PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Transportasi merupakan bidang kegiatan yang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan menyadari pentingnya
peranan transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus di tata
dalam suatu system transportasi yang sesuai dengan tingkat kebutuhan
lalu lintas dana pelayanan angkutan yang tertib, nyaman, cepat, lancar,
dan biayanya murah. Di era modern ini masyarakat mempunyai aktivitas
yang beragam dan untuk memenuhi aktivitas tersebut masyarakat
memerlukan adanya transportasi sebagai alat penunjang atau alat bantu
dalam melakukan aktivitasnya.
Transportasi adalah usaha untuk memindahkan manusia,barang
atau jasa dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan tujuan tertentu.
Proses perpindahan tersebut dapat melalui jalur darat, udara maupun
air, begitu pula untuk angkutan barang. Barang merupakan salah satu
komoditas ekonomi yang memerlukan alat angkut dalam proses
perpindahannya. Jenis alat angkut yang di perjual belikan di pasar
memerlukan jenis alat angkut yang bervariasi. Moda angkut barang
sebagai bagian dari system transportasi merupakan kebutuhan pokok
para pedagang dan pembeli berfungsi untuk memudahkan para penjual
dan pembeli membawa barang dagangannyqa menuju pasar atau dari
pasar.
Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam
menunjang keberhasilan pembangunan, terutama dalam bidang
ekonomi. Kegiatan ekonomi berkaitan dengan produksi, konsumsi dan
distribusi. Transportasi merupakan sarana penunjang dalam kegitan
tersebut. Misalnya, untuk mengangkut bahan baku menuju lokasi
produksi. Sistem transportasi diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
mobilitas untuk pertumbuhan perekonomian masyarakat. Transportasi
diperlukan karena sumber kebutuhan manusia tidak terdapat dalam satu
lokasi. Sumber berupa bahan baku harus melalui tahap produksi yang
lokasinya tidak terlalu dekat dengan konsumen. Kesenjangan jarak
antara lokasi bahan baku, produksi dan konsumen itulah yang
melahirkan transportasi. Transportasi dapat menghubungkan antara
berbagai tempat yang memiliki kondisi dan potensi yang berbeda.
Kebutuhan transportasi semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan beragamnya aktivitas penduduk.
Semakin banyaknya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan barang
dan jasa yang semakin beragam. Hal ini sesuai dengan penyataan yang
diungkapkan oleh Somantri (2014, hlm. 2) “seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk dan semakin kompleksnya kegiatan penduduk di
perkotaan maka kebutuhan sarana transportasi semakin meningkat. Hal
ini ditunjukan dari semakin banyaknya kendaraan yang beroperasi di
jalan, baik kendaraan pribadi maupun umum.” Upaya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, penduduk harus melakukan mobilitas ke tempat-
tempat tertentu. Apabila kebutuhan barang dan jasa tersebut tidak
diperoleh di tempat tinggalnya. Penduduk akan mendatangi pusat-pusat
pelayanan yang menyediakan berbagai kebutuhan hidup, berupa barang
dan jasa. Oleh karena itu, penduduk memerlukan pelayanan transportasi
yang dapat membawanya dari daerah asal menuju pusat pelayanan
yang dituju. Aksesibilitas yang baik akan memudahkan penduduk untuk
mencapai lokasi tujuan. Tanpa adanya transportasi yang memadai maka
penduduk kurang memiliki akses terhadap pusat-pusat pelayanan yang
dibutuhkan.
Penduduk membutuhkan pelayanan transportasi untuk berbagai
aktivitas dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya, pelajar
membutuhkan pelayanan transportasi untuk pergi ke sekolah, karyawan
untuk pergi bekerja, petani untuk pergi menjual hasil panennya ke pasar,
pedagang untuk pergi belanja bahan-bahan yang akan dijual. Selain itu,
penduduk juga membutuhkan pelayanan transportasi untuk
mengantarkan ke pusat-pusat kesehatan (rumah sakit, puskesmas,
klinik), berkunjung ke rumah saudara, teman, kerabat dan masih banyak
lagi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Miro
(2012) bahwa kebutuhan perjalanan manusia dan barang timbul akibat
adanya kegiatan sosial ekonomi manusia. Namun, letak objek yang
dibutuhkan mempunyai jarak dari manusia yang membutuhkannya. Oleh
karena itu, manusia membutuhkan transportasi untuk mendukung dan
mempermudah dalam mendapatkan kebutuhan hidupnya.
B. TUJUAN DAN SASARAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi jasa angkutan barang kepada
pemilik barang agar memperoleh informasi yang baik
seperti yang diharapkan. Informasi yang disajikan dalam
bentuk website diharpkan dapat memberikan pengaruh
besar terhadap pemilik barang. Serta membantu mengelola
pemesanan, perjadwalan, informasi perjalanan (tracking)
serta manajemen keuangan, kelola data agar cepat dan
lebih terstruktur.
2. Menghitung tingkat mobilitas penduduk non permanen di
Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Sidrap
3. Menghitung tingkat kebutuhan masyarakat terhadap
transportasi local di Kecamaatan Pangkajene, Kabupaten
Sidrap
4. Memetakan zonasi kebutuhan transportasi lokal di
Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Sidrap dengan
menggunakan
TINJAUAN KEBIJAKAN
1. Tinjauan Teori
Transportasi memiliki pengertian sebagai usaha memindahkan,
menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat
ke tempat lain, dimana di tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau
dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu (Miro, 2002:4). Transportasi
merupakan hal yang penting dalam suatu sistem karena tanpa transportasi
hubungan antara satu tempat dengan tempat lain tidak terwujud dengan baik
(Bintarto, 1997).
Sistem Transportasi adalah suatu bentuk keterikatan dan keterikatan antara
penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka
perpindahan orang atau barang yang tercakup dalam suatu tatanan, baik
secara alami ataupun buatan/rekayasa. Sistem transportasi diselanggarakan
dengan maksud untuk mengkoordinasi proses pergerakan penumpang dan
barang dengan mengatur komponen-komponen di mana prasarana merupakan
media untuk proses transportasi, sedangkan sarana merupakan alat yang
digunakan dalam proses transportasi. Tujuan dari sistem transportasi adalah
untuk mencapai proses transportasi penumpang dan barang secara optimum
dalam ruang dan waktu tertentu, dengan mempertimbangkan factor keamanan,
kenyamanan dan kelancaran, serta efisiensi waktu dan biaya. Sistem
pergerakkan yang aman, cepat, nyaman, murah, handal dan sesuai dengan
lingkungannya dapat tercipta jika pergerakkan tersebut diatur oleh sistem
rekayasa dan manajemen lalu lintas yang baik (Tamin, 2008).
2. Sistem Transportasi
a. Interaksi Tata Guna Lahan dan Transportasi
Guna lahan memiliki keterkaitan yang erat dengan transportasi, hal ini
dikarenakan guna lahan baik dimasa sekarang maupun dimasa depan
menjadi masukan bagi perencanaan transportasi yang didesain untuk
melayani orang, perusahaan, dan lembaga-lembaga lain dengan kata lain
guna lahan membuat keinginan untuk bergerak (Kaiser et al., 1995).
Pola tata guna lahan kota yang sesuai dengan fungsi dan kegiatan
penduduk dapat digunakan untuk mengetahui bentuk, karakter atau profil
dari perjalanan penduduk kota. Profil atau karakter perjalanan penduduk
dapat digunakan untuk mengetahui dan memperkirakan kebutuhan akan
transportasi (demand transport). Demand transport merupakan basis
(dasar) yang dipakai untuk menetapkan berapa sarana (armada) angkutan
yang harus disediakan dimasa yang akan datang dan moda apa yang
sesuai dengan suatu kegiatan tertentu yang harus diadakan (Miro, 2005).
Bagaimana orang dan barang bergerak dari tempat asal ke tempat
tujuan sebenarnya merupakan suatu pilihan (seseorang bisa saja memilih
menggunakan angkutan kota, taksi atau mobil pribadi ke pusat kota
daripada menggunakan bus kota). Keputusan ini dibuat dengan
mempertimbangkan beberapa faktor seperti waktu, jarak, efisiensi, biaya,
keamanan, dan kenyamanan. Ahli geografi mengistilahkan perjalanan (trip)
sebagai suatu peristiwa, sedangkan tindakan berjalan (travel) sebagai
suatu proses.
Tata guna lahan merupakan salah satu dari penentu utama pergerakan
dan aktifitas. Aktifitas ini dikenal dengan istilah bangkitan perjalanan (trip
generation), yang menentukan fasilitas-fasilitas transportasi (bus, taksi,
angkutan kota atau mobil pribadi) yang akan dibutuhkan untuk melakukan
pergerakan. Ketika fasilitas tambahan di dalam sistem telah tersedia,
dengan sendirinya tingkat aksesibilitas akan meningkat (Khisty & Lall,
2006).
Gambar 2. 1 Siklus Tata Guna Lahan/ Transportasi
Sumber: Khisty & Lall (2006)
2) Mobilitas
Dapat diartikan sebagai tingkat kelancaran perjalanan, dan
dapat diukur melalui banyaknya perjalanan (pergerakan) dari suatu
lokasi ke lokasi lain sebagai akibat tingginya tingkat akses antara
lokasi-lokasi tersebut. Itu berarti, antara aksesibilitas dan mobilitas
terdapat hubungan searah, yaitu semakin tinggi akses, akan
semakin tinggi pula tingkat mobilitas orang, kedaraan ataupun
barang yang bergerak dari suatu lokasi ke lokasi lain.
d. Pola Jaringan Jalan
Jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah
yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki.
Sebagai mana disebutkan dalam pasal 6 Peraturan Pemerintah No 34
tahun 2006 tentang jalan bahwa: Sistem jaringan jalan merupakan satu
kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan
sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.
Berkaitan jaringan jalan terdapat beberapa pola jaringan jalan menurut
Morlok (1978), adalah sebagai berikut:
1) Grid / kisi-kisi
Merupakan bentuk jaringan jalan pada sebagian besar kota yang
mempunyai jaringan jalan yang telah direncanakan. Jaringan ini
terutama cocok untuk situasi di mana pola perjalanan sangat
terpencar dan untuk layanan transportasi yang sama pada semua
area.
2) Radial
Jaringan jalan radial difokuskan pada daerah inti tertentu seperti
pada daerah perdagangan (CBD). Dalam sebagian besar kota,
jalan –jalan arteri radial dan kadang juga pada jalan ekspres dibuat
berdasarkan jaringan jalan kisi-kisi. Pola jalan seperti menunjukkan
pentingnya CBD dibandingkan dengan berbagai pusat kegiatan
lainnya di wilayah kota tersebut.
3) Cincin Radial
Jenis populer lainnya dari jaringan jalan, terutama untuk jalan-jalan
arteri utama dan jalan-jalan ekspres, adalah kombinasi bentuk-
bentuk radial dan cincin. Jaringan jalan ini tidak saja memberikan
akses yang baik menuju pusat kota, tetapi juga cocok untuk lalu
lintas dari dan ke pusat-pusat lainnya di luar daerah metropolitan
dan untuk menyalurkan menuju daerah metropolitan tadi dengan
memutar pusat-pusat kemacetan.
