Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Aditya Bimantara Nugraha

Notar : 1902231

Kelas : MTJ 3.11

Video 1 (Buruh blokade jalan daan mogot Tangerang)

Dari video tersebut dapat dilihat bahwa inti masalah yang menjadikan massa buruh
yang terdiri dari berbagai kofederasi dan serikat menggelar aksi unjuk rasa tersebut ialah
karena disahkannya UU Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020 oleh Presiden Jokowi pada
tanggal 2 November 2020.

Beberapa poin yang menyebabkan massa buruh melakukan unjuk rasa menentang
disahkannya UU Cipta Kerja No 11 Tahun 2020 adalah sebagai berikut:

1. Waktu kerja eksploitatif


Dalam UU Cipta Kerja, batasan maksimal jam lembur dari tiga jam dalam sehari
dan 14 jam dalam sepekan, menjadi empat jam dalam sehari dan 18 jam dalam
seminggu. Selain akan berakibat pada kesehatan buruh, besaran upah lembur yang
diterima juga tidak akan sebanding. Mengingat, upah minimum yang menjadi dasar
penghitungan upah lembur didasarkan pada mekanisme pasar berdasarkan PP Nomor
78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.
2. Rentan alami PHK
Salah satu alasannya yakni pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan atau
cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah
melampaui batas 12 bulan. Sementara itu, pasal 172 UU Ketenagakerjaan menyatakan
buruh berhak atas dua kali pesangon jika mengalami PHK karena sakit
berkepanjangan melebihi 12 bulan. Namun, ketentuan ini dihapus melalui UU Cipta
Kerja.
3. Berkurangnya hak cuti dan istirahat
Dalam UU Cipta Kerja, istirahat bagi pekerja hanya diperoleh sekali dalam
sepekan. Dengan demikian, pengusaha tidak mempunyai kewajiban untuk
memberikan waktu istirahat selama dua hari kepada pekerja yang telah bekerja selama
lima hari dalam sepekan.
Apalagi, dalam UU Cipta Kerja juga buruh dapat dikenakan wajib lembur. Selain
itu, UU Cipta Kerja juga menghilangkan hak cuti panjang selama dua bulan bagi
buruh yang telah bekerja minimal selama enam tahun.
Bagi buruh, UU Cipta Kerja bukan hanya sekedar eksploitasi terhadap buruh, tetapi
eksploitasi terhadap mahluk hidup dan sumber daya alam (SDA) Indonesia, ancaman bagi
pelajar/mahasiswa yang akan masuk dunia kerja serta rakyat Indonesia di seluruh sektor dan
golongan. Omnibus Law RUU Cipta Kerja hanya akan membuat posisi buruh semakin rentan
dalam mendapatkan perlindungan dan kepastian kerja, waktu kerja, kesehatan dan
keselamatan kerja (K3), upah yang layak untuk kehidupan serta mendapatkan jaminan sosial
yang layak.

Maka atas hal-hal tersebut, Aliansi Gerakan Masyaraka Menolak Omnibus Law
(GERAM) Karawang menegaskan pembahasan materi yang terdapat pada Omnibus Law
RUU.

Menurut saya, solusi alternatif yang dapat diberikan terkait masalah UU Cipta Kerja ini
adalah dengan pemerintah dapat mengkaji ulang tiap pasal yang terdapat pada UU Cipta
Kerja tersebut dengan memperhatikan masukan dan tanggapan rakyat, Selanjutnya
pemerintah dapat membentuk tim kerja sama yang bertugas merumuskan masukan dari
kofederasi buruh tersebut agar mendapatkantitik temu yang dapat diterima oleh semua pihak.

Video 2 (Adu Jotos Demo Awak Bus Tolak Pemindahan Terminal)

Dari video tersebut diketahui masalah timbul akibat ditutupnya kawasan terinal terboyo
menjelang pembangunan pengalihfungsian terminal angkutan barang.
Demonstrasi dilakukan oleh sopir dan awak bus AKAP sebagai bentuk protes atas
pemindahan operasi dari terminal Terboyo ke Terminal Mangkang. Para sopir dan awak bus
AKAP juga merasa tidak terima dengan beberapa bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)
yang masih beroperasi di Terminal Terboyo. Padahal sesuai ketentuan, Terminal Terboyo
sudah harus steril dari keberadaan bus AKAP maupun AKDP sesuai batas waktu yang telah
disepakati.
Dapat disimpulkan bahwa demonstrasi dan mogok kerja yang dilakukan oleh sopir dan
awak bus AKAP ini adalah karena ketidaktegasan pemerintah dalam dalam hal kesamaan
status para awak bus AKAP maupun AKDP.

Menurut saya, solusi yang dapat diberikan terkait masalah pengalihfungsian dan
pemindahan AKAP pada terminal Terboyo ini adalah dengan Dinas perhubungan setempat
melakukan koordinasi dan diskusi dengan perusahaan bus dan juga para awak bus terkait
sampai mendapatkan solusi terbaik, dalam proses rapat koordinasi sampai mendapatkan
solusi tersebut sebaiknya dinas perhubungan memberikan izin bagi awak bus untuk
beroperasi di Terminal Terboyo, dengan ketentuan tertentu.
Video 3 (Sopir Angkutan Umum Demo di Terminal Lebak Bulus)

Dari video tersebut diketahui masalah timbul akibat pemerintah melakukan


penggusuran area naik turun penumpang terminal dalam kota untuk perluasan proyek
pembangunan MRT.
Demonstrasi dan mogok kerja yang dilakukan oleh sopir angkutan umum di Lebak
Bulus diakibatkan karena mereka mendengar isu mengenai rencana penutupan terminal
angkutan kota untuk proyek depo Mass Rapit Transport (MRT). Sehingga timbul
kekhawatiran dari para awak angkutan umum dalam kota akan bernasib sama dengan
pegawai Perusahaan Otobus (PO) AKAP yang saat ini terminalnya sudah ditutup. Para sopir
mengatakan bahwa tidak ada sosialisai sebelumnya oleh pemerintah dan penggusuran
dilakuan secara tiba-tiba.

Menurut saya, solusi yang dapat diberikan terkait masalah tersebut dan dari beberapa
artikel yang saya baca di internet bahwa aksi dari para sopir tersebut adalah suatu bentuk
spontanitas karena khawatir akan penutupan yang mereka dengar. Setelah mendapatkan
kejelasan dari perwakilan pemerintah yang datang dan berdiskusi dengan para sopir bahwa
pemerintah tidak akan menutup jalur angkutan kota di Terminal Lebak Bulus para sopir pun
berangsur-angsur mencair dan meninggalkan tempat demonstrasi.

Anda mungkin juga menyukai