TINJAUAN PUSTAKA
menyatakan bahwa lalu lintas adalah berjalan bolak balik, hilir mudik dan perihal
tahun 2009, lalu lintas di artikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu
lintas jalan. Ruang lalu lintas itu sendiri adalah prasarana yang berupa jalan dan
fasilitas pendukung dan diperuntuukan bagi gerak pindah kendaraan, orang atau
barang. Di dalam lalu lintas memiliki 3 (tiga) sistem komponen yang antara lain
adalah manusia, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan
kendaraan.
5
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dengan menggunakan
wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk
yang satu dengan lainnya. Kata transportasi berasal dari bahasa latin yaitu
transportare yang mana trans berarti mengangkat atau membawa. Jadi transportasi
adalah membawa sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain. Pengertian
dan secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang
ke tempat lain.
tempat ke tempat lain, di mana di tempat lain ini objek tersebut lebih
6
Ini berarti, alat pendukung yang digunakan untuk proses pindah harus
cocok dan sesuai dengan objek, jarak dan maksud objek, baik dari segi
(2017). Menurut Nasution (2008) adalah sebagai pemindahan barang dan manusia
dari tempat asal ke tempat tujuan. Jadi pengertian transportasi berarti sebuah
mengalihkan di mana proses ini tidak bisa dilepaskan dari keperluan akan alat
yang diinginkan.
Menurut MKJI (1997), ruas jalan kadang-kadang disebut juga jalan atau
daerah milik jalan (right of way). Pengerttian jalan meliputi badan jalan, trotoar,
drainase dan seluruh perlengkapan jalan yang terkait, seperti rambu lalu lintas,
C. Pengertian Simpang
7
Persimpangan ialah pertemuan antara dua sudut jalan atau lebih, biasanya
Simpang dibedakan menjadi dua yaitu jenis simpang jalan bersinyal dan
simpang jalan tak bersinyal. Yang dimaksud dengan sinyal disini adalah lampu
lalu lintas ( traffic lights). Pada simpang jalan bersinyal, para pemakai jalan harus
mematuhi lampu lalu lintas, yaitu bila menunjukan warna hijau berarti bole
melewati, warna merah berarti harus berhenti dan warna kuning boleh melewati,
tetapi harus berhati-hati dan siap untuk berhenti. Sedangkan pada simpang jalan
tak bersinyal, para pemakai jalan memutuskan apakah mereka cukup aman untuk
langsung melewati atau harus berhenti dulu sebelum melewati simpang tersebut
harus memutuskan untuk berjalan lurus atau berbelok dan pindah jalan untuk
mencapai satu tujuan. Simpang dapat didefenisikan sebagai daerah umum dimana
dua jalan atau lebih bergabung atau persimpangan, termasuk jalan dan fasilitas
dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu jaringan jalan,
8
khususnya di daerah-daerah perkotaan karena persimpangan harus dimanfaatkan
dimana sebagai besar efisiensi, kapasitas lalu lintas, kecepatan, biaya operasi,
menerus dan lalu lintas yang saling memotong pada satu atau lebih dari kaki
1. Jenis-jenis Simpang
a. Simpang Sebidang
Simpang sebidang adalah pertemuan dua ruas jalan atau lebih secara
sebidang tidak saling bersusun. Pertemuan ini direncanakan dengan tujuan untuk
lintas. Adanya sinyal lalu lintas di daerah simpang bisa digunakan secara
bergiliran dengan beberapa fase bagi arus kendaraan yang lewat pada tiap kaki
9
simpang dan juga terlibatnya arus pejalan kaki yang akan menyebrang jalan.
Pengaturan fase bagi arus-arus lalu lintas yang ada akan mengurangi jumlah titik-
Simpang tidak sebidang adalah pertemuan dua arus atau lebih saling
bertemu tidak dalam satu bidang tetapi salah satu ruas berada di atas atau di
bawah ruas jalan yang lain (Harianto,2004). Simpang tidak sebidang (interchange)
tikungan yang besar dan sulit serta biaya yang mahal. Pertemuan jalan tak
sebidang juga membutuhkan daerah yang luas serta penempatan tata letaknya
dimana arus lalu lintas tersebut harus bisa melewati pertemuan tanpa terganggu
atau tanpa berhenti, baik itu merupakan arus menerus atau arus yang membelok.