4) Spinal
Bentuk lain adalah jaringan jalan spinal yang biasa terdapat pada
jaringan transportasi antar kota pada banyak koridor perkotaan
yang telah berkembang pesat, seperti pada bagian timur laut
Amerika Serikat.
3. Kebijakan Wilayah Perencanaan
a. Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 6
Tahun 2019 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2018 – 2023
b. PeraturanDaerahKabupatenSidenrengRappang Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005- 2025
c. Keputusan Bupati Sidenreng Rappang Nomor 276 Tahun 2016
Tentang Penetapan Status Ruas-ruas Jalan dan Jembatan Sebagai
Jalan dan Jembatan Kabupaten
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Data
Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data sebagai sumber
data penelitian, yakni data primer dan data sekunder. Kedua data ini
digunakan karena mendekati dengan objek penelitian yang penulis
gunakan.
1. Data Primer
15. Data Lalu Lintas Harian Rata-Rata 2022 Survey - Survey Lapangan
Kabupaten Sidenreng Rappang Lokasi
(5 Titik Yaitu Pusat Kota, Kawasan
Daerah Permukiman, Jalan
Penghubung Kabupaten, Kawasan
Pinggiran, Kawasan Urban)
16. Kecapatan Angkutan Umum 2022 Survey - Survey Lapangan
Kabupaten Sidenreng Rappang Lokasi
Dinas Kebudayaan
Dan Pariwisata
D. Metode pengumpulan data
Teknik perolehan data adalah cara yang dilakukan peneliti untuk
memperoleh data yang akan digunakan sebagai informasi untuk mencapai
tujuan penelitian. Pelaksanaan penelitian ini peneliti menggunakan beberapa
metode untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk bahan
penelitian. Adapun metode pengumpulan data tersebut sebagai berikut:
Teknik yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara terstuktur dan tidak
terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang
akan diperoleh. Sedangakan wawancara tidak terstruktur lebih bebas, dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya sehingga suasannya akan lebih santai. Dalam
penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik pengamatan dengan wawancara. Jadi
selama pengamatan, peniliti juga melakukan interview kepada orang lain. Dalam
interview yang perlu dipersiapkan adalah alat-alat bantu, agar segala yang dipertanyakan
hasilnya dapat terekam baik. Alat-alat bantu dalam wawancara ini berupa buku catatan,
tape recorder, serta camera atau handycam. Jadi peneliti akan mengetahui dengan pasti
informasi yang akan diperoleh. Sehingga hasil peneliti juga akan lebih valid dan akurat.
Dari ketiga macam wawancara tersebut menurut peneliti yang tepat pada penelitian
ini menggunakan wawancara terstruktur dan juga wawancara tidak terstruktur
Wawancara terstruktur ditujukan kepada stakeholder yang terlibat serta mengetahui
tentang kondisi di wilayah penelitian tersebut. Adapun wawancara tidak terstruktur
ditujukan kepada masyarakat yang mengetahui kondisi di wilayah penelitian tersebut.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan survei sekunder dilakukan untuk memperoleh data-data berupa dokumen
tertulis yang mendukung dalam proses perencanaan. Kegiatan ini merupakan studi
pendahuluan untuk mengatahui gambaran sarana transportasi yang akan direncanakan.
Adapun dokumen yang diperlukan seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Sidenreng Rappang tahun terbaru, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kabupaten Sidenreng Rappang, Data dari Tatralok dan Tatrawil Kabupaten Sidenreng
Rappang Sulawesi Selatan tahun terbaru dan lainnya yang berkaitan sarana transportasi.
1. Lokasi dan waktu
a. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat atau objek untuk diadakan suatu penelitian.
Lokasi penelitian ada di kabupaten sidrap,sulawesi selatan. Peneliti mengambil
lokasi penelitian tersebut karena Karena kabupaten tersebut memiliki tranportasi
yang cukup baik sehingga peneliti ingin mencari informasi lebih lanjut tentang
bagaimana proses perkembangan transportasi yang ada di kabupaten sidrap
b. waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 1 semester, yakni antara bulan
oktober 2022 sampai bulan Februari 2023.
B. Metode Analisis
Metode analisis data merupakan tahapan proses penelitian dimana data yang
sudah dikumpulkan dikelola untuk diolah dalam rangka menjawab permasalahan yang
ada. Manajemen dan proses pengolahan data inilah yang disebut dengan analisis data.
Tujuan dasar analisis adalah mengenali sejumlah data yang didapat dari
populasi tertentu, dalam rangka mendapatkan kesimpulan.Nantinya, kesimpulan
tersebut akan digunakan para pelaku analisis untuk menetapkan kebijakan, mengambil
keputusan dalam mengatasi suatu permasalahan.
Adapun macam-macam analisis, yaitu :
1. Proyeksi penduduk
………………………. (1)
Dimana :
Dimana :
b nq -1 = b/ Q-1
Pt + U = P1 ( 1 + R ) ………………………. (3)
Dimana :
Nilai a dan b dapat dicari dengan metode selisih kuadrat minimum yaitu :
………………………. (4)
Keterangan :
Dimana :
Model Gravity
Model Gravity adalah model sintetis (interaksi spasial) yang paling terkenal dan
paling sering dipergunakan karena sangat sederhana, mudah dimengerti dan
digunakan.
Model ini berasumsi bahwa ciri bangkitan dan tarikan pergerakan berkaitan
dengan beberapa parameter zona asal.
Metode Hyman
Hyman menyatakan bahwa nilai faktor penyeimbang harus dipilih sehingga total
‘baris’ dan ‘kolom’ dari sel MAT sama dengan proporsi hasil pengamatan pada setiap
‘baris’ dan ‘kolom’. Juga, parameter β harus dipilih sehingga biaya rata-rata
perjalanan yang didapat dari pengamatan sama dengan yang dihasilkan dalam
proses pemodelan.
Langkah 1 :
Langkah 2 :
Langkah 3 :
Langkah 4 :
GAMBARAN UMUM
Topografi Kabupaten Sidrap berada pada kisaran lereng yang sangat bervariasi
terdiri atas kisaran lereng: 0 – 2 %, 2 – 15 %, 15 – 30 %, dan > 40 %. Kondisi topografi
Kabupaten Sidrap berada pada kisaran lereng yang sangat bervariasi terdiri atas
kisaran lereng: 0 – 2 %, 2 – 15 %, 15 – 30 %, dan > 40 %. Kondisi kelerengan yang ada
di Kabupaten Sidenreng Rappang terbagi dalam 4 (empat) kategori yaitu:
c. Kondisi Geologi
sedangkan Kecamatan lainnya tidak terdapat jenis tanah ini. Jenis tanah
mediteran tersebut terdiri dari kompleks mediteran cokelat kekelabuan dan regosol
kompleks mediteran cokelat regosol dan latosol. Jenis tanah Podsolit seluas 94.891 Ha
atau 50,39 % dari luas wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang dan yang terluas di
Kecamatan Pitu Riase seluas 76.934 Ha (81,07%) dari luas areal yang berjenis tanah
Podsolit, kemudian berturut-turut Kecamatan Pitu Riawa yaitu 7.431 Ha atau sekitar
7,83%, Kecamatan Kulo seluas 5.408 Ha (5,70 %), Kecamatan Watang Sidenreng
seluas 2.977 Ha (3,14 %) dan Kecamatan Panca Rijang seluas 2.141 Ha (2,26 %),
sedangkan Kecamatan lainnya tidak terdapat jenis tanah ini. Sumber daya alam berupa
tanah dan tambang yang terkandung di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh struktur
batuan dan proses geologi yang terjadi. Berdasarkan pengamatan peta geologi yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Geologi dan Pertambangan 1977, maka di
Kabupaten Sidenreng Rappang terdapat beberapa peristiwa geologi. Peristiwa geologi
yang ada dan mempunyai luasan yang paling luas adalah Alluvium dan Endapan Pantai
(Qac) yang mencapai 29,86 % dari luas Kabupaten Sidenreng Rappang, kemudian
peristiwa geologi Batuan Gn Api besifat Basah (TPv) seluas 38.788 Ha (20,60%),
Mulosa Sulawesi Sorasin (Tcm) seluas 30.638 Ha. Berdasarkan penjelasan jenis tanah
tersebut diatas, kondisi Geologi di masing-masing Kecamatan dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Dengan demikian jumlah curah hujan yang cukup tinggi terjadi dalam waktu
yang cukup lama. Pada daerah yang mempunyai iklim tipe E, jumlah curah hujan dapat
bervariasi. Curah hujan tersebut mencapai kurang dari 1.600 mm. Jumlah curah hujan
bulan berkisar antara 5-8 hari setiap bulan, dengan demikian jumlah curah hujan yang
cukup tinggi terjadi dalam waktu yang tidak begitu lama. Persentase curah hujan
bulanan erat kaitannya dengan kegiatan yang akan dilaksanakan terutama dalam
bidang pertanian. Persentase curah hujan bulanan ini menyatakan persentase jumlah
curah hujan yang jatuh pada tiap bulan.Pertumbuhansebagian besar untuk tanaman
tropik terletak antara 5–15 % (optimal: 8,3-11,5 %). Nilai dibawah 5 % menunjukkan
kondisi yang tidak menguntungkan, tetapi idealnya untuk masa pemasakan dan panen.
Nilai diatas 15 % menunjukkan curah hujan yang berkelebihan dan berkelembaban
yang cukup tinggi, sehingga menimbulkan problem dalam pemberantasan hama dan
penyakit tanaman. Ditempat yang mempunyai iklim yang berbeda akan menyebabkan
perbedaan persentase curah hujan bulanan.
