Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN ANGKUTAN UMUM

LAPORAN PERMASALAHAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM


DI KOTA BANDUNG

MTJ 3.11

Disusun oleh :

1. Farid Nurhisyam ( 1902114 )


2. Ghaniy Nurfani ( 1902131 )
3. Gita Lanri Rahmahdany ( 1902133 )
4. Muhammad Aditya Bimantara Nugraha ( 1902231 )
5. Ni Wayan Nanda Devi Savitri ( 1902274 )
6. Petrus Chandra ( 1902285 )

D III MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN


POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA – STTD

2020/2021

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan suatu negara dengan pembangunan di berbagai bidang, terutama
di bidang transportasi serta zaman yang semakin bertambah modern mengakibatkan
peranan transportasi menjadi suatu hal yang paling penting. Perkembangan
pembangunan di bidang transportasi suatu negara mencerminkan majunya
pembangunan dan tingginya pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Hal ini
disebabkan oleh sifat dan karakter manusia yang cenderung aktif dan dinamis.
Seiring berkembangnya perekonomian di Kota Bandung maka harus diikuti
dengan pelayanan transportasi yang baik. Kota Bandung merupakan kota
metropolitan terbesar di provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi ibu kota provinsi
tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah Tenggara Jakarta, dan merupakan kota
terbesar di wilayah Pulau Jawa bagian selatan
Salah satu sarana transportasi yang mudah didapat adalah angkutan umum.
Angkutan umum merupakan salah satu media transportasi yang digunakan
masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif. Selain itu angkutan umum
juga dapat menggantikan angkutan tenaga manusia atau binatang dengan suatu mesin
yang didesain untuk melakukan fungsi yang sama. Angkutan umum sebagai bagian
sistem transportasi merupakan kebutuhan masyarakat untuk menunjang aktivitas
sehari-hari dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
kota pada umumnya.
Keberadaan angkutan umum sangat penting untuk mendukung mobilitas
masyarakat dan mengurangi kemacetan lalulintas karena mempunyai daya angkut
yang besar. Selain itu penggunaan angkutan umum yang baik dapat mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi. Hal tersebut tidak dapat terlaksana apabila tidak
ditangani secara baik dan benar.
Ada berbagai macam angkutan umum di Kota Bandung dan masing – masing
dari angkutan umum tersebut harus mampu memenuhi kepentingan pengguna jasa.
Seperti halnya angkutan kota yang beroperasi di Kota Bandung harus mampu
memenuhi kepentingan pengguna jasa. Jika pelayanan kepada pengguna jasa dapat
diberikan secara maksimal, maka dapat meningkatkan efisiensi pengoperasian dari
operator.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud dari penulisan laporan ini yaitu untuk mengetahui, menilai dan
mengevaluasi permasalahan manajemen angkutan umum di Kota Bandung.
2. Tujuan dari penulisan laporan ini adalah :
i. Untuk mengetahui permasalahan angkutan umum di Kota Bandung
ii. Untuk mengetahui karakteristik pelayanan angkutan umum di Kota
Bandung
iii. Untuk mengetahui permasalahan angkutan umum di Kota Bandung
berdasarkan manajemen operasional AU
iv. Untuk mengetahui permasalahan angkutan umum di Kota Bandung
berdasarkan manajemen pengawasan AU
v. Untuk mengetahui permasalahan angkutan umum di Kota Bandung
berdasarkan kinerja operasional AU

C. Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan dari laporan ini dibatasi yaitu pada wilayah Kota Bandung
yang mencakup :
1. Aspek manajemen operasi, pengawasan, dan kinerja angkutan umum yang ada di
Kota Bandung.
2. Difokuskan terhadap angkutan perkotaan di Kota Bandung trayek 03 dan 06
3. Melakukan analisa kinerja operasional angkutan perkotaan di kota Bandung

D. Definisi dan Pengertian


1. Angkutan adalah perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. (Pasal 1 PM 15 tahun 2019)
2. Pengertian manajemen transportasi adalah sebagai usaha dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan dengan penghasilan jasa angkutan oleh perusahaan
angkutan sedemikian rupa, sehingga dengan tarif yang berlaku dapat memenuhi
kepentingan umum.
Pada umumnya manajemen transportasi menurut Nasution (1996)
menghadapi tiga tugas utama :
- Menyusun rencana dan progam untuk mencapai tujuan dan misi organisasi
secara keseluruhan.

- Meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan.


