pertama biasanya berjalan kaki atau menggunakan
kendaraan. Jikan menggunakan kendaraan, pilihannya adalah kendaraan
pribadi (sepeda, sepeda motor, mobil) atau angkutan umum (bus, ojek, becak
dan lain lain.

E. PEMILIHAN RUTE

Untuk angkutan umum, rute ditentukan berdasarkan moda trasnportasi (bus,


dan kereta api mempunyai rute tetap). Dalam kasus ini, pemilihan moda dan rute
dilakukan bersama-sama. Untuk kendaraan pribadi, diasumsikan bahwa orang
akan memilih moda transportasinya dulu, baru rutenya.
F. ARUS LALULINTAS DINAMIS ( ARUS PADA JARINGAN JALAN)

Arus lalulntas berinteraksi dengan sistem jaringan transportasi.


Jika arus lalulintas meningkat pada ruas jalan tertentu, waktu
pasti bertambah (karena kecepatan menurun). Arus maksimum
yang dapat melewati suatu titik (biasanya pada persimpangan
lampu lalulintas biasa disebut arus jenuh.
Lalulintas meninggalkan suatu lokasi di
sebut bangkitan. Sebagai contoh suatu
wilayah kecamatan, desa, atau
kelurahan masyarakatnya keluar dari
wilayah tersebut untuk pergi ke suatu
wilayah. Hal ini biasanya disebut
bangkitan.
TARIKAN PERGERAKAN
Lulintas menuju atau tiba di lokasi.
Gambar disamping merupakan contoh
sebuah lokasi yang mununjukkan dimana
lalulintas menuju ke lokasi tersebut, dengan
tujuan beraktifitas ataupun berwisata. Hal ini
juga bisa di sebut Tarikan pergerakan.
KESIMPULAN
Dalam menentukan suatu kebijakan yang relevan sebaiknya kita harus memperimbangkan
segala aspek yang ada, dan saling berkaitan agar tidak menimbulkan ketidak
sinambungan antar moda yang akan dilaksanakan.

Untuk melakukan perencanaan tersebut juga harus mempertimbangkan beberapa faktor


yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Aksebilitas

2. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan

3. Sebaran Pergerakan

4. Pemilihan Moda

5. Pemilihan Rute

6. Arus lalulintas

Anda mungkin juga menyukai