Perbedaan ini disebabkan oleh waktu dan jumlah curah hujan. Pada wilayah
Kabupaten Sidenreng Rappang, terdapat 38 (Tiga Puluh Delapan) sungai yang
mengaliri berbagai Kecamatan. Di Kecamatan Panca Lautang terdapat 6 (enam) aliran
sungai sepanjang 33.750 M, Kecamatan Tellu LimpoE dengan panjang 18.000 M,
Kecamatan Watang Pulu dengan panjang 39.000 M, Kecamatan Baranti dengan
panjang 15 M, Kecamatan Panca Rijang dengan panjang 19.550 M, Kecamatan Kulo
dengan panjang 25.700 M, Kecamatan MaritengngaE dengan panjang 5.000 M,
Kecamatan Dua PituE dengan panjang 68.460 M, merupakan Kecamatan yang
memiliki aliran sungai terpanjang di Kabupaten Sidenreng Rappang, Kecamatan Pitu
Riawa dengan panjang 7.500 M. Untuk mengetahui lebih jelas, dapat diketahui nama,
panjang, lebar dan kedalaman sungai yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang
seperti tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Nama Sungai, Panjang, Lebar dan Kedalaman Sungai di Kabupaten
Sidenreng Rappang,
No. Kecamatan Nama Sungai Panjang (M) Lebar (M) Kedalaman (M)
1. Panca Lautang - Bilokka 20.000 22 9
- Lokabatu 2.000 6 3
- Pape 2.000 2 3
- Cakkarella 1.500 2 2
- Bengkulu 5.000 6 2,5
- Sessanriu 3.250 13 2,5
- La Toling 5.000 5 2
2. Tellu LimpoE - 7.000 7 2,5
Pemantingan
- Watang 6.000 3 1,5
Lowa
3. Watang Pulu - BangkaE 5.000 10 8
- CakkaloloE 5.000 10 5
- AlekarajaE 11.000 8 3
- Lompengan 5.000 8 2,5
- DataE 3.000 6 2,5
- 4.000 5 2,5
Pabbaresseng
- Polojiwa 3.000 4 2,5
- Batu Pute 3.000 3 3
4. Baranti - Rappang 15.000 30 5
5. Panca Rijang - Rappang 10.000 25 8
- Poka 2.500 5 7
- Tellang 2.550 5 7
- Taccipi 4.500 6 5
6. Kulo - Pangkiri 4.200 10 8
- Kulo 7.500 7 5
- AnrelliE 2.000 7 6
- Anyuara 4.200 8 5
- Cinra Angin 7.500 8 5
7. MaritengngaE - Takkalasi 5.000 8 3
8. Dua PituE - Bila 15.100 70 4
- Baramasih 11.750 50 5
- Betao 10.085 50 3
- Tanru 4.250 100 5
Tedong
- Kalempang 6.375 80 4
- Lancirang 8.150 10 3
- Samallangi 2.500 8 2
- Loka 10.250 25 3
9. Pitu Riawa - AnabannaE 5.000 7 3
- Banjara 2.500 6 2,5
Sumber: Sidenreng Rappang dalam angka
Pengembangan pemanfaatan sumberdaya air untuk menunjang pembangunan
sektor pertanian khususnya tanaman pangan, dilaksanakan pula dengan kegiatan
pengembangan air bawah tanah, melalui penggunaan teknologi pompanisasi yang telah
dilaksanakan sejak tahun 1993. Rekapitulasi Pengembangan Air Tanah Kabupaten
Sidenreng Rappang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Dapat dilihat pada di atas bahwa jumlah sarana Pendidikan yang ada di Kabupaten
Sidenreng Rappang pada tahun 2021 ada sekitaran 388 sarana pendidikan. Dimana
sarana pendidikan tersebut terdiri atas 9 jenis sarana pendidikan.
Diantaranya yaitu 140 Unit TK/PAUD, Raudhatul Athfal (RA) 31 Unit, SD
Negeri/Swasta 235 Unit, Madrasah Ibtidaiyah (MI) 14 Unit, MTs Negeri/Swasta 26 Unit,
SMA Negeri/Swasta 11 Unit dan 8 Unit SMK, MA Negeri/Swasta 18, Perguruan Tinggi
Negeri/Swasta 5 Unit yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang.
Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah penduduk yang dilayani
oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan
desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada.
Sehingga dapat dilihat pada tabel diatas bahwa jumlah sarana kesehatan yang ada
di Kabupaten Barru pada tahun 2021 ada sebanyak 404 sarana kesehatan. Dimana
sarana kesehatan tersebut terdiri atas 6 jenis sarana kesehatan.
Diantaranya yaitu 3 Unit Rumah Sakit Umum, 7 Unit Puskesmas, 4 Unit Klinik atau
Balai Kesehatan, Posyandu 310 Unit dan Puskesdes 84 Unit yang ada di Kabupaten
Sidenreng Rappang.
Sarana perdagangan dan niaga ini tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah dengan
bangunan sarana yang lain. Dasar penyediaan selain berdasarkan jumlah penduduk
yang akan dilayaninya, juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-
unit atau kelompok lingkungan yang ada.
Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan / blok yang
nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan
fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan
kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.
Tabel 4.10 Jumlah Sarana Perdagangan dan Jasa Menurut Kecamatan
di Kabupaten Sidenreng Rappang, Tahun 2021
No Kecamatan Pasar Warung/ Minimarket/ Toko/ Restoran/
Kedai Swalayan Warung Rumah
Kelontong Makan
1 Panca Lautang 4 97 2 341 -
2 Tellu Limpoe 3 45 2 190 -
3 Watang Pulu 2 56 5 549 2
4 Baranti 2 25 7 521 -
5 Panca Rijang 1 89 12 612 -
6 Kulo 1 17 1 181 -
7 Maritenggae 2 86 20 1060 1
8 Watang 2 33 - 254 -
Sidenreng
9 Pitu Riawa 3 34 1 466 -
10 Dua Pitue 2 70 5 586 10
11 Pitu Riase 4 12 - 320 -
26 564 55 5060 13
Sumber: : Kabupaten Sidenreng Rappang Dalam Angka Tahun 2022
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa jumlah sarana perdagangan dan jasa di
Kabupaten Sidenreng Rappang ada sebanyak 5.718 Unit. Dimana jumlah sarana
perdagangan dan jasa ini ada 5 jenis. Diantaranya Pasar 26 unit, 564 Warung Kedai,
Minimarket 55 unit dan 5060 Unit Toko Dan Restoran/ Rumah makan 13 unit yang ada
di Kabupaten Sidenreng Rappang.
Analisis time series merupakan suatu metode analisis statistika yang ditujukan
untuk melakukan suatu prediksi atau peramalan pada masa yang akan datang. Untuk
melakukan peramalan dengan baik maka dibutuhkan berbagai macam informasi (data)
yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu yang relatif cukup panjang.
Sebagai salah satu pilihan untuk menggambarkan trend masa depan, analisistime
series dapat mencerminkan dinamika variable dari waktu ke waktu yang digunakan.
Data penduduk di Kabupaten sidrap 5 tahun terakhir berdasarkan data dari BPS
Kabupaten Sidrap dalam angka Tahun 2017-2021 jumlah penduduk Kabupaten Sidrap
di tahun 2017 sebanyak 289,787 dan pada tahun 2018 mengalami pertambahan
penduduk .sehingga jumlah penduduk keseluruhan adalah 372,230 jiwa, bertambahnya
jumlah penduduk dapat disebabkan oleh adanya fertilitas yang tinggi di banding
mortalitas, selanjutnya pada tahun 2019 juga mengalami pertambahan penduduk
menjadi 299,123 jiwa atau bertambah sebanyak 2.536 jiwa dan pada tahun 2020
mengalami Penambahan jumlah penduduk yaitu sebanyak 301,972, sehingga jumlah
penduduk di Kabupaten Sidrap pada tahun 2020 sebanyak 301,972 jiwa, pada tahun
2021 jumlah penduduk di Kabupaten Sidrap 319,990 jiwa. pertumbuhan penduduk di
kabupaten Sidenreng Rappang dapat di lihat pada tabel berikut :
b. Jalan Kolektor primer yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan
kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang
ketiga. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan kolektor primer adalah:
d. Pendestrian
ANALISIS
A. Analisis Kependudukan
Dimana :
No Kecamatan Tahun
2017 2018 2019 2020 2021
1 panca lautang 17,203 17,151 17,091 17,018 19,179
2 tellu limpo e 22,700 23,812 23,903 23,972 25,726
3 watang pulu 34,235 35,904 36,747 37,592 37,186
4. baranti 29,763 39,313 30,562 30,785 33,256
5 panca rijang 28,389 28,779 30,562 291,001 31,808
6 kulo 12,031 12,256 28,947 12,449 13,939
7 maritengae 49,563 50,767 12,358 51,861 54,291
8 watang 17,703 17,893 26,390 18,037 20,201
sienreng
9 pitu riawa 25,984 26,269 29,547 26,489 29,663
10 ua pitu e 28,775 29,300 17,885 29,783 31,389
11 pitu riase 22,526 23,681 40,655 24,885 23,350
Jumlah 289,787 372,230 299,123 301,972 319,990
Sumber: Data BPS kabupaten Sidenreng Rappang
Tahun
r per 5
No. Kecamatan
Tahun
2016 2017 2018 2019 2020
Keterangan :
Pt = Jumlah penduduk tahun akhir (jiwa)
Po = Jumlah penduduk tahun awal (jiwa)
r = angka pertumbuhan penduduk
n = tahun akhir-tahun awal
Rumus diatas dapat digunakan dalam menghitung rasio dan memproyeksi
jumlah penduduk mendatang. Sebelum memproyeksikan jumlah penduduk,
terlebih dahulu menentukan angka pertumbuhan penduduk atau rasio (r) per-
tahun dan per-lima tahun. Berikut rumus perhitungannya
Menentukan rasio (r) per-lima tahun:
Pt = P0 ( 1+r )n
Pt = P0 ( 1+r )n
Pt = 54291 (1,120)
Pt = 6083
Pemilihan moda adalah tahapan dalam memutuskan pemilihan moda yang biasanya
sangat dipengaruhi oleh tingkat ekonomi, kepemilikan kendaraan dan biaya
transportasi.
Pemilihan rute adalah tahapan transportasi yang dilakukan untuk memilih rute yang
diinginkan, yang sangat bergantung pada alternatif terpendek, tercepat, dan
termurah.
Arus lalu lintas dinyatakan sebagai fungsi MAT yang berfungsi sebagai model
kebutuhanakan transportasi dengan parameternya. Jadi dasar pemikirnya adalah
menerapkan sistem model kebutuhan akan transportasi untuk perkiraan jumlah
pergerakan selama selang waktu tertentu. Tujuan utamanya untuk menafsirkan
parameter model tersebut dengan menggunakan informasi data arus lalu lintas.
Berdasarkan hasil survei mengenai perjalanan sehari-hari penduduk kawasan
Kabupaten Sidrap, diketahui sebaran jalan penduduk tersebar secara varatif ke
P.jene yang dimana sebagai tarikan perjalanan. Pada hasil Analisis Matriks Asal
Tujuan, pergerakan yang memiliki rating paling tinggi yaitu berada pada Kecamatan
Pitu Riase.
Tabel 5.4 Distribusi Pergerakan menuju Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidrap
KECAMATAN TUJUAN
Maritengngae
Panca Rijang
Watang Pulu
Tellu Limpoe
Pitu Riawa
Sidenreng
Pitu Riase
Dua Pitue
Lautang
Watang
Beranti
Panca
Kulo
Maritengnga
6.3 6.7 9.7 9 16.4 13 22.4 32.5 8.5 15.1
e
Watang Pulu 6.3 13.1 9 10.7 15.7 19 28.3 37 12.8 19.2
Watang 12.
6.7 12.8 10.1 18 16.4 15.8 27.3 9.3 14.6
Sidenreng 8
KECAMATAN ASAL
Limpoe
ngngae
Beranti
Lautan
Marite
Watan
Watan
g Pulu
Rijang
Panca
Riawa
Panca
Riase
Pitue
Tellu
Hasil Analisis
Kulo
Dua
Pitu
Pitu
g
2023
Maritengng 139.
6.3 6.7 9.7 9 16.4 13 22.4 32.5 8.5 15.1 1
ae 6 139.6
Watang 171.
6.3 13.1 9 10.7 15.7 19 28.3 37 12.8 19.2 1
Pulu 1 171.1
Watang 143.
6.7 12.8 12.8 10.1 18 16.4 15.8 27.3 9.3 14.6 1
Sidenreng 8 143.8
156.
Beranti 9.7 9 12.8 3.7 6.8 17.1 24.5 30 18.2 24.8 1
6 156.6
KECAMATAN ASAL
Panca 142.