- Dampak sosial dan tanggung jawab sosial dalam pengoperasikan angkutan
kota.
3. Dalam pengoperasian angkutan umum perkotaan beberapa permasalahan pokok
yang sering timbul diantaranya adalah: keinginan penumpang agar sarana yang
tersedia banyak, murah, cepat, aman, dan nyaman; keinginan operator agar
mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin tanpa memperhatikan keinginan
penumpang; keinginan pengemudi mendapatkan penumpang sebanyak-
banyaknya untuk upah tinggi dan setoran; ketidaksesuaian jumlah armada dan
kebutuhan pergerakan;dan ketidakdisiplinan pengemudi akan semakin
memberatkan permasalahan tersebut Tamin, 2005. 
4. Masalah umum manajemen lalu lintas adalah bagaimana mencapai optimalisasi
kapasitas angkutan. Kapasitas angkutan adalah kemampuan suatu alat angkut
untuk memindahkan muatan atau barang dari suatu tempat ke tempat tertentu.
Unsur-unsur kapasitas angkutan menurut Abbas Salim (1993) “terdiri dari berat
dan muatan, jarak yang ditempuh, waktu yang dibutuhkan”.
5. Kinerja adalah kemampuan atau potensi angkutan umum untuk melayani
kebutuhan pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang
maupun transportasi orang. Kinerja juga merupakan tingkat pencapaian atau hasil
kerja perusahaan dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus
dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu (Hazian, 2008).
6. Indikator kinerja operasional angkutan kota berdasarkan
(DepartemenPerhubungan, 2002) :
a) Jumlah Penumpang
Jumlah penumpang adalah rata-rata jumlah penumpang/armada/hari,
untukperiode harian umumnya jumlah penumpang mencapai puncaknya pada
pagidan siang hari.
JPA = JPH / JAB. Dimana:
JPA = Jumlah penumpang/armada/hari
JPH = Jumlah penumpang/hari
JAB = Jumlah armada yang beroperasi

b) Jarak Perjalanan
Jarak Perjalanan adalah jarak perjalanan yang dapat dilakukan oleh angkutan
umum yang ditempuh tiap armada/hari.
JP = JR/hr x Pr. Dimana:
JP = Jarak perjalanan
JR /hr = Jumlah rata-rata rit/armada/hari
Pr = Panjang rute (km)
c) Tingkat Konsumsi Bahan Bakar
Volume bahan bakar (liter) yang dipergunakan untuk menempuh perjalanan.
KBB = JBB / JP. Dimana:
KBB = Konsumsi bahan bakar (km/liter)
JBB = Jumlah bahan bakar (liter)
JP = Jarak perjalanan
d) Faktor Muatan (load factor)
Perbandingan antara jumlah penumpang yang diangkut dengan daya tamping
pada tiap segmen jalan sebagai load factor yang mewakili satu lintasan
jalan.Perhitungan load factor hanya berdasarkan pada penumpangyang naik
pada tiap segmen jalan.
LF = P/K x 100%. Dimana:
LF = Faktor muatan (load factor)
P = Jumlah penumpang yang diangkut pada tiap segmen jalan
K = Kapasitas atau banyaknya tempat duduk yang diijinkan
7. Operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan sebagai pedoman untuk
melakukan suatu kegiatan ataupun pekerjaan
8. Kinerja operasional AU adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan manajerial yang
dibawakan dalam pemilihan, perancangan, pembaharuan, pengoperasian dan
pengawasan angkutan umum
9. Kualitas pelayanan Angkutan Kota meliputi beberapa indikator seperti :
a) Headway
Headway merupakan rata-rata waktu kedatangan dari dua kendaraanangkutan
kota yang merupakan interval waktu antara saat dimana bagiandepan suatu
kendaraan melewati suatu titik pengamatan sampai bagian depankendaraan
berikutnya melewati titik pengamatan yang sama.

b) Waktu Tunggu
Waktu tunggu adalah jumlah waktu rata-rata dan maksimum penumpang saat
menunggu angkutan umum. Dalam mengestimasi waktu tunggu
diasumsikanbahwa kedatangan angkutan umum bersifat acak dan tidak
berdasarkanjadwal yang jelas, sehingga rata-rata waktu tunggu yang
diperlukan penggunaangkutan umum diasumsikan sama dengan setengah
headway.
WT = 0,5 x H, Dimana :
WT = Waktu tunggu (menit)
H = Headway (menit)
c) Waktu Perjalanan
Waktu perjalanan yaitu waktu maksimum yang diperlukan dalam
melakukanperjalanan, termasuk dalam waktu perjalanan ini adalah waktu
tunggu waktuberjalan menuju pemberhentian angkutan serta waktu selama
bergerak.
WP = Wt – Wb. Dimana :
WP = Waktu perjalanan
Wt = Waktu tiba
Wb = Waktu berangkat
d) Kecepatan
Kecepatan adalah kecepatan rata-rata yang ditempuh angkutan umum dalam
km/jam. Diperoleh dari pencatatan waktu saat kendaraan berangkat dan
kembali lagi ke tempat asal dari perjalanan.
V = JP / WP. Dimana:
V = Kecepatan rata-rata (km/jam)
JP = Jarak perjalanan (km)
WP = Waktu perjalanan (jam)

