KAJIAN PUSTAKA
2.1 Transportasi
dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem kontrol yang memungkinkan
orang atau barang dapat berpindah dari suatu tempat ketempat lain secara
kondisi pelayanan yang nyaman. Untuk mencapai kondisi yang ideal seperti
transportasi ini, yaitu kondisi prasarana (jalan), sistem jaringan jalan, kondisi
12
dimana kegiatan pengangkutan diakhiri. Transportasi bukanlah tujuan,
menjadi pergerakan lalu lintas antara dua guna lahan, karena proses
1) Jalan Perkotaan
hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, apakah berupa
samping jalan yang permanen dan menerus. Tipe jalan pada jalan
1994, jalan perkotaan dan jalan luar kota adalah jalan bersinyal yang
13
menyediakan pelayanan lalu lintas sebagai fungsi utama, dan juga
pelengkap.
2) Kapasitas Jalan
Kapasitas suatu ruas jalan dalam suatu sistem jalan adalah jumlah
melewati ruas jalan tersebut (dalam satu maupun dua arah) dalam periode
waktu tertentu dan di bawah kondisi jalan dan lalu lintas yang umum
(Oglesby dan Hicks, 1993). Untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas
ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan
dengan banyak lajur, arus dipisahkan per arah dan kapasitas ditentukan per
lajur. Kapasitas merupakan salah satu ukuran kinerja lalu lintas pada saat
arus lalu lintas maksimum dapat dipertahankan (tetap) pada suatu bagian
1995). Pada umumnya kecepatan dibagi menjadi tiga jenis sebagai berikut
ini.
rata pada suatu jalur pada saat kendaraan bergerak dan didapat dengan
14
membagi panjang jalur dibagi dengan lama waktu kendaraan bergerak
(km/jam) arus lalu lintas dari panjang ruas jalan dibagi waktu tempuh
(MKJI,1997).
4) Kinerja Jalan
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga tahun 1997, adalah suatu
seperti kerapatan atau persen waktu tundaan. Kinerja jalan pada umumnya
15
dinyatakan dalam kecepatan, waktu tempuh dan kebebasan bergerak.
a) Kondisi operasi yang berbeda yang terjadi pada lajur jalan ketika
secara tidak langsung biaya operasi dan kenyamanan. Unjuk kerja lalu
lintas pada ruas jalan perkotaan dapat ditentukan melalui nilai VC ratio
kerja pelayanan lalu lintas akan semakin buruk dan berpengaruh pada
1) Tingkat Pelayanan A
kecepatan tinggi.
16
b) Kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang
2) Tingkat Pelayanan B
3) Tingkat Pelayanan C
meningkat.
4) Tingkat Pelayanan D
17
b) Kepadatan lalu lintas sedang fluktuasi volume lalu lintas dan
yang besar.
5) Tingkat Pelayanan E
sangat rendah.
lintas tinggi.
pendek.
6) Tingkat Pelayanan F
geometrik jalan, UR-2 untuk arus lalu lintas serta UR-3 untuk
18
5) Komposisi Lalu Lintas
arus lalu lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil
(EMP) .
Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas
kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana
kemacetan akan terjadi bila nilai derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,5
(MKJI, 1997).
kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total terjadi apabila
2000 ).
ingin bergerak, tetapi kalau kapasitas jalan tidak dapat menampung, maka
lalu-lintas yang ada akan terhambat dan akan mengalir sesuai dengan
19
Kemacetan lalu lintas pada ruas jalan raya terjadi saat arus kendaraan lalu
periode tertentu serta jumlah pemakai jalan melebihi dari kapasitas yang ada
(Meyer et al ,1984).
Kemacetan lalu lintas tidak terjadi begitu saja tanpa adanya sebab.
(Tamin, 200).
pejalan kaki adalah salah satu hal penting yang harus diperhatikan
2012).
20
Meningkatkan fasilitas – fasilitas berguna untuk
P v
pv2 ( orang/jam) (kend/jam) Rekomendasi awal
≤ 10 8
tidak perlu penyebaran
> 10 8
50-1100 300-500 zebrzcross
> 2x108 50-1100 400-750 zebrzcross + pulau lalu lintas
> 10 8
50-1100 > 500 pelikan
> 10 8
> 1100 > 300 pelikan
> 2x108 50-1100 > 750 pelikan + pulau lalu lintas
> 2x10 8
> 1100 > 750 pelikan + pulau lalu lintas
Sumber : Departemen PU Dirjen Bina Marg, 1995
3) Persimpangan
21
Persimpangan merupakan bagian yang pentingdari jalan
a) Pengurangan lengan
b) Pengurangan lajur
22
d) Rekayasa sistem pada persimpangan
4) U-Turn
(Kasturi, Z, 1996).