9 10.7 10.1 3.7 7.9 13.5 20.7 26.7 17 23.4 1
Rijang 7 142.7
195.
Kulo 16.4 15.7 18 6.8 7.9 20.6 25.9 27.9 24.8 31.3 1
3 195.3
163.
Pitu Riawa 13 19 16.4 17.1 13.5 20.6 9.6 22.3 14.2 17.7 1
4 163.4
211.
Dua Pitue 22.4 28.3 15.8 24.5 20.7 25.9 9.6 15.1 23.4 25.7 1
4 211.4
295.
Pitu Riase 32.5 37 27.3 30 26.7 27.9 22.3 15.1 36.5 40 1
3 295.3
Tellu 171.
8.5 12.8 9.3 18.2 17 24.8 14.2 23.4 36.5 6.6 1
Limpoe 3 171.3
Panca 218.
15.1 19.2 14.6 24.8 23.4 31.3 17.7 25.7 40 6.6 1
Lautang 4 218.4
139. 143. 156. 163. 211. 218.
dd 171.1 142.7 195.3 295.3 171.3
6 8 6 4 4 4
209. 256.6 215. 234. 214.0 292.9 245. 317. 442.9 256.9 327. 3013.3
Dd
4 5 7 9 5 5 1 1 5 5 6 5
E 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
Keterangan :
oi = Pergerakan pada masa yang akan dating
Oi = Pergerakan pada masa sekarangE = Tingkat pertumbuhan .
Dari data yang diolah dalam Matriks Asal Tujuan perjalanan tersebut
tercatat beberapa kecamatan yang memiliki tarikan perjalanan yang cukup
besar. Tampak pada tabel diatas, sebaran perjalanan penduduk kawasan
Kabupaten Sidrap pada masing-masing Kecamatan digambarkan melalui
desire line untuk mengetahui permintaan perjalanan yang potensi sebagai
berikut.
Adapun hasil analisis data pada tabel adalah jarak antar zona a ke
zona b, zona a ke zona c dan dst. Dimana sampel tersebut diambil
langsung pada lokasi setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Sidrap itu
sendiri. Dimana hasil oi diperoleh dari jumlah keseluruhan jarak setiap
Kecamatan dan hasil Oi diperoleh dari hasil oi yang dikalikan dengan hasil
E sehingga mendapatkan hasil Oi. Sama halnya hasil pada dd didapatkan
dari hasil keseluruhan jarak setiap Kecamatan dan Dd adalah hasil dari dd
yang dikalikan dengan E. dan hasil 3013,35 dihasilkan dari jumlah
keseluruhan Dd.
b. Distribusi Pergerakan
Besar pergerakan angkutan barang di Indonesia dapat
direpresentasikan dengan matrik asal tujuan (MAT) ataupun dengan
diagram garis keinginan (desire line). Distribusi perjalanan juga dapat
direpresentasikan dalam bentuk Desire Lines, yang merupakan garisgaris
yang menghubungkan antar pusat zona pada suatu peta, dengan warna
garis menunjukkan besaran pergerakannya. Selain itu output dari
permodel simulasi jaringan jalan adalah potensi Demand yang
digambarkan dalam Desire Line, dimana desire line tersebut dapat
memprediksikan seberapa besar pergerakan perjalanan pada masa
mendatang (Dwi, 2017). Berdasarkan desire line dapat terlihat secara
visual lokasi mana saja yang ramai dikunjungi. Dari Gambar Desire Line
Pergerkan di Kabupaten Wajo diatas dapat dilihat bahwa arus lalulintas
dan jaringan jalan terjadi dari dan ke Kecamatan Tempe, dimana garis
tesebut menggambarkan besarnya pergerakan yang terjadi.
No. Jalur Pergerakan Jarak (km)
1. Kec. Maritenggae ke Kec. Watang Pulu 6,3
2. Kec. Maritenggae ke Kec. Watang Sidenreng 6,7
3. Kec. Maritenggae ke Kec. Baranti 9,7
4. Kec. Maritenggae ke Kec. Panca Rijang 9
5. Kec. Maritenggae ke Kec. Kulo 16,4
6. Kec. Maritenggae ke Kec. Pitu Riawa 13
7. Kec. Maritenggae ke Kec. Dua Pitue 22,4
8. Kec. Maritenggae ke Kec. Pitu Riase 32,5
9. Kec. Maritenggae ke Kec. Tellu Limpoe 8,5
10. Kec. Maritenggae ke Kec. Panca Lautang 15,1
Table 5.6 Jalur Pergerakan Kecamatan Maritenga e Kabupaten Sidrap
Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melewati suatu titik atau
garis tertentu pada suatu penampang melintang jalan.Data pencacahan volume lalu
lintas adalah informasi yang diperlukan untuk fase perencanaan, desain, manajemen
sampai pengoperasian jalan (Sukirman 1994).
Menurut Sukirman (1994), volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang
melintasi satu titi pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit).
Sehubungan dengan penentuan jumlah dan lebar jalur, satuan volume lalu lintas
yang umum dipergunakan adalah lalu lintas harian rata-rata, volume jam
perencanaan dan kapasitas. Jenis kendaraan dalam perhitungan ini diklasifikasikan
dalam 3 macam kendaraan yaitu :
Kendaraan Ringan (Light Vechicles = LV)
Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 4 roda (mobil penumpang),
Kendaraan berat ( Heavy Vechicles = HV)
Indeks untuk kendaraan bermotor dengan roda lebih dari 4 ( Bus, truk 2
gandar, truk 3 gandar dan kombinasi yang sesuai),
Sepeda motor (Motor Cycle = MC)
Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 2 roda.
Kendaraan tak bermotor (sepeda, becak dan kereta dorong), parkir pada badan
jalan dan pejalan kaki anggap sebagai hambatan samping.
Data jumlah kendaraan kemudian dihitung dalam kendaraan/jam untuk setiap
kendaraan, dengan faktor koreksi masing-masing kendaraan yaitu : LV=1,0; HV =
1,3; MC = 0,40
Arus lalu lintas total dalam smp/jam adalah :
Qsmp = (emp LV × LV + emp HV × HV + emp MC × MC) ……………... (3-1)
Keterangan:
Q : volume kendaraan bermotor ( smp/jam)
EmpLV : nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan ringan
EmpHV : nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan berat
EmpMC : nilai ekivalen mobil penumpang untuk sepeda motor
LV : notasi untuk kendaraan ringan
HV :notasi untuk kendaraan berat
MC :notasi untuk sepeda motor
Tabel 5.18 Keterangan EMP
Jenis Kendaraan Nilai Satuan (smp/jam)
Kendaraan Berat (HV) 1,3
Kendaraan Ringan (LV) 1
Kendaraan Motor (MC) 0,5
Kendaraan Tidak bermotor 7
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel hasil analisis volume Lalu Lintas
Kabupaten Sidenreng Rappang Sebagai Berikut:
Tabel 5.19 Volume Lalu lintas Terminal P.Jene
Terminal p.jene,14-11-2022(sore)
Volume Lalu Lintas Volume Lalu Lintas
(Kend/jam) EM (smp/jam)
Moda Hari
P
Selata Jumla Selata jumla
Utara n h Utara n h
Kendaraan Senin ,14-11-2022 0.5 0 0.5 3.5 0 3.5
Tidak
Bermotor Minggu,27-11-2022 0.5 1 1.5 7 3.5 7 10.5
Senin ,14-11-2022 328 195.5 523.5 164 164 328
MC Minggu,27-11-2022 520 513 1033 0.5 260 260 520
Senin ,14-11-2022 253 156 409 253 253 506
LV Minggu,27-11-2022 272.5 228.5 501 1 272.5 272.5 545
Senin ,14-11-2022 41 52 93 53.3 53.3 106.6
HV Minggu,27-11-2022 25 32.5 57.5 1.3 32.5 32.5 65
1440. 1042. 2084.
Total 5 1178.5 2619 3 1042.3 6
720.2 1309. 521.1 1042.
Rata-Rata Perhari 5 589.25 5 5 521.15 3
Sumber : Hasil Survey Lapangan
Berdasarkan Tabel Diatas Setelah Dilakukan analisis Volume Lalu Lintas di Terminal
P.Jene Memiliki untuk Arah Utara Memiliki Total 1042,3 Volume Lalu Lintas (smp/jam) Dan
rata-rata Perhari 521.15
Sedangkan untuk Arah Selatan Memiliki Total 1042.3 Volume Lalu Lintas (smp/jam) Yang
Memiliki rata-rata Per hari 1042,3.
Terminal p.jene,(Pagi)
Berdasarkan Tabel Diatas Setelah Dilakukan analisis Volume Lalu Lintas Pada Sore Hari
di Pasar Sentral Amparita Kabupaten Sidenreng Rappang untuk Arah Utara Memiliki Total
1062,3 Volume Lalu Lintas (smp/jam) Dan rata-rata Perhari 531,15,Sedangkan untuk Arah
Selatan Memiliki Total 1062,3 Volume Lalu Lintas (smp/jam) Yang Memiliki rata-rata 531,15
per Hari.
Tabel 5.25 Volume Lalu lintas Kantor Desa Bapangi (Pagi)
Kantor Desa Bapangi,14-11-2022(Pagi)
Dari Hasil Tabel klasifikasi Berbasis Jenis Kendaraan Di Jalan Bau Massape
Hari Kerja Untuk Jenis Sepeda Motor (MC) , Kendaraan Ringan (LV), Kendaraan Berat
(HV) Dipagi Hari Memiliki Total Kendaraan Sebanyak 1811 , dan Di Sore Hari Memiliki
Total Kendaraan Sebanyak 2053. Sedangkan Klasifikasi Berbasis Jenis Kendaraan di
Jalan Bau Massape Hari Libur Jenis Kendaraan tdk bermotor Sepeda Motor (MC) ,
Kendaraan Ringan (LV), Kendaraan Berat (HV) Dipagi Hari Memiliki Total Kendaraan
Sebanyak 3311, dan Di Sore Hari Memiliki Total Kendaraan Sebanyak 3188 .