BAB II
DATA DAN FAKTA PERMASALAHAN MANAJEMEN ANGKUTAN UMUM
A. Penyelenggaraan Angkutan Umum
Dasar hukum penyelenggaraan angkutan penumpang umum antara lain :
- UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan
- PP No 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 1993
Nomor 59 dan tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3527)
- Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 68 Tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum
- Keputusan Direktur jendral Perhubungan Darat No 274/HK.105/DRJD/96
tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di
Wilayah Perkotaan dalam Trayek Tetap dan Teratur

Penyelenggaraan angkutan umum penumpang di wilayah perkotaan dalam trayek


tetap dan teratur adalah salah satu cara penyelenggaraan angkutan untuk
memindahkan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan mobil bus
umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur
dengan dipungut bayaran.
Penyelenggaraan angkutan kota harus menyangkut tiga sudut pandang yaitu
pengguna jasa (penumpang), operator, dan regulator (pemerintah). Pengguna jasa
menginginkan tingkat aksesibilitas yang tinggi, waktu tunggu rendah dan tarif yang
sesuai dengan kemampuan masyarakat. Sedangkan operator menginginkan
keuntungan yang besar dari pengoperasian angkutan, sementara pemerintah
menginginkan angkutan kota yang mampu melayani permintaan masyarakat Kota
Bandung.
Berdasarkan dari hal tersebut, perlu dilakukan suatu kajian untuk mengetahui
kinerja operasional angkutan kota di Kota Bandung. Di Kota Bandung terdapat 39
trayek angkutan kota yang sesuai dengan SK trayek tetapi pada kondisi di lapangan
hanya 38 trayek yang beroperasi. Berikut ini merupakan trayek angkutan kota yang
beroperasi di Kota Bandung.

a. Hasil dan Data Angkutan Umum di Kota Bandung


NO NO TRAYEK RUTE TRAYEK KETERANGA
N
1 01A ABDUL MUIS - CICAHEUM VIA BINONG BEROPERASI

2 01B ABDUL MUIS - CICAHEUM VIA ACEH BEROPERASI

3 02 ABDUL MUIS - DAGO BEROPERASI

4 03 ABDUL MUIS - LEDENG BEROPERASI

5 04 ABDUL MUIS - ELANG BEROPERASI

6 05 CICAHEUM - LEDENG BEROPERASI

7 06 CICAHEUM - CIROYOM BEROPERASI

8 07 CICAHEUM - CIWASTRA - DERWATI BEROPERASI

9 08 CICAHEUM - CIBADUYUT BEROPERASI

10 09 ST. HALL - DAGO BEROPERASI

11 10 ST. SERANG - CIROYOM BEROPERASI

12 11A ST. HALL - CIUMBULEUIT VIA EYEKMAN BEROPERASI

13 11B ST. HALL - CIUMBULEUIT VIA CIHAMPELAS BEROPERASI

14 12 ST. HALL - GEDE BAGE BEROPERASI

15 13 ST. HALL - SARIJADI BEROPERASI

16 14 ST. HALL - GUNUNG BATU BEROPERASI

17 15 MARGAHAYU RAYA - LEDENG BEROPERASI

18 16 DAGO - RIUNG BANDUNG BEROPERASI

19 17 PASAR INDUK CARINGIN - DAGO BEROPERASI

20 18 PANGHEGAR PERMAI - DIPATI UKUR BEROPERASI

21 19 CIROYOM - SARIJADI VIA SUKAJADI BEROPERASI

22 20 CIROYOM - SARIJADI VIA SETRASARI MALL BEROPERASI

23 21 CIROYOM - BUMI ASRI BEROPERASI

24 22 CIROYOM - CIKUDAPATEH BEROPERASI

25 23 SEDERHANA - CIPAGALO BEROPERASI

26 24 SEDERHANA - CIJERAH BEROPERASI

27 25 SEDERHANA - CIMINDI BEROPERASI

28 26 CIWASTRA - UJUNG BERUNG BEROPERASI

29 27 CISITU - TEGALLEGA BEROPERASI

30 28 CIJERAH - CIWASTRA - DERWATI BEROPERASI


31 29 ELANG - GEDEBAGE - UJUNG BERUNG BEROPERASI

32 30 ABDUL MUIS - MENGGER BEROPERASI

33 31 CICADAS - ELANG BEROPERASI

34 32 ANTAPANI - CIROYOM BEROPERASI

35 33 CICADAS - CIBIRU - PANYILEUKAN BEROPERASI

36 34 BUMI PANYILEUKAN - SEKEMIRUNG BEROPERASI


37 35 SADANGSERANG - CARINGIN BEROPERASI
38 36 CIBADUYUT - KARANG SETRA BEROPERASI
1. Angkutan Perkotaan yang beroperasi di Kota Bandung