23
tingginya angka kecelakaan, bising, dan juga menimbulkan
sistem tata guna lahan dengan sistem jaringan transportasi, komponen yang
ada tidak dapat berhubungan secara mekanis, akan tetapi perubahan pada
( Tamin, 2000 )
24
Transportasi ), Sistem Pergerakan ( Lalu-lintas ), dan Sistem Kelembagaan
a) sistem kegiatan
25
kebutuhan kita tidak bisa dipenuhi di tempat kita berada. Setiap tata
perlu dilakukan setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh tata guna
yang kedua yang biasa dikenal dengan sistem jaringan yang meliputi
sistem jaringan jalan raya, kereta api, terminal bus dan kereta api,
Suatu sistem mikro yang ketiga atau sistem pergerakan yang aman,
26
dapat tercipta jika pergerakan tersebut diatur oleh sistem rekayasa dan
27
transportasi makro terdapat sistem mikro tambahan lainnya yang
Pemda
Bappenas,
sistem penegakan hukum yang baik pula. Jadi, secara umum dapat
28
dikatakan bahwa pemerintah, swasta, dan masyarakat berperan
kemacetan.
rumah, dan lain-lain). Potongan lahan ini biasa disebut tata guna
pekerja dan tempat mereka bekerja, antara ibu rumah tangga dan
pasar, antara pelajar dan sekolah, dan antara pabrik dan lokasi bahan
29
menjadi semudah dan seefisien mungkin. Cara perencanaan
1) Sistem kegiatan Rencana tata guna lahan yang baik (lokasi toko,
30
untuk menetapkan lokasi tata guna lahan yang tentu membutuhkan
digunakan untuk semua jenis mode, baik untuk penumpang maupun barang,
dan baik untuk publik atau kendaraan pribadi. Pada dasarnya, pemodelan
transportasi terdiri dari empat langkah. Tapi, secara umum, ini dapat
perjalanan, modal split, distribusi perjalanan dan penugasan lalu lintas. Suite
empat ini dapat bervariasi, tetapi generasi perjalanan selalu titik starter dan
tugas lalu lintas selalu titik akhir. Langkah keempat, tugas lalu lintas, tahu
rencana. Matrik Asal Tujuan (MAT) merupakan masukan utama yang paling
31
1) Daerah Kajian Daerah yang dikaji mencakup wilayah suatu kota, akan
tetapi harus dapat mencakup ruang atau daerah yang cukup untuk
survei kendaraan yang melalui garis kordon (batas daerah kajian) perlu
yang sama lebih dari dua kali (untuk menghindari perhitungan ganda dua
zona internal dan zona eksternal sebagai zona asal dan zona tujuan, maka
3) Ruas Jalan Beberapa ciri ruas jalan yang perlu diketahui, seperti panjang,
selalu dinyatakan dengan dua ruas jalan satu arah (Tamin, 2000).
32
dengan:
(km/jam)
FV0 = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang
diamati
Rumus 2.
dengan:
C = kapasitas (smp/jam)
33
Bagian ini merupakan tahapan permodelan yang memperkirakan
jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tataguna lahan
dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu zona atau tata guna
Tipe tipe lalu lintas diatas sangat dipengaruhi oleh tipe tataguna lahan
dan sore saja. Selain itu, daerah pemukiman bertipe padat seperti
sangat dipengaruhi tipe tata guna dan intensitas tata guna lahan
dnegan production-attraction pairs dibandingkan origin-destination
34
destinasi yang diinginkan, biasanya direpresentasikan dalam bentuk
(MAT). Pola distribusi lalu lintas antara zona asal dan tujuan adalah
hasil dari dua hal yang terjadi secara bersamaan yakni lokasi dan
intensiatas tata guna lah dan interaksi antara 2 buah tata guna lahan.
tanah cenderung menarik lalu lintas dari tempat yang lebih dekat
35
3) Pemilihan Moda (Modal choice/modal split)
akan timbulah aliran volume lalu lintas. Pada tahapan ini, pengaturan
akan arus lalu lintas akan dilakukan. Bila diketahui suatu jalur
36
skotastik (mempertimbangkan peranannya) didalam pemilihan rute.
antrian, jenis manuver yang dibutuhkan, jenis jalan raya (jalan tol,
Arus lalu lintas pada suatu ruas jalan dalam suatu jaringan
37
MAT, deskripsi sistem jaringan dan pemodelan pemilihan rute.
antara dua zona (yang didapat dari tahap sebaran pergerakan) untuk
ke rute tertentu yang terdiri atas ruas jaringan jalan tertentu (atau
(dalam hal ini komponen waktu tempuh ) tergantung pada arus lalu
lintas. Dengan kata lain, kedua efek tersebut terjadi bersam sama,
38
terbaik harus mengikut sertakan kedua efek tersebut. Efek stokastik
merupakan faktor yang dominan pada tingkat arus lalu lintas yang
1) Model All-or-Nothing
suatu ruas jalan, apakah ruas jalannya macet atau tidak, maka
ruas jalan tersebut macet. Disini unsur stokastik juga tidak ada
a) Jarak minimal
b) Waktu minimal
c) Ongkos minimal
39
asumsi ini menjadi tidak realistis jika digunakan untuk daerah
tersebut, maka total arus untuk setiap ruas jalan bisa dihitung.