Tabel 5.29 Klasifikasi Berbasis Jenis Kendaraan di Jalan Bau Massape (Senin)
Kendaraan tdk
MC LV HV
bermotor
Total
Waktu
Kendaraan
Utar selata Utar Selata Utar Selata
Utara Selatan
a n a n a n
Kendaraan tdk
MC LV HV
bermotor Total
Waktu
Kendaraan
Utara Selatan Utara Selatan Utara Selatan Utara Selatan
Tabel 5.32 Klasifikasi Berbasis Jenis Kendaraan di Jalan Jendral Sudirman (Sabtu)
Jalan Jendral Sudirman, 26-11-2022 (sabtu)
Kendaraan
MC LV HV
tdk bermotor
Total
Waktu
Kendaraan
Utar Selata Utar Selata Utar Selata Utar Selata
a n a n a n a n
Kendaraan tdk
MC LV HV
bermotor
Wakt Total
u Kendaraan
Utar Selata Utar Selata Utar Selata Utar Selata
a n a n a n a n
Kendaraan tdk
MC LV HV
bermotor
Wakt Total
u Kendaraan
Utar Selata Utar Selata Utar Selata Utar Selata
a n a n a n a n
Tabel 5.34 Klasifikasi Berbasis Jenis Kendaraan di Jalan A.P Pettarani (Senin)
Dari Hasil Tabel klasifikasi Berbasis Jenis Kendaraan Di SMP 2 pancarijang Hari
Kerja Untuk Jenis Kendaraan tdk bermotor Sepeda Motor (MC) , Kendaraan Ringan
(LV), Kendaraan Berat (HV) Dipagi Hari Memiliki Total Kendaraan Sebanyak 2074 ,
dan Di Sore Hari Memiliki Total Kendaraan Sebanyak 2965. Sedangkan Klasifikasi
Berbasis Jenis Kendaraan Di SMP 2 pancarijang Hari Libur Jenis Kendaraan tdk
bermotor Sepeda Motor (MC) , Kendaraan Ringan (LV), Kendaraan Berat (HV) Dipagi
Hari Memiliki Total Kendaraan Sebanyak 2800 , dan Di Sore Hari Memiliki Total
Kendaraan Sebanyak 3979 .
pancarijang Hari Libur Jenis Kendaraan tdk bermotor Sepeda Motor (MC) ,
Kendaraan Ringan (LV), Kendaraan Berat (HV) Dipagi Hari Memiliki Total
Kendaraan Sebanyak 1746 , dan Di Sore Hari Memiliki Total Kendaraan Sebanyak
1996.
Kendaraan tdk
MC LV HV
bermotor Total
Waktu
Kendaraan
Utara Selatan Utara Selatan Utara Selatan Utara Selatan
Kendaraan tdk
MC LV HV
bermotor Total
Waktu
Kendaraan
Utara Selatan Utara Selatan Utara Selatan Utara Selatan
Tabel 5.36 Klasifikasi Berbasis Jenis Kendaraan di Jalan Jalan Poros Pangkajene
Anabinua (Minggu)
Libur Jenis Kendaraan tdk bermotor Sepeda Motor (MC) , Kendaraan Ringan (LV),
Kendaraan Berat (HV) Dipagi Hari Memiliki Total Kendaraan Sebanyak 1518 , dan Di Sore
Hari Memiliki Total Kendaraan Sebanyak 1833.
Gambar 5.20 Geometri Jalan Jalan Batu Ceper
Sumber : Penulis, 2022
Kendaraan tdk
MC LV HV
bermotor
Wakt Total
u Kendaraan
Utar Selata Utar Selata Utar Selata Utar Utar
a n a n a n a a
Tabel 5.38 Klasifikasi Berbasis Jenis Kendaraan kantor Jalan Batu Ceper (jalan poros
soppeng-sidrap) ()
Jalan Batu Ceper (jalan poros soppeng-sirap), 27-11-2022 (Minggu)
Kendaraan tdk
MC LV HV
bermotor
Wakt Total
u Kendaraan
Utar Selata Utar Selata Utar Selata Utar Utar
a n a n a n a a
Dari hasil tabel rata-rata kecepatan perjalanan (km/jam) adalah waktu yang
dibutuhkan untuk menempuh suatu trayek dari awal sampai akhir. Rata rata kecepatan
perjalanan angkutan umum sebesar 48 km/jam.
dengan banyak lajur, arus dipisahkan per arah dan kapasitas ditentukan per lajur.
Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut :
Dengan :
C = Kapasitas (smp/jam)
Kapasitas dasar (CO) adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melintasi
suatu penampang pada suatu jalur atau jalan selama satu jam, dalam keadaan jalan dan
lalu lintas yang mendekati ideal yang bisa dicapai. Kapasitas segmen jalan untuk kondisi
tertentu (geometri, pola arus lalu lintas dan faktor lingkungan), dinyatakan dalam smp/jam.
Kapasitas dasar (CO) kapasitas segmen jalan pada kondisi geometri, ditentukan
berdasarkan tipe jalan, dapat dilihat pada Tabel.
<0,1 0,86
0,1-0,5 0,90
0,5-1,0 0,94
1,0-3,0 1,00
>3,0 1,04
Sumber : MKJI 1997
1. Jalan Bau Massape
Untuk mendapatkan hasil perhitungan kapasitas jalan (C) yaitu dengan menggunakan
rumus diatas, adapun cara perhitungannya yaitu sebagai berikut:
Perhitungan Co
Dimana Co ini didapatkan dari kapasitas dasar (Co), yang dimana Terminal Pekae ini
memiliki 1 jalur lalu lintas (kiri dan kanan) dengan 2 lajur, sehingga masuk dalam tipe jalan 2
lajur tak terbagi yang memiliki nilai 2900 total 2 arah.
Jadi jika nilai 2900 ini untuk total 2 arah sedangkan di Terminal Pekae ini memiliki 2
lajur maka nilai 2900 akan dikali 2 sehingga didapatkan jumlah Co sebesar 5800.
Co = 2900 x 2
Co = 5800
Perhitungan FCw
Dimana FCw ini didapatkan dari Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalulintas (FCw),
yang dimana untuk mendapatkan nilai ini menggunakan lebar jalur/lebar jalan. Untuk Jalan
Bau Massape ini memiliki lebar jalan sebesar 7 meter. Sehingga untuk mendapatkan nilai
FCw ini, lebar jalan akan dibagi 1, hal ini dikarenakan jalan ini hanya memiliki 1 jalur saja.
FCw = 7/1
FCw = 7
Didapatkan bahwa nilai FCw sebesar 7, sehingga masuk dalam 2 lajur tak terbagi
dengan nilai total 2 arah yaitu 7 dimana nilai FCw nu=ya sebesar 1,00.
Perhitungan FCsf
Dimana FCsf ini didapatkan dari Faktor penyesuaian hambatan samping (FCsf), yang
dimana untuk mendapatkan nilai ini menggunakan lebar bahu jalan/kereb. Untuk jalan di
Jalan Bau Massape ini menggunakan bahu jalan dengan lebar sebesar 0,5 meter.
Sehingga untuk mendapatkan nilai FCsf ini, lebar bahu jalan dapat diliat pada tabel
Faktor penyesuaian hambatan samping. Karena lebar bahu jalan yang didapatkan sebesar
0,5 meter sehingga masuk dalam tipe jalan 2 lajur tak terbagi dengan kelas hambatan
sedang dan lebih dari 2 meter kemudian didapatkan nilai FCsf sebesar 1,01.
Perhitungan Fces
Dimana FCes ini didapatkan dari Faktor penyesuaian ukuran kota (FCes), yang dimana
untuk mendapatkan nilai ini menggunakan jumlah penduduk Kabupaten Barru. Untuk jumlah
penduduk Kabupaten Barru didapatkan jumlah penduduk sebesar 319.990 ribu jiwa.
Sehingga untuk mendapatkan nilai FCes ini, jumlah penduduk Kabupaten Sidrap dapat
diliat pada tabel Faktor penyesuaian ukuran kota. Karena jumlah penduduk Kabupaten
Sidrap sebesar 319.990 ribu jiwa sehingga masuk dalam ukuran kota 0.1-0.5 sehingga
didapatkan factor penyesuaiannya sebesar 0.90.
Perhitungan Kapasitas Jalan
Dimana untuk mendapatkan nilai kapasitas jalan (C) yaitu dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
C = 5800 x 1.00 x 0.01 x 0.90
C = 52.2
Sehingga didapatkan nilai kapasitas jalan (C) dari Jalan di Jalan Bau Massape ini
sebesar 52.2.
FC FC FC
Waktu co w sf s C
Fc FC
Waktu Co w sf Fcs C
Untuk mendapatkan hasil perhitungan kapasitas jalan (C) yaitu dengan menggunakan
rumus diatas, adapun cara perhitungannya yaitu sebagai berikut:
Perhitungan Co
Dimana Co ini didapatkan dari kapasitas dasar (Co), yang dimana Jalan Jendral
Sudirman ini memiliki 1 jalur lalu lintas (kiri dan kanan) dengan 2 lajur, sehingga masuk
dalam tipe jalan 2 lajur tak terbagi yang memiliki nilai 2900 total 2 arah.
Jadi jika nilai 2900 ini untuk total 2 arah sedangkan di Terminal Pekae ini memiliki 2
lajur maka nilai 2900 akan dikali 2 sehingga didapatkan jumlah Co sebesar 5800.
Co = 2900 x 2
Co = 5800
Perhitungan FCw
Dimana FCw ini didapatkan dari Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalulintas (FCw),
yang dimana untuk mendapatkan nilai ini menggunakan lebar jalur/lebar jalan. Untuk Jalan
Jendral Sudirman ini memiliki lebar jalan sebesar 7 meter.Sehingga untuk mendapatkan
nilai FCw ini, lebar jalan akan dibagi 1, hal ini dikarenakan jalan ini hanya memiliki 1 jalur
saja.
FCw = 10/1
FCw = 10
Didapatkan bahwa nilai FCw sebesar 10, sehingga masuk dalam 2 lajur tak terbagi
dengan nilai total 2 arah yaitu 7 dimana nilai FCw nu=ya sebesar 1,29.
Perhitungan FCsf
Dimana FCsf ini didapatkan dari Faktor penyesuaian hambatan samping (FCsf), yang
dimana untuk mendapatkan nilai ini menggunakan lebar bahu jalan/kereb. Untuk jalan di
Jalan Bau Massape ini menggunakan bahu jalan dengan lebar sebesar 2 meter.
Sehingga untuk mendapatkan nilai FCsf ini, lebar bahu jalan dapat diliat pada tabel
Faktor penyesuaian hambatan samping. Karena lebar bahu jalan yang didapatkan sebesar 2
meter sehingga masuk dalam tipe jalan 2 lajur tak terbagi dengan kelas hambatan sedang
dan lebih dari 2 meter kemudian didapatkan nilai FCsf sebesar 1,00.
Perhitungan Fces
Dimana FCes ini didapatkan dari Faktor penyesuaian ukuran kota (FCes), yang dimana
untuk mendapatkan nilai ini menggunakan jumlah penduduk Kabupaten Barru. Untuk jumlah
penduduk Kabupaten Sidrap didapatkan jumlah penduduk sebesar 319.990 ribu jiwa.
Sehingga untuk mendapatkan nilai FCes ini, jumlah penduduk Kabupaten Sidrap dapat
diliat pada tabel Faktor penyesuaian ukuran kota. Karena jumlah penduduk Kabupaten
Sidrap sebesar 319.990 ribu jiwa sehingga masuk dalam ukuran kota 0.1-0.5 sehingga
didapatkan factor penyesuaiannya sebesar 0.90.
Perhitungan Kapasitas Jalan
Dimana untuk mendapatkan nilai kapasitas jalan (C) yaitu dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
C = 5800 x 1.29 x 1,00 x 0.90
C = 6.734
Sehingga didapatkan nilai kapasitas jalan (C) dari Jalan di Jalan Bau Massape ini
sebesar 6.734.