2. Perankingan Operasional Angkutan Umum di Kota Bandung


LOAD TINGKAT FREKUENS WAKTU
K RUTE TRAYEK NILAI NILAI HEADWAY NILAI NILAI NILAI TO
FAKTOR OPERASI I TUNGGU
ABDUL MUIS - CICAHEUM VIA BINONG 41% 0 34% 0 5 0 12 0 3 0
ABDUL MUIS - CICAHEUM VIA ACEH 40% 0 43% 0 5 0 12 0 2 0
ABDUL MUIS – DAGO 50% 0 78% 0 4 0 15 0 2 0
ABDUL MUIS – LEDENG 30% 0 48% 0 23 1 3 9 12 1
ABDUL MUIS – ELANG 51% 0 72% 0 5 0 12 0 3 0
CICAHEUM – LEDENG 45% 0 33% 0 4 0 15 0 2 0
CICAHEUM – CIROYOM 33% 0 95% 0 7 0 10 2 4 0
CICAHEUM - CIWASTRA - DERWATI 49% 0 35% 0 5 0 12 0 3 0
CICAHEUM – CIBADUYUT 53% 0 55% 0 5 0 12 0 3 0
ST. HALL – DAGO 63% 0 63% 0 4 0 15 0 3 0
ST. SERANG – CIROYOM 52% 0 57% 0 5 0 12 0 2 0
ST. HALL - CIUMBULEUIT VIA EYEKMAN 50% 0 57% 0 4 0 15 0 3 0
ST. HALL - CIUMBULEUIT VIA CIHAMPELAS 55% 0 73% 0 5 0 12 0 3 0
ST. HALL - GEDE BAGE 44% 0 47% 0 5 0 12 0 2 0
ST. HALL – SARIJADI 43% 0 68% 0 4 0 15 0 3 0
ST. HALL - GUNUNG BATU 55% 0 60% 0 4 0 15 0 3 0
MARGAHAYU RAYA - LEDENG 45% 0 60% 0 5 0 12 0 2 0
DAGO - RIUNG BANDUNG 43% 0 65% 0 5 0 12 0 3 0
PASAR INDUK CARINGIN - DAGO 46% 0 57% 0 5 0 12 0 3 0
PANGHEGAR PERMAI - DIPATI UKUR 47% 0 71% 0 4 0 15 0 3 0
CIROYOM - SARIJADI VIA SUKAJADI 49% 0 60% 0 5 0 12 0 3 0
CIROYOM - SARIJADI VIA SETRASARI MALL 54% 0 74% 0 5 0 12 0 2 0
CIROYOM - BUMI ASRI 49% 0 51% 0 4 0 15 0 2 0
CIROYOM – CIKUDAPATEH 57% 0 45% 0 5 0 12 0 3 0
SEDERHANA – CIPAGALO 46% 0 73% 0 4 0 15 0 3 0
SEDERHANA – CIJERAH 52% 0 58% 0 5 0 12 0 3 0
SEDERHANA – CIMINDI 40% 0 84% 0 4 0 15 0 3 0
CIWASTRA - UJUNG BERUNG 43% 0 68% 0 5 0 12 0 2 0
CISITU – TEGALLEGA 40% 0 58% 0 5 0 12 0 3 0
CIJERAH - CIWASTRA - DERWATI 41% 0 72% 0 4 0 15 0 3 0
ELANG - GEDEBAGE - UJUNG BERUNG 45% 0 76% 0 5 0 12 0 2 0
ABDUL MUIS – MENGGER 40% 0 52% 0 5 0 12 0 3 0
CICADAS – ELANG 46% 0 46% 0 4 0 15 0 2 0
ANTAPANI – CIROYOM 59% 0 44% 0 5 0 12 0 2 0
CICADAS - CIBIRU - PANYILEUKAN 40% 0 67% 0 5 0 12 0 3 0
BUMI PANYILEUKAN - SEKEMIRUNG 56% 0 45% 0 5 0 12 0 3 0
SADANGSERANG - CARINGIN 45% 0 40% 0 5 0 12 0 3 0
CIBADUYUT - KARANG SETRA 48% 0 94% 0 4 0 15 0 3 0
Pada kondisi eksisting angkutan kota di Kota Bandung telah dilaksanakan survei
terhadap seluruh trayek angkutan kota yang beroperasi. Dari survei yang telah
dilaksanakan terdapat beberapa permasalahan, yaitu pada trayek 03 dan 06 seperti, load
faktor yang rendah pada waktu peak trayek 03 adalah 35% trayek 06 adalah 38%, pada
waktu offpeak untuk trayek 03 adalah 25% dan untuk trayek 06 adalah 28%, frekuensi
rata-rata kendaraan perjam yang rendah untuk trayek 03 adalah 3 kendaran perjam, dan
waktu antar kendaraan (headway) yang tinggi sampai 23 menit untuk trayek 03.
Melihat permasalahan kondisi pelayanan angkutan kota di Kota Bandung,
pengkajian terhadap kinerja operasional angkutan perlu dilakukan. Berikut adalah profil
trayek 03 dan 06 yang akan dianalisis :
a. Trayek 03 (Abdul Muis - Ledeng).
Trayek 03 ini memiliki rute titik awal perjalanan dari terminal Abdul Muis dan titik
akhir terminal Ledeng.