berguna untuk jaringan jalan yang tidak begitu rapat yang hanya
hanya 1.500 kendaraan per jam; jadi, jika arus telah melebihi
40
menjadi lebih menarik dan mulai digunakan oleh kendaraan
lainnya ( Tamin,2000 ).
yang tinggi. Hal ini merupakan tantangan bagi para peneliti untuk
( Tamin,2000 ).
tujuan yang sama sehingga hanya terdapat satu rute terbaik yang
Naufal 2016).
nothing (angka pada setiap ruas adalah waktu tempuh dalam menit
untuk ruas tersebut). Mudah dilihat bahwa rute tercepat dari zona i
41
ke zona d adalah 1−4−3. Rute tercepat dari zona i ke setiap zona
1982).
42
2) Model Keseimbangan
43
didefinisikan sebagai berikut: Dalam kondisi keseimbangan, lalu
44
anannya dengan meng ganti kerute lainnya. Dengan kata lain dalam
t = to + a . Vn ………………………………………………. ( 2.3 )
dengan :
V = volume ruas
a, n = konstanta
45
hambatan lalu lintas, keamanan dan kenyaman. Dengan kata lain, tingkat
pelayanan jalan adalah suatu ukuran atau nilai yang menyatakan kualitas
pelayanan yang disediakan oleh suatu jalan dalam kondisi tertentu. Terdapa
dua buah definisi tentang tingkat pelayanan suatu ruas jalan yaitu (Tamin,
2000) :
yang terjadi tidak selalu tetap tetapi berfluktuasi karena beberapa faktor
daerah, klasifikasi jalan, fitur jalan, jumlah dan jenis kontrol akses, bentuk
dan geometri jalan-jalan . Adanya pola variasi harian tidak seimbang antara
puncak dan off-peak time menjadi perhatian utama bagi para perencana
biasanya terjadi pada jam sibuk. Umumnya arus lalu lintas dibagi antara jam
kecepatan, penundaan antara dua stasiun. Ada dua jenis delay, delay yaitu
tetap dan penundaan operasional. delay tetap penundaan karena sinyal lalu
46
lintas sementara sambil penundaan operasional penundaan karena pergerakan
lalu lintas seperti yang memutar kendaraan, dan kegiatan, pejalan kaki
menyeberang, parkir, volume lalu lintas berat, kapasitas mencukupi, dan lalu
melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya pada suatu ruas
pengemudi mempunyai sifat yang berbeda maka perilaku kenderaan arus lalu
lintas tidak dapat diseregamkan lebih lanjut, arus lalu lintas akan mengalami
dikarenakan oleh oleh karakteristik lokal dan kebiasaan pengemudi. Arus lalu
lintas pada suatu ruas jalan karakteristiknya akan bervariasi baik berdasar
perilaku arus lalu lintas. Dalam menggambarkan arus lalu lintas secara
tersebut harus dapat didefenisikan dan diukur oleh insinyur lalu lintas dalam
47
berdasarkan parameter dan pengetahuan pelakunya (Oglesby, C.H. &
Hicks.R.G. 1998)
arus bebas untuk mobil penumpang biasanya 10-15% lebih tinggi dari
Dimana :
lapangan (km/jam)
yang diamati
48
2.7.2 Kapasitas
Dimana :
C = Kapasitas (smp/jam)
terbagi)
49
FC SF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb
secara teoritis tidak bisa lebih nilai 1 (satu), yang artinya apabila nilai
jenuh, dan secara visual atau secara langsung bisa dilihat di lapangan
Q
SD ¿ ......................................................................................( 2.6 )
C
Dimana :
DS = derajat kejenuhan
C = kapasitas (smp/jam)
50
Tabel 2.4 Standar nilai derajat kejenuhan sebagai berikut
Derajat
Rasio Q/C Karakteristik
kejenuhan
Arus bebas, volume rendah dan
a < 0,60 kecepatan tinggi, pengemudi dapat
memilih kecepatan yang dikehendaki
Arus bebas, volume rendah dan
b 0,60 < V/C < 0,70 kecepatan tinggi, pengemudi dapat
memilih kecepatan yang dikehendaki
c 0,70 < V/C < 0,80 Arus stabil, kecepatan dapat dikontrol
Arus mulai tidak stabil, kecepatan
d 0,80 < V/C < 0,90 rendah dan berbeda-beda, volume
mendekati kapasitas
Arus tidak stabil, kecepatan rendah
e 0,90 < V/C <1 dan berbeda-beda, volume mendekati
kapasitas
Arus yang terhambat, kecepatan
rendah, volume diatas kapasitas, sering
f >1
terjadi kemacetan pada waktu yang
cukup lama
Sumber : MKJI 1997
51