Pada pertemuan tidak sebidang ini ada kemungkinan untuk membelok dari jalan
yang satu ke jalan lain dengan melalui jalur-jalur penghubung (harianto, 2004).
c. Simpang Bersinyal
tenaga listrik kecuali lampu kedip ( flacher), rambu dan marka jalan untuk
10
mengarahkan dan memperingkan pengemudi kendaraan bermotor , pengendara
sepeda atau jalan kaki. Lampu lalu lintas harus dipasang pada simpang pada saat
arus lalu lintas sudah meninggi. Ukuran peningginya arus lalu lintas yaitu dari
waktu tunggu rata-rata kendaraan pada saat melintasi simpang. Oleh karena itu,
(Munawar, 2004) mengemukakan bahwa jika waktu tunggu rata-rata tanpa lalu
lintas sudah lebih besar dari waktu tunggu rata-rata dengan lampu lalu lintas,
lalu lintas pada persimpangan dipergunakan untuk satu atau lebih alasan
berikut ini :
Pada daerah simpang selalu ada lintasan berpotongan pada suatu titik-titik
konflik. Konflik ini merupakan salah satu penghambat pergerakan kendaraan dan
juga merupakan titik yang sering terjadinya kecelakaan lalu lintas. Simpang
11
ataupun lurus semuanya itu memiliki konflik yang berbeda-beda dan berhubungan
Pada dasarnya ada beberapa jenis pertemuan pergerakan lalu lintas sebagai
berikut :
12
Gambar 2.5. Jenis pertemuan gerakan arus lalu lintas
(Hobbs.F.D, 1974)
sebagai berikut:
13
Gambar 2.6. Aliran Kendaraan di Simpang 3 Lengan
Keterangan:
Keterangan:
14
E. Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu arus jalan
tiap satuan waktu (Dirjen Bina Marga,1997). Volume lalu lintas merupakan
sebuah perubah (Variabel) yang penting pada teknik lalu lintas, pada dasarnya
satuan waktu pada lokasi tertentu. Jumlah gerakan yang dihitung terdiri dari
beberapa macam mode lalu lintas diantaranya pejalan kaki, mobil, bis, dan mobil
barang. Periode-periode waktu yang dipilih bergantung pada tujuan studi dan
Lalu lintas kendaraan yang melewati pada suatu ruas jalan terdiri dari
penumpang (EMP). Volume lalu lintas (V) mencerminkan komposisi lalu lintas
yang dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp). Hasil survei volume lalu
lintas harian per lima belas menit diubah menjadi volume lalu lintas jam sibuk
dengan membagi volume lalu lintas hasil survei per lima belas menit yang paling
besar dalam satu jam dibagi empat kali volume lalu lintas yang terbesar dalam
satu jam.
15
Perlu diketahui bahwa nilai MC, HV dan LV yang digunakan dalam
rumus ini adalah nilai maksimum yang terjadi saat dilakukan survei selama 6
hari Rumus untuk mencari nilai Q (volume lalu lintas) adalah adalah sebagai
berikut :
dengan:
1. Sepeda Motor
16
Menurut MKJI (1997), klasifikasi jalan terdiri dari beberapa bagian antara
berdasarkan muatan sumbu yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.2 dan Tabel
2.3.
17
dekat dan kecepatan rata-rata.
18
Tabel 2.3. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Muatan Sumbu
19
yang diizinkan 8 ton.
Menurut MKJI (1997), arus lalu lintas (Q) untuk setiap gerakan
(Belok kiri QLT, lurus QST, dan belok kanan QRT) dikonversikan dari
20
Kendaraan Berat (HV) 1,3 1,3
dengan :
So = 600 x We
dengan :
21
So = Arus jenuh dasar
3. Arus Jenuh
antrian di dalam suatu pendekat simpang selama sinyal hijau yang besarnya
dengan :
(jumlah penduduk).
22
FRT = Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok
kanan.
Besar setiap faktor koreksi arus jenuh sangat tergantung pada tipe
persimpangan.
G. Kapasitas Jalan
jam yang melalui suatu potongan lajur jalan (untuk jalan multi lajur) atau suatu
potongan jalan (untuk jalan dua lajur) pada kondisi jalan dan arus lalu lintas ideal
adalah lebar jalur atau lajur, ada tidaknya pemisah/median jalan, hambatan
bahu/kerja jalan, gradien jalan, didaerah perkotaan atau luar kota, ukuran kota.
sebagai berikut :
dengan :
C = Kapasitas (smp/jam)
23
FCsf =Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kerb
dapat di tentukan menggunakan Tabel 2,5 Tabel 2,6 Tabel 2,7 Tabel 2, 8 dan
Tabel 2,9.