Berikut merupakan data dari Trayek 03 :

 Kode trayek 03

 Tipe kendaraan : MPU

 Rute trayek : Abdul Muis - Ledeng

 Jam operasional : 06.00-18.00

 Kapasitas : 12 orang

 Kepemilikan : Koperasi KOBANTER

 Jumlah armada sesuai SK : 42 armada

 Jumlah armada beroperasi : 20 armada

 Umur rata-rata armada : 10 tahun

 Panjang rute : 13 km

 Prosedur pemberangkatan : Tidak teratur dan terjadwal

 Tarif umum : Rp. 6000

 Pejabat pemberi izin : Dinas Perhubungan


b. Trayek 06 (Cicaheum - Ciroyom)
Trayek 06 ini memiliki rute titik awal perjalanan dari terminal Cicaheum dan titik
akhir terminal Ciroyom.
Berikut merupakan data dari Trayek 06 :
 Kode trayek : 06
 Tipe kendaraan : MPU
 Rute trayek : Cicaheum - Ciroyom
 Jam operasional : 06.00-18.00
 Kapasitas : 12 orang
 Kepemilikan : Koperasi KOBANTER
 Jumlah armada sesuai SK : 40 armada
 Jumlah armada beroperasi : 38 armada
 Umur rata-rata armada : 10 tahun
 Panjang rute : 12 km
 Prosedur pemberangkatan : Tidak teratur dan terjadwal
 Tarif umum : Rp 6.000
 Pejabat pemberi izin : Dinas Perhubungan

Pengkajian ini dilakukan sebagai dasar pertimbangan guna perbaikan dari kinerja
operasional angkutan kota di Kota Bandung, demi terciptanya kelancaran, ketertiban,
keamanan dalam pelayanan. Selain itu juga sebagai bahan pertimbangan operator dalam
pengoperasian angkutan kota, apakah dalam pengoperasiannya operator mendapat
keuntungan atau kerugian.

B. Karakteristik Pelayanan Angkutan Umum


Pada dasarnya sistem transportasi perkotaan terdiri dari sistem angkutan
penumpang dan sistem angkutan barang. Selanjutnya sistem angkutan penumpang
sendiri bisa dikelompokkan menurut penggunaannya dan cara pengoperasiannya
(Vuchiv, 2008), yaitu :
a. Angkutan pribadi, yaitu angkutan yang memiliki dan dioperasikan oleh dan
untuk kepentingan pribadi pemilik dengan menggunakan prasarana baik pribadi
maupun prasarana umum.
b. Angkutan umum, yaitu angkutan yang dimiliki oleh operator yang bisa
digunakan untuk umum dengan persyaratan tertentu. Dalam sistem
pemakaiannya angkutan umum memiliki 2 sistem, yaitu :
- Sistem sewa, yaitu kendaraan bisa dioperasikan baik operator maupun
penyewa. Dalam hal ini tidak ada rute dan jadwal tertentu yang harus
diikuti oleh pemakai. Contohnya: jenis angkutan taxi
- Sistem penggunaan bersama, yaitu kendaraan dioperasikan oleh operator
dengan rute dan jadwal yang tetap. Sistem ini dikenal sebagai sistem
penggunaan bersama (transit system)

1. Jenis Pelayanan Angkutan Orang dengan Kendaaan Bermotor Umum dalam Trayek
di Kota Bandung yaitu Angkutan Perkotaan. Termasuk ke dalam trayek tetap dan
teratur, dimana merupakan pelayanan angkutan yang dilakukan dalam jaringan
trayek secara tetap dan teratur dengan jadwal tetap atau tidak berjadwal untuk
pelayanan angkutan orang.
2. Jenis Transit paada trayek 03 dan trayek 06 yaitu :
Jadwal yang pasti dan kendaraan dapat berhenti (menaikkan atau menurunkan
penumpang) di sepanjang rutenya. Contohnya: angkutan kota

3. Karakteristik Operasional Angkutan Umum.


Kondisi Eksisting Kinerja Operasional Angkutan Kota Di Kota Bandung Trayek 03
dan trayek 06. Dari survei yang telah dilakukan, maka didapat data-data yang
nantinya digunakan untuk menganalisa data dengan menggunakan pedoman yang
ada. Dalam hal ini penulis membandingkan antara jumlah kendaraan yang
diizinkan, kendaraan yang beroperasi dilapangan, dan kendaraan yang sebenarnya
dibutuhkan untuk melayani pengguna jasa yang ada di Kota Bandung.
a) Tingkat Operasi Kendaraan
Jumlah kendaraan yang diizinkan dengan jumlah kendaraan yang beroperasi di
lapangan.
b) Frekuensi Pelayanan
c) Headway
d) Waktu Tunggu Kendaraan
e) Faktor Muat
Tujuannya untuk mengetahui rata-rata jumlah penumpang yang diangkut pada
masing-masing rute tersebut sesuai dengan permintaan.
f) Waktu Perjalanan
g) Jumlah Penumpang Per Hari