Untuk mendapatkan hasil perhitungan kapasitas jalan (C) yaitu dengan menggunakan
rumus diatas, adapun cara perhitungannya yaitu sebagai berikut:
Perhitungan Co
Dimana Co ini didapatkan dari kapasitas dasar (Co), yang dimana Jalan Jalan A.P
Pettarani ini memiliki 1 jalur lalu lintas (kiri dan kanan) dengan 2 lajur, sehingga masuk
dalam tipe jalan 2 lajur tak terbagi yang memiliki nilai 2900 total 2 arah.Jadi jika nilai 2900 ini
untuk total 2 arah sedangkan di Jalan Andi Pettarani ini memiliki 2 lajur maka nilai 2900
akan dikali 2 sehingga didapatkan jumlah Co sebesar 5800.
Co = 2900 x 2
Co = 5800
Perhitungan FCw
Dimana FCw ini didapatkan dari Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalulintas (FCw), yang
dimana untuk mendapatkan nilai ini menggunakan lebar jalur/lebar jalan. Untuk Jalan
Bau Massape
Didapatkan bahwa nilai FCw sebesar 10, sehingga masuk dalam 2 lajur tak terbagi
dengan nilai total 2 arah yaitu 7 dimana nilai FCw nu=ya sebesar 1,00.
Perhitungan FCsf
Dimana FCsf ini didapatkan dari Faktor penyesuaian hambatan samping (FCsf), yang
dimana untuk mendapatkan nilai ini menggunakan lebar bahu jalan/kereb. Untuk jalan di
Jalan Bau Massape ini menggunakan bahu jalan dengan lebar sebesar 0.5 meter.
Sehingga untuk mendapatkan nilai FCsf ini, lebar bahu jalan dapat diliat pada tabel
Faktor penyesuaian hambatan samping. Karena lebar bahu jalan yang didapatkan sebesar
0.5 meter sehingga masuk dalam tipe jalan 2 lajur tak terbagi dengan kelas hambatan
sedang dan lebih dari 0.5 meter kemudian didapatkan nilai FCsf sebesar 0,94.
Perhitungan Fces
Dimana FCes ini didapatkan dari Faktor penyesuaian ukuran kota (FCes), yang dimana
untuk mendapatkan nilai ini menggunakan jumlah penduduk Kabupaten Sidrap. Untuk
jumlah penduduk Kabupaten Sidrap didapatkan jumlah penduduk sebesar 319.990 ribu jiwa.
Sehingga untuk mendapatkan nilai FCes ini, jumlah penduduk Kabupaten Sidrap dapat
diliat pada tabel Faktor penyesuaian ukuran kota. Karena jumlah penduduk Kabupaten
Sidrap sebesar 319.990 ribu jiwa sehingga masuk dalam ukuran kota 0.1-0.5 sehingga
didapatkan factor penyesuaiannya sebesar 0.90.
Perhitungan Kapasitas Jalan
Dimana untuk mendapatkan nilai kapasitas jalan (C) yaitu dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
C = 5800 x 1.00 x 0,94 x 0.90
C = 4.907
Sehingga didapatkan nilai kapasitas jalan (C) dari Jalan di Jalan Bau Massape ini
sebesar 4.907.
FC FC FC
Waktu co w sf s C
Fc FC Fc
Waktu Co w sf s C
Untuk mendapatkan hasil perhitungan kapasitas jalan (C) yaitu dengan menggunakan
rumus diatas, adapun cara perhitungannya yaitu sebagai berikut:
Perhitungan Co
Dimana Co ini didapatkan dari kapasitas dasar (Co), yang dimana Jalan poros
pangkajene - anabuana ini memiliki 1 jalur lalu lintas (kiri dan kanan) dengan 2 lajur,
sehingga masuk dalam tipe jalan 2 lajur tak terbagi yang memiliki nilai 2900 total 2 arah.
Jadi jika nilai 2900 ini untuk total 2 arah sedangkan di Jalan pangakeje -anabuana ini
memiliki 2 lajur maka nilai 2900 akan dikali 2 sehingga didapatkan jumlah Co sebesar 5800.
Co = 2900 x 2
Co = 5800
Perhitungan FCw
Dimana FCw ini didapatkan dari Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalulintas (FCw), yang
dimana untuk mendapatkan nilai ini menggunakan lebar jalur/lebar jalan. Untuk Jalan
Bau Massape
Sehingga untuk mendapatkan nilai FCw ini, lebar jalan akan dibagi 1, hal ini
dikarenakan jalan ini hanya memiliki 1 jalur saja.
FCw = 9/1
FCw = 9
Didapatkan bahwa nilai FCw sebesar 9, sehingga masuk dalam 2 lajur tak terbagi
dengan nilai total 2 arah yaitu 9 dimana nilai FCw nu=ya sebesar 1,25
Perhitungan FCsf
Dimana FCsf ini didapatkan dari Faktor penyesuaian hambatan samping (FCsf), yang
dimana untuk mendapatkan nilai ini menggunakan lebar bahu jalan/kereb. Untuk jalan di
Jalanporos pangkajene – anabuana ini menggunakan bahu jalan dengan lebar sebesar 2
meter.
Sehingga untuk mendapatkan nilai FCsf ini, lebar bahu jalan dapat diliat pada tabel
Faktor penyesuaian hambatan samping. Karena lebar bahu jalan yang didapatkan sebesar 2
meter sehingga masuk dalam tipe jalan 2 lajur tak terbagi dengan kelas hambatan sedang
dan lebih dari 2 meter kemudian didapatkan nilai FCsf sebesar 1,02.
Perhitungan Fces
Dimana FCes ini didapatkan dari Faktor penyesuaian ukuran kota (FCes), yang dimana
untuk mendapatkan nilai ini menggunakan jumlah penduduk Kabupaten Sidrap. Untuk
jumlah penduduk Kabupaten Sidrap didapatkan jumlah penduduk sebesar 319.990 ribu jiwa.
Sehingga untuk mendapatkan nilai FCes ini, jumlah penduduk Kabupaten Sidrap dapat
diliat pada tabel Faktor penyesuaian ukuran kota. Karena jumlah penduduk Kabupaten
Sidrap sebesar 319.990 ribu jiwa sehingga masuk dalam ukuran kota 0.1-0.5 sehingga
didapatkan factor penyesuaiannya sebesar 0.90.
Perhitungan Kapasitas Jalan
Dimana untuk mendapatkan nilai kapasitas jalan (C) yaitu dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
C = 5800 x 1.00 x 0,94 x 0.90
C = 130.5
Sehingga didapatkan nilai kapasitas jalan (C) dari Jalan di Jalan Bau Massape ini
sebesar 130.5.
Untuk mendapatkan hasil perhitungan kapasitas jalan (C) yaitu dengan menggunakan
rumus diatas, adapun cara perhitungannya yaitu sebagai berikut:
Perhitungan Co
Dimana Co ini didapatkan dari kapasitas dasar (Co), yang dimana Jalan Batu Ceper ini
memiliki 1 jalur lalu lintas (kiri dan kanan) dengan 2 lajur, sehingga masuk dalam tipe jalan 2
lajur tak terbagi yang memiliki nilai 2900 total 2 arah.
Jadi jika nilai 2900 ini untuk total 2 arah sedangkan di Jalan Andi Pettarani ini memiliki 2
lajur maka nilai 2900 akan dikali 2 sehingga didapatkan jumlah Co sebesar 5800.
Co = 2900 x 2
Co = 5800
Perhitungan FCw
Dimana FCw ini didapatkan dari Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalulintas (FCw), yang
dimana untuk mendapatkan nilai ini menggunakan lebar jalur/lebar jalan. Untuk Jalan
Batu Ceper ini memiliki lebar jalan sebesar 9 meter.Sehingga untuk mendapatkan nilai
FCw ini, lebar jalan akan dibagi 1, hal ini dikarenakan jalan ini hanya memiliki 1 jalur
saja.
FCw = 7/1
FCw = 7
Didapatkan bahwa nilai FCw sebesar 7, sehingga masuk dalam 2 lajur tak terbagi
dengan nilai total 2 arah yaitu 7 dimana nilai FCw nu=ya sebesar 1,00
Perhitungan FCsf
Dimana FCsf ini didapatkan dari Faktor penyesuaian hambatan samping (FCsf), yang
dimana untuk mendapatkan nilai ini menggunakan lebar bahu jalan/kereb. Untuk jalan di
Jalan Batu Ceper ini menggunakan bahu jalan dengan lebar sebesar 1 meter.
Sehingga untuk mendapatkan nilai FCsf ini, lebar bahu jalan dapat diliat pada tabel
Faktor penyesuaian hambatan samping. Karena lebar bahu jalan yang didapatkan sebesar 1
meter sehingga masuk dalam tipe jalan 2 lajur tak terbagi dengan kelas hambatan sedang
dan lebih dari 2 meter kemudian didapatkan nilai FCsf sebesar 0.98.
Perhitungan Fces
Dimana FCes ini didapatkan dari Faktor penyesuaian ukuran kota (FCes), yang dimana
untuk mendapatkan nilai ini menggunakan jumlah penduduk Kabupaten Sidrap. Untuk
jumlah penduduk Kabupaten Sidrap didapatkan jumlah penduduk sebesar 319.990 ribu jiwa.
Sehingga untuk mendapatkan nilai FCes ini, jumlah penduduk Kabupaten Sidrap dapat
diliat pada tabel Faktor penyesuaian ukuran kota. Karena jumlah penduduk Kabupaten
Sidrap sebesar 319.990 ribu jiwa sehingga masuk dalam ukuran kota 0.1-0.5 sehingga
didapatkan factor penyesuaiannya sebesar 0.90.
Perhitungan Kapasitas Jalan
Dimana untuk mendapatkan nilai kapasitas jalan (C) yaitu dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
C = 5800 x 1.00 x 0,94 x 0.90
C = 5.115
Sehingga didapatkan nilai kapasitas jalan (C) dari Jalan di Jalan Bau Massape ini
sebesar 5.115.
FC FC FC
Waktu co w sf s C
Fc FC Fc
Waktu Co w sf s C
Derajat kejenuhan
Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus jalan terhadap kapasitas,
yang digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan
segmen jalan. Nilai DS menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai
masalah kapasitas atau tidak.
DS =
C
Dengan :
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas (smp/jam)
Derajat kejenuhan digunakan untuk menganalisis perilaku lalu lintas Dapat ilihat Pada Tabel
Berikut ini:
1. Jalan Bau Masampe
Tabel 5.45 Derajat Kejenuhan Jalan Bau Masampe
Berdasarkan Hasil analisis Derajat Kejenuhan Di Titik LHR Jalan Bau Masampe yang
dimana di waktu 07-09-00 vol.Arus( smp/jam ) dibagi kapastas memperoleh hasil 35.4.
Sedangkan di Waktu 16-00-18-00 memperoleh hasil 20.
2. JendralSudirman
Tabel 5.46 Derajat Kejenuhan Jalan Jendral Sudirman
Jalan Jendral Sudirman
Kapasita
Vol. Arus
N s
Waktu (smp/jam Q /C
o (smp/jam
)
)
07:00- 0.17
1 09:00 1172.7 6,734 4
16:00- 0.19
2 18:00 1326 6,734 7
0.37
Total 2498.7 13468
1
Sumber : Hasil Analisis
Berdasarkan Hasil analisis Derajat Kejenuhan Di Titik LHR Jalan Jendral
Sudirman yang dimana di waktu 07-09-00 vol.Arus( smp/jam ) dibagi kapastas
memperoleh hasil 0.174. Sedangkan di Waktu 16-00-18-00 memperoleh hasil 0.197.