24
(Sumber: MKJI, 1997)
FCsp
25
Faktor Penyesuaian Untuk
Kelas Hmbatan Samping
Tipe Jalan Hambatan
Lebar Bahu Efektif (Ws)
Samping
<0,5 1,0 1,5 >2,0
Tabel 2.9. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota (FCcs) Pada Jalan
Perkotaan
Ukuran Kota (Juta Penduduk) Faktor Penyesuaian Untuk Ukuran Kota
<0,1 0,86
>3,0 1,03
factor koreksi untuk jenis kendaraan mobil penumpang. Satuan Mobil Penumpang
26
yang digunakan untuk jalan kota berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia
H. Derajat Kejenuhan
Nilai kapasitas dipakai untuk menghitung derajat kejenuhan (DS) masing-
masing pendekat dengan membandingkan volume arus lalu lintas pada pendekat
DS = Q
27
dengan :
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas (smp/jam)
Untuk mendapatkan nilai arus lalu lintas dan kapasitas jalan maka nilai dari
smp/jam. Nilai konversi menurut MKJI (1997) dapat dilihat pada Tabel 2.11.
Menurut MKJI 1997, Kinerja jalan merupakan suatu sistem jaringan jalan
dalam melayani pergerakan, biasanya dalam nilai kinerja jalan dilakukan dengan
melihat fungsi dan hirarki jalan, tingkat pelayanan (LOS = Los Of Service).
Nilai arus lalu lintas (Q) mencermikan komposisi lalu lintas, dengan
menyatakan arus dalam satuan mobil penumpang (smp). Semua nilai arus lalu
lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan
28
menggunakan ekivalen mobil penumpang. Ekivalenn mobil penumpang (emp)
untuk masing-masing tipe kendaraann tergantung pada tipe jalan dan arus lalu
lintas total yang dinyatakan dalam kend/jam dapat dilihat pada Tabel 2.12 dan
Tabel 2.13.
1,3 0,40
Empat-lajur terbagi 4/2 D 0 1800
1,2 0,25
dari nilai volume/kapasitas dan kecepatan. Pada suatu kendaraan dengan volume
29
lalu lintas rendah, pengemudi akan merasa nyaman mengendarai kenndaraan
dibandingkan jika dia berada pada daerah tersebut dengan volume lalu lintas yang
volume lalu lintas. Dengan kata lain rasa nyaman dan volume arus lalu lintas
tersebut berbanding terbalik. Tetapi kenyamanan dari kondisi arus lalu lintas yang
ada tak cukup hanya digambarkan dengan volume lalu lintas tanpa disertai dengan
tingkat pelayanan jalan, serta implusif kinerja jalan diukur dari Q/C ratio, akan
tetapi tidak dengan jelas mengklasifikasikan tingkat pelayanan setiap kategori Q/C
ratio.
ratio yang masih dapat diterima adalah <0,8. Adapun tingkat pelayanan jalan dan
Tingkat
Kondisi Lapangan Q/C Ratio
Pelayanan
K. Penelitian Terdahulu
Studi penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuann penulis dalam
Ahmad Yani – jalan Pattimura, waktu siklus adalah, volume lalu lintas
31
sebesar 296 smp/jam dengan kapasitas jalan sebesar 2959,88 smp/jam dan
derajat kejenuhan sebesar 0,1 pada simpang A, volume lalu lintas sebesar 98
kejenuhan sebesar 0,031 pada simpang B, volume lalu lintas sebesar 339
Salasa Namudat, waktu siklusnya 60 detik, volume lalu lintas sebesar 598
kejenuhan sebesar 0,204 pada simpang A, volume lalu lintas sebesar 353
kejenuhan sebesar 0,27 pada simpang B, volume lalu lintas sebesar 608
32
3. Leni Sriharyani, Ida Hadijah. 2017, dengan judul “Analisa Kinerja
Survei rambu dan marka jalan, survei volume lalu lintas, survei fase sinyal,
waktu siklus dan waktu hijau. Dari hasil analisis yang telah dilakukan
simpang sebesar 45,25 det/jam. Dari nilai tundaan tersebut maka tingkat
stabil, volume lalu lintas mendekati kapasitas jalan dan kecepatan rendah,
pendek. Alternatif solusinya adalah merubah waktu hijau (green time) untuk
keempat pendekat, yakni menjadi 21, 26, 17 dan 20 dtk untuk pendekat
33