BAB III
PEMBAHASAN PERMASALAHAN MANAJEMEN ANGKUTAN UMUM

A. Manajemen Operasi Angkutan Umum


Permasalahan utama di Kota Bandung yaitu Kemacetan. Kemacetan ini terjadi
umumnya karena masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi daripada angkutan
umum. Hal ini bermaksud bahwa kinerja operasional angkutan umum di Kota
Bandung masih buruk sehingga masalah kemacetan belum dapat terurai. Masalah
yang sering dirasakan oleh pengguna angkutan umumnya yaitu waktu menunggu
kendaraan yang begitu lama dan frekuensi kendaraan yang rendah. Penggunaan
kendaraan pribadi sebagai moda transportasi utama warga tak terlepas dari kebutuhan
ketepatan waktu dan kepastian saat di perjalanan. Dua alasan ini pula yang
mendorong orang untuk menggunakan angkutan online. Sebab, angkutan online
menawarkan kepastian.
Pola trayek angkutan umum Kota Bandung masih mengikuti pola dari terminal
ke terminal. Sistem ini tidak memerhatikan jaringan trayek yang terbentuk di Kota
Bandung, angkutan umum menumpuk antara satu trayek dengan trayek lain yang
menyebabkan banyak trayek yang berhimpitan sehingga, pembebanan lalu lintas
tidak merata. Kota Bandung juga banyak yang menerapkan sistem satu arah (one
way) yang membuat penataan trayek agak sulit. Pola ini mengakibatkan trayek
angkutan umum tidak efisien. Pola trayek angkutan umum seharusnya mengikuti
permintaan (demand) penumpang. Salah satu yang dihasilkan adalah usulan
perubahan sistem trayek angkutan umum perkotaan dengan pusat transit di perkotaan
yang didukung 21 koridor bus. Sistem ini dibuat untuk mengakomodasi permintaan
perjalanan warga Bandung dan sistem jalan satu arah yang terdapat di Kota Bandung.
Pusat transit di tengah kota berfungsi untuk mendukung proses transfer pengguna
angkutan umum sehingga sistem angkutan umum lebih efisien.
Pengelolaan angkot memiliki banyak masalah, meliputi turunnya penumpang,
perlengkapan kendaraan yang tidak lengkap, pelayanannya buruk, model bisnis
tradisional (setoran), tidak mematuhi aturan yang berlaku, tingkat kerentanan
terhadap keamanan penumpang yang tinggi, dan trayek yang berubah-ubah.

B. Manajemen Pengawasan Angkutan Umum


Menurut Dinas Perhubungan, dalam praktik dilapangan pengawasan izin trayek
belum berjalan secara optimal baik itu dari sisi sistem maupun manajemennya.
Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari Satlantas, biasanya angkutan kota
sering melewati jalur-jalur alternatif atau jalan-jalan tikus. Berdasarkan hasil yang
didapat, Dinas Perhubungan memiliki lingkup pengawasan yang lebih luas jika
dibandingkan dengan stakeholder lainnya. Oleh karena itu dalam praktik dilapangan
pengawasan dari Dinas Perhubungan belum berjalan secara maksimal. Adanya
keterbatasan sumberdaya seperti manusia dan keuangan, menjadi alasan bahwa
pengawasan belum berjalan dengan optimal. Sedangkan bagi Satlantas, lingkup
pengawasan mereka lebih sempit dibandingkan dengan Dinas Perhubungan.
Intensitas waktu mereka dalam mengawasi angkutan kota pun terbilang lebih sering
Jika dibandingkan dengan Dinas Perhubungan, maka pengemudi angkutan kota
cenderung lebih patuh terhadap polisi lalu lintas. Disisi lain, partisipasi masyarakat
dalam melakukan pengawasan angkutan kota juga masih rendah. Mereka lebih
bersikap apatis atau tidak peduli terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh
pengemudi angkutan kota. Kemudian, informasi terkait dengan angkutan kota dan
profesionalitas dari pengemudi angkutan kota juga masih kurang, sehingga perlu
adanya peningkatan pengawasan. Pengawasan Concurrent Pengawasan yang
dilakukan oleh Dinas Perhubungan belum berjalan secara optimal dan maksimal.
Pengawasan Dinas Perhubungan dinilai masih lemah karena dari pihak Dinas
Perhubungan sendiri belum mampu menjalankan ketentuan yang berlaku sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Dinas Perhubungan tidak secara intensif atau
rutin melakukan pengawasan langsung ke lapangan, sehingga sering terjadi
pelanggaran yang dilakukan oleh angkutan kota seperti pelanggaran izin trayek.
Tidak sedikit pula angkutan kota di Bandung yang jarang melakukan uji KIR dan
menyalahi aturan kelaikan kendaraan. Sedangkan pengawasan yang dilakukan oleh
Satlantas sudah cukup berjalan secara optimal.
belum seluruhnya ikut berpartisipasi dalam memberikan pengawasan pada
angkutan kota. Mereka jarang menegur atau melaporkan pengemudi angkutan kota
yang melakukan penyimpangan dan pelanggaran. Adapula kendala yang dihadapi
oleh stakeholder pengawas sehingga mengakibatkan pengawasan belum berjalan
maksimal yaitu:
1. Keterbatasan sumberdaya baik itu sumberdaya manusia maupun keuangan.
2. Kurangnya kesadaran atau kedisiplinan para pelaku usaha angkutan kota
maupun pengemudi angkutan kota dalam mematuhi aturan yang berlaku.
3. Pengetahuan masyarakat yang kurang, terkait dengan sarana atau media
yang dapat digunakan untuk menyampaikan keluhan dan saran.
4. Belum terdapat sistem serta manajemen yang dapat membantu untuk
melakukan pengawasan.
Tingkat partisipasi dari masyarakat juga masih kurang, dan hal tersebut menjadi
faktor lemahnya pengawasan karena tidak adanya masukan kepada Dinas
Perhubungan sehingga Dinas Perhubungan sendiri tidak dapat melakukan evaluasi
secara baik.