Berdasarkan Hasil analisis Derajat Kejenuhan Di Titik LHR Jalan Ceper yang
dimana di waktu 07-09-00 vol.Arus( smp/jam ) dibagi kapastas memperoleh hasil 1.
Sedangkan di Waktu 16-00-18-00 memperoleh hasil 0.325.
f. Analisis Persimpangan
Persimpangan merupakan bagian penting dari sistem jaringan jalan, lancar
tidaknya pergerakan dalam suatu jaringan jalan sangat ditentukan oleh pengaturan
pergerakan di persimpangan, secara umum kapasitas persimpangan dapat dikontrol
dengan mengendalikan arus lalu lintas dalam sistem jaringan jalan tersebut.
Sehingga persimpangan dapat dikatakan sebagai bagian dari suatu jaringan jalan
yang merupakan daerah penting atau kritis dalam melayani arus lalu lintas
(Prasetyanto, 2013). Persimpangan merupakan daerah dimana dua atau lebih ruas
jalan bertemu atau bersilangan. Persimpangan dapat bervariasi dari persimpangan
sederhana yang terdiri dari pertemuan dua ruas jalan sampai persimpangan
kompleks yang terdiri dari pertemuan beberapa ruas jalan (Prasetyanto, 2013).
Tingkat kelancaran lalu lintas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Kondisi pergerakan pengguna jalan dan penggunaan lahan sekitar ruas
jalan;
2. Kondisi persimpangan jalan;
3. Kondisi volume lalu lintas di persimpangan;
4. Kondisi trase jalan;
5. Kondisi kecepatan kendaraan;
6. Kondisi hambatan samping di sekitar persimpangan.
Terjadinya kemacetan di persimpangan biasanya terjadi konflik akibat
beragam jenis pergerakan dan hambatan-hambatan yang terjadi disekitar
persimpangan.Konflik di persimpangan biasanya terjadi antara kendaraan dengan
kendaraan, kendaaran dengan pejalan kaki, dan kendaraan yang terhambat lajunya
oleh hambatan samping yang terjadi di ruas jalan.
Persimpangan Sebidang (Intersection) Persimpangan sebidang (Intersection)
adalah persimpangan dimana ruas jalan bertemu pada suatu bidang. Persimpangan
sebidang terdiri atas beberapa bentuk, yaitu:
a. Simpang tiga
b. Simpang empat
c. Simpang banyak
d. Simpang bergeser
Untuk lebih jelasnya maka bentuk-bentuk simpang tersebut dapat dilihat pada
Gambar
Pergerakan Arus Lalu Lintas di Persimpangan Pada persimpangan terdapat empat
jenis pergerakan arus lalu lintas yang dapat menimbulkan konflik, yaitu:
1. Pemisahan (Diverging) Gerakan berpencar atau berpisah dari kendaraan di
persimpangan. Konflik dapat terjadi pada saat kendaraan melakukan
pergantian jalur atau gerakan membelok.
2. Penggabungan (Merging) Gerakan bergabungnya satu kendaraan terhadap
kendaraan lain pada persimpangan.
3. Persilangan (Crossing) Gerakan kendaraan melakukan gerakan memotong
terhadap kendaraan lain dari arah yang bersilangan pada persimpangan.
4. Jalinan (Weaving) Gerakan memisah kemudian bergabung atau berpisah dari
beberapa kendaraan. Untuk lebih jelasnya maka bentuk-bentuk simpang
tersebut dapat dilihat pada Gambar
a. Simpang Tidak Bersinyal
Simpang tidak bersinyal adalah suatu persimpangan yang terdiri dari
beberapa lengan yang dilihat dari bebarapa kondisi antara lain, Kondisi Geometrik,
Kondisi Lingkungan dan Konsidi lalu-lintas.
Jenis-jenis Pengaturan Pada Persimpangan Tidak Bersinyal Dalam
persimpangan tak bersinyal ada banyak pengaturan persimpangannya, salah
satunya yaitu rambu-Rambu lalu lintas adalah bagian dari perlengkapan jalan yang
memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan di antaranya, yang
digunakan untuk memberikan peringatan, larangan, perintah dan petunjuk bagi
pemakai jalan, ada banyak jenis rambu yang sering digunakan di Indonesia, dan
diantaranya adalah:
1. Rambu Yeild Rambu Yield biasanya dipasang pada jalan arah minor pada
simpang. Pengemudi yang melihat rambu ini diwajibkan untuk memperlambat
laju kendaraannya dan baru boleh meneruskan perjalanannya bilamana
kondisi lalu-lintas cukup aman.
2. Rambu Stop Berbeda dengan rambu Yield, pengemudi yang melihat rambu
pada rambu stop ini diwajibkan untuk menghentikan kendaraannya pada garis
stop, sekalipun tidak ada kendaraan yang datang dari arah lain, dan baru
boleh meneruskan perjalanannya bila mana kondisi lalu-lintas cukup aman,
rambu stop biasanya dipasang pada jalan arah minor pada simpang.
Pemasangan rambu Stop pada seluruh kaki simpang ini dilakukan dengan
pertimbangan:
Jarak pandangan tidak memenuhi syarat karena kondisi geometrik maupun
oleh sebab lainnya,
Angka kecelakaan cukup tinggi,
Adanya simpangan dengan kendaraan lain yang mendapat prioritas seperti
kereta api misalnya. Terdapat dua macam pemasangan rambu stop ini, yakni:
1) Two Way Stop Sign, yakni pemasangan rambu stop dari dua arah,
biasanya dari arah jalan minor. 2) Multy Way Stop Sign. Yakni pemasangan
rambu stop pada seluruh kaki simpang. Pemasangan rambu stop pada
seluruh kaki simpang ini dilakukan dengan pertimbangan:
Angka kecelakaan sudah cukup tinggi yakni lebih besar dari 5 kejadian per
tahun.
Rata-rata tundaan kendaraan mencapai lebih dari 30 detik.
Arus kendaraan dari masing-masing pendekat minimal sudah mencapai 500
kendaraan per jam selama 8 jam operasi tertinggi per hari.
Pertimbangan untuk memakai lampu sinyal belum ada dananya.
Penggunaan Sinyal Hal yang perlu dikaji pada penggunaan fase sinyal
takni berupa penentuan fase sinal serta menghitung waktu antar hijau dan waktu
hilang.
1. Penentuan Fase Sinyal 24 Hal yang perlu ditentukan pada perhitungan untuk
rencana fase sinyal yang lain dari yang digambarkan pada Form SIG-I, maka
rencana fase sinyal harus dipilih sebagai alternative permulaan untuk keperluan
evaluasi. Biasanya pengaturan dua fase dicoba sebagai kejadian dasar, karena
biasanya menghasilkan kapasitas yang lebih besar dan tundaa rata-rata lebih
rendah daripada tipe fase sinyal lain dengan pengatur fase yang biasa dengan
pengatur fase konvensional.
2. Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang Untuk analisa operasional dan perencanaan,
disarankan untuk membuat suatu perhitungan rinci waktu antar hijau untuk waktu
pengosongan dan waktu hilang. Pada analisa yang dilakukan bagi keperluan
perancangan, waktu antar hijau berikut (kuning + merah semua ) dapat dianggap
sebagai nilai normal, nilai normal waktu antar hijau dilihat berdasarkan ukuran
simpang atau lebar jalan rata-rata.
Gambar 5.21 Peta Analisis Persimpangan Kabupaten Sidrap
c. Median
Median merupakan daerah yang memisahkan arah lalu-lintas pada segmen jalan.
Median yang direncanakan dengan baik meningkatkan kapasitas.
2.Kondisi Lingkungan
a. Faktor Jam Sibuk (Peak Traffic Factor, PHF)
Faktor jam sibuk menunjukkan bahwa arus lalu lintas tidak selalu konstan selama 1
jam penuh. Dalam analisa tentang kapasitas dan tingkat pelayanan sebuah ruas jalan,
biasanya PHF ditetapkan berdasarkan periode 15 menit.
c. Kondisi Parkir
Pengaruh dari kendaraan yang parkir di atas lebar efektif jalan seringkali jauh lebih
besar daripada banyaknya ruang yang digunakan. Oleh karena itu dibutuhkan tempat
yang dapat menampung kendaraan tersebut jika tidak tersedia maka kapasitas jalan
tersebut akan berkurang.
Pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar, depan toko dan tepi jalan sangat
mengganggu aktivitas lalu lintas sehingga mengurangi kapasitas suatu ruas jalan.
Sedangkan tingkat pelayanan ditentukan dalam skala interval yang terdiri dari enam
tingkat, dapat dilihat pada tabel
Load Factor adalah nilai persentase yang diperoleh dari hasil perbandingan antara
jumlah penumpang dalam suatu kendaraan dengan tempat duduk (seat capacity). (Morlock,
1978). Dengan rumus :
C = Kapasitas kendaraan
Kolom 1&2
Load Factor
Weekda Weeken
y d
0.38 0.62
2 3
Sumber: Hasil Angkutan Umum
Dari hasil tabel perhitungan rata-rata faktor muatan (load factor) pada hari
weekday sebesar 0,38 dengan bobot 1 dan pada hari weekend sebesar 0,62 dengan
bobot 1.
Kolom 3
Rata-rata kecepatan perjalanan Nilai
angkot 1 angkot 2 rata2 (km/jam) Bobot
45km/jam 60 km/jam 48 3
Sumber: Hasil Angkutan Umum
Dari hasil tabel rata-rata kecepatan perjalanan (km/jam) adalah waktu yang
dibutuhkan untuk menempuh suatu trayek dari awal sampai akhir. Rata rata
kecepatan perjalanan angkutan umum sebesar 48km/jam.
Dari hasil tabel waktu antara/headway adalah interval waktu yang dibutuhkan
untuk mendapatkan angkutan berikutnya. Rata rata waktu antara angkutan umum
menghasilkan bobot sebesar 3.
Kolom 5
Rata-rata waktu perjalanan
Nilai
angkot angkot Bobot
rata2 (menit/km)
1 2
9.25 4.60 6.925 2
Sumber: Hasil Angkutan Umum
Dari hasil table rata-rata waktu perjalanan, adalah waktu yang dibutuhkan
untuk menempuh satu kilometer dari panjang trayek. Waktu perjalanan dari segmen
awal sampai segmen akhir, waktu yang dibutuhkan dalam melakukan perjalanan
termasuk waktu menurunkan dan menaikkan penumpang satuan yang digunakan
menit/km. Sehingga besaran waktu perjalanan diekspresikan sebagai berikut:
Kolom 6
Waktu Pelayanan Nilai Bobot
06.00 - 18.00 (12 jam) 1
Sumber: Hasil Angkutan Umum
Dari hasil table waktu pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan angkutan
untuk memberikan pelayanan kepada pengguna mulai dari awal hingga akhir
operasi. Waktu perjalanan angkutan umum di kabupaten pinrang mulai pukul 6 pagi
smpai dengan pukul 18.00 malam (12 jam )
Dari hasil tabel Frekwensi, adalah jumlah angkot yang beroperasi selama
waktu antara tertentu. Dalam perhitungan selanjutnya digunakan satuan
kendaraan/jam yang berarti jumlah angkot yang beroperasi melewati titik tertentu
selama satu jam. Perhitungan frekwensi/ritasi ini dapat dihitung dengan rumus :
Frekwensi = 60/Headway
Kolom 8
Jumlah Kendaraan
beroperasi (%) Rata-Rata Bobot
52 112 82 2
Sumber: Hasil Angkutan Umum
V = 2(RT + TT)/HD
Dimana:
V = Jumlah kendaraan
Dari hasil tabel rata-rata waktu tunggu penumpang adalah waktu tunggu rata-
rata yang dibutuhkan untuk mendapatkan Angkutan. Berdasarkan analisis waktu
tunggu penumpang yaitu sekitar 30 menit. Waktu tunggu ini adalah 1⁄2 dari waktu
antara (headway) atau interval waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan angkutan
dari Angkutan yang satu ke Angkutan berikutnya.