C. Kinerja Operasional Angkutan Umum


Untuk kinerja operasional, kami memakai sampel beberapa trayek saja yaitu trayek
03 dan trayek 06.

1. Tingkat Operasi Kendaraan


Jumlah kendaraan yang diizinkan tidak sesuai dengan jumlah kendaraan yang
beroperasi di lapangan, hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan dari
pemerintah. Untuk lebih jelasnya tingkat operasi kendaraan dapat dilihat pada
tabel berikut :

KODE JUMLAH ARMADA TINGK STANDAR SPM LLAJ (>70%)


TRAYEK IZIN OPERASI OPERASI AT
03 42 20 48% TIDAK MEMENUHI

06 40 38 95% MEMENUHI

Sumber : Hasil Analisis Tim PKL Kota Bandung Tahun, 2018

Dari Tabel V.1 dapat disimpulkan bahwa dari dua trayek yang menjadi
kajian terdapat satu trayek yang mempunyai tingkat operasi yang sesuai dari
standar yang telah ditetapkan yaitu 70% adalah trayek 06 sebesar 95%,
sedangkan untuk tingkat operasi terendah adalah trayek 03 sebesar 48%.

2. Frekuensi Pelayanan

KODE KENDARAAN FREKUENSI RATA - RATA

TRAYEK OPERASI PEAK OFFPEAK


03 20 4 2 3
06 38 12 7 10

Sumber : Hasil Analisis Tim PKL Kota BandungTahun, 2018

Dari Tabel dapat dilihat frekuensi pada kondisi eksisting dimana jumlah
kendaraan yang lewat setiap jam rata – rata untuk trayek 03 sebanyak 3
kendaraan dan untuk trayek 06 sebanyak 10 kendaraan. Standar frekunsi
kendaran sendiri harus memenuhi yaitu 12 kendaraan per jam pada waktu peak
dan 6 kendaraan pada waktu offpeak. Untuk trayek 03 belum memenuhi
standar sedangkan untuk trayek 06 telah memenuhi standar.

KODE KENDARAA HEADWAY STANDA STANDA KETERANG KETERANG


TRAYE N OPERASI RAT R SPM R SPM AN PEAK AN
K PEAK OFFPEA A- OFFPEAK
LLAJ LLAJ
K RAT PEAK OFFPEA
(menit) K
A (menit)
03 20 15 30 23 10 20 MEMENUHI MEMENUHI
06 38 5 9 7 10 20 TIDAK TIDAK
MEMENUHI MEMENUHI
3. Headway
Sumber : Hasil Analisis Tim PKL Kota Bandung Tahun, 2018
Dari Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat satu trayek bermasalah
karena headway melebihi standard yaitu trayek 03.Sedangkan untuk trayek 06
memiliki headway dibawah standar yang berarti semakin baik apabila dilihat dari segi
pengguna jasa.