Dari hasil tabel awal dan akhir waktu pelayanan, adalah waktu perjalanan
rata-rata yang dibutuhkan Angkutan mulai dari awal hingga akhir operasi.
b. Terminal
Analisis Antrian
Perhitungan Tingkat efektivitas pelayanan terminal dilakukan pada 4 waktu
yaitu pagi dan sore pada hari kerja (weekdays) dan hari libur (weekend). Adapun
hasil survey lapangan analisis antrian pada Kabupaten sidenreng Rappang di
Terminal P. jene sebagai berikut:
Tabel 5.60 Kedatangan Moda Angkutan Hari Kerja Kabupaten Sidenreng Rappang
Weekday
Pukul 07.00-08.00 Pukul 16.00-17.00
N Wakt Jenis Waktu Pelayanan Jenis Waktu Pelayanan
Waktu
o u Moda (detik) Moda (detik)
1 7,08 Angkot 18 16,14 Angkot 24
2 7,13 Angkot 20 16,26 Angkot 18
Mobil Mobil
3 7,17 17 16,39 20
pribadi Pribadi
Mobil
4 7,25 20 16,45 Angkot 22
pribadi
5 7,28 Angkot 15 16,56 Angkot 23
Mobil
6 7,32 Angkot 20 16,58 20
Pribadi
7 7,36 Angkot 25
8 7,39 Angkot 18
9 7,42 Angkot 20
Mobil
10 7,45 23
pribadi
11 7,43 Angkot 17
12 7,50 Angkot 16
13 7,53 Angkot 19
Mobil
14 7,56 17
pribadi
Jumla
Jumlah 14 265 ( 18.93 ) 6 127 ( 21.17 )
h
Sumber : Survey Lapangan, 2023
= 0.80
= (14/1)^2 .
190.18 ( 190.18 - 14/1 )
= 0.005
= (14/1) .
190.18 (190.18 - 14/1)
= 0,0004
Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa kondisi disiplin antrian
sangat sepi sehingga tidak terjadi antrian kendaraan pada loket pelayanan tingkat
kedatangan moda angkutan.
1. Kedatangan Moda Angkutan Pukul 16.00 – 17.00 (Weekday)
Tingkat Kedatangan (λ) = 6 kendaraan/jam. Waktu pelayanan (Rata-Rata) =
20.33 detik/kendaraan, sehingga dapat ditentukan besarnya tingkat pelayanan (μ)
yaitu:
(μ) = 3600
21.17
= 170.05 kendaraan/Jam
= 6 / 170.05
= 0.035 < 1 (memenuhi syarat)
Perhitungan disiplin antrian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi
antrian yang terjadi berdasarkan hasil perhitungan antrian FIFO, yaitu:
• Jumlah rata-rata kendaraan didalam system:
= 6/1 .
(170.05-6/1)
= 0.036
= (6/1)^2 .
170.05 (170.05 - 6/1)
= 0.001
• Waktu menunggu rata-rata di dalam antrian
= (6/1) .
170.05 (170.05 - 6/1)
= 0.0002
Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa kondisi disiplin antrian
sangat sepi sehingga tidak terjadi antrian kendaraan pada loket pelayanan tingkat
kedatangan moda angkutan.
1. Kedatangan Moda Angkutan Pukul 07.00 – 08.00 (Weekend)
Dalam analisis antrian diperlukan data hasil survey lapangan terhadap
kedatangan moda angkutan di terminal pada Kabupaten Barru yaitu Terminal
Pakkae, berikut adalah tabel hasil survey lapangan Terminal Kabupaten Barru.
Tabel 5.61 Kedatangan Moda Angkutan Hari Libur Kabupaten Sidenreng Rappang
Weekend
Pukul 07.00-08.00 Pukul 16.00-17.00
Jenis Waktu Pelayanan Waktu Pelayanan
No Waktu Waktu Jenis Moda
Moda (detik) (detik)
1 7,03 Angkot 20 16,07 Angkot 21
2 7,06 Angkot 19 16,15 Angkot 20
3 7,10 Angkot 20 16,20 Angkot 22
Mobil Mobil
4 7,13 19 16,25 19
pribadi Pribadi
5 7,16 Angkot 20 16,30 Angkot 22
6 7,18 Angkot 19 16,34 Angkot 20
Mobil Mobil
7 7,24 20 16,39 19
pribadi Pribadi
8 7,27 Angkot 18 16,42 Angkot 21
Mobil
9 7,32 20 16,46 Angkot 19
pribadi
Mobil
10 7,34 21
pribadi
11 7,37 Angkot 19
12 7,40 Angkot 20
13 7,42 Angkot 19
Mobil
14 7,45 21
pribadi
15 7,47 Angkot 22
16 7,49 Angkot 19
17 7,51 Angkot 20
Mobil
18 7,53 19
pribadi
19 7,55 Angkot 23
Jumlah 19 358 (18.84) Jumlah 9 183 ( 20.33 )
Sumber : Survey Lapangan, 2023
= 0.110
= (19/1)^2 .
191.09 (191.09 - 19/1)
= 0.1010
• Waktu menunggu rata-rata di dalam antrian
= (19/1) .
191.09 (191.09 - 19/1)
= 0.0005
Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa kondisi disiplin antrian
sangat sepi sehingga tidak terjadi antrian kendaraan pada loket pelayanan tingkat
kedatangan moda angkutan.
= 9/1 .
( 177.08 -9/1)
= 0.053
= (9/1)^2 .
177.08 (177.08 - 11/1)
= 0.0028
• Waktu menunggu rata-rata di dalam antrian
= (9/1) .
177.08 (177.08 - 9/1)
= 0.0003
Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa kondisi disiplin antrian
sangat sepi sehingga tidak terjadi antrian kendaraan pada loket pelayanan tingkat
kedatangan moda angkutan.
Analisis Kinerja Terminal (CSI dan IPA)
a. Validitas Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data primer dengan
menyebarkan kuisioner secara acak di Terminal Pangkajene Kabupaten
Sidenreng Rappang. Adapun respon yang terkumpul sebanyak 30. Terdapat dua
analisis dalam kuisioner yaitu analisis kinerja dan harapan dengan masing-masing
pertanyaan yang berbeda untuk mengetahui kepuasan pelayanan terminal.
Dari tebel reabilitas tersebut, nilai koefisien alfa (cronbach’s alpha) adalah
0,721. Terdapat 38 pertanyaan dalam kuisioner dengan tingkat signifikasi 5%.
Reabilitas dari data ini mencukupi karena koefisien alfa ≥ 0,7.
b. Hasil Customer Satisfaction Index (CSI)
CSI merupakan metode analisis dalam mungukur tingkat kepuasan
konsumen/pengguna terhadap suatu produk atau jasa yang digunakan. Metode ini
terbagi dalam 5 tahap sebagai berikut:
Menentukan Mean Importance Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score
(MSS)
MIS adalah rata-rata kepentingan dan MSS adalah kepuasan setiap responden
dengan rumus :
n n
MSS =
∑ ❑ Xi MIS = ∑ ❑Yi
i=1 i=1
n n
Keterangan:
𝑌𝑖 = Nilai kepentingan atribut ke 𝑖
𝑋𝑖 = Nilai kepuasan ke 𝑖
𝑛 = Jumlah konsumen/responden
Tabel 5.62 Perhitungan MIS dan MSS
Indikator Kinerja Harapan
Aksesibilitas 0 0
Tarif
1,09 2,87
Terjangkau
Kapasitas 0 0
Keteraturan 0,69 3,43
Tepat Waktu 2,16 0
Keterpaduan 1,06 0
Keamanan 1,03 3,63
Kenyamanan 2,53 3,5
Jumlah 8,56 13,43
Sumber: Penulis 2023
Dari hasil perhitungan, diketahui nilai kinerja berjumlah 8,56 dan nilai
harapan berjumlah 13,43. Jika diamati, Indikator Aksesibilitas, Kapasitas, Tepat
Waktu dan Keterpaduan mendapatkan nilai 0. Hal ini disebabkan pada indikator
tersebut diperoleh non-valid.
Menghitung Weight Factor (WF)
WF merupakan bobot presentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS
seluruh atribut, dengan rumus:
MISi
p
𝑊𝐹 =
∑ ❑ MISi X 100%
t =1
Keterangan:
𝑀𝐼𝑆𝑖 = Nilai rata-rata kepentingan ke-𝑖
p
Dari tabel 5.63 dengan 8 indikator, diketahui nilai WF tertinggi adalah indikator
keamanan sebesar 27,03.
Menghitung Weight Score (WS)
WS merupakan bobot perkalian antara WF dengan rata-rata tingkat kepuasan
masing-masing atribut atau MSS dengan rumus:
𝐶𝑆 I =
∑ ❑ MIS X 100%
t =1
HS
Keterangan:
p
Faktor Penunjang
Klasifikasi Penggabungan
Tabel 5.69 Klasifikasi Penggabungan
Klasifikasi Potensial Skor Bobot Potensial Halte (Faktor Pendukung – Faktor
Halte Penghambat)
Tidak Berpotensial < 1,2
Cukup Berpotensial 1,2 – 1,4
Berpotensial 1,4 – 1,8
Sangat Berpotensial > 1,8
Gambar5. 24 Peta Penentuan Halte Kabupaten Sidrap
Sumber : Penulis 2023
Gambar 5.25 Peta Buffer Kawasan Perkantoran
Sumber : Penulis 2023
Gambar 5.26 Peta Buffer Kawasan Perdagangan Dan Jasa
Sumber : Penulis 2023
e. Pedestrian (Trotoar)
Istilah pejalan kaki atau pedestrian berasal dari bahasa Latin pedesterpedestris
yaitu orang yang berjalan kaki atau pejalan kaki. Pedestrian juga berasal dari kata pedos
bahasa Yunani yang berarti kaki sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan
kaki atau orang yang berjalan kaki Pedestrian merupakan jalur pejalan kaki yang
umumnya sejajar dengan sumbu jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan
untuk menjamin keselamatan pejalan kaki yang bersangkutan. Jalur pedestrian saat ini
dapat berupa trotoar, pavement, sidewalk, pathway, plaza dan mall. Di kabupaten sidrap
itu sendiri sudah memiliki fasilitas pendestrian.untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar
sebagai berikut:
Sumber : Hasil Survey Lapangan
BAB VI
PENUTUP
KESIMPULAN