4. Waktu Tunggu Kendaraan


KODE WAKTU STANDAR STANDAR KETERANGAN KETERANGAN
TRAYEK TUNGGU SPM LLAJ SPM LLAJ PEAK OFFPEAK
KENDARAAN (menit) PEAK OFFPEAK
OPERASI PEAK OFFPEAK (menit) (menit)
TIDAK MEMENUHI
03 20 8 15 7 15 MEMENUHI
06 38 3 5 7 15 MEMENUHI MEMENUHI
Sumber : Hasil Analisis Tim PKL Kota Bandung Tahun, 2018
Dari Tabel V.4 dapat disimpulkan bahwa pada trayek 03 bermasalah karena
waktu tunggu pada peak terlalu lama melebihi standar. Sedangkan untuk trayek 06
memiliki waktu tunggu dibawah standar yang berarti semakin baik apabila dilihat dari
segi pengguna jasa.
5. Load Factor
Tujuan dari pengolahan data faktor muat rata-rata adalah untuk
mengetahui rata-rata jumlah penumpang yang diangkut pada masing-masing
rute tersebut sesuai dengan permintaan.
KODE KAPASITAS LOAD FAKTOR RATA - STANDAR SPM
TRAYEK PEAK OFFPEAK RATA LLAJ (>70%)
TIDAK
03 12 35% 25% 30% MEMENUHI
TIDAK
06 12 38% 28% 33% MEMENUHI
Sumber : Hasil Analisis Tim PKL Kota Bandung Tahun, 2018

Dari Tabel V.5 dapat disimpulkan bahwa seluruh trayek tidak memenuhi
kriteria standar. Hal ini disebabkan karena rendahnya demand masyarakat dalam
menggunakan angkutan umum. Selain itu juga terdapat penyedia jasa lain yang
menjadi pesaing dalam memberikan pelayanan.
KODE PANJANG LAY KECEPATAN
WAKTU
TRAYEK TRAYEK OVER (km/jam)
PERJALANAN
(KM) TIME
(menit)
(menit)
03 13 68 10 11,4
06 12 42 8 17,2
6. Waktu Perjalanan
Sumber : Hasil Analisis Tim PKL Kota Bandung Tahun, 2018
Dari Tabel V.6 dapat diketahui panjang trayek dari angkutan kota trayek 03
adalah 13 km untuk trayek 06 adalah 12 km, waktu perjalanan atau travel time 68
menit untuk trayek 03 sedangkan trayek 06 adalah 42 menit, lay over time untuk
trayek 03 adalah 10 menit untuk trayek 06 adalah 8 menit, sedangkan untuk kecepatan
perjalanan trayek 03 adalah 11,4 km perjam dan untuk trayek 06 adalah 17,2 km
perjam.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil data yang didapat, diketahui kesimpulan yang diperoleh dari hasil
analisis kinerja operasional angkutan umum di Kota Bandung adalah sebagai
berikut :
1. Penyelenggaraan angkutan umum dilihat dari manajemen operasional
angkutan umum, manajemen pengawasan angkutan umum, dan kinerja
operasional angkutan umum masih dikatakan buruk. Karena angkutan
umum masih belum bisa diterima menjadi moda yang pilihan utama untuk
masyarakat.
2. Pada kondisi eksisting dari angkutan kota, diketahui tingkat operasi
kendaraan untuk trayek 03 adalah 48% dan untuk trayek 06 adalah 95%,
Frekuensi rata-rata kendaraan perjam untuk trayek 03 adalah 3 kendaraan
dan untuk trayek 06 adalah 10 kendraan, headway rata-rata dari trayek 03
adalah 23 menit dan untuk trayek 06 adalah 7 menit, dan untuk faktor muat
rata-rata trayek 03 adalah 30% dan untuk trayek 06 adalah 33%.
3. Untuk peningkatan penyelenggaraan angkutan umum perlu dilakukan
pembaruan data untuk perencanaan angkutan umum yang lebih sesuai
dengan kondisi masyarakat. Perlunya penjadwalan ulang agar headway dan
frekuensi kendaraan angkutan umum agar lebih sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan masyarakat dan tidak merugikan operator.
4. Peran pemerintah sangatlah penting dalam menentukan kebijakan untuk
berjalanya operasional kendaraan yang baik serta system yang di-reset dan
diatur Kembali dengan efektif dan efisiens.

B. Saran
Setelah melakukan analisa dari permasalahan yang ada di Kota Bandung,
maka ada beberapa saran yang diberikan agar dapat membantu pihak terkait dalam
pelaksanaan operasional angkutan umum. Berikut adalah beberapa saran yang
diberikan :

1. Dalam upaya meningkatkan kinerja operasional angkutan umum, strategi-


strategi yang dapat dilakukan adalah penyesuaian jumlah kendaraan yang
sesuai dengan kebutuhan.
2. Dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengguna jasa maka
diperlukan adalanya penyusunan jadwal operasi yang tetap dan teratur
sesuai dengan jumlah armada yang sudah dirasionalisasi.
3. Dalam upaya meningkatkan aksebilitas serta keefisienan angkutan umum,
maka perlu mengatur ulang rute dan tempat henti yang sesuai dengan
kondisi dan supaya tidak terjadi trayek yang berhimpitan.

Anda mungkin juga menyukai